PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan
lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki
kemajuan lahiriah seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal
yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan,
kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat,
pemerintah mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No:
938/Menkes/x/1992, yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan
kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan
yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit
(tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama
dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan
berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling
mendukung dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga
ditingkatkan agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab.
Obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan,
bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea.
Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau
pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring,
karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya
reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang
menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan
sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari
ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda
asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut
terjepit diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi
Saluran Napas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan,
dan intervensi.
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran
Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
C. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses
belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan
penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba
Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian
atas (dari hidung sampai percabangan trakea).
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran
napas atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang
menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan.
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan
penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas.
2. Etiologi
a. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
Idiopatik (belum diketahui)
2) Karsinoma Nasofaring
Virus Epstein Barr
Faktor rass
Letak geografis
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan
bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
Faktor genetik
3) Polip hidung
Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
b. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan
1999)
3. Klasifikasi dan stadium penyakit
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
a. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu
pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus,
terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi
kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering.
Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi
lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung).
Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas
atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada region
sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,
2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui
nostril oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip
yang dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer,
dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1) Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada
hidung. (Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
2) Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor
di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3) Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di
dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel
dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
b. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang
berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan
rapat mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
dilaring
dan
menutup
Somantri,2008:138)
5
seluruh
rimaglotis.
(Irman
stadium penyakit
1. Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan
sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak
napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala
tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan
laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson)
Stadium I
terdengar.
Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal
dan
supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-
mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan
kesadaran menurun. (Irman Somantri,2008:140)
4. Patofisiologi
a. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan
cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama
tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding
lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan
hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2) Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma
yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan
terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat
ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian
atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga
hidung.
Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di
telinga.
Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia
di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring,
Demam tinggi
Leukositosis
Nyeri tenggorokan
Otalgia
Nyeri menelan
Muntah
Mulut berbau
Hiperemis
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung dan karsinoma
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
8
di daerah nasofaring.
Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif,
dini tumor.
2) Polip Hidung
Rinoskopi anterior terlihat adanya polip
Endoskopi terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum
obstruksi
hidung
membutuhkan
pengangkatan
dipropionah
Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
11
Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan
benda yang tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut
langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan
ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
ampisilin, dll)
Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air
hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai
berikut :
1. Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis
vertikal melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem,
nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring, sebelum insisi
dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada
ganglion stenoplatinum.
2. Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau
2.
3.
4.
5.
6.
b. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi
pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya
dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih
memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkinmengalami kondritis.
(inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang
mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga
dapat digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme
penatalaksanaan
sumbatan/obstruksi
komplet
dan
Abses parafaringeal
Abses retrofaringeal dan edema larings
Dehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
Mediastinitis
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab.
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada
jalan napas atas, diantaranya adalah :
1. Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung
b. Karsinoma Nasofaring
c. Polip Hidung
2. Obstruksi Laring
a. Sumbatan Total Laring
b. Abses Peritonsial (Quinsy)
14
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
15
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
16