Anda di halaman 1dari 72

1.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fashion adalah suatu sistem penanda dari perubahan budaya menurut suatu
kelompok atau adat tertentu. Bisa juga sebagai strata pembagian kelas, status, dan
pekerjaan. Hampir semua bangsa mempunyai andil dalam menciptakan tren fashion
di masing masing negaranya, di setiap negara biasanya memiliki tren tersendiri
dan persepsi yang berbeda dalam berekspresi tentang fashion, sehingga fashion
yang tercipta hampir tidak ada batasannya pada era ini.1
Perkembangan mode/fashion selalu berubah dari tahun ke tahun, tetapi
dasar dan bagian-bagian mode tetap sama. Kesadaran mengikuti mode melibatkan
pengenalan tentang istilah-istilah busana, bagian-bagian busana, dan juga teknik
pembuatannya. Desain-desain baru dapat diciptakan dengan meletakkan bagianbagian busana dalam variasi yang berbeda.2
Jas merupakan salah satu bagian dari mode yang selalu berkembang, pada
zaman dahulu, jas yang umumnya agak pendek dan tidak ketat pada tubuh tidak
diterima sebagai bagian dari penampilan modis, namun kini seiring dengan
pesatnya perkembangan mode dunia, jas menjadi salah satu pakaian yang digemari
oleh para penikmat fashion. Pada mulanya jas, atau dalam istilah asingnya blazer,
colbert, coat, jacket, dan jaquette adalah baju luar laki laki yang dikenakan
sebagai atasan. Jas tersebut dikenakan diatas kemeja, blus, dan atasan lainnya oleh
kaum pria. Namun, semenjak abad ke 18 hingga kini jas mulai digemari kaum
perempuan, mungkin hal ini dikarenakan dengan maraknya pembentukan bank

1
2

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Mode diakses november 2013


Moh. Alim Zaman , Sejarah Mode. Hal 20

67

bank dan institut finansial lainnya yang membutuhkan wanita untuk berpakaian
formal.3
Jas yang digunakan oleh kaum pria pada umumnya terlihat formal, seperti
contohnya jas pria yang disebut dengan tails white tie, yaitu adalah setelan malam
berwarna hitam dengan vest serta kemeja putih yang dilengkapi dengan lipit lipit
dan dasi kupu kupu.4 Sementara itu untuk desain jas wanita selain desain yang
klasik juga memiliki desain jas yang variatif dan dapat mengikuti tren mode, berikut
adalah macam macam desain jas wanita5 :

1. Jas yang memiliki penutup pada bagian muka seperti model kancing dua
baris (double breasted) atau satu baris (single breasted)
2. Jas yang pada bagian depan tidak menggunakan penutup dan longgar yang
lazim disebut cardigan
3. Jas yang pada bagian lehernya berkerah
4. Jas yang pada bagian lehernya tidak berkerah

Jas menggunakan teknik pola jahit pria (tailoring)6, busana tailoring terbuat
dari bahan yang berkualitas baik seperti wol atau sejenisnya. Ada beberapa teknik
dalam pemasangan kerah jas, salah satu teknik pemasangan kerah jas yang sering
digunakan yaitu teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny, teknik
pemasangan kerah jas dengan sistem ini dilakukan dengan cara menyatukan bahan
utama badan jas dengan bahan kerah bagian atas dan menyatukan bahan vuring jas

Sonny Nusi. Moh. Alim Zaman , Jas Wanita. Hal. 10


Sonny Nusi. Moh. Alim Zaman , Jas Wanita. Hal. 8
5
Hestiworo, Desain Jas Wanita. Hal 3
6
Sonny Nusi. Moh. Alim Zaman, Hakikat Mantelpak. Hal 1
4

dengan bahan kerah bagian bawah, setelah itu jepit kedua bagian ini dan jahit
sekeliling.7
Selain cara Sonny, adapula teknik pemasangan kerah jas yang lain, yaitu
dengan teknik Connie Amaden, pemasangan kerah jas dengan teknik ini dilakukan
dengan cara menjadikan seluruh badan bahan utama jas dengan badan vuring jas,
begitu juga dengan bagian kerah, kedua sisi kerah disatukan terlebih dahulu, setelah
itu satukan garis leher antara bagian badan jas dengan bagian kerah jas.8
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang sudah dilaksanakan peneliti,
terhadap hasil belajar mata kuliah tailoring mahasiswa pendidikan tata busana
diketahui bahwa ada beberapa kendala yang sering terjadi pada mata kuliah tersebut
untuk kompetensi membuat jas seperti cara memasang lengan jas, penyelesaian
kampuh bawah, dan pemasangan kerah jas. Pada umumnya yang sering terjadi
mahasiswa mengalami kendala pada saat memasang kerah jas, seperti : bentuk
sudut atau ujung kerah bagian kanan dan kiri yang tidak sama, jarak sudut antara
kerah dan lapel (kelepak) tidak sama, dan ketebalan yang berlebihan pada jahitan
yang menyambungkan bagian kerah dan badan jas.9
Teknik pemasangan kerah jas yang digunakan dalam mata kuliah tailoring
adalah teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny, dan berdasarkan data
dari mata kuliah Tailoring, hasil kerah jas yang dihasilkan dengan menggunakan
teknik Sonny kurang baik. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji hasil pemasangan
kerah sistem Sonny dengan membandingkan dengan hasil teknik pemasangan kerah

Sonny Nusi. Moh. Alim Zaman ,Jas Wanita. Hal. 72


Connie Amaden Crawford , A Guide to Fashion Sewing. Hal 288
9
Dra.Suryawati. M, Si
8

jas sistem Connie Amaden, apakah teknik pemasangan kerah jas dengan sistem ini
juga akan menghasilkan kualitas yang sama atau berbeda dengan sistem Sonny.

1.2. Identifikasi masalah :


Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Apakah kualitas hasil dari pemasangan kerah jas dengan 2 teknik menjahit
yang berbeda akan menghasilkan bentuk yang sama?
2. Apakah kedua teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang sama?
3. Bagaimanakah kualitas kerah jas sistem Sonny?
4. Bagaimanakah kualitas kerah jas sistem Connie?
5. Sistem manakah yang menghasilkan kerah jas yang lebih baik?

1.3. Pembatasan masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian akan
dibatasi pada :
1. Teknik pembuatan pola yang digunakan adalah pola konstruksi sistem
Porrie Muliawan
2. Model kerah yang digunakan adalah kerah jas (Notched collar) dengan
kelepak (lapel)
3. Teknik pemasangan kerah jas yang digunakan adalah teknik Sonny dan
teknik Connie Amaden

1.4. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah diatas,
maka penelitian ini dapat dirumuskan :Manakah hasil pemasangan kerah jas yang
lebih baik, yang menggunakan teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny Nusi atau
sistem Connie Amaden?

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat
perbandingan dari hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny dengan sistem
Connie.

1.6. Kegunaan Penelitian


Hasil yang dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1.

Kontribusi positif bagi program studi Tata Busana khususnya pada mata
kuliah tailoring

2. Menambah pengetahuan mahasiswa Tata Busana dalam pembuatan jas


3. Motivasi mahasiswa untuk senantiasa bereksperimen

2. BAB II
PENYUSUNAN KERANGKA TEORI, KERANGKA
BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Teori
Perbandingan Teknik Pemasangan Kerah Jas
a.

Pengertian Perbandingan
Menurut

kamus

besar

Bahasa

Indonesia

perbandingan

adalah

membandingkan dua atau lebih objek.10


Perbandingan adalah menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari
kesamaan kesamaan nya atau perbedaan perbedaannya.11
Teknik adalah cara atau usaha penerapan ilmu untuk menyelesaikan
permasalahan manusia.12
Berdasarkan

pengertian

perbandingan

diatas,

maka

pengertian

perbandingan dalam penelitian ini adalah, usaha menganalisa dan mempelajari


secara mendalam dua hal.
Perbandingan teknik pemasangan kerah jas penelitian ini adalah usaha
mencari perbandingan dari dua teknik pemasangan kerah jas yang berbeda yaitu
sistem Sonny dengan sistem Connie.

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 4 H. 257


Carter V. Good
12
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknik diakses tanggal 30 desember 2013
11

Mata Kuliah Tailoring


Di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Keluarga, program studi Tata Busana terdapat pembelajaran mata kuliah. Struktur
mata kuliah untuk mahasiswa program studi Tata Busana, Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik , Universitas Negeri Jakarta terbagi
menjadi 5 kelompok, yaitu: mata kuliah umum (MKU), mata kuliah dasar
kepemimpinan (MKDK), mata kuliah keahlian I (Wajib), mata kuliah keahlian II
(Wajib), dan mata kuliah pilihan. Pada mata kuliah keahlian terdapat mata kuliah
Manajemen Busana Tailoring yang wajib diambil oleh mahasiswa tata busana.
Dimana mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa menguasai pengetahuan
pemubuatan busana dengan teknik Tailoring, meliputi; menjelaskan konsep dasar
sistem

menjahit

tailoring,

membedakan

pengerjaan

sistem

tailoring,

menyelesaikan pembuatan busana dengan sistem tailoring. Pada mata kuliah


tailoring ini mahasiswa diwajibkan untuk membuat jas/blazer dan cape/coat.

Pengertian Tailoring
Tailoring adalah suatu metode menjahit busana yang membuat hasil
busananya lebih kuat daripada menjahit secara tradisional.13 Teknik tradisional itu
dapat diartikan menjahit dengan tangan sehinggga membutuhkan waktu pengerjaan
yang lebih lama. Biasanya busana tailoring ini digunakan untuk busana kesempatan
kerja, contoh; mantel, jas, blazer, cape dan lainnya).

13

Goet Poespo, Tailoring Membuat Blazer Dalam 1 Hari (Yogyakarta: Kanisius, 2009) Hal.7

Bentuk pada busana tailored merupakan hal yang sangat penting, yang
membedakan dengan bentuk busana non-tailored. Pada teknik tailoring ini
menggunakan lebih banyak bahan pembentuk (bahan penunjang).
Busana tailored itu mempunyai perbedaan dengan busana non-tailored.
Bisa dikatakan seperti ini:
a. Busana

tailored

lebih

sering

digunakan

berulang

kali,

karena

penggunaannya diperuntukkan untuk kesempatan kerja, sekolah, dan yang


sederajat dengan itu.
b. Penggunaan bahan penunjang yang berlapis, sehingga memperlihatkan
bentuk busana yang lebih baik dan dapat bertahan lama.

Macam macam Model Jas


Macam macam Desain dan Variasi Jas Antara Lain :
a) Double Breasted
Model jacket yang bagian depan kanan menutupi bagian depan kiri
atau sebaliknya dengan sederetan kancing kancing (dua baris).

Gambar 2.1 Double Breasted Jacket

b) Single Breasted
Model jacket yang bagian depan kanan menutupi diatas bagian
depan kiri atau sebaliknya dengan satu baris kancing.

Gambar 2.2 Single Breasted Jacket

c) Safari Jacket
Desain banyak terdapat saku biasanya pada dada kiri, kanan, dan
dibawah garis punggung kiri, kanan dan bagian garis bahu terdapat ipolet
dan memakai ban pinggang biasanya dipakai sebagai busana untuk berburu.

Gambar 2.3 Safari Jacket

d) Cardigan Jacket
Desain busana tanpa kerah, garis leher umumnya berbentuk V

Gambar 2.4 Cardigan Jacket

Bahan Busana Tailoring


Berikut adalah beberapa jenis bahan yang seringkali dijadikan bahan jas.14
1. Katun
Katun adalah pilihan yang langka untuk dijadikan bahan jas. Sebagai
bahan jas, katun mudah sekali kehilangan bentuk dan mudah berkerut.
Namun, jas berbahan katun sangat cocok dikenakan di daerah beriklim
tropis.
2. Katun dan Sintetis
Campuran bahan sintetis, artinya bahan dibuat dengan serat buatan, tidak
begitu disukai oleh mereka yang mencintai jas buatan tangan. Namun, jika

14

http://www.blibli.com/jenis-bahan-untuk-jas diakses tanggal 8 juli 2014

serat sintetis dicampur dengan katun, menghasilkan konstruksi bahan yang


sejuk dan tidak mudah berkerut.
3. Linen
Jenis bahan linen dihasilkan dari tanaman sejenis lily yang banyak hidup
di Selandia Baru dan Mesir. Bahan linen akan cenderung mudah berkerut
saat awal digunakan. Namun, semakin sering dikenakan, struktur linen
menjadi lembut dan nyaman.
4. Kasmir
Bahan kasmir adalah bahan termewah untuk jas. Kasmir terbaik adalah
yang berasal dari Mongol. Bahan ini diciptakan dari rambut yang tumbuh
di sekitar perut-perut kambing kasmir.
5. Sutera
Campuran sutera digunakan untuk jas yang dikenakan hanya pada malam
hari.
6. Wol
Wol memiliki serat bahan alami yang memungkinkan sirkulasi udara
pada jas. Inilah yang menyebabkan wol cocok digunakan di negara iklim
apa pun. Bahkan, wol adalah bahan pilihan utama untuk membuat jas karena
kualitasnya mempertahankan bentuk jas, elastisitas, dan daya tahan yang
lama.
7. Wol dan Sintetis
Jas berbahan wol dengan campuran sintetis dapat membuat jas memiliki
berat yang lebih ringan. Namun, hindari mengenakan bahan ini jika akan

mengenakan jas di negara beriklim tropis. Serat sintetis membuat


pemakainya merasa kepanasan karena sirkulasi udara yang tidak lancar.

Pengertian Kerah
Kerah merupakan penampilan dekoratif dan fungsional pada garis leher
sebuah busana15. Sebagai penampilan dekoratif, kerah merupakan bingkai wajah
yang memberi nilai lebih, baik pada pakaian tersebut maupun pada si pemakai.
Adapun fungsinya, selain untuk menutupi kekurangan pada bentuk leher atau baju,
juga dapat melindunginya dari sengatan terik matahari, udara dingin, atau angin.
Pengertian kerah adalah sehelai kain yang digunting dengan berbagai
macam bentuk yang dipasangkan atau dijahitkan pada sekeliling garis leher16.
Kerah merupakan bagian yang penting dari suatu busana karena pengaruhnya
langsung pada bentuk muka si pemakai atau leher, dan diperkuat oleh pernyataan
dari Pratiwi bahwa kerah adalah bagian dari sebuah pakaian yaitu bentuk bagian
terpisah untuk menyelesaikan garis leher.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kerah adalah
bagian dari sebuah pakaian atau busana berupa sehelai kainyang digunting dengan
berbagai macam bentuk yang dipasang pada sekeliling garis leher.

15

Goet Poespo, Aneka Kerah (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h.1.


Chodijah dan M. Alim Zaman, Desain Mode (Jakarta: Direktorat Pendidikan MasyarakatPendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga), h.49.
16

Kerah Jas
Kerah, merupakan bagian baju yang ada disekeliling leher.17 Untuk teknik
tailoring jenis kerah yang dapat digunakan adalah:
a. Kerah jas, bisa juga disebut kerah kelepak (rever). Kerah yang lapisan
dada dan kerahnya berasal dari satu kain.18
b. Kerah shawl, disebut juga kerah selendang yaitu kerah rebah yang rata
dengan bahu yang panjangnya sampai ke dada dan berbentuk lonjong.19
c. Kerah mandarin, merupakan kerah tegak atau kerah berdiri tanpa
kelepak.20

Gambar 2.5 Macam-macam Model Kerah Jas

Muhammad Hamzah Wancik, Bina Busana Peleaaran Menjahit Pakaian Wanita


Ibid, hal. 42
19
Loc.cid
20
Buklet femina
17
18

Teknik Pemasangan Kerah Jas


1. Sistem Sonny

Gambar 2.6 Teknik Pemasangan Kerah Jas Sistem Sonny Nusi


Sumber: Jas Wanita, Hal. 72

Teknik yang pertama yaitu teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny
yang menyatukan jas dan kerahnya dengan cara memisahkan seluruh bagian
bahan utama jas dengan bahan lapisan jas yang nanti nya disatukan jika bagian
bahan utama dan bagian lapisan sudah tersambung seluruh bagiannya

2. Sistem Connie Amaden

Gambar 2.7 Teknik Pemasangan Kerah Jas Sistem Connie Amaden


Sumber: A Guide To Fashion Sewing By Connie Amaden Crawford. Page. 288

Kedua, yaitu teknik menjahit sistem Connie-Amaden, teknik pemasangan kerah


ini dilakukan dengan cara menyelesaikan bagian badan jas terlebih dahulu
termasuk bahan lapisan pada bagian badan setelah bagian badan selesai baru lah
kerah disatukan pada garis leher bahan kerah dan lapisan leher bahan bagian
badan jas.

Langkah Pemasangan Kerah Jas Sistem Sonny Nusi


Memasang /menjahit kerah pada jas berbeda dengan memasang kerah pada
blus, tepi kerah diselesaikan dahulu sebelum dipasang, maka pada jas, kerah
dipasang / dijahit secara terpisah, masing masing pada garis leher bahan utama,
dan pada garis leher bahan vuring, caranya sebagai berikut :
a) Temukan dan semat dengan jarum pentul tanda garis pola pada bahan
utama di bagian leher, dengan garis pola pada satu lapis bahan kerah.
b) Titik tengah garis leher dibelakang disematkan tepat pada titik tengah
garis pola kerah.
c) Kedua ujung kerah tepat pada kedua tengah muka bagian badan
depan.
d) Jahitlah kerah pada garis leher jas tepat pada garis pola.

e) Buat guntingan kampuh, berjarak 1 cm, dan bukalah kampuhnya.


f)

Setrikalah kampuh yang sudah dibuka

Gambar 2.8 Sistem Sonny 1

Menyelesaikan Jas Pada Bahan Vuring


Menjahit bagian badan depan dan belakang
a) Satukan dan semat dengan jarum pentul garis prinses bahan vuring.
b) Satukan dan semat dengan jarum pentul bahan utama jas dengan
bahan vuring.
c) Jahit dengan kampuh terbuka tepat pada garis tanda pola.
d) Seterikalah kampuh terbuka terbuka tersebut.
e) Satukan vuring bagian belakang dengan lapisan bagian belakang.
f)

Satukan masing-masing garis bahu belakang dengan lapisan bagian


belakang.

g) Satukan masing-masing garis bahu belakang dengan garis bahu depan,


kiri dan kanan kampuh terbuka, kemudian disetrika
Memasang kerah pada bahan vuring

a) Semat dan jahitlah satu lapis kerah pada garis leher vuring, dan
buatlah guntingan dalam berjarak 1 cm.
b) Bukalah kampuhnya, dan setrikalah diatas papan setrika khusus.

Gambar 2.9 Sistem Sonny 2

Memasang kerah pada bahan utama dan vuring


a) Pada bagian leher bahan utama dan bahan vuring sudah terpasang satu
lapis kerah.
b) Satukan dan semat dengan jarum pentul kedua tepi kerah atas dan
bawah.
c) Hubungkanlah tepi kerah tepat pada garis pola.
d) Buatlah guntingan dalam berjarak 1 cm.
e) Arahkan kampuhnya ke tepi kerah.
f)

Semat, satukan, dan jahit tengah muka bahan utama dan vuring
sampai ke batas kerah.

g) Buat guntingan dalam pada bagian yang melengkung, dan tipiskan


kampuhnya.
h) Arahkan kampuhnya kebagian vuring.
i)

Penyatuan kerah atas dan bawah pada bagian leher :


Kampuh dibagi dua, kampuh diarahkan kedalam kerah.
Kampuh bagian leher badan diarahkan ke bawah, ke dalam bagian
badan.
Satukan kampuh bahan utama dengan kampuh bahan vuring
dengan jahit tangan.

Menyelesaikan Jas Pada Bahan Vuring


Menjahit bagian badan depan dan belakang
a) Satukan dan semat dengan jarum pentul garis prinses bahan vuring.
b) Satukan dan semat dengan jarum pentul bahan utama jas dengan
bahan vuring.
c) Jahit dengan kampuh terbuka tepat pada garis tanda pola.
d) Seterikalah kampuh terbuka terbuka tersebut.
e) Satukan vuring bagian belakang dengan lapisan bagian belakang.
f)

Satukan masing-masing garis bahu belakang dengan lapisan bagian


belakang.

g) Satukan masing-masing garis bahu belakang dengan garis bahu


depan, kiri dan kanan kampuh terbuka, kemudian disetrika

Memasang kerah pada bahan vuring


a) Semat dan jahitlah satu lapis kerah pada garis leher vuring, dan
buatlah guntingan dalam berjatrak 1 cm.
b) Bukalah kampuhnya, dan setrikalah diatas papan setrika khusus.

Memasang kerah pada bahan utama dan vuring


a) Pada bagian leher bahan utama dan bahan vuring sudah terpasang
satu lapis kerah.
b) Satukan dan semat dengan jarum pentul kedua tepi kerah atas dan
bawah.
c) Hubungkanlah tepi kerah tepat pada garis pola.
d) Buatlah guntingan dalam berjarak 1 cm.
e) Arahkan kampuhnya ke tepi kerah.
f)

Semat, satukan, dan jahit tengah muka bahan utama dan vuring
sampai ke batas kerah.

g) Buat guntingan dalam pada bagian yang melengkung, dan tipiskan


kampuhnya.
h) Arahkan kampuhnya ke bagian vuring.
i)

Penyatuan kerah atas dan bawah pada bagian leher :


Kampuh dibagi dua, kampuh diarahkan kedalam kerah.
Kampuh bagian leher badan diarahkan ke bawah, ke dalam bagian
badan.
Satukan kampuh bahan utama dengan kampuh bahan vuring
dengan jahit tangan.

Gambar 2.10 Sistem Sonny 3

Langkah Pemasangan Kerah Jas Sistem Connie Amaden


Kerah jas adalah kerah
1.

Jahit seluruh kupnat / garis hias pada tiap helai jas, jahit bahu dan
bagian sisi jas bahan utama. Press seluruh kampuh secara terbuka dan
kupnat sampai flat.

2.

Jahit seluruh kupnat / garis hias pada tiap helai jas, jahit bahu dan
bagian sisi jas bahan vuring. Press seluruh kampuh secara terbuka dan
kupnat sampai flat.

3.

Jahit menjadi satu kedua helai kerah

Gambar 2.11 Sistem Connie 1

4.

Beri jahitan penguat pada kerah

5.

Press seluruh permukaan kerah

6.

Satukan bagian vuring dan bahan utama, jahit sampai batas lapel

Gambar 2.12 Sistem Connie 2

7.

Beri jahitan penguat pada lapel

8.

Press seluruh permukaan lapel

9.

Satukan lingkar leher kerah dan bahan utama

Gambar 2.13 Sistem Connie 3

10. Press seluruh bagian kerah dan lapel

Faktor yang Mempengaruhi Jatuhnya Kerah21


1.

Jarak antara garis leher dan dasar leher

2.

Ketinggian dari stand (tegaknya kerah dari garis leher ke garis lipat
balik)22

3.

Bentuk dan kedalaman fall (tegaknya kerah dari garis lipat balik ke style
line)23

4.

Ukuran dan bentuk dari lapel (kelepak)

The four styling factors that determine how a collar looks are the :
Distance between the neckline and the base of the neck
Height of the stand (that is, how far the collar stands up)
Shape and depth of the fall
Rever or lapel, if included, and its size and shape

Karakteristik Kerah yang Baik24

21

1.

Kerah terpasang smoothly

2.

Bagian back dan front juga sisi kanan dan kiri kerah seimbang

3.

Pinggiran kerah terlihat flat dan tidak melintir

4.

Bagian back kerah tidak terlihat pada pinggiran kerah

5.

Sudut kerah pada lapel (kelepak) terbentuk dengan baik

Shaeffer, Claire B, Couture Sewing Techniques. (USA : the taunton press)


Goet Poespo , Aneka Kerah. (Jakarta) Hal 6
23
Goet Poespo , Aneka Kerah. (Jakarta) Hal 6
24
Mabel D erwin. Lila A Kinchen. Kathleen A Peters, Clothing for Moderns 6th edition.
22

The characteristic of a well made collar


The collar sets smoothly
It is balanced from side to side, ends are in the same relationship at CF and
CB to left and right sides
The outside edge of the collar lies flat, or almost flat, against the garment,
corner or edges do not roll upward
The collar facing is not visible along the edge
The points in notched lapels are sharp an regular in line

2.2. Kerangka Berpikir

Pemasangan kerah pada jas berbeda dalam tiap sistem, terdapat dua
pemasangan kerah pada jas, yaitu sistem Sonny Nusi dan sistem Connie Amaden.
Pada sistem Sonny, pemasangan kerah dilakukan terlebih dahulu sebelum kedua
bagian badan jas menyatu. Sedangkan pada sistem Connie amaden kerah disatukan
terakhir seperti pemasangan kerah pada blus. Masalah yang sering terjadi pada
pemasangan kerah jas yaitu bentuk sudut atau ujung kerah bagian kanan dan kirinya
tidak sama, jarak antara sudut kerah dan lapel (kelepak) tidak sama, bentuk sudut
kerah tidak sesuai dengan desain (kurang menyudut). Berikut adalah perbedaan dari
kedua teknik tersebut : (Terlampir di halaman selanjutnya)
Pemasangan kerah jas sistem Sonny memiliki kekurangan yaitu ada tahap
penyatuan seluruh badan jas, masalah yang sering timbul yaitu, guntingan pada
sudut sambungan tidak tepat sehingga mengakibatkan jatuhnya kerah kurang
smooth. Sedangkan sistem Connie lebih mudah dikarenakan teori nya menyerupai
pemasangan kerah-kerah pada umumnya, pemasangan kerah jas dengan sistem ini
dilakukan dengan cara kedua helai kerah dijepit menjadi satu, sehingga pada saat
kerah disatukan dengan badan jas, bagian kerah tersebut tetap flat.
Berdasarkan dari karaksteristik kerah yang baik, terdapat poin sudut kerah
dan lapel terbentuk dengan baik, pemasangan kerah jas dengan sistem Connie dapat
menghasilkan sudut yang baik dikarenakan jahitan penguat pada kerah dan lapel
dapat dikerjakan sampai ujung, sehingga ujung / sudut kerah dapat terbentuk
dengan baik / sesuai dengan desain

Perbandingan Kualitas Hasil Pemasangan


Kerah Jas

Perbedaan Kedua Sistem Pemasangan Kerah Jas

Sistem Sonny Nusi

Sistem Connie
Amaden

Tingkat kesulitan tiap sistem

Kelebihan dan kekurangan tiap sistem

Gambar 2.14 Skema Kerangka Berfikir

2.3. Pengajuan Hipotesis


Berdasarkan pada kerangka teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diajukan sebagai berikut:
Kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Connie lebih baik
dibandingkan dengan kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem
Sonny.

3. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk memperoleh dan
menganalisis data perbandingan hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny
dengan sistem Connie Amaden.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium program studi Tata Busana Jurusan
Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta. Adapun
waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

3.3. Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu25. Bertitik tolak dari permasalahan, rumusan masalah,
dan tujuan penelitian maka metode yang digunakan adalah metode Deskriptif
Kuantitatif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.

25

Sugiyono, 2006 : 1

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk


menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa
sebagaimana adanya atau mengungkap fakta secara mendalam mengenai
perbandingan teknik hasil pemasangan kerah jas sistem Sonny dengan sistem
Connie Amaden.
Menurut Sukardi (2009 : 14) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha menggambarkan kegiatan penelitian. Penelitian deskriptif ini juga disebut
peneltian pra eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi,
menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi
terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh dilapangan.
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang bersifat
sistematis terhadap bagian bagian dan fenomena serta hubungan hubungan nya.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model
model matematis, teori teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam.

3.4. Variabel Penelitian


Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel
penelitian merupakan sebuah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang ada, variabel ini terdiri dari variabel
variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pemasangan kerah
sistem Sonny dan sistem Connie Amaden.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil teknik pemasangan
kerah jas

3.5. Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Teknik pemasangan kerah sistem Sonny dan sistem Connie Amaden adalah
dua teknik pemasangan kerah jas yang berbeda. Sistem Sonny dikerjakan
dengan cara memisahkan dua bagian kerah jas, dan teknik Connie dikerjakan
dengan cara menyatukan dua helai kerah jas terlebih dahulu sebelum disatukan
dengan jas.

2.

Hasil teknik pemasangan kerah jas adalah hasil akhir dari dua teknik
pemasangan
kerah yang telah di uji coba yaitu hasil dari teknik pemasangan kerah jas sistem
Sonny dan hasil dari teknik pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden.

3.6. Desain Penelitian


Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Berikut disajikan dalam bagan 2 desain penelitian yang
dilakukan untuk pengujian kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny
dan sistem Connie Amaden.

Desain penelitian kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny
dan sistem Connie Amaden
variabel bebas

variabel terikat
perbandingan

Teknik Sonny
Teknik Connie

Hasil teknik pemasangan


kerah jas

3.7. Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah adalah blus dengan kerah jas yang dibuat
menggunakan dua teknik pemasangan kerah yang berbeda, yaitu teknik
pemasangan kerah jas sistem Sonny dan teknik pemasangan kerah jas sistem
Connie Amaden.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil masing masing kelompok 4
sampel dari teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny dan teknik pemasangan
kerah jas sistem Connie Amaden

3.8.

Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan

instrumen yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi butir
butir pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas hasil kerah jas.

Tabel 3.1 Kisi kisi Instrumen


Aspek yang Dinilai

Indikator

No. Pengamatan

Perbandingan kualitas

1. Jatuhnya kerah

1,2

hasil pemasangan kerah

2. Ketepatan bentuk

3,4

jas sistem Sonny dengan

3. Penampilan kerah

5,6,7,8,9,10,11,12,13

sistem Connie Amaden

4. Ketepatan letak /

14,15

posisi kerah
Jumlah

15

Penelitian ini menggunakan skala rating scale. Skala bertingkat atau rating
adalah ukuran subjektif yang dibuat berskala.26 Penelitian dibuat dengan rentang 1
(satu) sampai 3 (tiga). Apabila hasil kerah jas baik diberi nilai 3 (tiga), bila kurang
baik diberi nilai 2 (dua), dan apabila tidak baik diberi nilai 1 (satu).
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan uji validitas.
Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen.27 Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antar skor masing
masing dengan skor total.
Sementara itu untuk mengetahui ketepatan dan akurasi yang ditunjukkan
oleh instrumen penelitian akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah
konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
indikator indikator mempunyai konsistensi yang tinggi dalam mengukur latennya.

26
27

Suharsimi arikunto, op.cit


Suharsimi arikunto, 1996

3.9. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian adalah langkah langkah yang dilakukan dalam
pelaksanaan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan
dalam penelitian.
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian
NO

TEKNIK PEMASANGAN KERAH JAS SISTEM SONNY DAN CONNIE

Tahap I

Mempersiapkan alat dan bahan

Alat yang diperlukan untuk pembuatan blus dengan kerah jas :


Mesin jahit lengkap, jarum pentul, jarum tangan, kertas pola, pita ukuran, pensil,
penggaris, rader, karbon jahit, gunting kertas, gunting bahan, pendedel, papan
setrika, setrika.

Membuat desain jas

Tahap II

Mempersiapkan Pola

Membuat pola dasar sistem Porrie Muliawan

Merubah pola dasar

Tahap III
1

Menggunting Bahan
Meletakkan Pola pada Kufner

Meletakkan pola pada bahan utama

Meletakkan pola pada bahan vuring

Menempelkan bahan utama dengan kufner

Memberi tanda jahitan pada bahan (merader)

Tahap IV

Menjahit Jas

Menyatukan seluruh garis hias

Membuat saku

Menjahit sisi badan jas dan bahu jas bahan utama

Menjahit sisi badan jas dan bahu jas bahan vuring


TEKNIK SONNY

TEKNIK CONNIE

Siapkan bahan utama

Siapkan bahan vuring yang telah disatukan dengan facing

Sambung bahu bahan utama

Press kampuh bahu

Jahit sisi bahan utama

10

Press kampuh sisi

11

Bagian bahan utama yang telah menyatu

12

Sambung bahu bahan vuring

13

Press kampuh bahu

14

Jahit sisi bahan vuring

15

Press kampuh sisi bahan vuring

16

Bagian bahan vuring yang telah menyatu

17

Siapkan bahan kerah

18

Jahit bagian kerah yang terpisah

19

Press kampuh tengah kerah

20

Siapkan dua helai kerah

21

Rekatkan dengan bahan pelapis

TEKNIK CONNIE

TEKNIK SONNY

22

Jahit dua helai kerah menjadi satu

Satukan sehelai kerah dengan badan

23

Beri jahitan penguat pada kerah yang

Gunting bagian sudut kerah

telah disatukan
\

24

Press kerah yang telah disatukan

Bagian sudut kerah yang telah


digunting

25

Jahit bagian lapel kerah dan beri

Lanjutkan jahit bagian kerung leher

jahitan penguat

26

Bagian lapel yang telah dijahit

Buka kampuh dan press

27

Satukan kerah dengan badan jas

Kampuh yang telah di press dan di


cekris

28

Gunting bagian sudut kerah

Jahit bagian lapel sekeliling dengan


kerah

29

Tipiskan kampuh kerah

Hentikan jahitan pada bagian


sambungan sudut kerah dan lapel

30

Cekris bagian kampuh kerung leher

Lanjutkan jahitan pada bagian kerah

31

Balikkan jas dan press

Bagian kerah dan lapel yang telah


menyatu

32

Hasil kerah jas sistem Connie Amaden

Beri jahitan penguat pada lapel dan


kerah

33

Balikkan jas lalu press

34

Hasil kerah jas sistem Sonny Nusi

3.10. Uji Hipotesis


Berdasarkan pengajuan hipotesis pada Bab II, perumusan hipotesis untuk
pengujian kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas adalah sebagai berikut :
Kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden lebih baik
daripada kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny.

H0 : c s
H 1 : c > s

Keterangan :
H0

: Hipotesis nol

Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie tidak berbeda/sama dengan
sistem Sonny
H1

: Hipotesis alternatif

Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie lebih baik daripada sistem
Sonny
c

: Teknik pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden

: Teknik pemasangan kerah jas system Sonny

3.11. Teknik Pengambilan Data


Data diperoleh dari hasil penilaian 4 orang ahli bidang busana terhadap hasil
pembuatan blus dengan kerah jas yang menggunakan 2 teknik pemasangan kerah
jas yang berbeda. Masing masing paspop akan menggunakan 8 blus.
Pada saat blus dikenakan pada paspop, blus tersebut diberi kode A,B,C,D
untuk teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny dan E,F,G,H untuk teknik
pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden, sehingga dosen ahli sebagai penilai
tidak mengetahui keenam blus tersebut menggunakan sistem Sonny ataukah Connie
Amaden.

3.12. Teknik Analisis Data


Uji Hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji T-Independen. Dengan
uji homogenitas varian, tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui varian antara
kelompok data satu apakah sama dengan kelompok data kedua. Perhitungan
menggunakan uji F :

S
S

Keterangan :
df = n1+1 dan df = n2 1
Pada perhitungan uji F, varian yang lebih besar sebagai pembilang dan varian yang
lebih kecil sebagai penyebut.

4. BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Interpretasi Data
Analisis deskriptif kuantitatif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada penelitian
terdapat 4 panelis teruji yang menilai 8 kerah jas yang dibuat dengan menggunakan
dua sistem pemasangan kerah yang berbeda, 4 buah kerah jas menggunakan sistem
pemasangan kerah Sonny Nusi dan 4 buah kerah menggunakan sistem pemasangan
kerah Connie Amaden.
Pada penelitian ini terdapat 4 indikator penilaian berdasarkan : Jatuhnya
kerah, Ketepatan bentuk kerah dan lapel, Penampakan kerah, Posisi kerah. Setiap
indikator memiliki sub indikator yang masing-masing berjumlah 2 sub indikator
pada jatuhnya kerah, 2 sub indikator pada ketepatan bentuk kerah dan lapel, 9 sub
indikator pada penampakan kerah, dan 2 indikator pada posisi kerah. Setiap aspek
penilaian diukur dengan kriteria penilaian baik diberi nilai 3, kurang baik diberi
nilai 2, dan tidak baik diberi nilai 1. Berikut deskripsi data hasil pemasangan kerah
jas sistem Connie dan sistem Sonny.

4.2. Deskriptif Data Berdasarkan Sub Indikator


Tabel 4.1 Deskriptif Data Jatuhnya Kerah
Bagian Depan
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

25%

Kurang Baik

37.5%

50%

Baik

10

62.5%

25%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, jatuhnya kerah bagian depan sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Jatuhnya kerah bagian depan sistem Connie stabil, seimbang, dan
rapi, sedangkan jatuhnya kerah yang dihasilkan sistem Sonny kurang stabil, kurang
seimbang, dan kurang rapi.

Tabel 4.2 Deskriptif Data Jatuhnya Kerah


Bagian Belakang
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

12.5%

Kurang Baik

12.5%

31.25%

Baik

14

87.5%

56.25%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah jas,
jatuhnya kerah bagian belakang sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Jatuhnya kerah bagian belakang sistem Connie stabil, seimbang, dan
rapi, sedangkan jatuhnya kerah yang dihasilkan sistem Sonny kurang stabil, kurang
simbang, dan kurang rapi. Pada tahap ini sistem Connie memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada
sistem Connie bagian kampuhnya tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan
seringkali bergeser.

Tabel 4.3 Deskriptif Data Ketepatan Bentuk Kerah


Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

6.25%

Kurang Baik

6.25%

56.25%

Baik

15

93.75%

37.5%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, ketepatan bentuk kerah sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Ketepatan bentuk kerah sistem Connie sesuai dengan desain
sedangkan ketepatan bentuk kerah yang dihasilkan oleh sistem Sonny kurang sesuai
dengan desain. Pada tahap ini sistem Sonny memiliki tingkat kesulitan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan sistem Connie, pada sistem Sonny penyatuan seluruh
badan dan kerah dikerjakan sekali jalan hal ini seringkali menyebabkan bagian
bahan utama dan vuring bergeser, sehingga menyebabkan rader bahan utama dan
vuring sulit bertemu.

Tabel 4.4 Deskriptif Data Ketepatan Bentuk Lapel


Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

18.75%

Kurang Baik

25%

10

62.5%

Baik

12

75%

18.75%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, ketepatan bentuk lapel sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan sistem
Sonny. Ketepatan bentuk lapel sistem Connie sesuai dengan desain sedangkan
ketepatan bentuk kerah yang dihasilkan oleh sistem Sonny kurang sesuai dengan
desain. Pada tahap ini sistem Sonny memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem Connie, pada sistem Sonny penyatuan seluruh badan
dan kerah dikerjakan sekali jalan hal ini seringkali menyebabkan bagian bahan
utama dan vuring bergeser, sehingga menyebabkan rader bahan utama dan vuring
sulit bertemu.

Tabel 4.5 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sudut Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

31.25%

Kurang Baik

31.25%

50%

Baik

11

68.75%

18.75%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sudut kerah sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Penampakkan sudut kerah sistem Connie hasilnya lebih runcing /
sesuai dengan desain dan flat. Hal ini dikarenakan jahitan penguat pada sistem
Connie dapat dikerjakan sampai ujung sudut kerah, sehingga bentuk sudut kerah
sistem Connie lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny.

Tabel 4.6 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sudut Sambungan
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

6.25%

6.25%

Kurang Baik

43.75%

56.25%

Baik

50%

37.5%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sudut sambungan sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan sudut sambungan sistem Connie hasilnya
menyudut, sedangkan sistem Sonny hasilnya kurang menyudut. Hal ini dikarenakan
guntingan sudut pada sistem Sonny kurang tepat, sehingga menyebabkan sudut
sambungan seringkali berkerut.

Tabel 4.7 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sudut Lapel
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

0%

Kurang Baik

12.5%

56.25%

Baik

14

87.5

43.75%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sudut lapel sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Penampakkan sudut lapel sistem Connie hasilnya lebih runcing /
sesuai dengan desain dan flat. hal ini dikarenakan jahitan penguat pada sistem
Connie dapat dikerjakan sampai ujung sudut lapel, sehingga bentuk sudut lapel
sistem Connie lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny.

Tabel 4.8 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sambungan Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

6.25%

6.25%

Kurang Baik

37.5%

10

62.5%

Baik

56.25%

31.25%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sambungan kerah sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan sambungan kerah sistem Connie bagian kanan
dan kirinya ukurannya seimbang sedangkan sistem Sonny kurang seimbang. Pada
tahap ini sistem Connie memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian kampuhnya
tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan seringkali bergeser.

Tabel 4.9 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sambungan Lapel
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

0%

Kurang Baik

37.5%

11

68.75%

Baik

10

62.5%

31.25%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sambungan lapel sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan sambungan lapel sistem Connie bagian kanan
dan kirinya ukurannya seimbang sedangkan sistem Sony kurang seimbang. Pada
tahap ini sistem Connie memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian kampuhnya
tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan seringkali bergeser.

Tabel 4.10 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sambungan Kerah dan Badan Bagian Depan
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

12.5%

Kurang Baik

12.5%

25%

Baik

14

87.5%

10

62.5%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sambungan kerah dan badan bagian depan sistem Connie lebih
baik dibandingankan dengan sistem Sonny. Penampakkan sambungan kerah bagian
depan sistem Connie jatuhnya tepat pada bagian muka, sedangkan sistem Sonny
hasilnya kurang tepat pada bagian muka.

Tabel 4.11 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Sambungan Kerah dan Badan Bagian Belakang
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

25%

Kurang Baik

31.25%

11

68.75%

Baik

11

68.75%

6.25%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan sambungan kerah dan badan bagian belakang sistem Connie
lebih baik dibandingankan dengan sistem Sonny. Penampakkan sambungan kerah

bagian depan sistem Connie jatuhnya tepat pada bagian muka, sedangkan sistem
Sonny hasilnya kurang tepat pada bagian belakang. Pada tahap ini sistem Connie
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Sonny,
dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian kampuhnya tebal, sehingga pada saat
disatukan dengan badan seringkali bergeser.

Tabel 4.12 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Keseluruhan Tepi Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

12.5%

Kurang Baik

25%

43.75%

Baik

12

75%

43.75%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah jas,
penampakkan keseluruhan tepi kerah sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan keseluruhan tepi kerah sistem Connie rapi
(flat) sedangkan sistem Sonny bagian pinggirnya agak bergelombang dan kurang
flat.

Tabel 4.13 Deskriptif Data Penampakan / Penampilan


Keseluruhan Tepi Lapel
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

6.25%

12.5%

Kurang Baik

25%

37.5%

Baik

11

68.75%

50%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, penampakkan keseluruhan tepi lapel sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan keseluruhan tepi lapel sistem Connie rapi (flat)
sedangkan sistem Sonny bagian pinggirnya agak bergelombang dan kurang flat.

Tabel 4.14 Deskriptif Data Posisi Kerah


Bagian Depan
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

0%

Kurang Baik

12.5%

31.25%

Baik

14

87.5%

11

68.75%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, posisi kerah bagian depan sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Posisi kerah bagian depan sistem Connie jatuhnya tepat pada bagian
muka. Pada tahap ini sistem Connie memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian
kampuhnya tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan seringkali bergeser.

Tabel 4.15 Deskriptif Data Posisi Kerah


Bagian Belakang
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

0%

Kurang Baik

12.5%

12.5%

Baik

14

87.5%

14

87.5%

16

100%

16

100%

Total

Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah


jas, posisi kerah bagian belakang, persentase kedua sistem sama, yang berarti posisi
kerah dengan kedua sistem ini menghasilkan kualitas yang sama. Yaitu jatuhnya
kerah tepat pada tengah belakang.

4.3. Deskriptif Data Berdasarkan Indikator


1.

Jatuhnya Kerah / Kedudukan Kerah


Berdasarkan sub indikator pada jatuhnya kerah / kedudukan kerah

yang meliputi : kedudukan kerah bagian depan dan kedudukan kerah bagian
belakang. Berdasarkan hasil analisis data maka didapatkan hasil
perhitungan statistik sebagai berikut :

Tabel 4.16 Deskriptif Data Berdasarkan Indikator


Jatuhnya Kerah / Kedudukan Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

18,75%

Kurang Baik

25%

13

40.6%

Baik

24

75%

13

40.6%

32

100%

32

100%

Total

Berdasarkan hasi tabel diatas dapat dinyatakan bahwa jatuhnya


kerah / kedudukan kerah bagian depan dan belakang sistem Connie lebih
baik dibandingkan dengan sistem Sonny, pada tahap ini sistem Sonny
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
Connie, jatuhnya kerah pada dipengaruhi oleh ketepatan pada saat menjahit
bagian sudut sambungan kerah dan badan. Pada sistem Sonny, dibutuhkan
ketelitian yang tinggi pada saat tahap menjahit sudut sambungan, seringkali
penjahitan pada sudut sambungankurang tepat,atau guntingan sudut yang
juga kurang tepat sehingga mengakibatkan sudut sambungan menjadi
bergelombang atau tidak flat, dan ini memberikan efek pada jatuhnya kerah
sistem Sonny.

2.

Ketepatan Bentuk Kerah dan Lapel


Berdasarkan sub indikator pada ketepatan bentuk kerah dan lapel

yang meliputi : ketepatan bentuk kerah dan ketepatan bentuk lapel.


Berdasarkan hasil analisis data maka didapatkan hasil perhitungan statistik
sebagai berikut :

Tabel 4.17 Deskriptif Data Berdasarkan Indikator


Ketepatan Bentuk Kerah dan Lapel
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

12.5%

Kurang Baik

15.7%

59.4%

Baik

27

84.3%

19

28.1%

32

100%

32

100%

Total

Berdasarkan hasi tabel diatas dapat dinyatakan bahwa bentuk kerah


dan lapel sistem Connie bentuk nya lebih baik daripada sistem Sonny,
berdasarkan karakteristik kerah yang baik, salah satunya adalah kerah
terbentuk dengan baik (sesuai dengan desain). Pada tahap ini tingkat
kesulitan sistem Sonny lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Connie
dikarenakan penyatuan kerah dan lapel pada sistem Connie dilakukan
dengan cara bertahap, sedangkan sistem Sonny menyatukan kerah dan lapel
secara bersamaan (sekeliling) hal ini seringkali menyebabkan bagian bahan
utama dan vuring bergeser / sulit menemukan rader antara bahan utama dan
vuring sehingga untuk membentuk ujung kerah dan ujung lapel menjadi
agak sulit.

3.

Penampakan / Penampilan Kerah


Berdasarkan sub indikator penampakan / penampilan kerah yang

meliputi : penampakan sudut kerah, sudut sambungan, sudut lapel,


sambungan kerah, sambungan lapel, sambungan kerah dan badan bagian
depan, sambungan kerah dan badan bagian belakang, keseluruhan tepi

kerah, dan keseluruhan tepi lapel. Berdasarkan hasil analisis statistik data
maka didapatkan hasil perhitungan statistik sebagai berikut :

Tabel 4.18 Deskriptif Data Berdasarkan Indikator


Penampakan / Penampilan Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

2%

16

11%

Kurang Baik

41

28.5%

72

50%

Baik

100

69.5%

56

39%

144

100%

144

100%

Total

Berdasarkan hasi tabel diatas dapat dinyatakan bahwa penampilan /


penampakkan kerah sistem Connie lebih baik dibandingkan dengan sistem
Sonny, bagian sudut kerah, sudut sambungan, sudut lapel dengan sistem
Connie terbentuk dengan baik (sesuai dengan desain), dan juga flat.
Penampakan atau penampilan kerah dengan sistem Sonny kurang baik
dikarenakan rader bagian bahan utama dan vuring tidak tepat, sehingga
mengakibatkan jatuhnya kerah kurang flat, guntingan pada kampuh leher
kurang tepat sehingga menyebabkan jatuhnya kerah pada leher kurang
smooth, beberapa hal ini menyebabkan penampilan / penampakan kerah
dengan sistem Sonny kurang baik.

4.

Ketepatan Letak / Posisi Kerah


Berdasarkan sub indikator ketepatan letak dan posisi kerah yang

meliputi : letak kerah bagian depan dan letak kerah bagian belakang.
Berdasarkan hasil analisis data maka didapatkan hasil perhitungan statisik
sebagai berikut :

Tabel 4.19 Deskriptif Data Berdasarkan Indikator


Ketepatan Letak / Posisi Kerah
Connie

Sonny

frek

frek

Tidak Baik

0%

0%

Kurang Baik

12.5%

22%

Baik

28

87.5%

25

78%

32

100%

32

100%

Total

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dinyatakan bahwa jatuhnya


kerah / kedudukan kerah bagian depan dan belakang sistem Connie lebih
baik dibandingkan dengan sistem Sonny, posisi kerah sistem Connie
letaknya tepat pada bagian muka untuk bagian depan, dan tepat pada tengah
belakang pada kerah belakang. pada tahap ini, tingkat kesulitan pada sistem
Connie lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Sonny dikarenakan kerah
dengan sistem Connie lebih tebal dibandingkan dengan sistem Sonny, hal
ini menyebabkan batas tengah kerah dengan batas tengah belakang atau
depan seringkali bergeser

4.4. Analisis Data


Hipotesis nol menyatakan : Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem
Connie tidak berbeda/sama dengan sistem Sonny
H 0 : c s
Hipotesis alternative menyatakan : Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas
sistem Connie lebih baik daripada sistem Sonny
H 1 : c > s
Keterangan :
H0

: Hipotesis nol

Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie tidak berbeda/sama dengan
sistem Sonny
H1

: Hipotesis alternatif

Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie lebih baik daripada sistem
Sonny
c

: Teknik pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden

: Teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny


Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen menggunakan analisis data Uji t-varian beda pada program SPSS.
Kriteria pengujian Hipotesis
p value < , maka H0 di tolak
p value > , maka H0 gagal di tolak
Jika p value (nilai signifikan) lebih kecil dari (0,05), maka H0 yang berarti
tidak terdapat perbedaan ditolak, dan apabila p value lebih besar dari pada (0,05),
maka H0 gagal ditolak.

Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh 4 orang panelis dengan lembar
observasi yang didalamnya terdapat 15 butir pernyataan terhadap 8 kerah jas
dengan 2 sistem pemasangan kerah jas yang berbeda maka diperoleh data sebagai
berikut :

Tabel 4.20 Deskriptif Data Berdasarkan Variabel


Uji-t homogenitas varian
Levene's
Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95%
Confidence
Interval of the
Difference

Kualitas
hasil
kerah
jas

Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

Sig.

df

Sig.
(2tailed)

Mean
Difference

Std.
Error
Difference

Lower

Upper

40,625

,000

7,911

478

,000

,417

,053

,313

,520

7,911

435,571

,000

,417

,053

,313

,520

Dari tabel hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan p value sebesar
0.000 sedangkan taraf sebesar 0,05. Maka pengujian hipotesis pada hasil kerah
jas adalah p value < a, maka H ditolak. Hal ini menunjukkan kualitas hasil kerah
jas sistem Connie lebih baik daripada sistem Sonny.

Sistem pemasangan

Kualitas hasil kerah jas

Std. Error

kerah

Mean

Std. Deviation

Mean

Connie

240

2,72

,479

,031

Sonny

240

2,30

,661

,043

Berdasarkan tabel diatas, rata rata kualitas hasil pemasangan kerah jas
sistem Connie lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny, kedua sistem ini

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh sistem
Connie yaitu teori dari sistem Connie lebih mudah dimengerti karena prosesnya
menyerupai pemasangan kerah pada blus atau kemeja. Selain kelebihan tersebut,
adapula kekurangan dari sistem ini, yaitu kampuh yang dihasilkan lebih tebal
karena kampuh pada bagian leher tidak terbuka, sehingga jika kita tidak berhati
hati pada saat pressing akan membuat bahan menjadi mengkilap. Kelebihan dari
teknik Sonny yaitu, kampuh yang dihasilkan lebih tipis karena kampuh pada kerung
leher dibuat terbuka.

5. BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemasangan kerah jas sistem
Connie Amaden lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny. Berdasarkan
penilaian rata rata dari 4 orang panelis hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan
data yang menunjukkan pengujian hipotesis dengan SPSS pada hasil kerah jas
adalah p value < alpha, maka H0 ditolak dan H1 gagal ditolak. Hal ini menunjukkan
rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie Amaden lebih baik
dibandingkan dengan sistem Sonny Nusi.
Kedua sistem kerah jas ini memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Pada sistem Sonny, kekurangan dari sistem ini adalah sulit untuk
menghasilkan sudut yang baik, teori dari sistem ini sulit untuk dimengerti karena
sistem pemasangan nya sangat berbeda dengan cara pemasangan kerah pada
umumnya, kekurangan lain dari sistem ini yaitu pada tahap penyatuan bahan utama
dan lining, dikarenakan penyatuan dikerjakan sekeliling sehingga seringkali bahan
bergeser dan mengakibatkan jatuhnya kerah dan lapel kurang smooth. Kelebihan
dari sistem ini yaitu kampuh pada kerung leher yang dihasilkan lebih tipis
dibandingkan sistem Connie, karena sistem Sonny menggunakan kampuh terbuka.

Kekurangan dari sistem Connie yaitu kampuh yang dihasilkan tebal


dikarenakan kampuh pada sistem ini tidak terbuka, selain itu pada sistem Connie
bagian kanan dan kiri kerah seringkali tidak seimbang dan ini mengakibatkan
jatuhnya kerah / posisi kerah jadi tergeser. Kelebihan dari sistem ini yaitu teori nya

lebih mudah dimengerti karena teori nya seperti pemasangan kerah pada umumnya,
selain itu juga sudut yang dihasilkan dengan sistem ini lebih baik karena jahitan
penguat pada sistem ini bisa dikerjakan sampai ujung kerah dan lapel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil suatu kerah yaitu :
1. Penjahit, dikarenakan sistem pemasangan kerah jas ini membutuhkan
ketelitian yang tinggi, penjahit yang pada umumnya biasa mengerjakan
kerah pada blus akan menghasilkan kerah yang bagus pada sistem Connie
Amaden, sedangkan pada sistem Sonny dibituhkan ketelitian yang tinggi
karena teori pemasangan kerah jas sistem ini berbeda dengan kerah pada
umumnya.
2. Bahan, kekenyalan bahan jas yang dipakai juga mempengaruhi hasil
jatuhnya kerah, jika bahan yang digunakan memiliki tingkat kekenyalan
yang baik, maka jatuhnya kerah dan lapel akan terlihat smoothly.
3. Interlining, bahan penunjang adalah bagian penting dari suatu jas. Pada
sistem Connie, kampuh yang dihasilkan pada bagian kerung leher terlalu
tebal, hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan interlining yang tepat.

5.2. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka implikasi
yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan materi
dalam mata kuliah Tailoring berupa pengetahuan mengenai teknik
pemasangan kerah jas sistem Connie dan sistem Sonny.

5.3. Saran
Mengacu pada hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran saran agar
dapat dijadikan pertimbangan kesempurnaan lebih lanjut, yaitu :
1. Untuk dosen pengajar mata kuliah Tailoring, sebaiknya memberikan
tugas kepada para mahasiswa untuk membuat kerah jas dengan
menggunakan kedua teknik pemasangan kerah jas tersebut, sehingga
mahasiswa dapat memahami kelebihan dan kekurangan yang sering
terjadi.
2. Untuk para mahasiswa Tata Busana mencoba beberapa teknik
pemasangan kerah jas

6. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Pendekatan Sistem Edisi
Revisi, Jakarta: PT. Karia Cipta Manditi, 1998.
Chodijah dan M.Alim Zaman, Desain Mode, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Masyarakat-Pendidikan Luar Sekolah Pemuda Dan Olah Raga, 2001
Claire B. Shaeffer, Couture Sewing Techniques. The Taunton Press.
Connie Amaden-Crawford, A Guide to Fashion Sewing
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke 4
Fashion Pro, Kamus Mode, Jakarta: Dian Rakyat.
Hestiworo, Desain Jas Wanita
Mabel D erwin. Lila A Kinchen. Kathleen A Peters, Clothing for Moderns 6th
edition.
Mary Brooks Picken, A Dictionary of Costume and Fashion.
Michael H Walizer and Paul Wiener, Metode dan Analisis Pendidikan, Jakarta:
Erlangga, 1993
Muliawan, Porrie, Konstruksi Pola Busana Wanita, Jakarta: BPK: Gunung Agung,
1992.
Muhammad Hamzah Wancik, Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita
Poespo, Goet, Aneka Kerah, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Poespo, Goet, Tailoring Membuat Blazer Dalam 1 Hari, Yogyakarta: Kanisius,
2009.
Sonny Nusi dan M. Alim Zaman, Jas Wanita, Jakarta: Gaung Persada, 2001.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Zamkoff, Bernard dan Jeanne Price, Basic Pattern Skills for Fashion Design,
United States of America: New York Division of Capital Cities, 1987.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Mode diakses november 2013

7. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Sukma Lega Said, lahir di Jakarta pada tanggal 1 Agustus


1991, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari
pasangan bapak Wempi Said dan ibu Upi Sumiati.
Pendidikan

formal

pertama

diselesaikan

di

SD

Muhammadiyah 24 Rawamangun, lulus pada tahun 2003.


Melanjutkan

sekolah

menengah

pertama

di

SMP

Muhammadiyah 31 Rawamangun dan lulus pada tahun 2006. Melanjutkan sekolah


menengah kejuruan di SMK Negeri 27 Jakarta jurusan Tata Busana dan lulus pada
tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Jakarta,
jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga dengan program diklat Pend. Tata Busana
pada tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai