Selanjutnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa memang Tuhan menciptakan segala
sesuatu; namun setelah penciptaan, Tuhan tidak campur tangan lagi, dan semuanya
berjalan menurut hukum alam berdasarkan sistem yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.
Pendapat ini dianut oleh aliran deism[3] Aliran ini menerima ke-Tuhanan hanya dari
sisi filosofi, tanpa percaya adanya wahyu Tuhan.[4] Menurut pemahaman ini, Tuhan
dilihat sebagai seseorang yang yang duduk di tahta suci dan melihat semua perbuatan
manusia dan perjalanan sejarah, namun Dia tidak melakukan apa-apa.
Dalam kapasitas yang lebih kecil, berapa sering kita mendengar seseorang mengatakan
Ah, jangan terlalu banyak merepotkan Tuhan. Masa Tuhan mengatur urusan-urusan
yang kecil? Seolah-olah Tuhan tidak tertarik untuk membantu manusia dalam urusanurusan yang kecil. Kadang urusan yang bagi seseorang dianggap kecil, bagi Tuhan
menjadi sesuatu yang penting untuk kehidupan rohani seseorang.[5]
Kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah kasih, maka akan sulit membayangkan
kepercayaan yang dianut oleh Deism, yaitu Tuhan hanya berpangku tangan melihat
semua yang terjadi di dunia ini, termasuk penderitaan umat-Nya. Ibaratnya, Tuhan hanya
sebagai penonton. Bayangkan kalau seseorang mempunyai ayah konglomerat. Kemudian
orang ini jatuh miskin sampai menderita kelaparan. Sesuai dengan prinsip dari Deism,
maka konglomerat ini hanya berpangku tangan saja, hanya menonton tanpa berbuat
apapun. Kita bisa simpulkan bahwa perbuatan konglomerat ini jauh dari kategori kasih.
Dengan melihat contoh ini, kita bisa juga menyimpulkan kepercayaan Deism adalah
bertentangan dengan prinsip bahwa Tuhan adalah kasih.
Orang yang mempunyai kepercayaan Deism, sangat sulit untuk berdoa, karena mereka
tidak melihat gunanya berdoa. Mereka melihat bahwa semua yang terjadi adalah
merupakan hasil usaha mereka tanpa campur tangan Tuhan. Dan tentu saja ini jauh dari
sikap kerendahan hati, sikap utama yang diperlukan dalam doa. Mari sekarang kita
melihat bahwa Allah kita adalah Allah yang terus bekerja untuk keselamatan umat
manusia, dan juga keselamatan kita masing-masing.
Allah Trinitas dan seluruh isi surga terus bekerja untuk keselamatan
seluruh umat manusia.
Orang-orang farisi mengajukan keberatan kepada Yesus, karena Yesus menyembuhkan
orang yang sudah 38 tahun sakit pada hari Sabat. Dan Yesus menjawab Bapa-Ku bekerja
sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga (Yoh 5:17). Kemudian sebelum Yesus
mengalami penderitaan-Nya, Dia menjanjikan murid-murid-Nya Roh Kebenaran, yaitu
Roh Kudus (Yoh 14;16-18). Dan Roh Kudus menyatakan diri-Nya secara penuh pada saat
Pentakosta (Kis 2:1-40). Kemudian Roh Kudus terus bekerja melalui para murid, para
pengikut Kristus, Gereja, dan melalui kita masing-masing (melalui rahmat awal yang kita
terima lewat sakramen pembaptisan). Roh Kudus juga terus menerus berkarya untuk
memurnikan Gereja dan seluruh anggota Gereja sampai akhir jaman. Jadi kalau Roh
Kudus, pribadi ketiga dari Trinitas terus bekerja, maka Yesus, pribadi kedua, dan
Allah Bapa, pribadi pertama juga terus bekerja, karena mereka adalah satu.
Dan karena para kudus di surga berpartisipasi dalam kasih Allah, maka mereka juga
berpartisipasi dalam karya keselamatan seluruh umat manusia dengan doa-doa syafaat
mereka. Di kitab Wahyu diceritakan bagaimana para kudus mempersembahkan doa
mereka (Wah 5:8; 8:3-4). Di sinilah perannya persatuan para kudus, sehingga umat
Katolik berdoa bersama dengan para kudus di surga.
Tuhan telah bekerja dan sedang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Tuhan telah bekerja dan terus bekerja dalam sejarah umat manusia. Kita melihat
bagaimana Tuhan bekerja dalam pembentukan bangsa Israel dan juga dalam perjalanan
bangsa ini, sehingga bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Allah. Bangsa pilihan Allah
ini mendapatkan arti yang baru pada saat Yesus mendirikan Gereja-Nya. Sehingga Gereja
juga disebut Bangsa Pilihan Tuhan yang baru / New People of God. (LG, 13)
Jadi, Allah kita adalah Allah yang terus bekerja dalam sejarah umat manusia, juga dalam
sejarah kehidupan kita masing-masing. Marilah kita imani bahwa Tuhan adalah Maha
Kasih. Dan dalam kasih-Nya yang tak terselami, Dia tetap akan campur tangan dalam
setiap hal yang kita alami. Mari kita percayakan kehidupan kita masing-masing ke dalam
tangan Yesus yang juga mengerti akan kehidupan manusia, karena Dia sudah menjelma
menjadi manusia. Mari kita percayakan setiap penderitaan kita kepada Yesus yang sudah
terlebih dahulu menderita buat kita, dan juga segala sukacita dan kebahagiaan kita yang
semuanya berasal dari Allah.
Marilah kita berdoa.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Ya, Tuhan, pada saat ini aku datang di hadapan-Mu, memohon agar Engkau memberikan
kepadaku hati yang rindu untuk bersatu dengan-Mu dalam doa. Berikanlah kepadaku hati
yang percaya akan penyelenggaraan tangan-Mu, sebab Engkau adalah Allah yang penuh
kasih. Dalam naungan kasih-Mu, bantulah aku setiap hari untuk menyadari bahwa
Engkau hadir dalam setiap hal yang aku lakukan. Aku juga mengundang Engkau untuk
selalu campur tangan dalam suka maupun duka di dalam kehidupanku. Bunda Maria,
para malaikat dan para kudus di surga, doakanlah aku. Dalam nama Yesus, aku naikkan
doa ini. Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Dengan prinsip yang sama, Tuhan juga membantu kita. Masalahnya bukan dengan cara
yang kita inginkan, namun dengan cara-Nya sendiri yang melebihi pemikiran kita (lih Yes
55:9). Begitu sering kita mendengar kesaksian tentang seseorang yang ingin
mendapatkan pekerjaan. Mereka bertekun dalam doa, namun Tuhan menjawab dengan
cara-Nya yang ajaib yang tidak pernah mereka pikirkan. Bukan hanya pekerjaan, namun
mereka juga mengalami proses pertobatan, dan hubungan mereka dengan Tuhan dan
sesama juga diperbaharui. Sebab bagi Tuhan, pekerjaan bukanlah yang paling penting,
namun proses pertobatan dan pemulihan hubungan dengan Tuhan dan sesama yang
diinginkan Tuhan.
Lalu, kalau Tuhan tidak mempunyai rencana yang buruk, kenapa kalau saya berdoa tidak
dikabulkan? Kembali, kita harus menghubungkan semuanya dengan prinsip akibat,
sebab, dan rangkaian sebab-akibat seperti yang telah diterangkan di atas, dan juga
dengan prinsip Tuhan adalah kasih. Dengan kedua prinsip ini, maka apapun hasil dari
doa akan bisa kita terima semuanya dengan lebih lapang dada.
Marilah merefleksikan kembali kejadian-kejadian yang silam, pada waktu kita berdoa
untuk sesuatu, baik pekerjaan, masalah rumah tangga, hubungan dengan atasan,
keuangan, dll. Mungkin pada waktu kita mengalami kejadian-kejadian tersebut, seolaholah Tuhan tidak mendengarkan dan membantu kita. Hal ini disebabkan karena cerita dan
rangkaian sebab-akitab yang akan terjadi belum selesai. Namun, setelah kejadian tersebut
terlewati, maka kita dapat melihat akibat, sebab, dan rangkain sebab-akibat, dan
juga bagaimana sebetulnya semuanya saling berhubungan dan menghasilkan sesuatu
yang mungkin lebih baik daripada yang kita pernah pikirkan. Tuhan membantu kita
dengan cara-Nya sendiri, bahkan cara-Nya jauh lebih bijaksana dari apa yang kita
inginkan dan pikirkan. Tuhan mengatakan bahwa RancanganKu bukanlah rancanganmu,
dan jalanKu bukanlah jalan-Mu (lih. Yes 55:8).
saya. Apakah kamu percaya kepadaku bahwa aku akan melindungimu? Kemudian dia
menatap mata saya, dan berkata lirih ya, saya percaya. Kemudian kami mencoba
sliding rock bersama-sama, dan akhirnya kami mengulanginya berkali-kali, karena
Andrew senang sekali bermain sliding.
Hal yang sama terjadi dalam kehidupan doa kita. Kita dapat memberikan pertanyaan,
protes dan keberatan kepada Tuhan akan tidak atau belum terjawabnya doa kita. Namun
Tuhan mengatakan kepada kita masing-masing Lihatlah pada-Ku apakah engkau
percaya bahwa Aku mengasihimu? Aku yang tidak ragu-ragu untuk memberikan PuteraKu datang ke dunia untuk menyelamatkanmu. Percayakah engkau bahwa Aku
mempunyai rancangan indah dalam hidupmu? Percayakah engkau bahwa Aku memegang
tanganmu setiap saat, terutama pada saat engkau mengalami permasalahan?
Marilah kita berdoa.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Ya, Tuhan, pada saat ini, kembali aku menghadap Engkau dengan segala kerendahan hati.
Aku mengakui bahwa Engkau mengetahui segalanya, dan Engkau juga mengetahui yang
terbaik untuk kehidupanku. Tuhan, ubahlah hatiku, agar aku dapat sepenuhnya percaya
kepada penyelenggaraan tangan-Mu. Tolonglah, agar aku percaya bahwa Engkau turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dalam hidupku, terutama
agar aku dapat mengalami bahwa Engkau dekat padaku dan selalu menopangku. Dalam
nama Yesus, aku naikkan doa ini.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
3. Pendahuluan:
Tulisan ini adalah bagian ke 3 dari topik Apakah berdoa itu percuma? (Silakan melihat
juga bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4) Kesalahan doa yang ketiga adalah
memaksakan kehendak kita kepada Tuhan sampai ingin mengubah Tuhan untuk
mengikuti keinginan kita. Pendapat ini keliru, karena Tuhan adalah Maha tahu dan Maha
sempurna, sehingga Tuhan tidak dapat berubah.
tidak perlu lagi berdoa. Dengan pembuktian yang sama dari St. Thomas Aquinas, kita
akan menelusuri kesalahan persepsi kita tentang doa yang ke-3.[2]
dan Maha Sempurna, seolah-olah kita lebih tahu apa yang terbaik buat kita daripada
Tuhan. Hal ini tentu tidak mungkin.
Pengajaran bahwa Tuhan tidak mungkin berubah dalam hal pengabulan doa ini
termasuk sulit diterima, karena sering tanpa sengaja kita berpikir bahwa proses
pengabulan doa oleh Tuhan itu adalah proses yang linier. Kita memohon tentang hal A,
lalu Tuhan dapat mengabulkan atau tidak, yang baru Tuhan putuskan pada saat/ setelah
kita memohon. Padahal tidaklah demikian. Tuhan sudah terlebih dahulu mengetahui
segala kemungkinan yang akan terjadi, sebagai hasil dari pilihan kehendak bebas kita,
pada saat awal mula dunia. Pada saat kita memohon A, Dia sudah mengetahui bahwa Ia
akan menjawab dengan B, atau kalau kita memutuskan untuk tidak berdoa, dan berbuat
X, Dia sudah tahu akan memberi Y. Dalam hal ini, B selalu lebih baik daripada A, dan Y
adalah konsekuensi dari X. Nah, kalau kita bertanya akankah B diberikan kalau kita tidak
berdoa, jawabnya adalah tidak (yang diberi adalah Y). Makanya kita perlu berdoa. Dalam
hal ini Tuhan tidak berubah, karena dengan sifatNya yang Maha Tahu, Tuhan telah
mengetahui segalanya. Nothing takes God by surprise. Tidak ada sesuatu hal yang
mengejutkan Tuhan, sehingga Ia perlu berubah. Ia sudah mengetahui segalanya dan
segala sesuatu telah direncanakan-Nya dengan sempurna.
Sekarang kita melihat contoh kejadian di Perjanjian Lama. Perkataan Tuhan menyesal
dalam kisah nabi Nuh adalah suatu perkataan yang mencoba mengekpresikan Tuhan dari
sisi manusia. Tuhan tidak berubah dan menyesal, karena Dia adalah Tuhan yang Maha
Tahu dan Maha Bijaksana. Semua keputusan-Nya berdasarkan kebijaksanaan dan KasihNya untuk keselamatan umat manusia.
Bagaimana dengan Abraham dan Musa yang seolah-olah bernegosiasi dengan Tuhan?
Dalam hal ini, kita harus memegang teguh prinsip bahwa Tuhan tidak mungkin berubah,
yang artinya tidak memungkinkan adanya negosiasi. Abraham dan Musa adalah
merupakan gambaran/prefigurement dari diri Yesus. Kita juga melihat bagaimana Kitab
Suci menggambarkan kedekatan mereka dengan Tuhan. Mereka tidak memikirkan
kepentingan pribadi. Dalam pemikiran Abraham dan Musa, membantu manusia menuju
Tanah Terjanji dan memberikan kemuliaan kepada Tuhan adalah yang paling penting
dalam hidup mereka. Dan ini adalah sama dengan pemikiran Tuhan. Ini hanya mungkin
dicapai pada orang-orang dengan derajat kasih yang begitu tinggi (dalam kadar heroic
love).[3] Jadi terkabulnya doa bukan berarti mereka dapat mengubah keputusan Tuhan,
namun karena 1) mereka diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam karya
keselamatan, yang pada akhirnya dipenuhi secara sempurna dalam diri Yesus Kristus
(KGK, 2574), 2) kedekatan mereka dengan Tuhan, sehingga apa yang mereka pikirkan
dan doakan adalah sesuai dengan keinginan Tuhan (KGK, 2577).
namun mempersiapkan sikap hati kita untuk menerima apa yang kita minta dalam doa
((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.83, a.2 St. Thomas mengutip St. Gregory By asking,
men may deserve to receive that almighty God from all eternity is disposed to give.))
atau mengubah sikap hati kita jika doa kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Di
dalam kebijaksanaan dan kasihNya, Tuhan telah melihat bahwa kita akan menerima suatu
jawaban doa lewat doa-doa yang kita panjatkan. Jadi di dalam kasus Abraham dan Musa,
sebelum terbentuknya dunia ini, Tuhan sudah melihat bahwa Abraham dan Musa akan
berpartisipasi dalam karya keselamatan bangsa Israel, dan doa mereka dikabulkan olehNya lewat doa-doa mereka yang mengalir dari kasih.
Hal lain yang penting adalah, dengan bertekun dalam doa, kita tidak mengubah Tuhan,
namun kita diubah oleh Tuhan. Kita melihat contoh dari Rasul Paulus, ketika dia berdoa
agar Tuhan mengambil duri di dalam dagingnya[4] , namun doanya tidak dijawab
Tuhan menurut kehendak St. Paulus (2 Kor 12:7-10). Namun dengan kejadian ini, Rasul
Paulus mendapatkan sesuatu yang lebih baik, bahwa dia menjadi rendah hati dan tidak
bermegah dengan berkat-berkat yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. Bahkan Rasul
Paulus dapat menerima dengan senang dan rela menghadapi segala kesulitan, siksaan,
tantangan untuk kemuliaan nama Tuhan. Dari sini, kita melihat Rasul Paulus diubah oleh
Tuhan, untuk menerima kehendakNya seperti yang difirmankan-Nya, sebab dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Kor 12:9).
Tapi Yesus menyuruh untuk meminta, mencari, mengetok, dan apa saja
yang kamu minta akan diberikan.
Mari sekarang kita menelaah perkataan Yesus dalam Mat 21:22 dan Mar 11:24. Yesus
mengatakan bahwa kalau kita mendoakan dengan penuh kepercayaan bahwa kita telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepada kita. Kalau kita membaca dengan
seksama, kita harus melihat bahwa kunci dari ayat ini adalah iman (Mat 21:21; Mar
11:22). Iman yang ditekankan di sini adalah iman yang hidup. Iman yang bukan cuma
slogan, hanya dimulut, namun tanpa perbuatan (Yak 2:26). Iman seperti ini adalah iman
dan percaya yang dicontohkan oleh Abraham dan Musa. Iman yang menempatkan
kebenaran Tuhan lebih tinggi daripada kepentingan sendiri (KGK, 150). Iman seperti
inilah yang membuat doa menjadi selaras dengan apa yang dipikirkan dan diinginkan
oleh Tuhan. Dengan kata lain, karena sesuai dengan kehendak Tuhan, maka doa yang
mengalir dari iman seperti ini akan dikabulkan oleh Tuhan. Iman seperti ini hanya
meminta sesuatu yang berguna untuk keselamatan kekal, permohonan yang baik untuk
menuju ke kehidupan kekal. Ini juga bisa berarti sesuatu yang sifatnya sementara sejauh
ini mendukung kita menuju tujuan akhir.
Namun bukankah Yesus sendiri juga mengatakan bahwa setiap orang yang meminta,
mencari, dan mengetok akan dipenuhi permintaannya? (Mat 7:7-8). Ayat inilah yang
sering dipakai untuk menekankan bahwa doa yang sungguh-sungguh dan terus-menerus
dapat mengubah keputusan Tuhan. Namun, apakah kalau doa tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan maka akan dikabulkan? Bagaimana kita tahu bahwa doa kita sesuai
dengan kehendak Tuhan? Kalau kita perhatikan, Yesus tidak berkata kalau kamu minta A,
maka kamu akan mendapatkan A. Berdasarkan kasih dan kebijaksanaan-Nya, kadangkala
Tuhan memberikan sesuatu yang sama sekali lain dari yang kita minta. Dia tahu yang
terbaik buat kita melebihi pengetahuan dan kasih kita akan diri kita sendiri. Jadi, kalau
dalam beberapa hal Tuhan tidak mengabulkan doa kita, hal ini disebabkan karena Tuhan
mengasihi kita. (pembahasan lengkap tentang ayat ini dapat dilihat di: Apakah Berdoa itu
Percuma bagian 4).
Kita sering melihat atau mendengar cerita bahwa suatu keluarga berdoa sungguh-sungguh
untuk kesembuhan anggota keluarga mereka, namun yang terjadi adalah bertolak
belakang dengan apa yang diminta dalam doa. Masih teringat di hati umat Katolik
seluruh dunia, ketika Paus Yohanes Paulus II terbaring sakit menjelang ajalnya dan semua
orang mendoakan Paus yang kita kasihi. Namun doa seluruh umat beriman tidak
mengubah keputusan Tuhan. Mungkin ribuan atau jutaan perayaan ekaristi dirayakan
dengan intensi doa untuk kesembuhan Paus, namun tidak dapat mengubah keputusan
Tuhan. Mungkin ratusan juta umat Katolik termasuk dari umat Katolik yang benarbenar hidup kudus berdoa secara pribadi untuk kesembuhan Paus, namun Paus tetap
dipanggil Tuhan.Tuhan, di dalam kebijaksanaan-Nya tetap memanggil hamba-Nya yang
setia. Bukan karena Dia tidak mendengar doa kita, tapi karena Dia tahu yang paling baik
untuk kita dan juga untuk Gereja-Nya.
Namun melalui peristiwa tersebut, begitu banyak orang di dunia ini, termasuk yang tidak
mengenal Kristus, yang tidak percaya akan Gereja Katolik sebagai Gereja Kristus, anakanak muda yang tadinya suam-suam kuku terhadap iman Katolik mereka, tergugah oleh
kejadian tersebut. Dan misa pemakamannya menjadi acara pemakaman paling besar
dalam sejarah umat manusia. Paus Yohanes Paulus II dalam kematiannya melakukan
karya pewartaan yang menjangkau banyak orang, mungkin lebih banyak daripada semasa
dia hidup. Dan nama Tuhan dipermuliakan. Dari contoh tersebut, bukan kita yang
mengubah Tuhan melalui doa kita, namun kita yang diubah oleh Tuhan untuk
kebaikan kita.
Kalaupun doa kita dikabulkan, bukan berarti bahwa kita berhasil untuk mengubah Tuhan,
namun sebelum terjadinya dunia ini, dalam kebijaksanaan-Nya dan kasih-Nya, Tuhan
sudah melihat adalah baik untuk keselamatan kita dan orang-orang di sekitar kita untuk
mengabulkan doa kita. Jadi, janganlah beranggapan bahwa jika ada doa dikabulkan itu
disebabkan karena melulu permohonan kita. Sebab sesungguhNya pengabulan doa
adalah sepenuhnya kehendak Tuhan. Dengan demikian, tidak ada yang dapat
dibanggakan dari diri kita. Kita hanya patut bersyukur bahwa Tuhan memberi
kesempatan pada kita untuk turut mendatangkan kebaikan kepada kita dan sesama
melalui doa-doa kita. Maka sikap yang terbaik adalah seperti Bunda Maria, Terjadilah
padaku seturut perkataanMu, ya Tuhan (Luk 1:38). Mari di dalam keterbatasan kita, kita
percayakan doa-doa kita kepada Tuhan dan meyakini bahwa Tuhan lebih bijaksana untuk
memutuskan apakah doa kita baik untuk keselamatan jiwa kita. Mari kita juga
berpartisipasi dalam karya keselamatan Tuhan melalui doa dan perbuatan yang mengalir
dari kasih kita kepada Tuhan, untuk mendatangkan kebaikan buat diri kita dan semua
orang.
Marilah kita berdoa.
Tuhan dianggap netral: seolah-olah Dia hanya berpangku tangan saja, baik
kejadian yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Seolah-olah Tuhan hanya
sebagai penonton.
Tuhan dianggap negatif: seolah-olah Tuhan sudah menentukan semuanya, di
mana lebih kepada pengertian yang negatif, sehingga doa juga percuma, karena
semuanya sudah ditakdirkan.
Tuhan dianggap positif: seolah-olah kasih Tuhan diukur sampai seberapa jauh
Tuhan memenuhi permintaan doa kita, sampai pada titik bahwa doa kita dapat
mengubah keputusan Tuhan.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kita harus dapat menangkap hakekat dari
doa itu sendiri. Dalam tulisan ini akan diuraikan definisi doa menurut St. Teresia kanakkanak Yesus.
Dialog ini akan menjadi doa seorang Kristen kalau berdasarkan wahyu Yesus Kristus.
Dan ini akan menjadi doa seorang Katolik, kalau berdasarkan wahyu Yesus Kristus yang
diteruskan dalam Tradisi Katolik dan ajaran Katolik yang mendasari doa tersebut, di
mana doa mencapai puncaknya pada perayaan Ekaristi Kudus[4] (lihat artikel: Sudahkah
kita pahami pengertian Ekaristi? ).
inginkan, maka kita akan kecewa, putus asa, dan marah. Namun kalau kita melihat doa
adalah suatu cara untuk mencapai tujuan akhir, maka apapun jawaban Tuhan terhadap
doa kita akan kita terima dengan lapang hati karena pada akhirnya semuanya akan
mendatangkan kebaikan buat kita (Roma 8:28), yaitu untuk mencapai tujuan akhir,
bersatu dengan Tuhan.
St. Yohanes dari Damaskus mengatakan bahwa doa adalah pengangkatan jiwa kepada
Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik. (KGK, 2559)
Hal-hal yang baik disini adalah dalam relasinya dengan tujuan akhir manusia, persatuan
dengan Allah di surga.
Kalau kita melihat definisi di atas dan jujur terhadap diri sendiri, maka kita dapat
mengatakan bahwa doa yang kita minta sering tidak didasari oleh kebajikan ilahi.
Mungkin kita berdoa dengan iman dan pengharapan yang kelihatannya begitu besar,
namun sebenarnya tanpa didasari kasih kepada Tuhan.[8] Berapa sering kita mendengar
doa-doa yang dipanjatkan dalam nama Yesus, kutolak kemiskinan, sakit penyakit, dll
Kalau doa kita didominasi oleh pekerjaan dan juga kekayaan, maka kita dapat
mempertanyakan, apakah doa ini berdasarkan kasih kepada diri sendiri atau kasih kepada
Tuhan.
Kalau kasih adalah melihat sesuatu yang baik dari seseorang atau menginginkan sesuatu
yang baik terjadi bagi orang tersebut, maka pertanyaannya, apakah kekayaan
mendatangkan kebaikan buat Tuhan? Tidak juga. Tuhan tidak bertambah mulia dengan
kekayaan kita, walaupun kita dapat memuliakan Tuhan dengan kekayaan yang diberikan
oleh Tuhan. Namun sering kita meminta kekayaan bukan untuk memuliakan Tuhan,
namun untuk kesenangan diri kita pribadi.
Dan doa yang mengalir dari kebajikan Ilahi tidak akan terpisah dari kehidupan yang
nyata, karena doa dan kehidupan bersumber pada kasih yang sama. Pada saat seseorang
dapat menggabungkan antara pekerjaan dan kegiatan yang lain dengan nafas doa, maka
seseorang mencapai doa yang tiada henti atau prayer without ceasing. Dan inilah
yang diserukan oleh St. Teresia, bahwa doa harus dilakukan di tengah percobaan dan di
tengah kegembiraan. Ini berarti doa harus dilakukan setiap saat tanpa memandang
situasi yang sedang kita alami.