PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus, virus RNA dari
keluarga Flaviviridae. Virus ini ditularkan dari gigitan vektor nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Manifestasi klinis dari infeksi ini dapat berupa
nyeri kepala, demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi dan nyeri retro orbital yang
disertai dengan leukopenia, ruam, limfadenopati dan trombositopenia. Pada DBD
terjadi inveksi virus yang disertai dengan perembesan plasma yang ditandai
dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit atau penumpukan
cairan di rongga tubuh.4 Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
merupakan suatu keadaan infeksi dari Deman Berdarah Dengue yang ditandai
dengan adanya kegagalan dari sirkulasi, termasuk menyempitnya tekanan nadi
(<20mmHg).1
2.2 Epidemiologi
Penyakit Dengue sering ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 populasi di dunia
diperkirakan berisiko mengalami penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar.
Diperkirakan ada 50 juta manusia terinfeksi dengue yang 500.000 di antaranya
memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak
kurang dari 15 tahun.4
Asia Tenggara yang memiliki jumlah penduduk sekitar 1,3 milyar
merupakan daerah endemis yang tinggi dan jumlah kematian oleh penyakit ini
mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya. Sementara itu
WHO juga mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi seAsia Tenggara sejak tahun 1968-2009, dan yang tertinggi kedua adalah Thailand. 1
Pada tahun 2010 di Indonesia terdeteksi jumlah kasus DBD mencapai 150.000
kasus, yang dikutip dari hasil data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
melalui Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dalam
sekala nasional.2
Berdasarkan Profil Kesehatan Kab/Kota 2011 rekapitulasi data kasus pada
tahun 2011 provinsi dengan Insiden Rate tinggi sepanjang 2011 yaitu, provinsi
Sulawesi Tengah, Bali, DKI Jakarta, Jambi, dan Kepulauan Riau. Pada Tahun
2011 di bali tercatat terjadi 2.993 kasus. Di Denpasar sendiri merupakan daerah di
Bali dengan jumlah kasus DBD paling banyak yaitu 981 kasus, dengan sebaran
paling banyak yaitu di Denpasar Selatan dengan 371 kasus.3
2.3 Etiologi
Demam Dengue (DD) dan DBD disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis seroptipe, yaitu :
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.1 . Keempat serotipe ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4 x 106.4
Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
biakan virus dengue yang berhubungan dengan tingginya angka kejadian DBD
telah dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1) vektor:
perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain ; 2) pejamu/hospes: terdapat
sehingga
menimbulkan
hemokonsentrasi
darah.
Pathogenesis DBD dan DSS masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua
teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan
DSS yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan
hypothesis antibodi dependent enhancement (ADE).4
Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan
infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap
infeksi virus tersebut untuk jangka waktu yang lama. Seseorang yang pernah
mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibodi yang dapat
menetralisasi yang sama/homologous.6
mediator
vasoaktif
yang
kemudian
menyebabkan
peningkatan
Patogenesis
terjadinya
syok
berdasarkan
hipotesis
the
secondary
peningkatan
jumlah
virus.
Hal
ini
akan
mengakibatkan
Sebagai
tanggapan
terhadap
infeksi
virus
dengue,
menyebabkan
perlekatan
kompleks
antigen-antibodi
pada
membran
trombosit
10
11
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian
dorsal, lengan atas, dan tangan
Manifestasi perdarahan :
Uji bendung positif dan/atau petekie.
Anamnesis : demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40C, serta terjadi kejang
demam. Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri
tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan
nyeri perut.
Pemeriksaan fisik :
1. Manifestasi perdarahan yaitu :
a) Uji bendung positif (10 petekie/inch2) merupakan manifestasi
perdarahan yang paling banyak pada fase demam awal.
b) Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
c) Epistaksis, perdarahan gusi
12
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
13
defervescence). Pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien
da[at mengalami syok hipovolemik.9
Pada fase ini penting untuk mengenali warning sign untuk mengantisipasi
syok. Warning sign terjadi menjelang akhir fase demam antara hari ke 3-7. Tanda
awal berupa muntah terus menerus dan nyeri perut hebat. Perdarahan mukosa
spontan atau perdarahan di tempat pengambilan darah merupakan manifestasi
perdarahan penting. Sering ditemukan hepatomegali. Terjadi penurunan jumlah
trombosit dibawah 100.000 sel/mm3 serta kenaikan hematokrit diatas data dasar,
serta leukopenia (5000 sel/mm3).9
Bila syok terjadi, mula-mula tubuh melakukan kompensasi (syok
terkompensasi) namun bila mekanisme tersebut tidak berhasil pasien akan jatuh
ke dalam syok dekompensasi yang dapat berupa syok hipotensif dan profound
shock yang menyebabkan asidosis metabolik, gangguan organ progresif, dan
koagulasi intravaskular.9
Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Apabila pasien dapat melalui fase kritis selama 24-48 jam, terjadi reabsrobsi
cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang intravaskular yang berlangsung secara
bertahap selama 48-72 jam. Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik
dan nafsu makan kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan
pengganti. Gejala umum dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan
karakteristik confluent petechial rash seperti pada DD.9
2.5.4 Dengue Shock Syndrome(DSS)
DSS merupakan syok hipovolemik yang terjadi akibat peningkatan
permeabilitas kapiler yang disertai dengan perembesan plasma. Syok biasa terjadi
pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke-7
ditandai dengan warning sign.9
Syok terkompensasi
Adanya hipovolemi menyebabkan tubuh melakukan mekanisme kompensasi
melalui jalur neuro hormonal untuk mencegah hipoperfusi pada organ vital.
Sistem kardiovaskular mempertahankan sirkulasi melalui peningkatan isi
sekuncup, laju jantung, dan vasokontriksi perifer. Klinis ditandai dengan takikardi
14
yang terjadi saat suhu mulai turun walaupun tekanan darah belum terlalu turun
karena kompensasi dari peningkatan laju jantung. Tahap selanjutnya kompensasi
dilakukan dengan mempertahankan sirkulasi ke arah organ vital dengan
menurunkan sirkulasi ke daerah perifer (vasokontriksi perifer). Hal ini ditandai
dengan ekstremitas dingin dan lembab, sianosis, kulit tubuh menjadi bercakbercak, pengisisan waktu kapiler memanjang. Dengan adanya vasokontriksi
perifer, terjadi peningkatan resistensi perifer sehingga tekanan diastolik meningkat
sedangkan tekanan sistolik tetap sehingga terjadi tekanan nadi menyempit. Pada
tahap ini sistem pernafasan melakukan kompensasi dengan quite tachypnea
(takipnea tanpa peningkatan kerja otot pernafasan).9
Syok dekompensasi
Pada syok dekompensasi, upaya fisiologis untuk mempertahankan
kardiovaskular gagal. Pada keadaan ini ditandai dengan tekanan sistolik dan
diastolik menurun (syok hipotensif). Jika pengobatan tidak adekuat akan terjadi
profound shock yang ditandai dengan nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
terukur, sianosis makin jelas. Tabel 1 memperlihatkan rangkaian hemodinamik
pada anak dengan sirkulasi stabil, syok terkompensasi, dan syok dekompensasi.9
Tabel 1. Hemodinamik Pada Anak Dengan Sirkulasi Stabil, Syok Terkompensasi,
dan Syok Dekompensasi
Parameter
Kesadaran
Sirkulasi stabil
Clear dan lucid
Syok
terkompensasi
Syok dekompensasi
Perubahan status
mental
> 2detik
Sangat memanjang,
kulit mottled
Ekstremitass
Hangat dan
kemerahan
Dingin
Volume nadi
perifer
Volume baik
Lemah atau
menghilang
Frekuensi
jantung
Normal sesuai
usia
Takikardi
Takikardi berat,
bradikardi pada syok
lanjut
15
Tekanan darah
Tekanan darah
normal sesuai
usia
Tekanan nadi
normal sesuai
usia
Tekanan diastolik
Hipotensi (syok
meningkat, tekanan hipotensi)
sistolik tetap
Tekanan darah tidak
Tekanan nadi
terukur (profound
menyempit (20
shock)
mmHg)
Frekuensi nafas
Normal sesuai
usia
Quite tachypnea
Asidosis
metabolik/hiperpnea
pernafasan Kusmaull
Diuresis
Normal
Cenderung
menurun
Oligouria/anuria
Sumber : UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2014. Pedoman dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
16
e) Leukopenia <4000/mm3
f) Trombositopenia <100.000/mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua atau lebih
tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat ditegakkan.1,8,9
Diagnosis klinis demam berdarah dengue ditegakkan setelah pasien
dievaluasi beberapa hari untuk melihat tanda-tanda permbesan plasma yang
muncul beberapa hari setelah panas timbul.
Adapaun diagnosis klinis demam berdarah dengue sebagai berikut :1,8,9
a) Demam 2-7 hari yang timbul mendadak tinggi, terus menerus,
bifasik
b) Manifestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau
melena maupun uji tourniquet positif
c) Nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri retro orbital
d) Dijumpai kasus DBD di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar
lingkungan rumah
e) Hepatomegali
f) Terdapat tanda kebocoran plasma yang ditandai dengan
g) Trombositopenia <100.000/mm3.
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis
DBD. Tanda bahaya atau warning signs perlu dievaluasi untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi syok pada penderita DBD sebagai berikut :1,8,9
a) Demam turun tapi keadaan anak memburuk
b) Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
c) Muntah yang menetap
d) Letargi, gelisah
17
e) Perdarahan mukosa
f) Pembesaran hati
g) Akumulasi cairan
h) Oligouria
i) Peningkatan hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah
trombosit
j) Hematokrit awal tinggi
Untuk menegakkan diagnosis DSS harus memenuhi kriteria DBD dan
ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang terkompensasi ataupun
dekompensasi. Berikut adalah tanda dan gejala syok terkompensasi :1,8,9
a) Takikardi
b) Takipnnea
c) Tekanan nadi <20 mmHg
d) Waktu pengisian kapiler >2 detik
e) Kulit dingin
f) Produksi urin <1ml/kgBB/jam
g) Anak gelisah
Tanda dan gejala syok dekompensasi berupa :1,8,9
a) Takikardi
b) Hipotensi
c) Nadi cepat dan lemah
d) Pernafasan kusmaull atau hiperpneu
e) Sianosis
f) Kulit lembab dan dingin
g) Pada profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur
Derajat
Laboratorium
18
DD
Leukopenia (jumlah
leukosit 4000
sel/mm3)
Trombositopenia
(jumlah trombosit
<100.000 sel/mm3)
Peningkatan
hematokrit (5%10%)
Tidak ada bukti
perembesan plasma
DBD
Trombositopenia
<100.000 sel/mm3;
peningkatan hematokrit
20%
DBD
II
Trombositopenia
<100.000 sel/mm3;
peningkatan hematokrit
20%
DBD*
III
Trombositopenia
<100.000 sel/mm3;
peningkatan hematokrit
20%
DBD*
IV
Trombositopenia
<100.000 sel/mm3;
peningkatan hematokrit
20%
19
Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi mulai hari sakit ke 3-5,
meningkat sampai minggu ke-3, dan menghilang setelah 60-90 hari.4
Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari
sakit ke-14 dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan
pada infeksi sekunder IgG anti dengue mulai dapat terdeteksi pada hari
sakit ke-2. 4
Tabel 3. Interpretasi uji serologi IgM dan IgG pada infeksi dengue
Antibodi anti dengue
Interpretasi
IgM
IgG
(+)
(-)
Infeksi primer
(+)
(+)
Infeksi sekunder
(-)
(+)
Pernah terinfeksi*
(-)
(-)
Tidak ada infeksi
*Perlu diulang pada fase konvalesen, jika klinis mendukung infeksi
dengue
Sumber : UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2014. Pedoman dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
20
3. Serologi
Beberapa uji serologi yang dapat dilakukan antara lain adalah :
1. Uji Hambatan Hemaglutinasi yang merupakan gold standard WHO untuk
mendiagnosis infeksi virus dengue.
2. Uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi
3. Uji ELISA
4. Uji Dengue Blot Dot imunoasai dengue stick.1,7
4. Isolasi virus
Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu :
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1 3 hari.
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia ( LLCKMK2 ) dan nyamuk A.
albopictus. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebri
pada larva.1
21
22
23
24
25
26
27
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas
Nama
: NA
Umur
29
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
Alamat
Tanggal MRS
Tanggal Pemeriksaan
30
volume dikatakan gelas air mineral setiap kali muntah. Muntah darah atau
muntah kecokelatan disangkal. Nafsu makan pasien dikatakan berkurang sejak
sakit.
Tidak terdapat keluhan gusi berdarah, mimisan, BAB hitam dan bintik-bintik
merah. BAK dikatakan sedikit dengan volume sekitar 50 cc dan berwarna kuning
pekat sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit (13.00-22.00). Pasien dikatakan
belum BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan lain seperti adanya batuk dan pilek disangkal oleh orang tua pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang dirasakan seperti ini
sebelumnya. Riwayat sakit demam berdarah sebelumnya disangkal oleh ibu
pasien. Riwayat penyakit kelainan darah maupun penyakit sistemik lainnya juga
disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan yang
dialami oleh pasien. Ayah pasien dikatakan memiliki riwayat asma. Sedangkan
riwayat hipertensi, diabetes, jantung, stroke, ginjal, kejang, hati, kanker, TB,
glaukoma, dan perdarahan disangkal. Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
Riwayat Pribadi / Sosial / Lingkungan
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan dikatakan kedua
kakak pasien saat ini berusia 10 tahun dan 9 tahun dan adik pasien berusia 1
tahun. Semua saudara pasien diakatakan dalam kedaan sehat. Aktivitas pasien
sehari-hari biasanya hanya bermain dengan ibu, ayah, nenek dan saudaranya.
Selain itu, pasien rajin mengikuti acara pengajian yang diadakan di masjid yang
terletak dekat dengan rumah pasien. Pasien tinggal dalam satu pekarangan rumah
dengan ibu, ayah, saudara kandung dan neneknya. Dikatakan bahwa beberapa
tetangga rumahnya sempat mengalami demam berdarah dengue sehingga harus
dirawat di rumah sakit sekitar satu bulan yang lalu. Jarak rumah pasien ke rumah
tetangganya tersebut hanya dipisahkan oleh gang kecil dan beberapa rumah.
Keluarga pasien termasuk dalam kategori keluarga menengah ke bawah. Ayah dan
31
dan ibu pasien hanya bekerja sebagai penjual nasi kuning yang dibuka jalan
didepan rumahnya.
Terkait dengan lingkungan tempat tinggal pasien dikatakan bahwa dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir ada beberapa tetangga yang mengalami demam
berdarah. Selain itu, di tempat tinggal pasien juga sempat diadakan fogging
sekitar 6 bulan yang lalu sebelum pasien sakit.
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat pada tanggal 3 Maret 2016 ke dokter umum dan
mendapatkan pengobatan berupa parasetamol dalam bentuk serbuk yang diminum
3 kali sehari dan cotrimoxazole sirup yang diminum 3 kali satu sendok makan.
Namun, demam dikatakan hanya turun sebentar dan keesokan harinya pasien
menjadi pucat, lemas, dan kaki dan tangan pasien terasa dingin, sehingga pasien
selanjutnya dibawa ke RSUP Sanglah untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan secara normal pervaginam. Petugas penolong persalinan
adalah bidan. Berat badan lahir 3400 gram, panjang badan dan lingkar kepala
pasien saat lahir dikatakan lupa. Saat lahir pasien dikatakan segera menangis dan
tanpa kelainan bawaan.
Riwayat Imunisasi
- BCG
: 1 kali
- Hepatitis
: 4 kali
- DPT
: 4 kali
- Polio
: 4 kali
- Campak
: 2 kali
Riwayat Nutrisi
- ASI : Ekslusif 6 bulan, durasi 24 bulan , frekuensi on demand
- Susu formula : sejak usia 12 bulan, frekuensi on demand
- Bubur susu : - Nasi tim : - Makanan dewasa : sejak usia 8 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
32
: 3 bulan
- Membalikkan badan
: 5 bulan
- Duduk
: 6 bulan
- Merangkak
: 9 bulan
- Berdiri
: 11 bulan
- Berjalan
: 11 bulan
- Bicara
: 12 bulan
: 3,5 tahun
: 4 tahun
- Menyebut 4 gambar
: 3 tahun
- Menyebut 4 warna
: 4 tahun
- Mengartikan 7 kata
: 4,5 tahun
: 3,5 tahun
- Mencontoh bentuk
: 4 tahun
: 3 tahun
: 4 tahun
Kesadaran
Tekanan darah
: 60 mmHg/palpasi
Nadi
Respirasi
33
Suhu aksila
: 36 C
Status Antropometri :
Berat badan lahir
: 3300 gram
: Lupa
: 14 kg
Tinggi badan
: 106 cm
Lingkar kepala
: 49 cm
: 12, 46 kg/m2
: 13,5 cm
Berat badan/umur
Tinggi badan/umur
IMT/umur
: 17 kg
Waterlow
: 82 % gizi kurang
Status General :
-
Kepala
: Normal
Mata
THT
Telinga
: Sekret (-)
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
:
: Precordial bulging (-),
: Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
34
Perkusi
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Distensi abdomen ( - )
: Timpani (+)
Palpasi
costae dan 2 cm
processus xyphoideus dengan tepi tajam dan
permukaan rata, lien tidak teraba pembesaran, nyeri
tekan (+) kuadran kanan atas, turgor kembali
lambat
-
Ektremitas
Hasil
Satuan
Nilai
Rujukan
Remarks
35
WBC
NE%
LY%
MO%
EO%
BA%
NE#
LY#
MO#
EO#
BA#
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
6.08
29.83
37.19
32.28
0.09
0.62
1.81
2.26
1.96
0.01
0.04
5.49
12.88
41.75
76.08
23.47
30.86
13.64
70.54
9.14
10^3/L
%
%
%
%
%
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^6/L
g/dL
%
fL
g/dL
g/dL
%
10^3/L
fL
6.00 - 14.00
18.30 - 47.10
30.0 - 64.30
0.0 - 7.10
0.00 - 5.0
0.0 - 0.70
1.10 - 6.60
1.80 - 9.00
0.0 - 1.0
0.0 - 0.70
0.0 - 0.10
4.10 - 5.3
12.0 - 16.0
36.00 - 49.00
78.0 - 102.0
25.00 - 35.00
31 36
11.6 - 18.7
140 440
6.80 - 10.0
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
3.1.6 Penatalaksanaan
Rencana Terapi
Rencana Diagnosis
36
Rencana Monitoring :
Warning sign
Keluhan Subyektif :
Demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAK (+), BAB (+), nafsu
makan membaik
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu aksila
: 36,7 C
Status General :
-
Kepala
: Normal
Mata
THT
Telinga
: Sekret (-)
Hidung
Leher
Thorax
37
Cor
Inspeksi
Palpasi
:
: Precordial bulging (-),
: Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
Perkusi
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Distensi abdomen ( - )
: Timpani (+)
Palpasi
costae dan 2 cm
processus xyphoideus dengan tepi tajam dan
permukaan rata, lien tidak teraba pembesaran, nyeri
tekan (+) kuadran kanan atas, turgor kulit normal
Ektremitas
Paramete
RSUP Sanglah
Rujukan
38
WBC
NE%
LY%
MO%
EO%
BA%
NE#
LY#
MO#
EO#
BA#
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
5 Maret
5 Maret
5 Maret
5 Maret
6 Maret
2016
2016
2016
2016
2016
(01.23)
3.85
34.02
36.64
28.58
0.03
0.73
1.31
1.41
1.1
0
0.03
3.72
8.8
28.12
75.64
23.68
31.3
13.42
47.00
9.06
(07.21)
5.33
23.84
44.97
30.62
0.06
0.51
1.27
2.4
1.63
0
0.03
4.32
10.2
32.61
75.40
23.58
31.27
13.71
50.95
8.32
(13.00)
7.82
22.12
50.93
25.7
0.56
0.69
1.73
3.98
2.01
0.04
0.05
4.73
11.15
35.59
75.30
23.58
31.32
14.06
44.32
6.88
(22.22)
7.01
20.61
48.34
29.11
0.76
1.18
1.44
3.39
2.04
0.05
0.08
4
9.57
29.69
74.34
23.96
32.23
13.77
43.77
9.3
(05.45)
8
19.25
51.25
27.66
0.8
1.05
1.54
4.1
2.21
0.06
0.08
3.92
9.2
29.58
75.44
23.47
31.11
14.03
41.11
10.16
Parameter
DHF IgM
DHF IgG
6.00 14.00
18.30 47.10
30.0 64.30
0.0 - 7.10
0.00 - 5.0
0.0 - 0.70
1.10 - 6.60
1.80 - 9.00
0.0 - 1.0
0.0 - 0.70
0.0 - 0.10
4.10 - 5.3
12.0 - 16.0
36.00 - 49.00
78.0 - 102.0
25.00 - 35.00
31 36
11.6 - 18.7
140 440
6.80 - 10.0
Hasil
Positif
Positif
Rujukan
Negatif
Negatif
Diagnosis Kerja
Dengue Shock Syndrom kompensata (panas hari ke-6 sampai pukul 16.00 WITA)
+ Anemia hipokromik mikrositer et causa suspek anemia defisiensi besi dd/
penyakit kronis + Gizi kurang
Rencana Terapi
39
3.1.8 Prognosis
Ad vitam
: dubius ad bonam
BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
Identitas
Nama
: NA
Umur
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
Alamat
Tanggal Kunjungan
40
Usia
Jenis
Pekerjaan
Status
38 tahun
36 tahun
59 tahun
10 tahun
9 tahun
5 tahun
1 tahun
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Swasta
Swasta
-
Ayah
Ibu
Nenek
Anak I
Anak II
Pasien
Anak IV
41
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan yang
dialami oleh pasien. Ayah pasien dikatakan memiliki riwayat asma. Sedangkan
riwayat hipertensi, diabetes, jantung, stroke, ginjal, kejang, hati, kanker, TB,
glaukoma, PMS dan perdarahan disangkal. Riwayat alergi pada keluarga
disangkal.
Riwayat Pribadi / Sosial / Lingkungan
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan dikatakan kedua
kakak pasien saat ini berusia 10 tahun dan 9 tahun dan adik pasien berusia 1
tahun. Semua saudara paien diakatakan dalam kedaan sehat. Aktivitas pasien
sehari-hari biasanya hanya bermain dengan ibu, ayah, nenek dan saudaranya.
Selain itu, pasien rajin mengikuti acara pengajian yang diadakan di masjid yang
terletak dekat dengan rumah pasien. Pasien tinggal dalam satu pekarangan rumah
dengan ibu, ayah, saudara kandung dan neneknya. Dikatakan bahwa beberapa
tetangga rumahnya telah mengalami sakit demam berdarah dengue sehingga harus
dirawat di rumah sakit. Jarak rumah pasien ke rumah tetangganya tersebut hanya
dipasahkan oleh gang kecil dan beberapa rumah. Keluarga pasien termasuk dalam
kategori keluarga menengah ke bawah. Ayah dan dan ibu pasien hanya bekerja
sebagai penjual nasi kuning yang dibuka jalan didepan rumahnya.
Pada rumah pasien terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1
kamar mandi, dan 1 dapur. Di rumah pasien terdapat beberapa drum-drum tempat
penampungan air dalam kondisi tertutup namun saat kunjungan tidak berisi air
karena sumber air yang bersala dari PDAM masih lancar. Selain itu bak
penampungan air pada kamar mandi pasien juga tampak bersih, dimana dikatakan
bahwa keluarga pasien rajin membersihkan dan menguras bak mandi tersebut
setiap dua minggu sekali. Selain itu, tumpukan barang barang bekas yang
berpotensi sebagai sarang nyamuk untuk berkembangbiak juga tidak ditemukan.
Namun, suasana rumah pasien tampak sangat berantakan, dimana baik di dalam
maupun di luar atau halaman rumah pasien terlihat banyak baju yang
menggantung dan barang-barang rumah tangga yang berserakan dengan lantai
rumah yang terlihat kotor karena jarang dibersihkan.
Riwayat Persalinan
42
: 1 kali
- Hepatitis
: 4 kali
- DPT
: 4 kali
- Polio
: 4 kali
- Campak
: 2 kali
Riwayat Nutrisi
- ASI : Ekslusif 6 bulan, durasi 24 bulan , frekuensi on demand
- Susu formula : sejak usia 12 bulan, frekuensi on demand
- Bubur susu : - Nasi tim : - Makanan dewasa : sejak usia 8 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
Food Recall 24 Jam
- Nasi 3 x I porsi
- Tahu 3 x biji besar
- Tempe 3 x potong sedang
- Telur 3 x butir
- Sayur 1 x I porsi
- Susu 2 x I gelas
Riwayat Tumbuh Kembang
43
: 5 tahun 3 bulan
Pasien saat ini belum bersekolah, namun sesekali pasien mengikuti kegiatan
pengajian masjid yang terletak dekat dengan rumah pasien. Selain itu pasien
sering bermain dengan teman-teman di lingkungan rumahnya. Interaksi dengan
teman-teman pasien dikatakan baik. Kesan tumbuh kembang pasien dalam kondisi
normal.
Perkembangan pasien dikatakan normal. Tidak ada keterlambatan pada
perkembangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
Denver II (terlampir).
4.1.3 Pemeriksaan Fisis
Status Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu aksila
: 36,2 C
44
Status Antropometri :
Berat badan lahir
: 3300 gram
: Lupa
: 14 kg
Tinggi badan
: 106 cm
Lingkar kepala
: 49 cm
: 12, 46 kg/m2
: 13,5 cm
Berat badan/umur
Tinggi badan/umur
IMT/umur
: 17 kg
Waterlow
: 82 % gizi kurang
Status General :
-
Kepala
: Normal
Mata
THT
Telinga
: Sekret (-)
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
:
: Precordial bulging (-),
: Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
Perkusi
45
IV MCL sinistra
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Distensi abdomen ( - )
: Timpani (+)
Palpasi
kulit normal
-
Ektremitas
Kulit
46
recall 24 jam pasien didapatkan jumlah asupan kalori pasien masih kurang yaitu
hanya sebesar 1012,5 kkal (66%) dan asupan protein sebesar 45,5 gram, dimana
asupan kalori dan protein pasien berdasarkan RDA seharusnya sebesar 1530 kkal
dan 17 gram protein. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keluarga pasien
tergolong keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, dimana orang
tua pasien hanya berkerja sebagai penjual nasi kuning sedangkan jumlah anak
yang dimiliki berjumlah 4 orang.
4.2 Analisis Kasus
4.2.1 Kebutuhan Dasar Anak
a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Kebutuhan pangan/gizi
Pasien mendapatkan kebutuhan pangan/gizi yang kurang di dalam
keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga pasien tergolong keluarga dengan
tingkat ekonomi menengah kebawah
Sandang
Keperluan sandang kurang dianggap sebagai prioritas dalam keluarga,
namun cukup diperhatikan. Mereka membeli pakaian baru saat ada uang
lebih. Namun dari pengamatan, kebersihan dari pakaian penderita dan
keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan
anggota keluarga lainnya setiap 3 hari.
Papan
Penderita tinggal di Jalan Buana Raya Gang Buana Merta II
No. 6
47
cukup. Rumah tersebut terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi,
1 ruang keluarga dan 1 kamar paling luar digunakan sebagai ruang tamu.
Sumber air didapatkan dari PDAM dan sumber penerangan dari listrik
PLN.
Keluarga
Pasien tinggal bersama ibu, ayah, tiga saudara kandung dan neneknya di
sebuah rumah dengan lingkungan yang padat, ramai, dan tidak terlalu
bersih. Banyak terdapat baju-baju menggantung di kamar dan perabotanperabotan yang tidak tertata rapi. Pasien tidur di kamar berukuran 3mx3m
dengan kondisi kamar yang kurang rapi dengan lantai yang tidak rutin
dibersihkan.
Lingkungan rumah
Rumah pasien memiliki halaman yang sempit, jarak antara rumah pasien
dengan rumah-rumah lainnya sangat berdekatan. Bagian depan rumah
pasien adalah halaman kecil tempat memarkir motor dan menjemur
pakaian yang langsung berbatasan dengan jalan kecil di depan rumahnya.
Di sekitar rumah pasien juga tidak ditemukan adanya selokan yang
tergenang. Selain itu juga terdapat beberapa drum tempat penampungan air
dalam kondisi tertutup namun tidak berisi air. Secara umum kondisi
lingkungan rumah pasien dan sekitarnya tampak kotor dan berantakan.
Tetangga dan keluarga dalam lingkungan rumah kurang memahami
masalah higiene dan sanitasi lingkungan. Kondisi tersebut sangat berisiko
untuk hidupnya nyamuk di lingkungan rumah.
48
49
Biologis
Secara fisik pasien tampak sehat, namun dengan status gizi kurang. Status
gizi menurut Waterlow, pada saat kunjungan didapatkan hasil dalam
kriteria gizi kurang. Untuk itu asupan makanan pasien harus ditingkatkan
untuk mencapai berat badan yang ideal menurut umur pasien. Saat ini
pasien sudah tidak mengkonsumsi obat paracetamol syrup yang diberikan
oleh dokter ketika pulang dari rumah sakit.
Psikologis
Pasien mendapat cukup perhatian dari kedua orang tuanya terutama
masalah kesehatannya. Orang tua terutama ibunya tetap menjaga dan
memperhatikan kesehatan pasien.
Sosial
Penyakit yang diderita pasien tidak terlalu mempengaruhi aktivitas pasien.
Pasien dikatakan kembali ceria dan segera beraktifitas seperti sebelum
sakit. Pasien dikatakan anak yang aktif dan sering bermain dengan
saudara-saudara dan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.
Lingkungan Rumah
Dalam satu pekarangan pasien tinggal bersama ibu, ayah, nenek, dan
ketiga saudara kandungnya. Rumah pasien memiliki halaman yang sempit,
jarak antara rumah pasien dengan rumah-rumah lainnya sangat berdekatan.
Bagian depan rumah pasien adalah halaman kecil tempat memarkir motor
dan menjemur pakaian yang langsung berbatasan dengan jalan kecil di
depan rumahnya. Tidak ditemukan adanya selokan yang tergenang
maupun tempat-tempat penampungan air dalam jagka lama di lingkungan
rumah
50
51
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien dalam kondisi baik setelah keluar dari rumah sakit dimana keluhan saat
berobat ke rumah sakit sudah tidak ada. Saat ini pasien mampu beraktivitas
seperti saat sebelum pasien masuk Rumah Sakit.
2. Lingkungan tempat tinggal pasien padat, ramai, dan tidak terlalu bersih. Di
sekitar rumah pasien tidak ditemukan adanya selokan yang tergenang. Selain
itu ditemukan adanya beberapa drum tempat penampungan air dalam kondisi
tertutup namun tidak berisi air. Secara umum kondisi lingkungan rumah
pasien dan sekitarnya tampak kotor dan berantakan. Kamar-kamar di rumah
pasien tampak kurang rapi dengan lantai yang tidak rutin dibersihkan.
Tetangga dan keluarga dalam lingkungan rumah kurang memahami masalah
higiene dan sanitasi lingkungan.
3. Salah satu penyebab dan faktor risiko terjadinya demam berdarah dengue
adalah faktor lingkungan. Dimana lingkungan tempat tinggal pasien yang
padat penduduk, kotor, serta banyak terdapat barang-barang berserakan yang
memungkinkan banyak nyamuk untuk bersarang. Ditambah lingkungan rumah
dekat dengan selokan yang terdapat sampah dan sedikit keruh, memungkinkan
untuk berkembangnya jentik nyamuk.
4. Telah diberikan edukasi kepada orang tua mengenai penyakitnya, bahwa salah
satu faktor risiko terjadinya demam berdarah dengue adalah faktor
lingkungan. Dan pentingnya untuk menjaga agar lingkungan bersih dan tidak
ada genangan air yang memungkinkan jentik nyamuk untuk berkembang dan
bersarang. Dan yang paling penting adalah menjaga daya tahan tubuh dengan
52
memakan makanan yang bergizi dan menjaga pola hidup yang teratur. Serta
kecukupan nutrisi yang seimbang mampu memperbaiki kondisi anemia ringan
yang dialami oleh pasien.
5.2 Saran
ASUH
sekitar rumah.
Memberikan makanan yang bergizi untuk menjaga status nutrisi dan daya
tahan tubuh anak.
ASIH
ASAH
53
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2014.
Buletin
Jendela
54
LAMPIRAN
1. Silsilah Keluarga Pasien
10
12
13
14
11
15
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
55
1.
2.
3.
4.
5.
Nenek
Kakek
Nenek
Kakek
Paman
6. Ayah
7. Bibi
8. Paman
9. Paman
10. Bibi
11.
12.
13.
14.
15.
Ibu
Kakak
Kakak
Pasien
Adik
56
57
Foto Dapur
58
59
60
61
4. Denver II
62