Anda di halaman 1dari 5

Journal Reading

HASIL ANALISIS MANAJEMEN EPISTAKSIS ANTERIOR


DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Oleh:
Andini Eka Putri

(G99142049)

Fika Indah P

(G99142050)

Antonius Jalu

(G0006005)

Pembimbing :
dr. Novi Primadewi, Sp.THT-KL, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
2016

Hasil Analisis Manajemen Epistaksis Anterior


Di Instalasi Gawat Darurat
E. Newton1, A. Lasso2, W. Petrcich2, S. J. Kilty1,2
1

Department of Otolaryngology - Head and Neck Surgery,


University of Ottawa, Ontario, Canada
2
Ottawa Hospital Research Institute (OHRI), Ottawa, ON, Canada

ABSTRAK
Latar Belakang
Ada banyak pilihan terapi dalam manajemen epistaksis anterior. Akan tetapi hanya
sedikit penelitian yang menjelaskan keberhasilan penangananya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi metode yang digunakan dalam manajemen
epistaksis anterior serta keberhasilannya. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi
gawat darurat di layanan tersier Kanada.
Metode
Penelitian dengan metode retrospektif dari kunjungan pasien dengan diagnosis
epistaksi anterior pada Januari 2012 sampai dengan Mei 2014 di Instalasi gawat
darurat. Data yang diambil mencakup data demografis pasien, komorbiditas dan
metoda yang digunakan. Serta penentuan dari pada efektifitas dan modalitas dari
berbagai metoda manajemen epistaksis anterior.
Hasil Penelitian
Dari kriteria inklusi didapatkan 353 kasus epistaksis anterior dengan rata-rata usia
70 tahun dan 90% diantaranya adalah wanita. Termasuk komorbid diantaranya
hipertensi (56%), diabetes (19%), penyakit jantung koroner (28%) dan atrial
fibrilasi (27%). Dengan 61% diantaranya mengunakan setidaknya satu
antikoagulan atau antiplatelet. Terapi yang paling banyak digunakan adalah silver
nitrat kauterisasi, Merocel, tampon hidung petroleum gauze, klip hidung dan

15% hanya observasi. Keberhasilan pengobatan awal dicapai pada 74% kasus,
modalitas pasien dengan pengobatan khusus, silver nitrat kauterisasi memiliki
tingkat keberhasilan setinggi 80%. Sementara 26% pasien kembali ke Intalasi
gawat darurat dengan kekambuhan epistaksis, 59% diantaranya terjadi dengan
penggunaangan klip hidung, 26% penggunaan Merocel, dan 42% dengan
penggunaan tampon hidung petroleum gauze.
Kesimpulan
Perbedaan tingkat kekambuhan antara perbedaan modalitas pengobatan yang
diamati kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam efektivitas atau
perbedaan dalam pemilihan pengobatan oleh dokter di Instalasi gawat darurat
berdasarkan keparahan epistaksis. Kauterisasi dengan silver nitrat, bagaimanapun,
menawarkan manfaat tambahan dimana tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan modalitas pengobatan yang
paling efektif berdasarkan keparahan epistaksis.
Kata Kunci
Epistaksis, Terapi, Epistaksis Anterior, Layanan Tersier, Intalasi Gawat Darurat

LATAR BELAKANG
Epistaksi adalah permasalahan yang paling sering ditemui di Rumah Sakit
di Amerika Utara, dihitung pada satu dari dua ratus intalasi gawat darurat di
Amerika. Walaupun sulit menilai akan tetapi diperkirakan 60% dari populasi
mengalami satu kali episode epistaksis dimana 6% diantaranya membutuhkan
penanganan medis. Penting halnya dalam insidensi epistaksis adalah pembiayaan,
waktu dan manajemen sumber daya. Sehingga, hal ini berguna untuk identifikasi
keberhasilan terapi.
Terdapat banyak modalitas terapi dan algoritma untuk penanganan
epistaksis. Sebagian besar penanganan awal dengan tampon dan penekanan pada
hidung, jika masih gagal dilanjutkan dengan tindakan yang lebih invasif.
Berdasarkan evidence base penggunaan chemical cautery, tampon hidung anterior
dan matriks hemostatik lainnya dalam penatalaksanaan epistaksis anterior. Semua
modalitas terapi diatas menunjukkan tingkat efektivitas yang baik dalam
pecapaian hemostasis. Akan tetapi hanya sedikit literatur yang menjelaskan
modalitas dan efektivitas terapi tersebut pada keadaan gawat darurat. Saat ini,
belum ada pilihan terapi maupun guideline yang digunakan secara luas di instalasi
gawat darurat.
KEPENTINGAN
Epistaksis anterior adalah kasus yang paling sering ditemui dan kondisi
yang mudah diobati sehingga penting pengoptimalan efisiensi dan efektivitas
dalam penanganannya. Namun, evidence untuk modalitas terapi untuk
penanganan epistaksis anterior di instalasi gawat darurat dan keberhasilan
terapinya masih kurang.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini, pertama manajemen epistaksis anterior
yang banyak digunakan di layanan tersier Kanada, kedua untuk mengevaluasi
keberhasilan terapi.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Intalasi Gawat Darurat, Rumah Sakit Tersier,
Ottawa-Kanada dengan metode penelitian retrospektif pada semua pasien yang
terdiagnosis epistaksis anterior primer. Dilaksanakan pada Januari 2012 sampai
May 2014.
SAMPEL
Sampel yang digunakan memenuhi kriteria inklusi pasien dewasa yang
terdiagnosis epistaksis anterior primer. Data diperoleh dari rekam medis
menggunakan ICD-10 (epistaksis R04.0). Dengan kriteria ekslusi epistaksis
posterior, gabungan epistasis anterior dan posterior, pasien kanker dengan
persisten epistaksis, pasien aff tampon post epistaksis anterior dari rumah sakit
lain, pasien yang terdiagnosis epistaksis posterior kemudian mengalami epistaksis
anterior dan pasien yang meninggal pada saat penanganan epistaksis.

Diagram 1 Kerangka Penelitian

Anda mungkin juga menyukai