Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

memiliki kesempatan lari menyusul kaisar Yongle. Pemimpin gerombolan ini


adalah seorang pendeta lama berjubah merah, namanya Hek Sin Lama (Lama
berhati hitam), seorang pendeta sesat yang tinggi ilmu silatnya. Besi-besi
berbentuk lingkaran yang dihiasi dengan dua tengkorak bayi menjadi senjata
andalannya yang lihai dan beracun. Entah sudah berapa jumlah manusia yang
mencjadi korban sentaja beracun ini.
Dengan senjata ini pula ia menyerang jendral Xu Da dengan maksud
membunuh. Serangan-serangannya sangat keji dan leuar-biasa dahsyat dan
berbahayanya. Jendral Xu Da mencoba melawan dengan tombaknya, tetapi
lingkaran-lingkaran besi itu terlalu lihai baginya. Mulailah ia terdesak hebat.
Dada sebelah kirinya sudah terluka dan mengucurkan darah berwarna
kehitam-hitaman.
Hahahahei anjing tua, umurmu sebentar lagi tamat, demikian juga
seluruh pengikutmu termasuk kaisar jahanam itu juga akan mati tanpa
kuburan.
Sehabis berkata demikian, pendeta ini menyerang lebih hebat lagi.
Lingkaran-lingkaran besi mendesing-desing mengarah kepada tujuhjalan
darah kematian Xu Da. Jendral Xu Da yang sudah jatuh dibawah angin itu
sudah sangat kepayahan. Pelipisnya sudah mengeluarkan darah karena
terserempet pinggiran lingkaran besi itu. Karena ia tahu bahwa ia tidak bisa
menolong kaisar Yongle ia menjadi nekad. Ia mendesak dengan sisa
tenaganya untuk mati bersama dengan lawannya.
Ia melompat tinggi sambil mengirim tusukan maut dengan tombaknya
ke arah ubun-ubun lawan dengan tanpa menghiraukan keselamatan jiwa lagi.
Namun Hek Sin lama tidak menjadi gugup, ia memutar tubuhnya seperti
gasing, kemudian melepaskan dua lingkaran besi itu dari tanggannya, dan
meluncur ke arah uluh hati lawannya yang masih melayang di udara. Xu Da
sangat terkejut sekali melihat gerak gasing lawannya, sehingga ia terlambat
untuk menghindar dari serangan lingaran besi.
Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang
Lingkaran |112

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Pada detik terakhir sebelum lingkaran besi itu menggedor uluh hatinya,
sebuah bayangan memapak senjata maut Hek Sin Lama.
Paman Xu Da, bantulah yang lain, biar aku menghabisi hidup pendeta
sesat ini!
Bu Tong kau, apakah pamanmu datang menyusul?
Tidak paman, Gan susiok mengutus kami untuk menolong kaisar dari
cengkraman musuh yang dipimpin oleh manusia misterius yang bernama
Bupun Ongya.
Pemuda bosan hidup, terimalah kematianmu! Hek Sin Lama
menyerang Bu Tong dengan kemarahan yang meluap-luap, giginya
gemeretak dan biji matanya seolah mau keluar saking marahnya karena
usaha membunuh jendral Xu Da digagalkan oleh pemuda yang berdiri di
depannya ini.
Ilmunya yang paling jahat dan mengerikan, Hek Du Quanzi (Lingkaran
racun hitam), dipergunakan untuk menghabisi hidup Bu Tong.
Bu Tong yang sekarang lebih menguasai ilmunya YingYang Sinshuang
Quan setelah pibu dengan yang Jing, memainkan ilmunya secara luarbiasa
sekali. Penggunaan sinkangnya yang diatur menurut unsur YingYang
sedemikian baiknya membuat YingYang Sinshuang Quan sukar dilawan oleh
Hek Sin Lama. Hek du Quanzi dibuat mentah dan tidak memiliki kegunaan
karena gempuran sinkang panas yagn membakar racun, sinkang dingin yang
membalikkan racun itu ke arah dirinya sendiri.
Ketika ia melirik ke arah teman-temannya, ia juga terperanjat karena
seorang dara berbaju kuning dengan ilmu pedangnya yang sangat lihai
membuat teman-temannya kocar-kacir dan banyak yang mati mandi darah.
Sedangkan jendral Xu Da dengan gagah perkasa menggilas semua lawanlawannya tanpa ampun.

Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang


Lingkaran |113

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Kawan-kawan angin besar . Lari! Tanpa menghiraukan temantemannya yang luka-luka dan binasa, sisa-sisa penjahat itu melarikan diri
dengan cepat ke arah selatan meninggalkan Yongle Lie Chang.
Mari kita mundur sejenak, mengapa tiba-tiba Bu Tong dan Juen Ai bisa
muncul bersamaan di Yongle Lie Chang dan menolong jendral Xu Da pada
waktu yang tepat.
Telah diceritakan di bagian depan, De Hu, Yang Jing, dan Juen Ai
dengan menggunakan ginkang masing-masing lari seceat terbang ke arah
utara menuju Jundushan. Namun Juen Ai tidak bisa mengikuti kecepatan De
Hu dan Yang Jing, sehingga perjalanan menjadi terhambat.
Menyadari waktu yang sudah sangat mendesak, De Hu memperlambat
larinya, dan bersanding dengan Juen Ai.
Ai mei (adik Ai), maafkan aku. Ia berkata kepada Juen Ai.
Belum sempat Juen Ai bertanya, mengapa ia meminta maaf, tiba-tiba
tubuhnya sudah dibawa lari secepat terbang oleh De Hu. Ia merasakan
sebuah tangan yang kokoh kuat menggandengnya. Tanpa ia sadari ia
tersenyum bahagia. Hatinya berdebar-debar luar-biasa, bukan karena takut
terlambat menolong kaisar Yongle, melainkan karena perasaan bahagia dan
mendesak-desak perasaannya begitu rupa.
Ia melirik ke arah De Hu, ia melihat pemuda berlengan tunggal ini
memandang ke depan dengan sorot mata yang sangat tajam, rambutnya
yang berkibar-kibar tertiup angin menciptakan pemandangan yang luarbiasa hebatnya di mata Juen Ai.
Betapa tampan dan gagahnya pendekar berlengan tunggal ini,
gumannya lirih. Ingin dia diajak lari terus oleh De Hu dengan cara seperti ini.
Yang Jing tersenyum melihat wajah Juen Ai yang tersenyum-senyum
sendiri.

Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang


Lingkaran |114

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Hu Koko, jari-jari Gan Cici tampak biru karena kau pegang terlalu kuat!
Kata Yang Jing tiba-tiba kepada De Hu.
De Hu sampai berhenti saking terkejutnya. Tanpa ia sadari ia membawa
jari-jari Juen Ai dekat dengan wajahnya. Ia melihat jari-jari yang mungil,
putih, dan bersih sekali. Kulitnya lembut bagai sutera, dan jari-jemari itu
sedikit gemetar.
Oh Ai Mei, maafkan aku kalau aku tanpa sengaja menekan jarijarimu. De Hu tampak kikuk dan serba salah.
Hu Koko, coba gandeng lengan dekat siku, itu baru aman dan tidak
sakit. Kembali Yang Jing berkata.
Mendengar ucapan Yang Jing itu, tangan JuenAi menjadi semakin
gemetar dan wajahnya merah sekali.
De Hu tambah terkejut, dia pikir tangan Juen Ai sedikit terluka dan
terganggu jalan darahnya sehingga ia menahan sakit. De Hu menjadi serba
salah dan bingung.
Hu Koko, ayo, kita harus segera tiba di Yongle Lie Chang sebelum para
datuk sesat menghabisi jiwa kaisar Yongle.
Diingatkan tentang itu, maka tanpa berpikir panjang ia memeluk lengan
Juen Ai dekat siku, kemudian dibawa larilah gadis itu secepat terbang. Yang
Jing yang berlari dekat Juen Ai melirik kearah gadis itu. Dan kebetulan Juen
Ai juga melirik kepadanya.
Gan Cici, tidak sakit lagi khan ? katanya sambil tersenyum nakal.
Juen Ai melotot sambil tersenyum, namun tidak berani berkata apa takut
menganggu konsentrasi De Hu.
Ketika sampai di Yongle Lie Chang, mereka mendengar suara beradunya
senjata tajam. Wah..kita terlambat.. mari! Tanpa melepaskan gandengannya,
De Hu berlari menuju suara pertempuran itu. Tepat waktu mereka tiba di situ,
Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang
Lingkaran |115

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

De Hu dan Yang Jing melihat kuda kaisar Yongle meluncur menuju lekuk
gunung.
Ai mei, bantulah para prajurit itu, aku dan Jing Ti akan menyusul kaisar.
Pergilah Hu twako, akan kucoba membantu jendral XuDa. Begitu turun
dari gandengan De Hu, Juen Ai melesat seperti walet terbang untuk
menolong jendral Xu Da yang terancam serangan maut
Juen Ai Mei Mei, serahkan pendeta sesat itu kepadaku, dan bantulah Xu
goanswe! Tiba-tiba Bu Tong sudah muncul di situ dengan mengendarai
seekor kuda.
Kaisar Yongle yang tidak tahu rombongan pengawalnya bertempur
mati-matian dengan kawanan pembunuh, terus mengejar kijang buruannya.
Ketika ia sampai di lekuk gunung itu, tiba-tiba kudanya melompat tinggitinggi sambil mengibas-ngibaskan kakinya, seperti marah.
Kaisar Yongle bukanlah manusia lemah, dengan cepat dan cekatan ia
menenangkan kudanya. Begitu ia turun dari kudanya, ia melihat enam
manusia sangat aneh berdiri di depannya. Yang paling depan bermuka
seperti burung kokok belok. Ia mengenakan baju siucai. Senjatanya sangat
istimewa, semacam patkwa kuanpit yang ujung menggunakan besi yang
kelihatn tua sekali, sedangkan gagangnya terbuat dari tulang belakang ular
laut. Inilah datuk sesat dari teluk Pohai, Pohai Toatbeng Lomo (Iblis tua
pencabut nyawa dari teluk Pohai). Sedangkan orang kedua, lebih
menyeramkan lagi. Tubuhnya kecil pendek, rambutnya riap-riapan seperti
iblis kuburan. Ia berdiri sambil asyik memasukkan segengam ulat-ulat besar
berwarna hijau tua. Ulat-ulat itu berkelejotan ketika digigit dengan giginya
yang besar-besar itu. Warna ulat itu hijau tua, tetapi begitu digilas dengan
gigi kakek itu, mengeluarkan cairan berwarna merah darah yang berbau
busuk luar-biasa. Inilah Datuksesat dari Utara tembok besar, Chong Du Wan
(Ulat seribu racun). Sedangkan empat orang lainnya seperti saudara kembar.
Potongan empat orang itu rata-rata tinggi kurus dengan tulang rahang
Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang
Lingkaran |116

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

besar. Muka mereka pucat seperti mayat. Emapt orang ini merajai daerah
pantai selatan. Semua orang di pantai selatan akan menjadi keder dan
ketakutan apabila berjumpa dengan empat manusia kembar yang ganas dan
aneh ini. Inilah dia, Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai
selatan). Keempatnya memiliki bentuk tubuh dan wajah yang sama, cuma
warna kukunya saja yang berbeda. Yang paling tua dipanggil He Lang
(Srigala hitam), karena kukunya yang panjang itu mengandung racun
kelabang hitam. Orangnya pendiam, tetapi luar-biasa ganas dan kejamnya.
Orang kedua, dipanggil, Huang Lang (srigala kuning), karena kukunya
mengandung bisah ular gurun Gobie yang berwarna kuning. Racun yang
sangat berbisa, hawanya saja bisa membawa orang kepada maut. Yang
ketiga dipanggil, Bai Lang (srigala putih). Kukunya dilatih dan direndam
dengan racun kalajengking putih dari Manlingho, di Buthan. Racun ini tidak
berbau, namun bisa membuat kurbannya kehilangan ingatan. Orang terakhir,
Zi Lang (Srigala ungu). Kukunya berwarna ungu tua dan mengandung racun
ulat ungu yang hanya didapat di sebuah pulau hantu yang biasa disebut
pulau neraka. Racun ungu ini membunuh korbannya perlahan-lahan,
pertama-tama yang digerogoti adalah persendian. Tidak lebih dari setengah
jam setelah orang itu terkena racun ini, seluruh sambungan tulang di dalam
tubuhnya akan lemah dan akhirnya hancur. Ilmu silatnya mereka rata-rata
tidak di bawah datuk-datuk rimba persilatan, bahkan mereka jauh lebih
berbahaya, karena selalu maju bersama-sama.
Kaisar Yongle tahu bahwa ia berada dalam ancaman orang-orang jahat
yang berilmu sangat tinggi.
Hohohokaisar perebut kekuasaansudah lama kami ingin
mengambil jiwamu, baru hari ini kami memiliki kesempatan. Kami akan
memenggal kepalamu dan dibawa ke hadapan kaki raja Jianwen, kaisar kami
yang sejati. Hari ini, mau atau tidak, kamu harus menyerahkan nyawamu!
kata Pohai Toat Beng Lomo.

Chapter 7 (c), Pertempuran di Yongle Lie Chang


Lingkaran |117

Anda mungkin juga menyukai