PENDAHULUAN
akibatnya rakyat menjadi bodoh. Rakyat menuntut kemerdekaan karena ketidak adilan,
sumber daya alam dikuras oleh negara asing sementara Indonesia hanya mendapatkan
sebagian kecil. Situasi ini dimanfaatkan oleh negara asing seperti Amerika, Australia, dan
sekutu-sekutunya untuk mendukung kemerdekaan daerah-daerah tersebut dengan maksud
apabila daerah tersebut merdeka, mereka akan lebih menguasai secara keseluruhan sumber
daya alam dan pemerintahaan baru akan sangat bergantung pada negara asing seperti
Amerika dan Australia untuk mendapatkan pinjaman. Siklus ini akan terus diterapkan
didaerah-daerah lain. Negara-negara imperialis semakin mengukuhkan dirinya pada negara
yang baru berdiri.Contohnya adalah Timor Leste dan yang berikutnya adalah Aceh dan
Papua.
dalam
mengenali
pengetahuan
budaya
dalam
mempertahankan NKRI?
Bagaimana sikap masyarakat dalam mempertahankan keutuhan NKRI?
Apa saja bentuk-bentuk ancaman dari dalam dan luar negeri?
Bagaimana kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia?
Bagaimana Hakikat dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui masyarakat dalam mengenali pengetahuan budaya dalam
2.
3.
4.
5.
mempertahankan NKRI.
Untuk mengetahui masyarakat dalam mempertahankan keutuhan NKRI.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk ancaman dari dalam dan luar negeri.
Untuk men getahui kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mengetahui Hakikat dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah NKRI Berdasarkan Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia
Pada saat di gulirkannya tanam paksa (culture stelsel) tahun 1615 oleh pihak
belanda telah menyebabkan hancurnya struktur tanah yang dimiliki pribumi, dimana tanah
sebagai modal dasar pribumi dalam menjalankan segala aktivitasnya. Dengan adanya tanam
paksa yang di terapkan telah mengubah jenis tanaman pribumi dengan jenis tanaman yang
di datangkan dari eropa yang nota bene tidaak di kuasai oleh pribumi tidak lagi mampu
mengolah tanah yang di milikinya dan tidak mengerti jenis tanaman yang berasal dari
eropa, sehingga pribumi pada saat itu terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan tertindas.
Hal ini lah kemudian yang di manfaatkan oleh pihak belanda untuk membangun pemerintah
yang di namakan hindia-belanda guna mengatur kehidupan pribumi yang semakin tertindas,
yang pada akhirnya terjadilah sistem kerja rodi untuk mengeksplorasi hasil bumi yang ada
di indonesia.
Pada awal tahun 1900 pemerintah hindia-belanda menerapakan kebijakan politik
ethis sebagai bentuk balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem
pendidikan di wilayah indonesia. Akan tetapi karena biaya yang di bebankan untuk
mendapatkan pendidikan ini terlalau mahal, maknanya tidak semua pribumi mampu
menikmati pendidikan yang di terapkan di indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut
telah memposisikan pribumi sebagai kaum mayoritas berada pada kelas terbawah, kelas di
atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan para pendatang dari asia timur (cina, india,
arab, dsb). Kemudian kelas teratas adalah orang-orang eropa dan kulit putih lainnya. Hal ini
menjadikan pribumi sebgai kaum mayoritas semakin terbodohkan, termiskinkan,
terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr. Soetomoe membangun
pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama Budi Utomo
sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas. Pada akhirnya
pendidikan pribumi tersebut di teruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr.
Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan
persatuan
untuk
melakukan
perlawanan
kepada
belanda,
yang
pada
akhirnya
mengakumulasi lahirnya bangsa indonesia pada tanggal 28 oktober 1928 melalui momen
sumpah pemuda pada kongres pemud II di jakarta yang berasal dari jong-jong atau
sektor kehidupan.
Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
4.
regional.
Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri
maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan
pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah
nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi
juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dantugas-tugas
internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis
untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.
Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara
lain yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah NKRI. Dalam
menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan wilayah, kebijakan pertahanan
Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya
diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive
Diplomacy. Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa
yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidakmembuahkan
hasil. Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika
politik di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah
menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar melampaui
batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional yang timbul di dalam negeri dengan
motivasi separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara-cara dialogis.
Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara dialogis
harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya dalam pembangunan dan
pembinaan kekuatan pertahanan adalah sebagai fenomena yang mengelilingi kita setiap
saat, yang secara terus menerus terjadi dan tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain.
Ciri utama dari Budaya adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau
kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama antara lain
adalah : bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti
kualitas produk, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan terpendam,
cara berpikir, pengertian yang sama serta simbol-simbol yang mempersatukan mereka.
5
Tanggap akan pengaruh budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan
mengurangi
dampak
negatif
globalisasi
(kegoncangan
budaya
dan
ketimpangan/ketertinggalan budaya).
Kegoncangan budaya (Culture shock) yaitu goncangan jiwa atau mental seseorang
atau masyarakat sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima kebudayaan asing yang
datang secara tiba-tiba. Pada tahap awal, orang atau masyarakat akan merasa mendapatkan
pengalaman baru yang menarik. Tetapi pada saat ia harus terlibat di dalamnya, ia merasa
tertekan, frustasi dan tidak berdaya. Bila Keadaan ini terus berlanjut dan dibiarkan, akan
mengganggu keseimbangan jiwanya dan berdampak negatif, seperti bunuh diri atau gila.
Sedangkan ketimpangan budaya (Culture lag) adalah ketimpangan salah satu unsur
kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan lain yang sudah berubah
karena adanya kelambanan untuk menyesuaikan diri.
Pendidikan dan pelatihan menduduki posisi sentral pada era globalisasi. Tanpa pendidikan
dan pelatihan maka pelaksanaan kehidupan di era globalisasi tidak terlaksana dengan baik,
di kehidupan sosial politik maupun dalam kehidupan ekonomi dan budaya. Oleh karena itu,
pendidikan dan pelatihan seyogianya berorientasi pada peningkatan kualitas meskipun segi
kuantitas tidak diabaikan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya formal pengembangan SDM. Oleh karena itu,
sebagai unsur pengembangan SDM, Badiklat harus berusaha mengerti dan dapat
mengantisipasi kebutuhan nyata Dephan/TNI di bidang pertahanan serta harus selalu
mengikuti perkembangan strategis yang berlaku. Dengan demikian Badiklat akan
senantiasa dapat mempersiapkan program-program diklat yang dibutuhkan tepat pada
waktunya. Pemilihan jenis diklat disesuaikan dengan kebutuhan Dephan/TNI di lapangan.
Saat ini, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badiklat Dephan sebanyak 30
jenis diklat terdiri dari : diklat teknis fungsional pertahanan, diklat bahasa dan diklat
manajemen pertahanan.
Terdapat 11 (sebelas) Diklat, baik secara tersirat maupun tersurat, yang memuat aspek
budaya dalam mata pelajaran, seperti diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat Bahasa yaitu
bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing. Sayangnya diklat bahasa daerah baru
terlaksana KIB Aceh. Dan diklat bahasa Indonesia dilaksanakan bagi siswa mancanegara.
Serta diklat bahasa asing terdapat 8 bahasa (Arab, Belanda, Inggris, Mandarin, Jepang,
Jerman, Prancis dan Rusia). Program pada diklat bahasa sebaiknya bukan hanya mengajar
sebagai alat komunikasi namun juga ditekankan pada pengetahuan budaya masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Misalnya, diklat bahasa Aceh, selain belajar bahasa Aceh, siswa
diberikan juga pengetahuan budaya Aceh (akan lebih baik lagi bila yang memberikannya
orang Aceh sendiri). Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami bagaimana
orang/masyarakat pengguna bahasa itu secara utuh sehingga tidak akan terjadi
kesalahpahaman budaya atau bahkan ketimpangan/kegoncangan budaya. Dengan bekal
budaya maka pendekatan persuasif akan tercapai sehingga untuk mempertahankan
kedaulatan NKRI tidak sampai menggunakan cara kekerasan. Pendekatan personal budaya
ternyata lebih efektif dan lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Budaya bercirikan nilai yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama
secara luas dalam kelompok atau masyarakat. Pengetahuan budaya melalui diklat bahasa
daerah sangat dibutuhkan terutama untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang ada di
daerah karena budaya terwujud dan tersalurkan dari sikap dan perilaku manusia, misalnya :
Masalah-masalah integrasi kebudayaan di Papua. Secara politik Papua sudah terintegrasi ke
dalam NKRI dan lebih disempurnakan dengan adanya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
tahun 1968-1969. akan tetapi, secara budaya belum selesai. Keadaan ini berawal dari sikap
prasangka stereotype dari kedua belah pihak. Berbagai suku bangsa di Papua masih curiga
terhadap orang Indonesia lainnya. Sebaliknya, orang Indonesia lainnya masih menganggap
orang Papua masih terbelakang. Orang Papua, pada dasarnya curiga terhadap orang asing
karena mereka baru satu atau dua generasi bebas dari isolasi budaya, bahkan ada yang
hidup terisolasi sampai sekarang. Sebagai contoh kasus bakti sosial di suku bangsa Dani, di
wilayah lembah Baliem, Papua. Masyarakat Dani diberi pakaian untuk mengganti pakaian
tradisional mereka. Mereka mau memakainya bahkan sampai berhari-hari sehingga mereka
menderita sakit gatal-gatal dan mereka tidak mau menggunakannya lagi.
Kemudian pemerintah melakukan pendekatan budaya dengan mengirim Koentjaraningrat,
seorang antropolog dari UI, dengan beberapa model yang akan memperagakan penggunaan
dan perawatan pakaian di tempat strategis (banyak masyarakat Papua yang melewati tempat
tersebut) agar orang Papua memperhatikan mereka. Dan akhirnya masyarakat papua
mengerti dan memahami cara berpakaian.
Begitu juga dengan konflik yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan suku
Madura. Konflik yang terus menerus terjadi pada suku bangsa tersebut karena adanya
perbedaan persepsi tentang alam/lingkungan. Contoh konflik seperti ini akan lebih efektif
penyelesaiannya dengan pendekatan budaya bukan dengan cara kekerasan. Penyelesaian
konflik dengan kekerasan tidak membuahkan hasil yang optimal, tetapi melalui pendekatan
budaya, masalah tersebut dapat didamaikan. Pengetahuan budaya sangat dibutuhkan bagi
pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah antar suku. Hal terakhir yang tidak kalah
penting yaitu pengetahuan sejarah/asal usul masyarakat/suku bangsa pengguna bahasa
tersebut untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam kehidupan bermasyarakat.
Pusdiklat Bahasa memiliki peran dalam meningkatkan profesionalisme SDM dalam
kerjasama nasional, regional dan internasional khususnya di bidang bahasa dan budaya.
Untuk mendukung hal tersebut, Pusdiklat Bahasa harus mempunyai personel yang
profesional, berkualitas, mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
tersedianya personel tersebut, Pusdiklat Bahasa akan mudah untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam menyelenggarakan diklat atau mengembangkan SDM. Untuk menjamin
ketersediaan personel tersebut, Pusdiklat Bahasa harus selalu membina personelnya untuk
terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya.
Kegiatan tersebut berupa seminar, lokakarya, penataran, kursus singkat atau Ceramah
tentang berbagai pengetahuan yang baru atau sedang berkembang di masyarakat khususnya
budaya sehingga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh akan selalu diperbaharui.
Pengenalan budaya dapat juga melalui bahan bacaan, video, dan pengalaman tenaga
pendidik.
Dalam proses belajar mengajar, widyaiswara dituntut untuk memiliki kemampuan mengajar
:
Pembekalan bagi TNI dalam melaksanakan OMSP tidak hanya membutuhkan keterampilan
dan keahlian tetapi juga membutuhkan ketiga pengetahuan tersebut di atas dimana mereka
akan ditempatkan. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya
dengan optimal.
2.3 Sikap Dalam Mempertahankan Keutuhan NKRI
1. Cinta Tanah Air
Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air. Cinta
tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:
Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar maupun
dalam negeri.
Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk
diabdikan kepada Negara.
kemampuannya.
Kesiapan social budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai
sektor kehidupan.
Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri
/regional.
Kesiapanperekonomianrakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan
bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan
strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya
digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah
dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.
Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
10
11
12
13
2. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan
penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan bangsa.
3. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya nasional serta terciptanya
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimasi, bebas KKN, dan konsisten
melaksanakan peraturan/undang-undang).
4. Kegiatan yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat juang
untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan Pancasila sebagai
ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.
5. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun kemungkinannya relatif
sangat kecil, selain menggunakan unsur komponen utama (TNI), tentu saja dapat
menggunakan komponen cadangan dan komponen pendukung (UU komponen cadangan
dan komponen pendukung masih dalam proses persetujuan anggota Dewan yang
terhormat).
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah profinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
14
dan
kerakyatan
yang
dipimpin
15
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
17
jadi upaya untuk mempertahankan NKRI bisa di tempuh dengan cara mengetahui
kebudayaan diindonesia. Dengan adanya pengetahuan budaya di Indonesia, kita dapat
menyaring budaya-budaya asing yang masuk kedalam budaya Indonesia, sehingga tidak
timbul perpecahan antar daerah karena budaya yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita, juga dapat mencerminkan bahwa kita sedang
mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara mengamalkan nilainilai yang terkandung dalam pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://ramliberbagiilmu.blogspot.com/2012/04/upaya-dalam-menjaga-keutuhan-nkri.html
http://makalahcyber.blogspot.com/2012/11/upaya-mempertahankan-nkri_28.html
zenosoft.files.wordpress.com/2013/01/nkri.docx
Diposkan oleh Nurita Kumala Sari di 06.30
18
19