BLOK
HEALTHY LIFESTYLE & HEALTH
PROMOTION
Disusun oleh :
Tim Fisiologi FK UNSOED
BAB I
AKTIVITAS FISIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi aktivitas fisik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi aktivitas fisik
3. Mahasiswa mampu mengukur tingkat aktivitas fisik
B. METODE PEMBELAJARAN
Praktikum
C. DASAR TEORI AKTIVITAS FISIK
1. Definisi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena kontraksi otot yang berakibat pada
peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik di tempat kerja,
dalam perjalanan, di rumah maupun di waktu luang yang dapat digolongkan sebagai
aktivitas fisik sehari - hari secara umum. Selain itu, aktivitas fisik dapat juga berupa latihan
fisik, baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk dalam cabang olahraga tertentu.
Pengertian latihan fisik itu sendiri adalah pergerakan tubuh yang terencana, terstruktur dan
teratur yang melibatkan komponen fisik, psikis serta membutuhkan keterampilan (ACSM,
2006).
D. PENGUKURAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK
Kita dapat mengetahui tingkat aktivitas fisik dengan melakukan pengukuran tingkat
aktivitas fisik. Terdapat sejumlah besar metode penilaian aktivitas fisik yang dapat
digunakan. Secara umum berbagai metode ini dapat dikelompokkan menjadi metode
subyektif dan metode obyektif (Corder K et al, 2008).
1. Metode Subyektif
Metode penilaian aktivitas fisik secara subyektif dilakukan dengan penggunaan
kuesioner, diari aktivitas fisik, ataupun dengan observasi langsung. Secara keseluruhan
akurasi dari metode subyektif sangat tergantung pada kemampuan subyek untuk
mengingat setiap aktivitas secara detail, serta pada pendapat dan persepsi subyek maupun
peneliti. (Corder K et al, 2008)
a. Kuesioner dan Diari Aktivitas Fisik
34
Metode ini merupakan metode yang relatif tidak membutuhkan biaya yang mahal
dan dapat diterapkan pada populasi berukuran besar. Oleh karena itu metode ini
paling sering digunakan dalam penilaian aktivitas fisik. Namun demikian metode
kuesioner memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang rendah
(Westerterp KR, 2009).
Berbagai kuesioner telah tersedia untuk dipakai sesuai dengan populasi target yang
dituju, antara lain International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Physical
Activity Recall (PAR), Habitual Activity Questionnaire (HAQ), Physical Activity
Questionnaire for Older Children (PAQ-C), Physical Activity Questionnaire for
Adolescent (PAQA), Physical Activity Scale for Elderly (PASE), The Rapid
Assessment of Physical Activity (RAPA) dan lain-lain (Corder K et al, 2008). Selain
itu terdapat juga kuesioner yang menilai aktivitas fisik secara restrospektif dan
kuantitatif (retrospective quantitative history), seperti misalnya Minnesota Leisuretime Physical Activity Questionnaire dan the Tecumseh Questionnaire. Kuesioner
retrospektif kuantitatif ini biasanya mencakup jangka waktu yang cukup lama yaitu
dapat mencapai 1 tahun, namun tentunya hal ini berarti responden memiliki beban
yang lebih besar untuk mengingat aktivitas yang dilakukan di masa lampau (Haskell
WL &Kiernan M, 2000). Di Indonesia sendiri, survei tingkat aktivitas fisik dilakukan
dengan menggunakan kuesioner RISKESDAS seperti pada lampiran 1 (Depkes RI,
2008).
Diari aktivitas fisik memungkinkan pengumpulan informasi yang detail mengenai
seluruh aktivitas fisik yang dilakukan. Subyek diminta untuk mencatat aktivitas yang
dilakukannya setiap periode interval waktu tertentu, yang umumnya adalah sebesar
15 menit, dan biasanya pencatatan dilakukan selama periode satu hingga tiga hari.
Kemudian akan dihitung skor (dalam satuan kJ) untuk setiap aktivitas fisik yang
dilakukan dengan cara mengalikan durasi aktivitas fisik dengan perkiraan jumlah
energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas tersebut (Corder K et al, 2008).
Salah satu bentuk diari aktifitas fisik yang sering digunakan adalah cara pencatatan
aktifitas fisik tiga hari dari Bouchard. Metode pencatatan Bouchard ini dilakukan
sendiri oleh subyek (setelah mendapat pengarahan yang cukup dari peneliti) selama
tiga hari yang mencakup dua hari kerja dan satu hari akhir pekan. Subyek diminta
34
untuk menuliskan jenis aktivitas fisik yang telah dikelompokkan menjadi 9 macam
aktivitas fisik pada formulir yang telah disediakan. Untuk setiap jenis aktifitas fisik,
Bouchard et al telah menghitung median jumlah pengeluaran energi yang dinyatakan
dalam satuan kcal/kgBB/15 menit (Bouchard C et al, 1983).
b. Observasi Langsung
Observasi langsung merupakan salah satu metode penilaian aktivitas fisik yang lebih
unggul dibandingkan dengan metode lainnya sehingga metode ini sering digunakan
sebagai kriteria validasi (Westerterp KR, 2009). Observasi langsung memungkinkan
peneliti untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan aktivitas
fisik.5 Penerapan metode observasi telah menggunakan sarana komputer (program video
digital) yang dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk observasi. Dalam
observasi langsung beban penilaian banyak terletak pada penilai / pengamat karena
pengelompokan aktivitas yang diamati bersifat subyektif sesuai persepsi penilai (Corder
K et al, 2008). Oleh karena itu metode ini kurang dapat digunakan untuk evaluasi dalam
kondisi kehidupan sehari-hari (free living condition) dan lebih banyak digunakan untuk
penilaian aktivitas fisik dalam situasi yang terkendali (controlled situations).
2. Metode Obyektif
Secara umum
34
a. Penilaian berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan atau penggunaan oksigen, seperti
misalnya dengan mengukur activity energy expenditure, activity related time equivalent,
physical activity level, physical activity ratio, metabolic equivalent.
b. Penilaian berdasarkan pemantauan denyut jantung, seperti misalnya dengan menghitung
net heart rate, physical activity ratio heart rate, physical activity level heart rate,
activity-related time equivalent, dan daytime physical activity level heart rate.
c. Penilaian berdasarkan percepatan tubuh.
34
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jawab : a. Ya
b. Tidak 4
Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik
berat tersebut? Jawab : .................hari
Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik berat, berapa
total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan
terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya?
Jawab : a. Ya
b. Tidak 7
Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik
sedang tersebut? Jawab : .................hari
Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik sedang, berapa
total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik ringan, yang dilakukan
terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya?
Jawab : a. Ya
b. Tidak
Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik
ringan tersebut?
Jawab : .................hari
Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik ringan, berapa
total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
SEDANG
3,0-6,0 METs
BERJALAN
TINGGI
>6,0 METs
BERJALAN, JOGGING,
LARI
1.
2.
3.
4.
34
3. Melihat pertokoan
4. Berjalan
tujuan
lihat
di
tempat kerja
5. Panjat tebing
3. Berjalan dengan anjing
tanpa 4. Berjalan saat istirahat
kerja
5. Berjalan turun tangga
6. Gerak Jalan
7. Bersepatu Roda
BERSEPEDA
Bersepeda < 5 mil/jam
BERSEPEDA
BERSEPEDA
1. Bersepeda > 10
1. Bersepeda 5-9 mil/jam
mil/ jam
2. Bersepeda
dengan 2. Bersepeda
pada
sedikit mendaki
ketinggian curam
AKTIVITAS DI RUMAH
AKTIVITAS
DI
RUMAH
&
& TEMPAT KERJA
AKTIVITAS DI RUMAH
TEMPAT KERJA
& TEMPAT KERJA
1. Menyekop sesuatu
1. Mencuci piring
2. Merapikan tempat
tidur
3. Menyiapkan
makanan
4. Berkebun
5. Memangkas dahan
6. Menyiangi rumput
sambil duduk.
7. Menabur benih
8. Duduk
bermain
video game
9. Duduk
sambil
membaca, menulis,
mewarnai,
atau
menggambar
10. Duduk
menggunakan
computer
AKTIVITAS
WAKTU
AKTIVITAS WAKTU LUANG
LUANG & OLAHRAGA
& OLAHRAGA
AKTIVITAS
WAKTU 1. Yoga, senam aerobic
(low impact)
LUANG & OLAHRAGA
1. Latihan
peregangan 2. Latihan fisik di air
dengan
pemanasan
(aerobik/kalistenik)
ringan
3. Bermain tenis meja
2. Bermain tenis meja
untuk pertandingan
1. Senam
aerobik
(high
impact)
2. Push up, Pull up
3. Circuit
training
(latihan beban)
4. Bermain
bola
34
untuk rekreasi
3. Bermain
lempar
tangkap bola
4. Berenang
mengambang
5. Duduk memancing
6. Bermain
musik
dengan duduk
4. Bulutangkis, bowling,
tangan secara tim
5. Bertanding futsal,
memukul bola kriket
5. Berenang
untuk
sepak bola
6. Berenang dengan
rekreasi
6. Bermain voli untuk
putaran teratur
7. Bermain
tennis
rekreasi
7. Berkuda
tunggal
8. Bermain musik dengan
berdiri atau berjalan
(marching band)
34
b. Aktivitas fisik yang termasuk dalam aktivitas fisik sedang diberi bobot 2, ini berarti
durasi melakukan aktivitas fisik tersebut (dalam menit) dikalikan 2.
c. Aktivitas fisik yang termasuk dalam aktivitas fisik ringan diberi bobot 1, ini berarti
durasi melakukan aktivitas fisik tersebut (dalam menit) dikalikan 1.
III.KLASIFIKASI AKTIVITAS FISIK
Jumlah aktivitas fisik dalam 1 minggu dihitung dalam menit dan selanjutnya diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Tingkat aktivitas fisik rendah
Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatkan kesehatan < 150 menit dalam 1 minggu.
b. Tingkat aktivitas fisik sedang
Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatkan kesehatan 150 300 menit dalam 1
minggu.
c. Tingkat aktivitas tinggi
Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatan kesehatan > 300 menit dalam 1 minggu.
34
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tinggi Badan / Berat Badan
Hari pencatatan
Pria
Wanita
cm /
kg
Jumat Sabtu Senin
Jumat Minggu Senin
Alamat
Telepon
Pekerjaan ( di luar sebagai mahasiswa
)
Rumah :
Ponsel :
6
7
46 - 60
0
1
2
3
4
34
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD
Hari 2
Menit
0 - 15
16 - 30
31 - 45
Tgl
:
Jam
46 - 60
0
1
2
3
4
5
6
34
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
-
46 - 60
0
1
2
3
4
5
6
7
8
34
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
Contoh aktivitas
Berbaring : tidur, beristirahat di ranjang
Duduk : - mendengarkan di dlaam kelas
- Makan
- Menulis atau mengetik
- Membaca
- Mendengarkan radio atau menonton TV
- Mandi
Berdiri, aktivitas ringan :
- Mencuci bagian tubuh
- Bercukur
- Menyisir rambut
- Memasak
- Membersihkan debu
Berpakaian
Perkiraan
jumlah
pengeluaran
energi*
0,26
0,38
0,57
34
Mandi
Mengendarai mobil
Berjalan-jalan
Pekerjaan manual ringan :
0,83
- Pekerjaan rumah tangga - Penjahit
(membersihkan jendela, menyapu, dll)
Pembut bir
- Pekerjaan laboratorium - Pelukis
- Pertukangan kayu
- Mekanik
- Pertukangan batu
- Tukang kue
(roti)
- Mengendarai traktor pertanian
- Memberi makan hewan di peternakan
- Membereskan ranjang
Berjalan agak cepat (ke sekolah, belanja)
Olahraga atau aktivitas di waktu senggang tingkat 1
ringan:
- Kano (ringan) - Panahan
- Bola voli
- Bowling
- Tenis meja
- Croquet
- Baseball (kecuali pitcher) - Berlayar
- Golf
- Bersepeda
- Mendayung
Pekerjaan
-
BAB II
KEBUGARAN FISIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kebugaran fisik.
2. Mahasiswa mampu mengukur tingkat kebugaran kesehatan (health related fitness) :
a. Komposisi tubuh
b. Fleksibilitas
c. Kekuatan Otot
d. Ketahanan Otot
e. Ketahanan Jantung Paru (Kesanggupan Kardiovaskuler)
B. METODE PEMBELAJARAN
Praktikum
C. DASAR TEORI KEBUGARAN FISIK
1. Definisi Kebugaran Fisik
Berdasarkan The Presidents Council of Physical Fitness and Sport kebugaran fisik
adalah kemampuan untuk melaksanakan latihan fisik sehari-hari dengan
34
Perempuan (%)
8
9 22
23
24 31
32
2) IMT adalah berat badan yang diukur dalam satuan kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter kuadrat yang menggambarkan proporsi berat badan
terhadap tinggi badan. Tabel berikut menggambarkan klasifikasi IMT untuk
wilayah Asia Pasifik.
Tabel 2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
34
Klasifikasi
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas I
Obesitas II
(Sumber : Depkes RI, 2005)
IMT (kg/m2)
< 18,5
18,5 22,9
23 24,9
25 29,9
30
90 cm,
perempuan 80 cm).
b) Tidak berisiko menderita penyakit kardiovskuler.
b. Fleksibilitas
Komponen kebugaran fisik yang kedua setelah komposisi tubuh adalah kelenturan
atau yang sering disebut fleksibilitas. Fleksibilitas adalah kemampuan persendian
untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Keleluasaan
gerak tubuh pada persendian sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon, dan
ligamen sekitar sendi serta sendi itu sendiri. Fleksibilitas mempengaruhi postur
tubuh seseorang, mempermudah gerak tubuh, mengurangi kekakuan, meningkatkan
ketrampilan, dan mengurangi risiko terjadinya cedera.
Pengukuran fleksibilitas dapat diukur menggunakan metode sit and reach test, baik
yang menggunakan mistar maupun menggunakan bangku fleksibilitas (Depkes RI,
2005).
c. Kekuatan Otot
Komponen kebugaran fisik yang berikutnya adalah kekuatan otot. Kekuatan otot
adalah energi yang dapat dihasilkan otot pada kontraksi maksimal. Kekuatan otot
sangat penting bagi keseimbangan tubuh. Penurunan kekuatan otot ini akan
mengganggu keseimbangan tubuh dan peningkatan risiko jatuh.
34
Pengukuran kekuatan otot dapat menggunakan alat dynamometer. Jenis tes yang
dilakukan dapat berupa hand grip streght test, back strength test, leg strength test,
push strength test maupun pull strength test (Depkes RI, 2005).
d. Ketahanan otot
Ketahanan otot sebagai parameter kebugaran fisik yang berikutnya adalah
kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berulang ulang terhadap suatu
beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu. Ketahanan otot menggambarkan
kemampuan untuk mengatasi kelelahan. Metode untuk mengukur ketahanan otot
adalah dengan menggunakan tes sit up, tes push up atau tes pull up (DepkesRI,
2005).
e. Ketahanan jantung paru / Kesanggupan kardiovaskuler
Komponen kebugaran fisik yang terakhir dan terpenting adalah ketahanan jantung
paru yang merupakan kesanggupan sistem jantung paru dan pembuluh darah
dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan
yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolime tubuh (Nieman, 1993).
Besarnya ketahanan jantung paru diukur dengan menilai volume oksigen maksimal
yang dapat digunakan oleh tubuh (VO2max). Beberapa metode dapat digunakan
untuk mengukur VO2max, baik tes yang dilakukan di laboratorium seperti step test
maupun tes yang dilakukan di lapangan berupa tes lari/ jalan (Depkes RI, 2005).
D. PENGUKURAN KEBUGARAN FISIK
1. Manfaat Pengukuran Kebugaran Fisik
Pengukuran kebugaran fisik perlu dilakukan untuk (Depkes RI, 2005) :
a.
b.
c.
d.
34
c. Tidak melakukan aktivitas fisik berat yang dapat menimbulkan kelelahan, sehari
sebelum pengukuran kebugaran fisik.
d. Tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alkohol 3 jam sebelum
pengukuran kebugaran fisik.
e. Makan terakhir dilakukan 2 jam sebelum pengukuran kebugaran fisik.
f. Memakai pakaian olahraga yang menyerap keringat dan nyaman untuk bergerak.
g. Memakai sepatu olahraga yang nyaman dan sesuai dengan jenis tes yang akan
dilakukan.
Petugas (Depkes RI, 2005) :
a. Menentukan metode pengukuran kebugaran jasmani sesuai kebutuhan dan sumber
daya yang dimiliki.
b. Mempersiapkan peralatan tes, sarana dan prasarana, termasuk kit P3K.
c. Mengetahui, menjelaskan, dan memberikan contoh tentang cara pengukuran yang
benar bagi peserta tes.
d. Memandu peserta melakukan
pemanasan-peregangan
(sebelum
tes)
dan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
miksedema)
j. Penyakit infeksi kronis (hepatitis, AIDS, mononukleosis)
k. Kelainan neuromuskuler, muskuloskeletal, atau rematoid yang dapat diperparah
dengan melakukan aktivitas fisik.
l. Kehamilan
4. Urutan Pengukuran Kebugaran Fisik
Bila pengukuran komponen-komponen kebugaran fisik dilakukan dalam 1 sesi rangkaian
tes, urutan pelaksanaanya sebaiknya memperhatikan (Depkes RI, 2005) :
a. Pengukuran dimulai dengan komponen kebugaran fisik yang memberikan tingkat
kelelahan yang paling ringan.
34
34
Tempat
Dada
Arah
Lipatan
Diagonal
Patokan
Anatomi
Aksila dan
puting
Perut
Vertikal
Umbilikus
Paha
Vertikal
Antara lipatan
inguinal dan
patela
Cara Pengukuran
Pertengahan anara aksila dan puting
(setinggi mungkin pada garis aksilaris
anterior)
Lipatan diambil secara vertikal 2cm
lateral umbilikus
Pertengahan antara lipatan inguinal dan
sisi proksimal patella. Kaki kanan
berjinjit dengan lutut membentuk sudut
120o. Berat badan ditunjang oleh kaki
kiri. Tungkai kaki lurus.
34
34
34
20-29
<13.1
13.1-18.0
18.1-23.0
23.1-28.0
>28.0
Umur (tahun)
30-39
40-49
<14.1
<15.1
14.1-19.0
14.1-20.0
19.1-24.0
20.1-25.0
24.1-29.0
25.1-30.0
>29.0
>30.0
>50
<16.1
16.1-21.0
21.1-26.0
26.1-31.0
>31.0
b. Fleksibilitas
Pemeriksaan fleksibilitas menggunakan metode sit and reach test .
Alat dan Bahan :
Mistar atau Bangku fleksibilitas
Cara Kerja :
1) Subyek duduk di lantai dengan kedua tungkai lurus ke depan
2) Kedua kaki direnggangkan sekitar 10 cm dan telapak kaki menyentuh mistar
pada skala 26 cm;
3) Dengan perlahan subyek membungkukkan tubuh, kedua lengan diluruskan, jari
tangan dirapatkan dan lutut dalam posisi lurus (lutut dipegang petugas);
4) Ujung ujung jari tangan menyentuh dan menyelusuri mistar sejauh mungkin;
5) Tes dilakukan 3 kali berturut turut; hasil yang dicatat adalah angka terbaik
34
20-29
Umur (tahun)
30-39
40-49
50-59
60-69
40
34-39
30-33
25-29
24
38
33-37
28-32
23-27
22
35
29-34
24-28
18-23
17
35
28-34
24-27
16-23
15
33
25-32
20-24
15-19
14
41
37-40
33-36
28-32
27
41
36-40
32-35
27-31
26
38
34-37
30-33
25-29
24
39
33-38
30-32
25-29
24
35
31-34
27-30
23-26
22
c. Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dengan metode leg strength test
Alat dan Bahan :
back-leg dynamometer.
Cara Kerja:
1) Subjek yang akan diperiksa dipersilahkan untuk melakukan stretching(peregangan)
dan pemanasan terlebih dahulu
34
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Grip kiri
Grip kanan
Back
Leg
>67
56-67
43-55
39-42
<39
>69
62-69
48-61
41-47
<41
>208
177-208
126-176
91-125
<91
>240
214-240
160-213
137-159
<137
>36
>40
>110
>135
34
Baik
34-36
Cukup
22-33
Kurang
18-21
Kurang sekali
<18
(Sumber : Hayward Vivian, 1998)
38-40
25-37
22-24
<22
98-110
52-97
39-51
<39
114-135
66-113
49-65
<49
d. Ketahanan Otot
Pemeriksaan ketahanan otot diukur menggunakan metode sit up 1 menit.
Alat dan Bahan :
1) Matras
2) Stopwatch
Cara Kerja:
1) Subyek berbaring di lantai menggunakan alas matras.
2) Kedua lutut dibengkokkan dan kedua kaki dirapatkan.
3) Kedua lengan berada di sisi kepala dengan jari jari memegang telinga.
4) Kedua siku diarahkan untuk menyentuh lutut saat pengukuran.
5) Saat pengukuran, kedua siku menyentuh kedua lutut dan kembali ke posisi
berbaring dengan bahu menyentuh lantai (dianggap sebagai sit up lengkap).
6) Dilakukan selama 1 menit dengan menggunakan stop watch.
7) Jumlah sit up lengkap yang dapat dilakukan dalam 1 menit dicatat sebagai hasil.
34
Kategori
15-19
Laki Laki
Baik sekali
48
Baik
42-47
Cukup
38-41
Kurang
33-37
Kurang sekali
32
Perempuan
Baik sekali
42
Baik
36-41
Cukup
31-35
Kurang
27-30
Kurang sekali
26
(Sumber : Nieman D, 1990)
20-29
Umur (tahun)
30-39
40-49
50-59
60-69
43
37-42
33-36
29-32
28
36
31-35
27-30
22-26
21
31
26-30
22-25
17-21
16
26
22-25
18-21
13-17
12
23
17-22
12-16
7-11
6
36
31-35
25-30
21-24
20
29
24-28
20-23
15-19
14
25
20-24
15-19
7-14
6
19
12-18
5-11
3-4
2
16
12-15
4-11
2-3
1
34
7) Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama
30 detik, sebanyak tiga kali pada: 1-130, 2-230, dan dari 3-330
Interpretasi Hasil
Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilaiannya dapat dilakukan
dengan dua cara:
1)
Cara lambat
Rumus:
Interpretasi
Kesanggupan kurang
Kesanggupan sedang
Kesanggupan cukup
Kesanggupan baik
Kesanggupan amat baik
34
2) Cara cepat
Rumus
5,5 x hargadenyut nadi30 pertama}
Lamanaik turun ( detik ) x 100
Indeks=
Interpretasi
Kesanggupan kurang
Kesanggupan sedang
Kesanggupan baik
N
O
Anamnesis
2
3
4
5
6
7
34
Keterangan :
Jika semua jawaban adalah TIDAK , maka responden sehat dan layak untuk
melakukan aktivitas fisik
Jika ada satu atau lebih jawaban YA, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter.
DAFTAR PUSTAKA
ACSM (American College of Sport Medicine). 2006. ACSMs guidelines for exercise testing and
pescription. Seventh Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Bouchard C, Tremblay A, LeBlanc C, Lortie G, Savard R, Theriault G. 1983. A method to assess
energy expenditure in children and adults. Am. J. Clin. Nutr.;37:461-7.
Corder K, Ekelund U, Steele RM, Wareham NJ, Brage S. 2008. Assessment of physical activity
in youth. J Appl Physiol;105:977-87.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005.Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran
Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan hasil riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) Indonesia tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Haskell WL, Kiernan M. 2000. Methodologic issues in measuring physical activity and physical
fitness when evaluating the role of dietary supplements for physically active people. Am J
Clin Nutr;72(suppl): 514S-50S
Hayward Vivian. 1998. Fitness Assessment And Exercise Prescription. 3 rd ed. Mexico : Human
Kinetics
Hoeger WK. 1994. Principles And Labs for Physical Fitness and Wellness. Colorado : Morton
Publishing Company
Nieman David C. 1990. Fitness and Sports Medicine An Introduction. California : Bull
Publishing Company
Nieman David C. 1993. Fitness and your health. California : Bull Publishing Company
Schutz Y, Weinsier RL, Hunter GR. Assessment of free-living physical activity in humans: An
overview of currently available and proposed new measures. Obes Res. 2001;9:368-79.
Westerterp KR. Assessment of physical activity: a critical appraisal. Eur J Appl Physiol
2009;105:823-8.
34