Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mencoba untuk menjelaskan tentang teoriteori etik sehingga pembaca mengetahui apa saja yang termasuk cakupan dari etika dan
hukum keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Proses
Pengambilan
Keputusan
Etik
Otonomi adalah :
o Suatu bentuk kebiasaan bertindak, sehingga seseorang mengambil keputusan
sesuai dengan rencana yang ditentukannya sendiri.
o Kebiasaan pribadi untuk suatu tindakan ,menunjukan kemandirian,percaya
diri,kebebasan memilih dan kemampuan untuk membuat keputusan.
Otonomi menuntut bahwa kita sendiri menentukan siapakah kita ini dan bersedia
untuk bertanggung jawab atas pilihan itu.
Seseorang klien untuk dapat otnomi harus mampu bertindak mandiri, percaya
diri,mempunyai kebebasan untuk memilih tindakan dan mampu membuat
keputusan.
b.
Zaman dahulu
o Philip Aries menggambarkan ritus kematian : orang yang akan meninggal
secara resmi pamit dengan orang-orang yang dicintai dan komunitasnya.dilain
pihak saat kematian seringkali tidak pasti.
Zaman sekarang
o Kebanyakan
orang
menginginkan
kematian
yang
mendadak
dan
Tidak sanggup menerima rangsangan dari luar dan tidak ada reaksi atau
rangsangan,tidak ada
reaksi spontan/pernafasan,tidak
ada
o Kematian neocortex
Neocortex sebagai dasar dari defenisi kematian karena merupakan prasyarat
biologis bagi kesadaran dan kesadaran diri.
c.
Kemajuan Bioteknologi
Hampir tak satupun aspek kehidupan kita yang tidak tersentuh oleh teknologi.
Teknologi tidak saja mempunyai akibat baik tapi ada juga akibat buruk
Tidak bias disangkal teknologi telah banyak membawa manfaat bagi umat
manusia
b.
penduduk
yang
menjadi
warga
Negara
Indonesia
harus
beragama/berkepercayaan. Ini sesuai dengan sila pertama pancasila. Setiap warga negara
diberi kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang dianutnya. Ini sesuai dengan
Bab XI pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:
1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Sebagai Negara berketuhanan, maka segala kebijakan/aturan yang di buat
diupayakan tidak bertentangan dengan aspek-aspek agama yang ada di Indonesia (Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha). Misalnya, sebelum program keluarga berencana
dijadikan program nasional, pihak pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode
kontrasepsi yang tidak bertentangan dengan agama dan para pemuka agama. Dengan
ketentuan agama, maka para perawat tidak ragu-ragu dalam mempromosikan program
tersebut dan dapat memberi informasi yang tidak bertentangan dengan agama yang di
anut oleh pasien.
Kaitan adat-istiadat dan implikasi dalam keperawatan sampai saat ini belum
tergali secara jelas di Indonesia. Di beberapa Negara maju misalnya Amerika Serikat,
aspek adat-istiadat dan budaya telah digali menjadi spesialisasi khusus keahlian
keperawatan. Beberapa universitas di Amerika yang membuka program ini antara lain
5
The University of Utah mempunyai program doctoral transcultural nursing dan the
university of Washington serta the Pennsylvania state university mempunyai program
transcultural nursing tingkat master. Dengan ditawarkannya program ini maka penelitian
tentang keperawatan pada pasien dari berbagai budaya menjadi semakin marak dan
membantu perawat dalam membantu memberikan asuhan keperawatan selaras dengan
budaya pasiennya.
Factor adat-istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembutan keputusan etis. Contoh dari permasalahan praktik adat-istiadat bisa
diperhatikan pada contoh berikut:
Dalam budaya Jawa dan daerah lain dikenal suatu falsafah tradisional Mangan ora
mangan anggere ngumpul (makan tidak makan asalkan bersama). Falsafah ini sampai
saat ini masih mempengaruhi system kekerabatan orang Jawa. Sebagai contoh bila ada
anggota keluarga yang sakit dan dirawat dirumah sakit maka biasanya ada salah satu
keluarga yang menungguinya. Ini berbeda dengan sistem kekerabatan orang Barat
dimana bila ada anggota keluarga yang sakit maka sepenuhnya diserahkan pada
perawat dalam keperawatan sehari-hari. Setiap rumah sakit di Indonesia mempunyai
aturan menuggu dan persyaratan pasien yang boleh di tunggu. Namun hal ini sering
tidak dihiraukan oleh keluarga pasien, misalkan dengan alasan rumah jauh, pasien tidak
tenang bila tidak ditunggu keluarga, dll. Ini sering menimbulkan masalah etis bagi
perawat antara membolehkan dan tidak membolehkan.
Faktor Social
Berbagai factor social berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Factor ini
meliputi antara lain meliputi perilaku social dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980). Perkembangan social
dan budaya juga berpengaruh terhadap system kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan
yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan
komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap keperawatan. Sebagai
contoh dalam kasus dibawah ini:
6
Seorang pasien yang menderita penyakit kronis dan dirawat di rumah sakit sudah
beberapa bulan dalam keadaan lemah. Oleh karenanya, pasien atau keluarganya
mungkin memilih untuk membawa pasien pulang agar dapat dipersiapkan meninggal
dunia dengan tenang. Selain dengan pertimbangan factor biaya, adat, hal ini juga
karena adanya anggapan/nilai di masyarakat bahwa orang yang etikanya tidak baik
selama hidup, maka akan sulit meninggal dunia. Pasien kemudian dibawa pulang,
dengan APS (Atas Permintaan Sendiri). Beberapa hari kemudian pasien tersebut
meninggal dunia.
Hal tersebut dapat terjadi karena mahalnya biaya pengobatan di rumah sakit, sedangkan
sebagian penduduk tidak mempunyai asuransi kesehatan. Ajaran agama juga
menyebutkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah kehidupan sementara, sehingga hidup
di dunia bukan merupakan tujuan akhir manusia. Ini cukup berbeda dengan nilai yang
diyakini oleh sebagian masyarakat tidak beragama, yang menganggap hidup di dunia
merupakan segala-galanya dan menganggap kehidupan setelah mati merupakan ajaran
tradisional atau khayalan manusia saja.
kesulitan
hamil
dapat
dibantu
dengan
berbagai
inseminasi.
kesehatan sedang mejadi topic yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi
suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan. Perawat perlu mempertimbangkan posisi
pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik sendiri,
tetapi bekerja di rumah sakit, dokter praktik swasta, atau institusi kesehatan yang lain.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus disesuaikan
dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan
pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya,
ia dapat mendapat sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
c.
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan apabila terjadi konflik antara
prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
d.
o Menurut kant : benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan,melainkan oleh nilai moralnya.
o Perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang
dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau
salah.
o Kant berpendapat : prinsip-prinsip moral yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal ,tidak kondisional dan imperative.
o Contoh penerapan deontology : seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan aborsi karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan
pembunuhan.
10
o Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan
sederajat,sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan secara tidak
sederajat harus diperlakukan secara tidak sederajat sesuai dengan
kebutuhan mereka (beauchamp dan childress).
o Otonomi
Prinsip otonomi
11
kepercayaan
-Kode
etik
keputusan
perawat
Kerangka
pembuat
keputusan
Indonesia
etis.
-Teori/prinsip-prinsip etika
Model Pembuatan Keputusan Etis Keperawatan (Jameton dalam fry,1991)
Tahap 1
: Identifikasi Masalah
dilihat dari nilai 2,konflik dan hati nurani
o perawat harus mengkaji keterlibatannya dan parameter waktu
untuk proses pembuatan keputusan. o akan menjawab
pertanyaanhal apakah yang membuat tindakan benar adalah
benar.
12
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
keputusan
memilih
tindakan
yang
menurut
13
Tahap 6
BAB III
PEMBAHASAN
14
BAB V
KESIMPULAN
15
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
5.2 Saran
Dari penjabaran di atas, penulis menyarankan :
1.
2.
3.
16