PENDAHULUAN
Bronkiolitis adalah Infeksi virus akut saluran pernapasan bawah yang
menyebabkan obstruksi inflamasi bronkiolus, terjadi terutama pada anak-anak
dibawah umur 2 tahun. Bronkiliotis sering mengenai anak usia di bawah 2 tahun
dengan insiden tertinggi pada bayi umur 6 bulan. Pada daerah yang penduduknya
padat, insiden bronkiolitis oleh karena RSV terbanyak pada usia 2 bulan. Makin
muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya.
Bayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin terjadi oleh karena kadar antibodi
maternal (maternal neutralizing antibody) yang rendah. Selain usia, bayi dan anak
dengan penyakit jantung bawaan, bronchopulmonary dysplasia, prematuritas,
kelainan neurologis dan immunocompromized mempunyai resiko yang lebih
besar untuk terjadinya penyakit yang lebih berat. Penyakit ini menimbulkan
morbiditas infeksi saluran napas bawah terbanyak pada anak1,2.
Di negara dengan 4 musim, epidemiologi bronkiolitis menunjukkan puncak
yang tajam setiap tahun pada musim dingin antara bulan januari dan maret sampai
awal musim semi dan dinegara tropis banyak ditemukan pada musim hujan.
Faktor yang memicu bronkiolitis RSV meningkat setiap musim dingin belum
diketahui. Persentase rendah kasus bronkiolitis ditemukan pada musim panas. Di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU dr.Soetomo Surabaya pada tahun 2002 dan
2003, bronkiolitis banyak ditemukan pada bulan januari sampai bulan Mei.
Insiden infeksi Respiratory Sensitial Virus (RSV) sama pada laki-laki dan wanita,
namun bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-laki. Faktor resiko
terjadinya bronkiolitis adalah jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi
rendah, jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, rendahnya antibodi
maternal terhadap RSV, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI).
Sekitar 70% kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang berat sehingga harus
dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya biasanya dapat dirawat di poliklinik3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah respiratory syncytial virus (RSV) yang telah
terbukti
berdasarkan
serologis.
Penyebab
lainnya
adalah
human
beberapa pasien. Semakin tinggi laju repirasi, maka semakin rendah tekanan
oksigen arteri. Kerja pernapasan (work of breathing) akan meningkat selama
end-expiratory lung volume meningkat dan compliance paru menurun.
Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai 60 kali permenit.
Pemulihan sel epitel baru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti
setelah dua minggu. Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag3.
2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari bronkiolitis antara lain satu sampai empat hari
sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat, demam sub-febril (kecuali
infeksi sekunder oleh bakteri). Puncak gejala pada hari ke-5 sakit yaitu batuk,
sesak napas, takipne, mengi, minum menurun, apne, sianosis. Pada pasien
didapatkan tanda berupa napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas,
sesak napas, takipne, apne, hiperinflasi dada, retraksi, expiratory effort, ronki
pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi, ekspirasi memanjang, mengi, hepar
atau limpa dapat teraba.1
Berdasarkan beratnya penyakit, bronkiolitis dapat dibagi menjadi derajat
berat, ringan, sedang dan sangat berat yang akan diuraikan pada tabel berikut.1
Tabel 2.1 Derajat Berat Penyakit Bronkiolitis1
RR
Ringan
Normal
Sedang
Meningkat
Berat
Meningkat.
Sangat Berat
Apneu
Retraksi
Retraksi
Tanpa
Retraksi
>70x/menit
Terdapat
dada
retraksi
sedang
retraksi
Tidak ada
Dehidrasi
Dehidrasi berat
nyata
atau
retraksi
Tanda
minimal
Tidak ada
dehidras
i
Tanda
Pemanjangan Merintih
lain
Tetap
sianosis
O2 dengan pemberian
dengan
<94%
(untuk O2,
penurunan
area
pertukaran
permukaan
udara
laut),
setinggi Tidak
5000
mempertahankan
atau PaO2 > 50 mmHg
<90%
area
mampu
(untuk dengan
setinggi FiO2>80%,
kaki
di Tidak
mampu
PaCO2<55mmHg
2.5 Diagnosis
Diagnosis
dapat
ditegakkan
melalui
anamnesis,
pemeriksaan
fisis,
diperlukan
untuk
anak
dengan
sakit
berat,
khususnya
yang
box. Penilaian lengkap pada bayi diperlukan untuk menentukan kebutuhan dan
durasi pemberian oksigen. Pemberian suplementasi oksigen dapat dihentikan
bila saturasi oksigen pasien 90% sepanjang waktu dan secara klinis terdapat
perbaikan dalam hal upaya pernafasan. Pemantauan saturasi oksigen secara
kontinu tidak disarankan pada pasien dengan bronkiolitis kecuali bila terdapat
beberapa kondisi medis lain seperti permasalahan kardiopulmonari maupun
resiko tinggi mengalami apneu.4,5,6
Hidrasi penting dipertahankan pada pasien bronkiolitis. Kondisi distres
nafas sering terjadi karena adanya peningkatan upaya pernafasan yang
memicu timbulnya asupan yang inadekuat dan menyebabkan adanya hidrasi
kurang. Selain itu takipneu dan demam juga meningkatkan kehilangan cairan
tubuh yang memperburuk dehidrasi yang telah terjadi. Kondisi dehidrasi dapat
dikoreksi
menggunakan
cairan
isotonis
karena
pengeluaran
hormon
adanya
peningkatan
asupan
protein
pada
bayi
dapat
dalam
bentuk
nebulisasi.
Penelitian
Cochrane
melalui
Beberapa
studi
kohort
juga
menghubungkan
infeksi
1
1
: IGAM
: Denpasar, 13 Mei 2015
: 9 bulan
: Laki-laki
: Bali/Indonesia
: Hindu
: Belum sekolah
: Jl. Raya Pemogan gg Keling no.9
: 5 Februari 2016
: 11 Februari 2016
: 1 kali
Hepatitis B
: 4 kali
Polio
: 4 kali
DPT
: 3 kali
Campak
: belum
Riwayat Persalinan
Pasien lahir normal di Rumah Sakit, ditolong oleh dokter dengan berat
badan lahir 3200 gram. Dikatakan panjang badan saat lahir 52 cm, lingkar
kepala dikatakan lupa. Saat dilahirkan dikatakan pasien segera menangis
dan penyakit kongenital tidak ada.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga sekarang ditambah susu
formula sejak lahir hingga saat ini dengan frekuensi on demand. Bubur
susu diberikan sejak usia 6 bulan hingga sekarang dengan frekuensi 3-4
kali sehari. Nasi tim sejak usia 7 bulan dengan frekuensi 3-4 kali sehari.
Makanan dewasa belum diberikan.
Riwayat Tumbuh Kembang
Menegakkan kepala
: 3 bulan
Membalik badan
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Merangkak
: 7 bulan
Berdiri
Berjalan
: belum bisa
Bicara
: belum bisa
Kesan
: Normal
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Laju napas
Suhu aksila
So2
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Telinga
: Sekret -/-
Hidung
10
: Sianosis (-)
Bibir
Leher
Thoraks
: Simetris (+)
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
: distensi (-)
Palpasi
Ekstremitas
Kulit
TB
: 72 cm
BB
: 8,5 kg
BB/U
: 0 SD
TB/U
: z-score -2 s/d 0 SD
BB/PB
: z-score -1 s/d 0 SD
BBI
: 9 kg
Waterlow
: 94%
Status Gizi
: Gizi Baik
11
Cor
: Besar dan bentuk kesan normal
Pulmo : Tak tampak infiltrat/nodul. Corakan bronkovaskuler normal
Sinus pleura kanan kiri tajam
Diafragma kanan kiri normal
Soft tissue dan tulang-tulang tidak tampak kelaianan
2) Pemeriksaan Darah Lengkap
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap (Tanggal 5 Februari 2016)
Parameter
Satuan
Nilai Normal
WBC
10 L
6.00-14,00
3
LYM
10 L
1,80-9,00
NEU
103L
1,1-6,6
3
RBC
10 L
3,50-5,50
HGB
g/dL
12,0-16,0
HCT
%
36,0-49,0
MCV
fL
78,0-102,0
MCH
Pg
25,0-35,0
MCHC
g/dL
31,0-36,0
RDW
%
11,6-18,7
3
PLT
10 L
140-440
MPV
fL
6,80-10,0
5
Diagnosis Klinis
Bronkiolitis sedang + Gizi Baik
6
Hasil
Remark
9,56
4,13
3,4
4,48
11,1
36,3
81
24,7
30,5
11,6
317
8,6
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Penatalaksanaan
1) Rawat inap
2) O2 nasal canul 2 liter per menit sesuai klinis
3) Kebutuhan cairan 900 ml/hari, mampu minum 400cc/hari
IVFD D5 1/4NS 20 tpm mikro
4) Kebutuhan kalori 990 kkal/hari
5) Kebutuhan protein 18 g/hari
Diet bubur nasi tim 3x1 porsi
6) Ampisilin 100 mg/kg/kali ~ 225 mg @ 6 jam IV
7) Dexamethason 1,5 mg @8jam IV
8) Nebulisasi salbutamol 0,1 mg/kg/kali ~ 0,9 ml + NaCL 0,9 % s/d 4 ml
@ 6 jam
12
Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
13
BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
1
1
: IGAM
Umur
: 9 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Bali/Indonesia
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Belum sekolah
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: 4 Maret 2016
Usia
23 tahun
22 tahun
9 bulan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Pekerjaan
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
-
Status
Ayah
Ibu
Pasien
Heteroanamnesis (Ibu)
Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat pemeriksaan dilakukan, pada pasien masih didapatkan adanya
keluhan batuk namun membaik. Pasien sudah tidak dikeluhkan sesak nafas
sejak pulang dari rawat inap RS. Anak dikatakan aktif bergerak. Pasien
mengkonsumsi ASI dan susu formula seperti biasa. Buang air besar
dikatakan normal, warna kuning, dengan konsistensi lembek dan frekuensi
sekali dalam satu hari. Buang air kecil dikatakan normal, warna jernih
kekuningan, frekuensi empat hingga lima kali per hari.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien dikatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat
penyakit lain disangkal oleh orang tua pasien.
14
: 1 kali
Hepatitis B
: 4 kali
Polio
: 4 kali
DPT
: 3 kali
Campak
: 1 kali
Riwayat Persalinan
15
Pasien lahir normal di Rumah Sakit, ditolong oleh dokter dengan berat
badan lahir 3200 gram. Dikatakan panjang badan saat lahir 52 cm, lingkar
kepala dikatakan lupa. Saat dilahirkan dikatakan pasien segera menangis
dan penyakit kongenital tidak ada.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga sekarang ditambah susu
formula sejak lahir hingga saat ini dengan frekuensi on demand. Bubur
susu diberikan sejak usia 6 bulan hingga sekarang dengan frekuensi 3-4
kali sehari. Nasi tim sejak usia 7 bulan dengan frekuensi 3-4 kali sehari.
Makanan dewasa belum diberikan.
Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan pasien dikategorikan normal. Tidak ada keterlambatan pada
perkembangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dengan Denver II
1
Aspek personal-sosial
Dapat melambaikan tangan
Dapat bertepuk tangan
Dapat berusaha meraih makanan dan makan sendiri
Aspek motorik halus-adaptif
Dapat mengambil 2 kubus
Dapat memegang dengan ibu jari dan jari lain
Aspek bahasa
Dapat mengoceh
Dapat mengombinasikan 2 suku kata yang sama
Aspek motorik kasar
Dapat bangun dan duduk sendiri
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat tertentu.
Riwayat Sosial Ekonomi
16
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Laju napas
Suhu aksila
: Baik
: Compos mentis
: 120 x/menit, isi cukup, regular
: 36 x/menit, reguler
: 36,5oC
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Telinga
: Sekret -/-
Hidung
: Sianosis (-)
Bibir
Leher
Thoraks
: Simetris (+)
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
: distensi (-)
17
Palpasi
Ekstremitas
Kulit
Genitalia eksterna
: tidak di evaluasi
Status Antropometri
TB
: 72.5 cm
BB
: 9 kg
BBI
: 9 kg
Waterlow
: 100 %
1
2
2
1
Analisis Kasus
Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
1 Kebutuhan pangan/gizi
Penderita mendapatkan kebutuhan gizi yang cukup di dalam
keluarganya. Makanan yang diberikan merupakan makanan yang
sesuai yaitu ASI ditambah susu formula dan bubur nasi tim. Sebelum
dan setelah MRS, konsumsi makanan penderita sehari-hari di rumah
biasanya hampir sama.
Analisa kebutuhan penderita 990 kkal/hari, sedangkan jumlah asupan
perharinya kira-kira 900 kkal/hari. Dalam hal ini kebutuhan tersebut
sudah cukup dan harus dipertahankan, bahkan dapat ditambah untuk
menjaga kebutuhan gizi pasien.
18
Sandang
Pemenuhan kebutuhan sandang dari penderita dan keluarganya dirasa
cukup. Orang tua pasien membeli pakaian sesuai dengan kebutuhan.
Dari pengamatan, kebersihan dari pakaian dari penderita dan juga
keluarganya cukup dijaga oleh ibunya.
Papan
Pasien tinggal di Jl. Raya Pemogan gg Keling no.9 dengan luas
bangunan kira-kira sekitar 1 are. Rumah pasien terletak di daerah yang
cukup padat. Ventilasi kamar juga dirasa cukup untuk saat ini. Sumber
19
Analisis Bio-Psiko-Sosial
Biologis
Saat ini pada pasien ditemukan masih terdapat keluhan batuk namun sudah
lebih membaik. Berdasarkan WHO antropometri, umur berbanding panjang
badan, umur berbanding berat, penderita termasuk dalam kriteria normal.
Psikologis
Ibu dan keluarga pasien memberikan perhatian yang cukup terhadap pasien
terutama masalah kesehatannya. Ibu dan keluarga pasien secara sabar dan
rutin selalu menjaga interaksi dengan pasien, yaitu dengan mengajaknya
bermain, berbicara, dan tidur bersama.
Sosial
Hubungan sosial pasien dengan orang tuanya baik serta juga sering
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Lingkungan tempat tinggal
Pasien tinggal di Jl. Raya Pemogan Denpasar dengan luas bangunan kirakira sekitar 1 are. Rumah pasien terletak di daerah pemukiman yang cukup
padat. Ventilasi rumah dirasa cukup untuk saat ini. Sumber air
menggunakan PDAM.
Problem List
Sesak dan batuk kemungkinan akibat kondisi lingkungan pasien yang
tidak sehat. Ayah pasien merupakan perokok aktif.
20
Asih
21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1
Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien dalam kondisi baik setelah keluar dari rumah sakit, tidak terdapat
keluhan sesak napas lagi dari pasien, dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
2. Status gizi penderita berdasarkan kriteria Waterlow didapatkan dalam
rentang status gizi baik.
3. Status pertumbuhan pasien dalam batas normal yang dilihat melalui hasil
analisis kurva pertumbuhan WHO.
4. Status perkembangan pasien normal berdasarkan Denver II.
Saran
Adapun saran dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1
Asuh
Memenuhi kebutuhan anak baik dari segi pangan, sandang dan papan.
Melengkapi kebutuhan vaksinasi anak.
Asih
Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak
dan meningkatkan kepekaan terhadap segala permasalahan anak.
Asah
Menemani anak dalam bermain, memberikan mainan edukasi dan alat
belajar yang mendukung perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah. (2000).
Pedoman Pelayanan Medis :Kesehatan Anak Cetakan II. Denpasar.
2. Pudjiadi, A.H., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N.S., Gandapura, E.P.,
Harmoniati, E.D. 2009. Buku PedomanPelayananMedisIkatanDokterAnak
Indonesia.Jakarta: Pediatri IDAI.
3. Zain, MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,
penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI,
2008; h. 334-5.
4. Mustafa, Ghulam. Bronchiolitis : The Recent Evidence. Departemen of
Paediatric Nishtar Medical College Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad
2014; 26 (4).
5. Knut Oymar, Havard dan Ingvid. Review : Acute bronchiolitis in infants.
Scandinavian Journal og Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine
2014, 22-26 (1).
6. American Academy of Pediatrics. Clinical Practice Guideline : The
Diagnosis, Management and Prevention of Bronchiolitis. 2014-:134 (5).
23
LAMPIRAN
1 Silsilah Keluarga Pasien
Dapu
r
Kama
r
Pasie
Kama
r
pama
Kama
r
Mandi
Ruang
tamu
Halaman
Kamar
kakek dan
nenek
Halaman rumah
24
Foto Kamar
Mandi,
Dapur dan
Halaman
Rumah
Pasien
Foto
Pasien
Bersama
Dokter
Muda
25
F
P
P
P
F
F
F
P
P
P
P
P
P
P
26