PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radioimmunoassay pertama kali dikembangkan oleh Rosalyn Yalow dan
Solomon A. Berson dari amerika serikat, pertama kali mereka bekerja untuk
mempelajari tentang hormone khususnya insulin yaitu hormon yang mengatur kadar
gula dalam darah.
Dengan menggunakan prinsip ini titer atau kadar berbagai hormon, antigen,
antibodi, enzim dan obat dalam darah dapat diukur dengan ketepatan dan ketelitian
yang sangat tinggi. Karena limit deteksi yang sangat baik ini maka RIA digunakan
sebagai peralatan laboratorium standar.
Radioimmunoassay ( RIA ) memanfaatkan radioaktivitas dari isotop radioaktif
yang diinjeksikan kedalam sampel. Cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah
seperti detector Geiger-Muller, scintillator, dan sebagainya. Teknik RIA adalah suatu
teknik penentuan zat-zat yang berada dalam tubuh berdasarkan reaksi imunologi yang
menggunakan tracer radioaktif. Tracer radioaktif adalah isotop radioaktif yang akan
meluruh pada melalui proses radioaktivitas. Radioaktivitas adalah proses peluruhan
isotop tidak stabil (radioaktif) menjadi isotop yang lebih stabil dengan memancarkan
energy melalui materi berupa partikel-partikel (alpha atau beta) ataupun gelombang
elektromagnetik (sinar gamma). Intensitas dari sumber radioaktif dinyatakan oleh
transformasi inti rata-rata per satuan waktu. Satuan radioaktivitas dinyatakan dengan
Curie (Ci).1 Ciawalnya didefinisikan sebagai radiasi yang dipancarkanoleh 1 gram
Ra, tetapi definisi ini diubah sebagai kemurnian dari peningkatan nuklida. Nilai
absolute dari 1 Cisama dengan 3,71010 disintegrasi/sekon. Satuan lain dari
radioaktivitas adalah Becquerel (Bq), 1 Bq sama dengan 1 disintegrasi/sekon.
B. Batasan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Radioimmunoassay ( RIA )
Radioimmunoassay merupakan metode laboratorium (in vitro method) untuk
mengukur dengan relative tepat jumlah zat yang ada pada tubuh pasien dengan isotop
radioaktif yang bercampur dengan antibody yang disisipkan kedalam sampel.
Radioimmunoassay merupakan revolusi dalam pemeriksaan medis. Pada tahun 2009,
teknik ini masih revolusioner karena merupakan blue print untuk pengembangan
metode lebih lanjut dalam teknik laboratorium di bidang medis.
nuklida.
Nilai
absolute
dari
Cisama
dengan
3,71010
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radioimmunoassay merupakan metode laboratorium (in vitro method) untuk
mengukur dengan relative tepat jumlah zat yang ada pada tubuh pasien dengan
isotop radioaktif yang bercapur dengan antibody yang disisipkan kedalam sampel.
Metode radioimmunoassay (RIA) mempunyai kemampuan untuk menentukan
zat-zat fisiologis dalam tumbuh sampai kosentrasi yang sangat rendah. Prisip
dasar dari radioimmunoassay ini adalah reaksi antara antigen dan antibody di
dalam reaksinya ini yang utama adalah sifat kekhususannya, sebuah antigent yang
bereaksi dengan antibody yang spesifik untuknya dan tidak mengadakan reaksi
silang (cross reaction).
Daftar Pustaka
https://nuclearthinker.wordpress.com/2014/07/29/radioimmunoassay-ria/
http://agusrusdiana.blogspot.co.id/2011/04/v-behaviorurldefaultvml-o.html
http://dokumen.tips/health-medicine/radioimmunoassay-ria.html