(P17420713024)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat
yang
optimal.
Selama
ini
epidemiologi
banyak
sembuh
dan
beraktivitas
dengan
optimal.
Gangguan
berumur lebih dari 50 tahun sebesar 30% dari seluruh kasus fraktur
yang ada (49 kasus).
Penurunan fungsi organ menyebabkan lansia rawan terhadap
gangguan keseahatan. Patah tulang (fraktur) merupakan salah satu dari
sindrom geriatrik. Seiring dengan bertambahnya usia, terdapat
peningkatan hilangnya massa tulang secara linear. Tingkat hilangnya
massa tulang ini sekitar 0,5 - 1% per tahun dari berat tulang pada
wanita pasca menopause dan pria lebih dari 80 tahun. Sistem
muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Masalah
yang berhubungan dngan struktur ini sangat sering terjadi dan
mengenai semua kelompok usia. Gangguan muskuloskeletal pada usia
lanjut merupakan salah satu dari sedemikian banyak kasus geriatri
yang lazim dijumpai di praktik sehari-hari. Pada usia lanjut dijumpai
proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh, serta
perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan mencapai
puncak pada pertengahan usia duapuluhan (di bawah usia 30 tahun).
Fraktur panggul merupakan fraktur yang paling sering terjadi
pada lansia, namun selain fraktur panggul lansia juga sering
mengalami fraktur humerus. Umumnya karena jatuh pada bahu dan
bisa disertai dengan dislokasi bahu. Ini adalah cedera yang umum pada
lanjut usia bahkan setelah jatuh. Fraktur Midshaft humerus sebagian
besar terjadi setelah jatuh pada siku atau kecelakaan di jalan, karena
saraf radialis berjalan sangat dekat ke bagian tulang humerus sehingga
dapat terluka karena trauma primer, atau karena terjebak antara ujung
tulang retak, atau bahkan selama pengobatan. Oleh karena itu,
perawatan harus dilakukan di setiap langkah untuk memastikan
integritas dari saraf.
B. Tujuan Penulisan
1. TujuanUmum.
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami patah tulang pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep patah
tulang pada lansia.
b. Mahasiswa mampu mengetahui proses penyembuhan tulang
pada lansia.
c. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan patah tulang
humerus pada lansia.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud fraktur humeri?
2. Apa etiologi (penyabab) dari fraktur?
3. Apa anatomi dsn fisiologi tulang humerus?
4. Bagaimana perjalanan (patofisiologi) fraktur?
5. Bagaimana proses penyembuhan tulang khusunya pada lansia?
6. Apa komplikasi pada fraktur ?
7. Bagaimana pengelolaan/asuhan keperawatan fraktur yang terjadi
pada lansia?
BAB II
ISI
A. Definisi
Fraktur
yang
tidak
1. Terhadap Klien
a. Bio
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya
yang terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan
untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi
melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi
b. Psiko
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri
dari fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi
rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta
tuakutnya terjadi kecacatan pada dirinya.
c. Sosio
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak
akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.
d. Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai
dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah
yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.
2. Terhadap Keluarga
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarganya terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan
keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan
sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga,
untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam memberikan
penjelasan terhadap keluarga. Selain itu, keluarga harus bisa
menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini
tentunya menjadi beban bagi keluarga.
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi
aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terusmenerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,
rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip
dengan normalnya.(Black, J.M, et al, 2008)
K. Pemulihan fraktur humerus didasarkan pada beberapa faktor,
1. Jumlah dan dislokasi fragmen tulang
2. Tingkat keparahan fraktur humerus dan cedera jaringan lunak
3. Usia penderita
4. Lokasi dan konfigurasi fraktur
5. Pergeseran awal fraktur
6. Vaskularisasi pada kedua fragmen.
7. Reduksi serta imobilisasi
8. Waktu imobilisasi
9. Waktu tunda antara cedera dan pengobatan
10. Latihan rehabilitasi Fraktur humerus
Sebuah pemulihan fraktur humerus lengkap memerlukan waktu
sekitar 3-4 bulan, yang mencakup beberapa bulan untuk penyembuhan
fraktur humerus diikuti dengan penggunaan brace pelindung fraktur
kapiler
yang
bisa
menyebabkan
menurunnya
c. Retensi/memperhatikan reduksi
Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
d. Traksi
Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian
tubuh dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk
menyokong tulang.
e. Gips
Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam
bentuk tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
f. Operation/pembedahan
Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan
pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi
terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur akan
direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan
menggunakan orthopedi yang sesuai
akan mengalami
j.
3. Pemeriksaan fisik
Ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan umum
(status general) untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (local).
a. Keadaan umum : keadaan baik dan buruknya klien. tanda
tanda yang perlu dicatat adalah sebagai berikut :
i. Kesadaran klien : Apatis, spoor, koma, gelisa, compos
mentis yang bergantung pada keadaan klien.
ii. Kesakitan, Keadaan penyakit : akut, kronis, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
iii. Tanda- tanda vital tidak normal karena ada ganguan
local, baik fungsi maupun bentuk.
b. B1 (Breating).
Pada pemeriksaan sistem pernapasan , didapatkan bahwa
klien fraktur humerus tidak mengalami kelainan pernapasan.
Pada palpasi toraks, didapatkan taktilfremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ditemukan suara napas
tambahan kecuali jika memang klien mempunyai penyakit
paru.
c. B2 ( Blood)
Palpasi nadi.
d. B3 ( Brain)
i. Tingkat kesadaran
a) Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik,
simetris, tidak ada penonjolan, ada atau tidak nya sakit
kepala.
20 kali/menit.
(abnormal).
Perhatikan
adanya
sindrom
Perawat
perlu
mengkaji
apakah
ada
dapat
mengevaluasi
keadaan
sebelum
dan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen
tulang, kompresi saraf, cedera neuromuscular, trauma jaringan,
dan reflex spasme otot sekunder.
2. Hambatan mobilitas fisik yang
diskontinuitas
jaringan
berhubungan
dengan
tulang,
nyeri
sekunder
akibat
krisis
situasional,
akan
dengan
menggunakan
skala
nyeri.
Klien
jaringan
tulang,
nyeri
sekunder
akibat
kemampuan
mobilisasi
ekstremitas
dapat
tanda/gejalah
perluasan
cedera
jaringan
klien,
menekankann
penghargaan
terhadap
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan
tendon. Masalah yang berhubungan dngan struktur ini sangat sering
terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Seiring bertambahnya
usia, seseorang menjadi lebih beresiko terhadap terjadinya
penurunan dari massa tulang atau tulang menjadi rapuh sehingga
mudah patah saat orang tersebut terjatuh. Pada usia lanjut dijumpai
proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh,
serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia duapuluhan (di bawah usia
30 tahun). Proses degenerasi juga terjadi pada persendian dapat
dijumpai pada hampir semua manusia usia lanjut. Faktor- faktor
seperti predisposisi genetik, riwayat trauma pada persendian,
obesitas, nutrisi, dan overuse dapat berinteraksi secara kompleks
dalam proses degenerasi sendi.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang
patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan
tulang.
Ada
lima
stadium
penyembuhan
tulang,
yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham ,2006. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley,
Widya Medika, Jakarta.
Carpenito (2010), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Dudley (2012), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dunphy & Botsford (2007), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia
Medica, Jakarta.
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
(Edisi 9). Jakarta: ECG
LAMPIRAN GAMBAR
B. Lmpiran Pertanyaan
1. Pertanyaan
a. (Karisma) apa perbedaan patah tulang pada anak dan lansia ?
Jawab : Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan
dibanding dengan lansia, proses penyembuhannya dapat
berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat
baik, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi,
biomekanik serta fisiologi tulang anak yang berbeda dengan
tulang lansia. Salah satu faktor penyembuhan tulang adalah
usia, dimana penyembuhan fraktur pada lansia lebih lama
untuk
mempertahankan
kondisi
kesehatan.