Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

matanya, dan kakinya luar-biasa besarnya. Li Fong merasa bergedik melihat


katak-katak besar itu.
Sudah kau lihat, betapa banyak dan besarnya katak-katak itu
Sudahlah bidadariku, bersedialah menjadi istriku tercinta,
kukeluarkan kau dari lubang itu. Aku tidak mau memaksa atau
merenggut kehormatanmu dengan paksa, aku bukan Cai hua
(penjahat pemetik bunga).

bukan?
segera
sampai
Zuifan

Li Fong menggertakkan giginya,


Jangan mengira aku takut katak-katak, tidak ada suatu pun yang
membuat aku takut. Kamu..jahanam pengecut yang takut kepadaku. Mari
kita bertanding lagi, kujamin, kali ini akan kucopot nyawamu!
He..he..he kau akan menjadi perawan tua di goa itu, dan selamanya
akan ditemani oleh katak-katak itu hehehe
Begitulah, hampir setiap hari, Hung Kiau datang membujuk Li Fong, dan
Li Fong selalu tidak menggubris. Mula-mula ia rajin membujuk, tapi karena Li
Fong tetap tidak pernah menggubrisnya lagi, ia semakin jarang datang ke
Tanha Jian.
Li Fong sendiri tidak pernah berhenti memeriksa dinding goa itu. Tapi ia
selalu tidak melihat satu celahpun untuk dapat ditembus. Hanya sumur lebar
itu saja yang belum dicobanya. Pada hari yang keduapuluh satu, ia sudah
mengambil keputusan untuk terjun ke sumur lebar itu.
Li Fong tidak bisa membedakan siang atau malam di dalam Tangha Jian,
setiap hari ia hanya melihat lampu kecil dari minyak di luar pintu yang terus
menerus menyala. Sinarnya bisa menerobos ke lubang makanan. Li Fong
yang sudah bertekad turun ke sumur lebar itu, sudah mengambil ancangancang. Ia sadar begitu ia terjun ke sumur itu, akan sangat sukar untuk naik
kembali. Tetapi ia sudah tidak mempedulikan lagi, ia segera terjun tanpa
ragu-ragu lagi.
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |72

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Begitu sampai di dasar sumur, katak-katak besar itu terkejut dan


berloncatan ke dalam kolam air kecil dan menghilang di situ. Dari dasar
sumur inilah, Li Fong dapat mendengar gema orang bercakap.
Heran sekali, kenapa Kongzhu menyenangi gadis galak itu. Sudah
duapuluh satu hari ia dikurung di Tanha Jian. Kalau aku jadi dia, diberi saja
obat bius bunga bunga, pasti ia akan segeratergila-gila kepada Konzhu.
Selera konzhu sih nggak kayak seleramu, buaya juling, dia ingin gadis
galak itu menyerah dengan sukarela.
Li Fong mulai melakukan penyelidikan. Dia mengeluh, di dasar sumur ini
ternyata dindingnya jauh lebih tebal dari yang di atas. Dan dia sudah tidak
bisa kembali ke atas. Li Fong akhirnya duduk di tepi kolam. Dia sedikit
bingung, karena ia tidak dapat lagi mengambil makanan dari atas lagi.
Dua hari di dasar sumur, membuat Li Fong menderita kelaparan, dan
celakanya, tidak ada yang bisa dimakan di tempat ini. Ketika ia sedang
melamun itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak yang besar sekali. Li Fong
melirik, si katak juga melirik kepadanya, diam-diam Li Fong membathin,
Kenapa tidak makan swiekie saja?
Begitu mendapatkan ilham seperti itu, dengan sangat cepatnya, ia
menangkap katak itu, mengulitinya. Ia membuat api dari dua batu gunung
yang ia pukul-pukulkan satu sama lain. Mulai hari itu, hampir setiap hari ia
makan swieke bakar.
Di dasar sumur inilah, Li Fong mulai merenungkan tiga ilmu yang sudah
dihafalkannya dengan baik, terutama fo zou chuang shan (langkah buddha
membela gunung). Ia merasa heran sekali menyadari tenaga sinkangnya
meningkat hebat setelah tinggal lebih dari tiga bulan di dasar sumur itu.
Matanya menjadi sangat tajam, dan tiga ilmu silat itu dilatihnya setiap hari.
Mari kita tinggalkan dulu Hsing Li Fong yang terjebak di Tanha Jian, kita
beralih ke Tien Shan untuk melihat kejadian hebat di Tienshan bai.
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |73

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Next Chapter,Chapter 7, Rencana Jahat di dekat Wenyuandian

CHAPTER 7, RENCANA JAHAT DI DEKAT WENYUANDIAN


Catatan kecil sebelum memasuki BAB-7, berhubung
banyaknya permintaan agar penulis banyak menggunakan
istilah Hokkien daripada Mandarin karena sudah lazim
dipakai dalam penulisan cersil, maka mulai bab delapan
ini, penulis akan mempergunakan keduanya. Kiranya
pendekatan dua bahasa ini lebih berkenan di hati
pembaca. Selamat menikmati!
Hiatciattrangtrang. Dua pasang pedang beradu menimbulkan
suara nyaring. Dua orang muda, kakak-beradik, menjual permainan kungfu di
dekat pintu gerbang utara ibukota Peking. Dari gerakan kungfu yang mereka
perlihatkan, semuanya berdasarkan lima unsur gerakan binatang, seperti
kera, harimau, ular, naga, dan belalang yang diubah sedemikian rupa menjadi
semacam kiamhoat yang indah dipandang.
Peluh membasahi dahi dan tubuh mereka. Sungguhpun demikian, harus
diakui peluh yang merembes keluar dari pori-pori mereka menambah
kegagahan bagi yang laki-laki dan kecantikan asli bagi si gadis muda. Telah
lebih dari limapuluh jurus mereka bersilat pedang, gerakan mereka cepat ,
tangkas, dan menarik untuk ditonton.
Plokplokplok! penonton yang berkerumun di pinggir jalan
memberi semangat. Yang menarik perhatian orang banyak, bukan saja
permainan silat mereka, tetapi juga ketampanan dan kecantikan mereka
berdua. Si pemuda, Lin Nan Thao, mengenakan pakaian berwarna kuning
mudah, memiliki perawakan yang tegap dengan tarikan dagu seperti kuda
Mongol, gagah dan berwibawa. Sedangkan si gadis, Lin Sui Lan, mengenakan
baju biru dengan kombinasi putih. Wajahnya bulat telur, hidungnya sangat

Chapter 7, Rencana Jahat di dekat Wenyuandian


Lingkaran |74

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

indah, dan berkulit putih bersih. Keduanya adalah murid-murid Hausin


Hwesio dari Shaolinshi (biara Shaolin).
Cuwi sekalian, kami kakak beradik, memperlihatkan kebodohan dengan
menjual silat yang buruk agar bisa membawa ibu kami yang lagi sakit ke
tabib dan membeli obat. Memohon kebaikkan hati cuwi sekalian untuk bisa
menolong kami. Setelah berkata demikian, Nanthao menyodorkan sebuah
mangkok di depan kaki para penonton. Kurang lebih delapan orang
melemparkan uang yang lumayan jumlahnya.
Di antara penonton yang berkerumun mengelilingi mereka berdua,
nampak dua orang pemuda juga turut melemparkan uang ke mangkok itu.
Yang menarik perhatian dari dua orang muda ini, yang satu nampak masih
muda sekali, tetapi tubuhnya sudah nampak seperti pemuda dewasa, tinggi
tegap, dengan alis berbentuk golok, dan mata yang mencorong tajam
walaupun sinarnya begitu lembut menyejukkan. Yang satunya lagi, berbadan
tinggi tegap, rambutnya dibiarkan bagitu saja terurai panjang. Dadanya
bidang, dan memiliki ketampanan seorang laki-laki sejati. Matanya bersinar
tajam, dan yang sangat menarik pada diri pemuda ini, ialah, ia berlengan
tunggal. Lengan baju sebelah kiri kosong.
Mereka melemparkan lima tail perak ke dalam mangkok kecil. Jumlah
yang lebih dari lumayan. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan,
lemparan perak itu tidak menimbulkan suara, jatuh begitu saja seperti seekor
capung berdiri di permukaan daun bunga lotus, ringan, dan tidak
mengakibatkan gerakan apapun di sekitarnya.
Sui Lan yang mengambil mangkok itu mengangkat kepalanya dan
memandang kepada si pemberi lima tail perak. Terima kasih. Katanya.
Hatinya mencelos ketika memandang wajah pemuda berlengan tunggal itu.
Ia melihat seraut wajah yang begitu tampan dan gagah berdiri tegap dengan
lengan baju sebelah kiri berkibar tertiup angin.
Pemuda itu tersenyum ramah.
Chapter 7, Rencana Jahat di dekat Wenyuandian
Lingkaran |75

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Sui Lan menjadi tidak mengerti mengapa hatinya menjadi berdebardebar melihat senyum orang itu. Dengan wajah bersemu merah, ia pergi
sambil menganggukan kepalanya tanda terima kasih.
He..he..he..gadis secantik dirimu, mengapa menjual silat di pinggir jalan.
Mari tunjukkan di mana ibumu, kujamin ia pasti mendapatkan tabib terbaik
di Peking. Tiba-tiba seorang siucai berkata kepada Sui Lan, seraya berusaha
mencolek pinggulnya. Sui Lan melompat cepat sekali mengelak dari
sambaran si siucai.
Laki-laki kurang-ajar, apa maumu! Sui Lan menjadi marah sekali. Ia
berdiri berhadapan dengan laki-laki yang berpakaian sastrawan.
Mengapa marah? Bukankah aku menunjukkan rasa cinta dan ingin
menolongmu keluar dari kesusahan? Sayang sekali, gadis yang secantik
dirimu, dengan kulit yang putih mulus akan menjadi layu dan kotor karena
debu jalan raya. Khan lebih baik tinggal bersamaku di gedung sebelah Timur
itu untuk menikmati hidup? Hehehe betul tidak kawan-kawan?
Betulbetulseharusnya begitu!
prajurit pengawal kota kekaisaran Ming.

Sahut

gerombolan

berseragam

Sui Lan sudah tidak bisa mengendalihkan dirinya lagi, ia menyambar


pedangnya, dan siap menyerang siucai itu. Nan Thao bergerak mendekati
ribut-ribut itu. Lan Mei (adik Lan) sabar dulu. Katanya.
Mengapa saudara menganggu adikku? Apakah ia
kesalahan? Dengan sabar Nan Thao bertanya kepada siucai itu.

melakukan

Tiga kesalahan yang dilakukan kalin berdua! Satu, mengadakan


pertunjukkan silat dan memungut derma tanpa ijin. Dua, tidak membayar
pajak, dan tiga, karena adikmu terlalu cantik untuk menjual silat di pinggir
jalan! Kalian berdua harus ikut kami menghadap Hong Taijin untuk diadili.
Maafkan kami berdua, saudara! Kami tidak berdagang. Kami hanya
mencari pertolongan dengan menjual sedikit kebodohan kami. Dan kami
Chapter 7, Rencana Jahat di dekat Wenyuandian
Lingkaran |76

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

tidak merasa berbuat salah terhadap pembesar setempat. Maaf kami tidak
bisa mengikuti ajakan saudara! Kata Nan Thao dengan suara tegas.
Siucai itu menjadi marah sekali. Tiba-tiba ia menggerakkan tangannya,
dan plak..plak..tanpa dapat dielakkan, kedua pipi Nan Thao menjadi
bengkak-bengkak. Ternyata siucai itu berilmu tinggi.
Nan Thao menjadi marah,"Ada urusan apa sehingga kamu berbuat jahat
kepada kami berdua?"
Manusia bosan hidup, nih rasakan! Tubuhnya melayang bagai elang
menangkap mangsanya, menyerang Nan Thao dengan gerakkan yang
telengas sekali.
Nan Thao tidak mandah saja tubuhnya digebuk, ia balas menyerang
dengan ilmu tangan kosong Shaolinshi. Namun tidak sampai duapuluh jurus,
Nan Thao sudah terkurung oleh serangan siucai yang bertubi-tubi mengarah
kepada bagian-bagian tubuh yang berbahaya. Melihat ini, Sui Lan tidak raguragu mencabut pedangnya dan menyerang si siucai.
Orang banyak yang tadinya berkerumun, begitu melihat siapa yang
menyerang dua kakak-beradik penjual silat itu, satu-demi satu pergi
meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa. Hanya tinggal pemuda
berlengan tunggal dan temannya yang masih tinggal.
Tidak mengherankan apabila orang-orang banyak itu pergi
meninggalkan keributan dengan tergesah-gesah, karena mereka mengenal
siapa siucai itu. Dia adalah tokoh sakti murid terkasih Sastrawan Iblis
Pencabut Nyawa, dari pantai Pohai. Keberadaannya dan tujuannya berada di
ibukota Peking tidak diketahui. Ia bekerja bagi tokoh rahasia dengan misi
rahasia pula. Tokoh rahasia yang dipanggil Bupun Ongya (tuan yang tidak
berkepandaian) ini memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sangat besar.
Banyak tokoh-tokoh golongan hitam bekerja baginya. Siapa Bupun ongya ini,
tidak ada seorangpun yang tahu. Yang jelas ilmunya sangat hebat dan
kekuasaannya di kalangan pemerintahan juga tidak main-main.
Chapter 7, Rencana Jahat di dekat Wenyuandian
Lingkaran |77

Anda mungkin juga menyukai