Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi

kebutuhannya

guna

memepertahankan

kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien


dinyatakan

terganggu

keperawatan

melakukan perawatan diri.


Defisit perawatan diri
mengalami

kelemahan

dirinya

merupakan

kemampuan

jika

kondisi

dalam

tidak

seseorang

melakukan

dapat
yang

melewati

aktivitas perawatan diri secara mandiri. Kurangnya perawatan diri


pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses

fikir

perawatan

diri

ketidakmampuan

sehingga
menurun.
merawat

kemampuan

untuk

melakukan

Kurang

perawatan

diri

kebersihan

diri,

makan

aktivitas

tampak

secara

dari

mandiri,

berhias diri secara mandiri, dan toileting ( BAB / BAK ) secara


mandiri.
Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor,

kulit

Ketidakmampuan

berdaki,
berhias

dan

bau,

ditandai

kuku

panjang,

dengan

rambut

dan

kotor.

acak-acakan,

pakaian kotor, dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai.


Ketidakmampuan
makan
secara
mandiri
ditandai

dengan

ketidakmampuan mengambil makan secara mandiri, makan berceceran,


dan makan tidak pada tempatnya. Ketidakmampuan BAB/BAK secara
mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri
1

2. Untuk pengetahuan dasar praktek lapangan


3. Untuk
membahas
Asuhan
Keperawatan
Jiwa
Perawatan Diri
4. Untuk mengetahui

perkembangan

dari

klien

dengan
dengan

Defisit
gangguan

jiwa : defisit perawatan diri


C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini menggunakan penulisan metode studi
pustaka, praktek lapangan, dan browsing internet.
D. Sistematika Penulisan
Guna memahami lebih jelas laporan ini, dilakukan dengan cara
mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
sebagai berikut.
BAB I :
PENDAHULUAN
Bab
belakang

ini

menjelaskan

penelitian,

tentang

tujuan

informasi

penulisan,

umum

metode

yaitu

penulisan,

latar
dan

sistematika penulisan.
BAB II :
TINJAUAN TEORI
Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa kutipan
buku, yang berupa pengertian atau definisi. Bab ini juga menjelaskan
konsep dasar, konsep dasar asuhan keperawatan, dan hal-hal yang
berkaitan dengan teori yang dibahas.
BAB III :
TINJAUN KASUS

Bab ini berisikan hasil penelitian/pengkajian langsung pada


klien yang dirawat, dari pengkajian, diagnosa yang dapat muncul,
tindakan keperawatan yang dilakukan, sampai evaluasi / hasil dari
tindakan yang dilakukan.
BAB IV :
PEMBAHASAN
Bab ini berisikan uraian perbandingan antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus yang di dapatkan di lapangan.
BAB V :
PENUTUP
Bab

ini

berisi

kesimpulan

dan

saran

yang

berkaitan

dengan

analisa berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan,
toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah
suatu

tindakan

untuk

memelihara

kebersihan

dan

kesehatan
3

seseorang

untuk

kesejahteraan

fisik

dan

psikis,

kurang

perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu


melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti
personal yang artinya perorangan dan hygine berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis. ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Defisit
Perawatan
Diri
adalah
Suatu
seseorang

yang

mengalami

kelemahan

kondisi

kemampuan

pada
dalam

melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

2. Psikopatologi
Menurut Tarwoto

dan

Wartonah,

defisit

perawatan

diri

adalah sebagai berikut :


1. Kelelahan fisik.
2. Penurunan kesadaran.
Menurut Depkes (2002: 20), penyebab kurang perawatan diri
adalah:
1. Faktor prediposisi :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu

melindungi

dan

memanjakan

klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.


b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa
realitas

yang

kurang

dengan

menyebabkan

kemampuan

ketidakpedulian

dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.


d. Sosial
Kurang
dukungan
dan
latihan
kemampuan
perawatan

diri

lingkungannya.Situasi

lingkungan

mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.


2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri
adalah

kurang

perceptual,
sehingga

penurunan

motivasi,

kerusakan

kognisi

cemas,

lelah/lemah

yang

dialami

menyebabkan

individu

kurang

mampu

Faktor

perawatan diri.
Menurut
Depkes

(2000:

59)

atau

individu
melakukan

faktor

yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:


1. Body Image
4

Gambaran
kebersihan

individu
diri

terhadap

misalnya

dirinya

dengan

sangat

adanya

mempengaruhi

perubahan

fisik

sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.


2. Praktik Sosial
Pada anakanak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat

penting

karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya


pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang

yang

menggunakan

produk

tertentu

dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan


lainlain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Penatalaksanaan Medis
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak
membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan
jiwa, klien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui
komunikasi terapeutik.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Masalah Perawatan Data yang perlu Dikaji
Defisit perawatan diri Subjektif :

Klien mengatakan
atau di RS tidak
Klien mengatakan
Klien mengatakan
Klien mengatakan
setelah BAK atau

dirinya malas mandi karena airnya dingin


tersedia alat mandi.
dirinya malas berdandan.
ingin di suapi makan.
jarang membersihkan alat kelaminnya
BAB.

Objektif :
5

Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan


rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta
kuku panjang dan kotor.
Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan
(wanita).
Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri.
Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK

Pohon Masalah
Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial

Menurunnya motivasi /
kemampuan dalam
merawat diri

Harga Diri Rendah


2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien defisit perawatan diri :
1. Defisit perawatan diri.
2. Isolasi sosial
3. Rencana Tindakan keperawatan
Tg
l

No
Dx

Diagnose
keperawatan

Tujuan

kriteria
hasil

Intervensi

1. TUM ;
Klien dapat
meningkatka
n minat dan
motivasinya
untuk
memperhatik
an
kebersihan
diri.
2. TUK
Klien dapat
membina
hubungan
saling percaya
dengan
perawat.

Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3 x
24 jam
diharapkan
pasien
dapat
membinan
hubungan
saling
percaya

1. Berikan salam
setiap
berinteraksi.
2. Perkenalkan
nama, nama
panggilan perawat
dan
tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama
dan panggilan
kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
5. Tanyakan
perasaan dan
masalah yang
dihadapi
klien.
6. Buat kontrak
interaksi yang
jelas.
7. Dengarkan
ungkapan perasaan
klien dengan
empati.
8. Penuhi
kebutuhan dasar
klien.

TUK II
klien dapat
mengenal
tentang
pentingnya
kebersihan
diri.

1. Bina hubungan
saling percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
terapeutik.
2. Diskusikan
bersama klien
pentingnya
kebersihan
diri dengan cara
menjelaskan
pengertian
tentang
arti bersih dan
tanda- tanda
bersih.
3. Dorong klien
untuk menyebutkan
3 dari 5 tanda
kebersihan diri.
4. Diskusikan
fungsi kebersihan
diri dengan
menggali
pengetahuan klien
terhadap hal yang
berhubungan
dengan kebersihan
diri.
5. Bantu klien
mengungkapkan
arti kebersihan
diri
dan tujuan
memelihara
kebersihan diri.
6. Beri
reinforcement
positif setelah
klien mampu
mengungkapkan
arti kebersihan
diri.
7. Ingatkan klien
untuk memelihara
kebersihan diri
8

seperti: mandi 2
kali pagi dan
sore, sikat gigi
minimal 2 kali
sehari (sesudah
makan dan
sebelum tidur),
keramas dan
menyisir rambut,
gunting kuku jika
panjang.

TUK III :
Klien dapat
melakukan
kebersihan
diri dengan
bantuan
perawat.

1. Motivasi klien
untuk mandi.
2. Beri
kesempatan untuk
mandi, beri
kesempatan
klien untuk
mendemonstrasikan
cara memelihara
kebersihan diri
yang benar.
3. Anjurkan klien
untuk mengganti
baju setiap hari.
4. Kaji keinginan
klien untuk
memotong kuku dan
merapikan rambut.
5. Kolaborasi
dengan perawat
ruangan untuk
pengelolaan
fasilitas
perawatan
kebersihan diri,
seperti mandi dan
kebersihan kamar
mandi.
6. Bekerjasama
9

dengan keluarga
untuk mengadakan
fasilitas
kebersihan diri
seperti odol,
sikat gigi,
shampoo, pakaian
ganti, handuk dan
sandal.

TUK IV : Klien
dapat
melakukan
kebersihan
perawatan diri
secara
mandiri.

1. Monitor klien
dalam melakukan
kebersihan diri
secara teratur,
ingatkan untuk
mencuci rambut,
menyisir, gosok
gigi, ganti baju
dan pakai sandal.

10

TUK V : Klien
dapat
mempertahankan
kebersihan
diri
secara
mandiri.

1. Monitor klien
dalam melakukan
kebersihan diri
secara teratur,
ingatkan untuk
mencuci rambut,
menyisir, gosok
gigi, ganti baju
dan pakai sandal.

TUK V : Klien
dapat
mempertahankan
kebersihan
diri
secara
mandiri.

1. Beri
reinforcement
positif jika
berhasil
melakukan
kebersihan diri.

11

TUK VI : Klien
dapat dukungan
keluarga dalam
meningkatkan
kebersihan
diri.

1. Jelaskan pada
keluarga tentang
penyebab kurang
minatnya klien
menjaga
kebersihan diri.
2. Diskusikan
bersama keluarga
tentang
tindakanyang
telah dilakukan
klien selama di
RS
dalam menjaga
kebersihan dan
kemajuan yang
telah dialami di
RS.
3. Anjurkan
keluarga untuk
memutuskan
memberi
stimulasi
terhadap kemajuan
yang telah
dialami di
RS.
4. Jelaskan pada
keluarga tentang
manfaat sarana
yang lengkap
dalam menjaga
kebersihan diri
klien.
5. Anjurkan
keluarga untuk
menyiapkan sarana
dalam
menjaga
kebersihan diri.
6. Diskusikan
bersama keluarga
cara membantu
klien
dalam menjaga
kebersihan diri.
7. Diskusikan
dengan keluarga
12

mengenai hal yang


dilakukan
misalnya:
mengingatkan pada
waktu
mandi, sikat
gigi, mandi,
keramas, dan
lain-lain.

4. Startegi Pelaksanaan DPD


NO
A
1
2
3
4

1
2

KEMAMPUAN
PASIEN
SP 1 P
Menjelaskan pentingnya kebersihan
diri
Menjelaskan cara menjaga
kenbersihan diri
Membantu pasien menjga kebersihan
diri
Menganjurkan pasien memasukkan
cara menjega kebersihan diri ke
jadwal kegiatan harian
NILAI SP 1 P
SP II P
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Menjelaskan cara makan yang baik
Membantu pasien mempraktikkan
cara makan yang baik
Menganjurkan pasien memasukkan
cara makan yang baik ke dalam
jadwal kegiatan harian
NILAI SP II P
SP III P
Mengevaluasi jadwal kegiatan

TANGGAL

13

3
4

1
2
3
4

B
1

1
2

harian pasien
Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
Membantu pasien Memperaktekkan
cara eliminasi yang baik
Menganjurkan pasien memasukkan
cara eliminasi yang baik ke dalam
jadwal kegiatan harian
NILAI SP III PASIEN
SP IV PASIEN
Mengevaluasi jadwal kegiatan
haian pasien
Menjelaskan cara berdandan
Membantu pasien mempraktekkan
cara berdandan
Menganjurkan pasien memasukkan
cara berdandan yang baik ke dalam
jadwal kegiatan harian
NILAI SP IV PASIEN
KELUARGA
SP I K
Mendiskusikan masalah yang di
rasakan keluarga dalam merawat
pasien
Menjelaskan pengertian ,tanda dan
gejala deficit perawatan diri,
dan jenis deficit keperawatan
diri yang di alami pasien beserta
proses terjadinya
Menjelaskan cara merawat pasien
deficit perawatan diri
NILAI SP I K
SP II K
Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien deficit
perwatan diri
Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
deficit perawatan diri
NILAI SP II K
SP III K
Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas termasuk minum obat
Menjelaskan follow up pasien
NILAI SP III K
TOTAL NILAI : SP P + SP K
RATA RATA

14

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
DI RUANG ANGSOKA DI RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA PROVINSI NTB

Tanggal MRS

: 18 -05 201

Tanggal pengkajian

: 30 - 12 - 2013

Ruang

: Dahlia

I.

RM No : 005271

Identitas Klien
Nama

: Nn SW

Umur

: 50 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan : SD
Agama

: Islam

Suku bangsa
Pekerjaan

: indonesia

: petani

Status

: belum menikah

Alamat

: segale anyar, pujut, lombok tengah

15

Penanggung jawab
Nama

: Tn SD

Umur

: 53 tahun

Jenis kelamin

: laki laki

Hubungan

: saudara ipar

Pekerjaan

: swasta

Alamat

II.

: segale anyar, pujut, lombok tengah

Alasan Masuk Rumah Sakit


Masuk ke rumah sakit jiwa provinsi yang ke 3 kali, keluarga
klien mengeluh, klien sering mengamuk, keluyuran, dan mondar
mandir sejak 1 bulan yang lalu.
Saat dikaji
: keadaan umum berantakan, rambut tidak pernah
disisir, muka kusam, sering terlihat mengaruk-garuk
kepala, badan, dan tangan, kuku panjang dan kotor,
badan dikerumuni semut, dan serangga seperti lalat.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri

III. Faktor predisposisi


Keluarga klien mengatakan bahwa klien masuk RSJ Provinsi NTB
sudah yang ke 3 kali dan klien mengalami gangguan jiwa sejak
masuk di bangku SMP, pengobatan sebelumnya berhasil, dan
bisa di bawa pulang akan tetapi masyarakat di sekitar
lingkungan klien melakukan penolakan dan klien sering
mendapat kekerasan dari ayahnya sendiri.
Ibu dan salah satu saudari kandung dari klien juga mengalami
gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien
sering disiksa oleh ayahnya
Masalah keperawatan : trauma, koping individu inefektif
IV. Fisik
1. Tanda vital

:
TD : 110/80 mmhg
N : 84 x / menit
S : 36,2oC
P : 18 x / menit
2. Ukur
:
TB : 150 cm
BB : 45 kg
3. Tidak ditemukan keluhan fisik pada klien
Masalah keperawatan : -

V.

Psikososial
1. Genogram

16

Keterangan :
: laki laki

cerai

putus

hubungan

: perempuan
gangguan jiwa

mengalami

: garis keturunan & perkawinan


: tinggal serumah
: klien

: meninggal
Penjelasan :
Klien merupakan anak kedua dari enam bersaudara, ibu
klien dan adik perempuan klien juga ada mengalami
gangguan jiwa, setelah orang tua klien bercerai klien
tinggal bersama ayahnya, sedangkan saudara kandung klien
yang lain tinggal bersama ibu dan keluarga, setelah ayah
klien meninggal klien tinggal bersama adiknya yang juga
mengalami gangguan jiwa dengan tetap dalam pengawasan
dari keluarga, sedangkan saudara klien yang lain tinggal
bersama suami / istri dan anak-anaknya, dan salah satu
adik klien ada yang meninggal dunia.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : tidak terkaji
b. Identitas klien
: keluarga klien mengatakan klien adalah
seorang petani dan peternak ayam, klien selalu menyendiri
dan lebih memilih untuk memelihara ayamnya
c. Peran
: keluarga klien mengatakan klien adalah
seorang petani dan peternak ayam, dan apabila klien sedang
berada di sawah klien tidak mau di ganggu
17

d. Ideal diri
:
keluarga
klien
mengatakan
setelah
pulang dari rumah sakit klien akan dibiarkan untuk
mengurusi ternak ayamnya, dan keluarga akan memberikan
dukungan dan perhatian
e. Harga diri
: keluarga klien mengatakan klien tidak
mau bergaul karena klien merasa tidak dihargai
Masalah keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
:
Keluarga klien mengatakan bahwa orang yang berarti bagi
klien adalah salah satu keponakan laki-lakinya yang sudah
meninggal
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Keluarga klien mengatakan klien jarang begaul dengan
tetangganya, klien lebih memilih untuk merawat ternaknya
dan mengurusi sawah
c. Hambatan dalam berhubungan
Klien
tampak
memiliki
hambatan
dalam
berhubungan
/
bersosialisasi, klien hanya memilih untuk tidur di kasurnya
dan tidak mau berbicara dengan orang lain
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. spiritual
a. Nilai dan keyakinan
: keluarga klien mengatakan klien
beragama islam
b. Kegiatan ibadah
: klien tidak pernah melakukan
ibadah karena klien hanya tidur atau berbaring saja di atas
ranjangnya
Masalah keperawatan : distress spiritual
VI. Status mental
1. Penampilan
:
klien tampak tidak rapi / berantakan, rambut kotor tidak
pernah disisir, terdapat kutu, pakaian kotor
Masalah keperawatan : DPD ( defisit perawatan diri )
2. Pembicaraan
:
klien hanya diam saja, membisu, tidak menjawab pertanyaan
yang ditanyakan
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
3. Aktivitas motorik :
aktivitas klien hanya tidur saja, terlihat lesu, tidak mau
berinteraksi dengan klien yang lain, hanya merenung saja
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. Alam perasaan :
klien terlihat sedih dan putus asa
Masalah keperawatan : harga diri rendah
5. Afek
:
18

klien tidak mau bicara dengan orang lian, hanya menatap


lawan bicara, lalu mengalihkan pandangan dari pembicara,
afek tumpul
Masalah keperawatan : isolasi sosial
6. Interaksi
:
klien tidak kooperatif, dan kontak mata kurang
Maslah kepeawatan : harga diri rendah
7. Persepsi :
Tidak terkaji adanya halusinasi
Masalah keperawatan : 8. Proses fikir :
pada saat dikaji / ditanya klien hanya terdiam dan memandang
kemudian mengalihkan pandangannya
Masalah keperawatan : harga diri rendah
9. Isi fikir
:
klien curiga pada orang lain
Masalah keperawatan : waham curiga
10.
Tingkat kesadaran
:
samnolent, mudah tertidur walaupun sedang di ajak bicara,
dan ketika bangun klien merasa bingung
Masalahkeperawatan : 11.
Memori
:
klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
Masalah keperawaan : 12.
Tingkat kosentrasi dan berhitung :
klien mudah beralih dan tidak mampu berkonsentrasi pada satu
pembahasan
Masalah keperawatan : 13.
Kemampuan penilaian
:
klien mangalami gangguan yang bermakna
Masalah keperawatan : 14.
Daya titik diri :
Keluarga klien mengatakan
dideritanya
Masalah keperawatan :-

klien

menginkari

penyakit

yang

VII. Kebutuhan rencana pulang


1. Makan
: klien makan 3 kali sehari dan bisa dilakukan
dengan bantuan orang lain
2. BAB / BAK : klien saat dikaji tidak pernah terlihat BAB,
tetapi klien BAK di atas kasur yang ditidurinya
3. Mandi
: klien mandi 2 x sehari dengan bantuan total
dari orang lain
4. Berpakaian / berhias : klien digantikan pakaian oleh
orang lain, dan mengantinya setiap kali habis mandi
5. Istirahat dan Tidur : klien hanya tidur saja, klien hanya
bangun apabila dibangunkan untuk mandi, makan , dan minum
obat
6. Pegunaan obat : klien minum obat dengan bantuan total
dari orang lain

19

7. Pemeliharaan kesehatan
: klien sangat membutuhkan
dukungan dan motivasi dari keluarga dan orang di
sekitarnya agar cepat sembuh
8. Aktivitas di luar rumah : klien tidak mampu mempersiapkan
makanan, klien tidak mampu menjaga kerapihan, dan klien
tidak mampu memcuci pakaian.
Masalah keperawatan : DPD ( defisit pearawatan diri )
VIII. Nutrisi
a. klien makan 3 x sehari dan tidak menghabiskan porsi
makanannya, klien hanya menghabiskan buah serta memakan
sedikit nasi, lauk, dan sayur, tapi klien terlihat sangat
haus
b. klien makan di atas tempat tidurnya
c. klien tidak menghabiskan porsi makanan yang disediakan
oleh rumah sakit
d. klien minum obat teratur
IX.

Mekanisme koping
Maladaptif
: klien tidak mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Masalah keperawatan : koping individu inefektif

X.

Masalah psikologi dan lingkungan


a. Keluarga
klien mengatakan
klien tidak
mendapatkan
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya
b. Keluarga klien mengatakan masyarakat merasa terganggu
apabila klien kambuh
c. Keluarga klien mengatakan klien hanya lulus sampai
jenjang SD
d. Keluarga klien mengatakan klien hanya bekerja sebagai
petani dan peternak ayam
e. Keluarga klien mengatakan kebutuhan klien dipenuhi oleh
keluarganya
f. Keluarag klien mengatakan bahwa klien dididik dengan
kekerasan oleh ayahnya
Masalah keperawatan :-

XI.

Kurang pengetahuan tentang :


Keluarga
klien
mengatakan
kurang
pengetahuan
penyakit jiwa, faktor predisposisi, serta koping

tentang

Masalah keperawatan :XII. Aspek medik


Diagnosa medik
: Skizofrenia paranoid
Terapi medik : Famakologi
Resperidon 2 X 1 mg
Ikalep 2 X 250 mg
20

THP ( Trihexypheridin ) 2 X 2 mg

XIII. Analisa data


No
1

Data
DS :
Merasa tidak memiliki
kelebihan apapun

Masalah Keperawatan
Harga diri rendah

DO :
Kontak mata kurang
Tidak
berinisiatif
berinteraksi
dengan
orang lain
2

DS :
Tidak terkaji

Defisit perawatan diri

DO :
Badan kotor
Dandanan tidak rapi
BAB / BAK sembarangan
ADL dibimbing
3

DS :
Curiga
lain

dengan

orang

Isolasi sosial : menarik diri

DO :
Menyendiri
Mengurung diri
Tidak
mau
bercakapcakap dengan orang lain

XIV. Masalah keperawatan


1. Isolasi sosial
2. DPD ( defisit perawatan diri )
3. RPK ( resiko prilaku kekerasan )

XV.

Pohon masalah
Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial

Menurunnya motivasi /
kemampuan dalam
merawat diri

21

Harga Diri Rendah

INTERVENSI/ PERENCANAAN KEPERAWATAN


N
o
D
x
1

tangga
l

Diagnose
keperawata
n

Tujuan

31/12
/13

Defisit
perawatan
diri

TUM
Klien
dapat
meningkatkan
minat
dan
motivasinya
untuk
memperhatikan
kebersihan
diri.

Evaluasi

Klien
masih
TUK I
menunjukan
Klien
dapat tanda
cukup
membina
percaya
hubungan
dengan
saling
perawat :
percaya
- ekspresi
dengan
wajah cukup
perawat.
bersahabat
- kontak mata
kurang
- mau berjabat
tangan
- mau
duduk
berdampinga

Intervensi

1. Berikan salam
setiap
berinteraksi.
2.
Perkenalkan
nama,
nama
panggilan
perawat dan
tujuan
perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama
dan
panggilan
kesukaan klien.
4.
Tunjukan
sikap jujur dan
menepati
janji
setiap kali
berinteraksi.
5.
Tanyakan
perasaan
dan
masalah
yang
dihadapi
klien.
6. Buat kontrak
interaksi
yang
22

TUK II
klien
dapat
mengenal
tentang
pentingnya
kebersihan
diri.

n
dengan
perawat
!

jelas.
7.
Dengarkan
ungkapan
perasaan
klien
dengan
empati.
8.
Penuhi
kebutuhan dasar
klien.

Klien mampu
mendengarkan
penjelasan
perawat
mandi
dengan
bantuan total
dari
orang
lain
bersisir
sebelum tidur

1. Bina hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
terapeutik.
2.
Diskusikan
bersama
klien
pentingnya
kebersihan
diri dengan cara
menjelaskan
pengertian
tentang
arti bersih dan
tandatanda
bersih.
3. Dorong klien
untuk
menyebutkan
3
dari 5 tanda
kebersihan diri.
4.
Diskusikan
fungsi
kebersihan diri
dengan menggali
pengetahuan
klien
terhadap
hal
yang
23

berhubungan
dengan
kebersihan diri.
5. Bantu klien
mengungkapkan
arti kebersihan
diri
dan
tujuan
memelihara
kebersihan diri.
6.
Beri
reinforcement
positif setelah
klien mampu
mengungkapkan
arti kebersihan
diri.
7.
Ingatkan
klien
untuk
memelihara
kebersihan diri
seperti: mandi 2
kali
pagi
dan
sore, sikat gigi
minimal 2 kali
sehari (sesudah
makan dan
sebelum tidur),
keramas
dan
menyisir rambut,
gunting
kuku
jika panjang.

24

TUK
III
:
Klien
dapat
melakukan
kebersihan
diri dengan
bantuan
perawat.

Klien mampu ;
- mandi dan
berpakaian
masih dibantu
orang lain
klien
sering
terlihat
menyisir
rambutnya

1.
Motivasi
klien
untuk
mandi.
2.
Beri
kesempatan untuk
mandi,
beri
kesempatan
klien
untuk
mendemonstrasika
n
cara
memelihara
kebersihan diri
yang benar.
3.
Anjurkan
klien
untuk
mengganti
baju
setiap hari.
4.
Kaji
keinginan klien
untuk
memotong
kuku dan
merapikan
rambut.
5.
Kolaborasi
dengan
perawat
ruangan untuk
pengelolaan
fasilitas
perawatan
kebersihan diri,
seperti
mandi
dan
kebersihan
kamar mandi.
6.
Bekerjasama
dengan keluarga
untuk mengadakan
fasilitas
kebersihan diri
seperti
odol,
sikat gigi,
shampoo, pakaian
ganti,
handuk
dan sandal.

25

TUK
IV
:
Klien
dapat
melakukan
kebersihan
perawatan
diri
secara
mandiri.

Klien
belum
mampu
menjalankan
jadwal
untuk
melakukan
kebersihan
diri
secara
teratur

1. Monitor klien
dalam melakukan
kebersihan diri
secara teratur,
ingatkan
untuk
mencuci rambut,
menyisir, gosok
gigi, ganti baju
dan
pakai
sandal.

TUK V : Klien
dapat
mempertahanka
n
kebersihan
diri
secara
mandiri.

Klien
belum
mampu
mempertahanka
n
kebersihan
diri
secara
teratur
dan
masih dibantu
total
oleh
orang
lain
dalam
melakukan
kebersihan
diri

1. Monitor klien
dalam melakukan
kebersihan diri
secara teratur,
ingatkan
untuk
mencuci rambut,
menyisir, gosok
gigi, ganti baju
dan
pakai
sandal.

26

TUK
VI
:
Klien
dapat
mempertahanka
n
kebersihan
diri
secara
mandiri.

Klien
belum
mampu
mempertahanka
n
kebersihan
diri
secara
teratur
dan
masih dibantu
total
oleh
orang
lain
dalam
melakukan
kebersihan
diri

1.
Beri
reinforcement
positif
jika
berhasil
melakukan
kebersihan diri.

CATATAN PERKEMBANGAN :

27

PELAKSANAAN DAN EVALUASI


Hari/Tangga
l
Senin
30/12/2013

Data Fokus

Evaluasi

DS :
klien hanya diam

S : klien mengangguk
ketika
ditanyakan
apakah
dia
merasa
senang

DO :
Badan kotor
Dandanan tidak rapi
BAK sembarangan
Rambut berantakan
Pakaian kotor
DX :
- Defisit
perawatan
diri
- Isolasi sosial

Paraf

O :
- klien belum mampu
melakukan
cara
membersihkan diri
- klien belum mampu
berkenalan dengan 1
orang

A :
- Defisit
perawatan
Kemampuan :
diri : +
- Klien belum mampu - Isolasi sosial : +
melakukan
cara
menjaga
kebersihan
diri
P :
- klien belum mampu - latihan cara mandi,
berkenalan dengan 1
berpakaian,
dan
orang
gosok gigi
Tindakan :
- Menjelaskan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri
- Berkenalan
dengan
orang lain

latihan
untuk
berkenalan dengan 1
orang

RTL :
- Latihan cara mandi
- Latihan
cara
berpakaian
- Latihan cara gosok
gigi
- Latihan cara makan
dan minum
- Latihan
cara
menyisir rambut
- Latihan
cara
toileting
- Latihan
berkenalan
dengan 1 orang
28

Selasa
31/12/2013

DS :
Klien masih diam dan
hanya bicara seadanya

S : klien mengangguk
dan
berkata
ya
ketika
ditanyakan
apakah
dia
merasa
senang

DO :
Klien
tampak
lebih
tenang
O :
Klien
mau
berespon - klien belum mampu
terhadap suara perawat
melakukan
cara
Badan kotor
menjaga
kebersihan
Dandanan tidak rapi
diri
BAK sembarangan
- klien
mampu
Rambut berantakan
berkenalan dengan 1
orang
DX :
- Defisit
perawatan A :
diri
- Defisit
perawatan
- Isolasi sosial
diri : +
-

Kemampuan :
- Klien belum mampu
melakukan
cara
menjaga
kebersihan
diri
- klien
mampu
berkenalan dengan 1
orang

Isolasi sosial : +

P :
- latihan toileting
- latihan berkenalan
dengan lebih dari 1
orang

Tindakan :
- Menjelaskan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri
- Berkenalan
dengan
orang lain
RTL :
- Latihan
cara
menyisir rambut
- Latihan
cara
toileting
- Latihan
berkenalan
dengan lebih dari 1
orang

Rabu
01/01/2013

DS :
Klien negatakan tidak

S : klien mengatakan
tenang
tapi
masih
29

mau mandi karena cuaca


sedang hujan

tetap
tidak
bicara banyak

ingin

DO :
O :
Klien
tampak
lebih - Klien cukup mampu
tenang
melakukan
cara
Klien
mau
berespon
menjaga
kebersihan
terhadap suara perawat
diri
Badan cukup bersih
- Klien belum mampu
Pakaian bersih
berkenalan
dengan
BAK sembarangan
lebih dari 1 orang
Rambut kurang rapi
A :
- Defisit
perawatan
DX :
diri : +
- Defisit
perawatan - Isolasi sosial : +
diri
- Isolasi sosial
P :
- latihan
cara
Kemampuan :
toileting
- Klien cukup mampu - latihan berkenalan
melakukan
cara
dengan lebih dari 1
menjaga
kebersihan
orang
diri
- Klien belum mampu
berkenalan
dengan
lebih dari 1 orang

Tindakan :
- Mengajarkan
klien
cara
menjaga
kebersihan dirinya
RTL :
- Latihan
cara
toileting
- Latihan
berkenalan
dengan lebih dari 1
orang

30

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan antara tinjauan teori
dan

tinjauan

dengan

kasus

Defisit

dengan

Perawatan

Asuhan
Diri

di

Keperawatan
ruang

Dahlia

Jiwa

pada

Rumah

Ny

SW

Sakit

Jiwa

Provinsi NTB.
Adapun pembahasan ini akan membahas kesamaan dan kesenjangan
yang tedapat pada teori dan kasus, serta faktor-faktor penghambat
dan pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
pada tanggal 30 desember 2013
A. Pengkajian
Menurut teori tedapat penyebab, faktor predisposisi, dan
faktor

presipitasi

pada

defisit

perawatan

diri,

faktor

predisposisi dan faktor presipitasi pada kasus Ny SW adalah


faktor

kemampuan

realitas

menurun

dan

faktor

sosial

dimana

klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak berapa di bangku SMP


sehingga

menyebabkan

gangguan

dalam

pencapaian

tugas

perkembangan respon maladaptif pada klien yaitu klien menjadi


tidak peduli tehadap lingkungan termasuk perawatan diri. Dan
juga

urang

dukungan

lingkungannya

dari

dan

latihan

keluaraga

kemampuan
yang

perawatan

menyebabkan

diri

Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.


Faktor

presipitasi

yang

didapatkan

dari

teori

adalah

kondisi fisik dan psikis, kebiasaan seseorang, budaya, body


image, praktik sosial, status ekonomi sosial, dan pengetahuan.
31

Faktor presipitasi yang didapatkan pada Ny SW adalah kondisi


fisik dan psikis, dimana klien sdang mengalami

keadaan dimana

dia sedang dalam ketidakmampuan untuk merawat diri berkurang


dan perlu bantuan untuk melakukannya karena terdapat gangguan
psikis yang dihadapi.

B.Diagnosa Keperawatan
Dalam teori terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu, harga
diri rendah, defisit perawatan diri, dan isolasi sosial dan
pada

Ny

rendah,

SW

didapatkan

defisit

kebersihan

diagnosa

perawatan

diri,

diri,mandi,

keluarga, inefektif,

keperawatan
dan

isolasi

berpakaian/

masalah

utama

harga

diri

sosial

berhias,

koping

adalah defisit perawatan

diri.
Didalam menetukan masalah utama penulis tidak menemukan
kesulitan,

karena

mengarah

ke

penulis

adalah

dari

pengkajian

banyak

Defisit Perawatan Diri.


adanya
dan

dalam

diagnosa keperawatan,

penulisan

diri

yang

Faktor pendukung

kerjasama

perawat ruangan

data

yang

penulis,

bagi

baik

antara

adanya

panduan

penulis

membuat

prioritas

masalah

serta

C. Perencanaan
Setelah
Rencana
dari

diagnosa

Asuhan Keperawatan

semua

diagnosa

maka

berdasarkan

keperawatan yang

utama yaitu Defisit


mandi,

keperawatan

Perawatan

Diri

menurut

prioritas

: Kebersihan

diri,

berpakaian/berhias, makan, dan toileting.

Dari
mendapatkan

semua
umpan

rencana
balik

asuhan

positif

keperawatan

hanya

pada

yang
diagnosa

keperawatan defisit perawatan diri yang mencangkup TUK 1- TUK


3 dan untuk TUK 4 6 tidak mendapatkan umpan balik yang baik
karena keterbatasan asuhan keperawatan, dan kesediaan klien.
Pada

perencanaan

penulis

menemukan

kesulitan

atau
32

hambatan
adalah

karena dalam
penulis

menyusun

mengacu

rencana

asuhan

keperawatan

pada pedoman asuhan keperawatan jiwa

yang sudah ada tetapi

pada kenyataannya di dalam pelaksanaan

perlu mempertimbangkan

kondisi

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan

yang

klien.

dilakukan

untuk

diagnosa

defisit

perawatan diri untuk SP 1 dan SP 3 yang mencakup TUK 1 TUK 3


di dalam rencana asuhan keperawatan dilakukan dalam 3 kali
pertemuan, tetapi pelaksana hanya melakukannya dalam 1 kali
pertemuan karena terdapat faktor pendukung yaitu, hal yang di
ajarkan bekesinambugan dan sesuai waktu makan dan mandi
Untuk SP 2 yang mencakup TUK 2 TUK 3 di dalam rencana
asuhan keperawatan dilakukan pada pertemuan kedua hanya untuk
topik berhias saja, tapi pelaksana juga menambahkan SP 4 ketika
melakukan

SP

komunikasi

karena

klien

terlihat

sering

BAK

sembarangan.
Untuk SP 4 yang mencakup TUK 2 TUK 6 di dalam rencana
asuhan keperawatan, dilakukan rutin, untuk melihat perkembangan
klien dilakukan oleh pelaksana pada pertemuan ketiga, seklian
juga untuk mengevaluasi kemampuan klien.
E. Evaluasi
Pada
tindakan

evaluasi
yang

penulis

sudah

mendapat

dilaksanakan

respon

mulai

klien

tanggal

30

terhadap
desember

2013 01 januari 2014 dari diagnosa utama Defisit Perawatan


Diri, dapat
membina
pentingnya

dievaluasi

hubungan

bahwa

saling

kebersihan

diri,

klien

percaya,
klien

dan

klien

perawat
mampu

mengetahui

melakukan perawatan diri, klien dapat

dapat

mengetahui

cara

cara

melaksanakan perawatan

diri meskipun masih dibantu oleh orang lain.

33

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan

diri

merupakan

suatu

hal

yang

penting

bagi

setiap individu, karena dengan melakukan perawatan diri pada


tubuh kita dapat menciptakan suatu pola hidup yang sehat dan
memberikan kepedulian kepada diri suatu individu.
Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu
hampir 90% dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa
defisit
mandi,

perawatan
makan,

diri

berhias

yang

sering

diri,

dan

dialami

adalah

mengenai

eliminasi/toileting.

Oleh

karena itu peran perawat sangat penting bagi klien dengan kasus
ini, agar dapat memberikan motivasi dan mengajarkan klien agar
dapat melakukan perawatan diri secara mandiri sesuai dengan
asuhan keperawatan.

B. Saran
1. Untuk keluarga
Apabila sudah megetahui dan akibat yang akan dilakukan
oleh

klien

yang

mengalami

defisit

perawatan

diri,

maka

sebagai keluarga harus memberi motivasi dan nasehat serta


dukungan agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara
mandiri.
2. Untuk perawat
Bagi seorang

perawat

sebaiknya

harus

memahami

dan

mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang defisit


perawatan diri agar dapat memberikan motivasi dan nasehat,
serta dorongan pada klien yang mengalami defisit perawatan
diriagar dapat melakukan perawatan diri pada dirinya dan

34

dapat memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri


dengan baik.
3. Untuk rumah sakit
Bagi rumah sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam
melakukan

perawatan

dirinya

secara

individu

agar

dapat

memberikan atau membiasakan klien dalam melakukan perawatan


diri secara induvidu.

35

Anda mungkin juga menyukai