Perbandingan Kualitas Kerah Sistem Sonny Dan Connie
Perbandingan Kualitas Kerah Sistem Sonny Dan Connie
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fashion adalah suatu sistem penanda dari perubahan budaya menurut suatu
kelompok atau adat tertentu. Bisa juga sebagai strata pembagian kelas, status, dan
pekerjaan. Hampir semua bangsa mempunyai andil dalam menciptakan tren fashion
di masing masing negaranya, di setiap negara biasanya memiliki tren tersendiri
dan persepsi yang berbeda dalam berekspresi tentang fashion, sehingga fashion
yang tercipta hampir tidak ada batasannya pada era ini.1
Perkembangan mode/fashion selalu berubah dari tahun ke tahun, tetapi
dasar dan bagian-bagian mode tetap sama. Kesadaran mengikuti mode melibatkan
pengenalan tentang istilah-istilah busana, bagian-bagian busana, dan juga teknik
pembuatannya. Desain-desain baru dapat diciptakan dengan meletakkan bagianbagian busana dalam variasi yang berbeda.2
Jas merupakan salah satu bagian dari mode yang selalu berkembang, pada
zaman dahulu, jas yang umumnya agak pendek dan tidak ketat pada tubuh tidak
diterima sebagai bagian dari penampilan modis, namun kini seiring dengan
pesatnya perkembangan mode dunia, jas menjadi salah satu pakaian yang digemari
oleh para penikmat fashion. Pada mulanya jas, atau dalam istilah asingnya blazer,
colbert, coat, jacket, dan jaquette adalah baju luar laki laki yang dikenakan
sebagai atasan. Jas tersebut dikenakan diatas kemeja, blus, dan atasan lainnya oleh
kaum pria. Namun, semenjak abad ke 18 hingga kini jas mulai digemari kaum
perempuan, mungkin hal ini dikarenakan dengan maraknya pembentukan bank
1
2
67
bank dan institut finansial lainnya yang membutuhkan wanita untuk berpakaian
formal.3
Jas yang digunakan oleh kaum pria pada umumnya terlihat formal, seperti
contohnya jas pria yang disebut dengan tails white tie, yaitu adalah setelan malam
berwarna hitam dengan vest serta kemeja putih yang dilengkapi dengan lipit lipit
dan dasi kupu kupu.4 Sementara itu untuk desain jas wanita selain desain yang
klasik juga memiliki desain jas yang variatif dan dapat mengikuti tren mode, berikut
adalah macam macam desain jas wanita5 :
1. Jas yang memiliki penutup pada bagian muka seperti model kancing dua
baris (double breasted) atau satu baris (single breasted)
2. Jas yang pada bagian depan tidak menggunakan penutup dan longgar yang
lazim disebut cardigan
3. Jas yang pada bagian lehernya berkerah
4. Jas yang pada bagian lehernya tidak berkerah
Jas menggunakan teknik pola jahit pria (tailoring)6, busana tailoring terbuat
dari bahan yang berkualitas baik seperti wol atau sejenisnya. Ada beberapa teknik
dalam pemasangan kerah jas, salah satu teknik pemasangan kerah jas yang sering
digunakan yaitu teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny, teknik
pemasangan kerah jas dengan sistem ini dilakukan dengan cara menyatukan bahan
utama badan jas dengan bahan kerah bagian atas dan menyatukan bahan vuring jas
dengan bahan kerah bagian bawah, setelah itu jepit kedua bagian ini dan jahit
sekeliling.7
Selain cara Sonny, adapula teknik pemasangan kerah jas yang lain, yaitu
dengan teknik Connie Amaden, pemasangan kerah jas dengan teknik ini dilakukan
dengan cara menjadikan seluruh badan bahan utama jas dengan badan vuring jas,
begitu juga dengan bagian kerah, kedua sisi kerah disatukan terlebih dahulu, setelah
itu satukan garis leher antara bagian badan jas dengan bagian kerah jas.8
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang sudah dilaksanakan peneliti,
terhadap hasil belajar mata kuliah tailoring mahasiswa pendidikan tata busana
diketahui bahwa ada beberapa kendala yang sering terjadi pada mata kuliah tersebut
untuk kompetensi membuat jas seperti cara memasang lengan jas, penyelesaian
kampuh bawah, dan pemasangan kerah jas. Pada umumnya yang sering terjadi
mahasiswa mengalami kendala pada saat memasang kerah jas, seperti : bentuk
sudut atau ujung kerah bagian kanan dan kiri yang tidak sama, jarak sudut antara
kerah dan lapel (kelepak) tidak sama, dan ketebalan yang berlebihan pada jahitan
yang menyambungkan bagian kerah dan badan jas.9
Teknik pemasangan kerah jas yang digunakan dalam mata kuliah tailoring
adalah teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny, dan berdasarkan data
dari mata kuliah Tailoring, hasil kerah jas yang dihasilkan dengan menggunakan
teknik Sonny kurang baik. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji hasil pemasangan
kerah sistem Sonny dengan membandingkan dengan hasil teknik pemasangan kerah
jas sistem Connie Amaden, apakah teknik pemasangan kerah jas dengan sistem ini
juga akan menghasilkan kualitas yang sama atau berbeda dengan sistem Sonny.
Kontribusi positif bagi program studi Tata Busana khususnya pada mata
kuliah tailoring
2. BAB II
PENYUSUNAN KERANGKA TEORI, KERANGKA
BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Teori
Perbandingan Teknik Pemasangan Kerah Jas
a.
Pengertian Perbandingan
Menurut
kamus
besar
Bahasa
Indonesia
perbandingan
adalah
pengertian
perbandingan
diatas,
maka
pengertian
10
menjahit
tailoring,
membedakan
pengerjaan
sistem
tailoring,
Pengertian Tailoring
Tailoring adalah suatu metode menjahit busana yang membuat hasil
busananya lebih kuat daripada menjahit secara tradisional.13 Teknik tradisional itu
dapat diartikan menjahit dengan tangan sehinggga membutuhkan waktu pengerjaan
yang lebih lama. Biasanya busana tailoring ini digunakan untuk busana kesempatan
kerja, contoh; mantel, jas, blazer, cape dan lainnya).
13
Goet Poespo, Tailoring Membuat Blazer Dalam 1 Hari (Yogyakarta: Kanisius, 2009) Hal.7
Bentuk pada busana tailored merupakan hal yang sangat penting, yang
membedakan dengan bentuk busana non-tailored. Pada teknik tailoring ini
menggunakan lebih banyak bahan pembentuk (bahan penunjang).
Busana tailored itu mempunyai perbedaan dengan busana non-tailored.
Bisa dikatakan seperti ini:
a. Busana
tailored
lebih
sering
digunakan
berulang
kali,
karena
b) Single Breasted
Model jacket yang bagian depan kanan menutupi diatas bagian
depan kiri atau sebaliknya dengan satu baris kancing.
c) Safari Jacket
Desain banyak terdapat saku biasanya pada dada kiri, kanan, dan
dibawah garis punggung kiri, kanan dan bagian garis bahu terdapat ipolet
dan memakai ban pinggang biasanya dipakai sebagai busana untuk berburu.
d) Cardigan Jacket
Desain busana tanpa kerah, garis leher umumnya berbentuk V
14
Pengertian Kerah
Kerah merupakan penampilan dekoratif dan fungsional pada garis leher
sebuah busana15. Sebagai penampilan dekoratif, kerah merupakan bingkai wajah
yang memberi nilai lebih, baik pada pakaian tersebut maupun pada si pemakai.
Adapun fungsinya, selain untuk menutupi kekurangan pada bentuk leher atau baju,
juga dapat melindunginya dari sengatan terik matahari, udara dingin, atau angin.
Pengertian kerah adalah sehelai kain yang digunting dengan berbagai
macam bentuk yang dipasangkan atau dijahitkan pada sekeliling garis leher16.
Kerah merupakan bagian yang penting dari suatu busana karena pengaruhnya
langsung pada bentuk muka si pemakai atau leher, dan diperkuat oleh pernyataan
dari Pratiwi bahwa kerah adalah bagian dari sebuah pakaian yaitu bentuk bagian
terpisah untuk menyelesaikan garis leher.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kerah adalah
bagian dari sebuah pakaian atau busana berupa sehelai kainyang digunting dengan
berbagai macam bentuk yang dipasang pada sekeliling garis leher.
15
Kerah Jas
Kerah, merupakan bagian baju yang ada disekeliling leher.17 Untuk teknik
tailoring jenis kerah yang dapat digunakan adalah:
a. Kerah jas, bisa juga disebut kerah kelepak (rever). Kerah yang lapisan
dada dan kerahnya berasal dari satu kain.18
b. Kerah shawl, disebut juga kerah selendang yaitu kerah rebah yang rata
dengan bahu yang panjangnya sampai ke dada dan berbentuk lonjong.19
c. Kerah mandarin, merupakan kerah tegak atau kerah berdiri tanpa
kelepak.20
Teknik yang pertama yaitu teknik pemasangan kerah jas dengan sistem Sonny
yang menyatukan jas dan kerahnya dengan cara memisahkan seluruh bagian
bahan utama jas dengan bahan lapisan jas yang nanti nya disatukan jika bagian
bahan utama dan bagian lapisan sudah tersambung seluruh bagiannya
a) Semat dan jahitlah satu lapis kerah pada garis leher vuring, dan
buatlah guntingan dalam berjarak 1 cm.
b) Bukalah kampuhnya, dan setrikalah diatas papan setrika khusus.
Semat, satukan, dan jahit tengah muka bahan utama dan vuring
sampai ke batas kerah.
Semat, satukan, dan jahit tengah muka bahan utama dan vuring
sampai ke batas kerah.
Jahit seluruh kupnat / garis hias pada tiap helai jas, jahit bahu dan
bagian sisi jas bahan utama. Press seluruh kampuh secara terbuka dan
kupnat sampai flat.
2.
Jahit seluruh kupnat / garis hias pada tiap helai jas, jahit bahu dan
bagian sisi jas bahan vuring. Press seluruh kampuh secara terbuka dan
kupnat sampai flat.
3.
4.
5.
6.
Satukan bagian vuring dan bahan utama, jahit sampai batas lapel
7.
8.
9.
2.
Ketinggian dari stand (tegaknya kerah dari garis leher ke garis lipat
balik)22
3.
Bentuk dan kedalaman fall (tegaknya kerah dari garis lipat balik ke style
line)23
4.
The four styling factors that determine how a collar looks are the :
Distance between the neckline and the base of the neck
Height of the stand (that is, how far the collar stands up)
Shape and depth of the fall
Rever or lapel, if included, and its size and shape
21
1.
2.
Bagian back dan front juga sisi kanan dan kiri kerah seimbang
3.
4.
5.
Pemasangan kerah pada jas berbeda dalam tiap sistem, terdapat dua
pemasangan kerah pada jas, yaitu sistem Sonny Nusi dan sistem Connie Amaden.
Pada sistem Sonny, pemasangan kerah dilakukan terlebih dahulu sebelum kedua
bagian badan jas menyatu. Sedangkan pada sistem Connie amaden kerah disatukan
terakhir seperti pemasangan kerah pada blus. Masalah yang sering terjadi pada
pemasangan kerah jas yaitu bentuk sudut atau ujung kerah bagian kanan dan kirinya
tidak sama, jarak antara sudut kerah dan lapel (kelepak) tidak sama, bentuk sudut
kerah tidak sesuai dengan desain (kurang menyudut). Berikut adalah perbedaan dari
kedua teknik tersebut : (Terlampir di halaman selanjutnya)
Pemasangan kerah jas sistem Sonny memiliki kekurangan yaitu ada tahap
penyatuan seluruh badan jas, masalah yang sering timbul yaitu, guntingan pada
sudut sambungan tidak tepat sehingga mengakibatkan jatuhnya kerah kurang
smooth. Sedangkan sistem Connie lebih mudah dikarenakan teori nya menyerupai
pemasangan kerah-kerah pada umumnya, pemasangan kerah jas dengan sistem ini
dilakukan dengan cara kedua helai kerah dijepit menjadi satu, sehingga pada saat
kerah disatukan dengan badan jas, bagian kerah tersebut tetap flat.
Berdasarkan dari karaksteristik kerah yang baik, terdapat poin sudut kerah
dan lapel terbentuk dengan baik, pemasangan kerah jas dengan sistem Connie dapat
menghasilkan sudut yang baik dikarenakan jahitan penguat pada kerah dan lapel
dapat dikerjakan sampai ujung, sehingga ujung / sudut kerah dapat terbentuk
dengan baik / sesuai dengan desain
Sistem Connie
Amaden
3. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk memperoleh dan
menganalisis data perbandingan hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny
dengan sistem Connie Amaden.
25
Sugiyono, 2006 : 1
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pemasangan kerah
sistem Sonny dan sistem Connie Amaden.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil teknik pemasangan
kerah jas
Teknik pemasangan kerah sistem Sonny dan sistem Connie Amaden adalah
dua teknik pemasangan kerah jas yang berbeda. Sistem Sonny dikerjakan
dengan cara memisahkan dua bagian kerah jas, dan teknik Connie dikerjakan
dengan cara menyatukan dua helai kerah jas terlebih dahulu sebelum disatukan
dengan jas.
2.
Hasil teknik pemasangan kerah jas adalah hasil akhir dari dua teknik
pemasangan
kerah yang telah di uji coba yaitu hasil dari teknik pemasangan kerah jas sistem
Sonny dan hasil dari teknik pemasangan kerah jas sistem Connie Amaden.
Desain penelitian kualitas hasil teknik pemasangan kerah jas sistem Sonny
dan sistem Connie Amaden
variabel bebas
variabel terikat
perbandingan
Teknik Sonny
Teknik Connie
3.8.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan
instrumen yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi butir
butir pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas hasil kerah jas.
Indikator
No. Pengamatan
Perbandingan kualitas
1. Jatuhnya kerah
1,2
2. Ketepatan bentuk
3,4
3. Penampilan kerah
5,6,7,8,9,10,11,12,13
4. Ketepatan letak /
14,15
posisi kerah
Jumlah
15
Penelitian ini menggunakan skala rating scale. Skala bertingkat atau rating
adalah ukuran subjektif yang dibuat berskala.26 Penelitian dibuat dengan rentang 1
(satu) sampai 3 (tiga). Apabila hasil kerah jas baik diberi nilai 3 (tiga), bila kurang
baik diberi nilai 2 (dua), dan apabila tidak baik diberi nilai 1 (satu).
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan uji validitas.
Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen.27 Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antar skor masing
masing dengan skor total.
Sementara itu untuk mengetahui ketepatan dan akurasi yang ditunjukkan
oleh instrumen penelitian akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah
konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
indikator indikator mempunyai konsistensi yang tinggi dalam mengukur latennya.
26
27
Tahap I
Tahap II
Mempersiapkan Pola
Tahap III
1
Menggunting Bahan
Meletakkan Pola pada Kufner
Tahap IV
Menjahit Jas
Membuat saku
TEKNIK CONNIE
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
TEKNIK CONNIE
TEKNIK SONNY
22
23
telah disatukan
\
24
25
jahitan penguat
26
27
28
29
30
31
32
33
34
H0 : c s
H 1 : c > s
Keterangan :
H0
: Hipotesis nol
Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie tidak berbeda/sama dengan
sistem Sonny
H1
: Hipotesis alternatif
Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie lebih baik daripada sistem
Sonny
c
S
S
Keterangan :
df = n1+1 dan df = n2 1
Pada perhitungan uji F, varian yang lebih besar sebagai pembilang dan varian yang
lebih kecil sebagai penyebut.
4. BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Interpretasi Data
Analisis deskriptif kuantitatif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada penelitian
terdapat 4 panelis teruji yang menilai 8 kerah jas yang dibuat dengan menggunakan
dua sistem pemasangan kerah yang berbeda, 4 buah kerah jas menggunakan sistem
pemasangan kerah Sonny Nusi dan 4 buah kerah menggunakan sistem pemasangan
kerah Connie Amaden.
Pada penelitian ini terdapat 4 indikator penilaian berdasarkan : Jatuhnya
kerah, Ketepatan bentuk kerah dan lapel, Penampakan kerah, Posisi kerah. Setiap
indikator memiliki sub indikator yang masing-masing berjumlah 2 sub indikator
pada jatuhnya kerah, 2 sub indikator pada ketepatan bentuk kerah dan lapel, 9 sub
indikator pada penampakan kerah, dan 2 indikator pada posisi kerah. Setiap aspek
penilaian diukur dengan kriteria penilaian baik diberi nilai 3, kurang baik diberi
nilai 2, dan tidak baik diberi nilai 1. Berikut deskripsi data hasil pemasangan kerah
jas sistem Connie dan sistem Sonny.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
25%
Kurang Baik
37.5%
50%
Baik
10
62.5%
25%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
12.5%
Kurang Baik
12.5%
31.25%
Baik
14
87.5%
56.25%
16
100%
16
100%
Total
Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah jas,
jatuhnya kerah bagian belakang sistem Connie lebih baik dibandingankan dengan
sistem Sonny. Jatuhnya kerah bagian belakang sistem Connie stabil, seimbang, dan
rapi, sedangkan jatuhnya kerah yang dihasilkan sistem Sonny kurang stabil, kurang
simbang, dan kurang rapi. Pada tahap ini sistem Connie memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada
sistem Connie bagian kampuhnya tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan
seringkali bergeser.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
6.25%
Kurang Baik
6.25%
56.25%
Baik
15
93.75%
37.5%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
18.75%
Kurang Baik
25%
10
62.5%
Baik
12
75%
18.75%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
31.25%
Kurang Baik
31.25%
50%
Baik
11
68.75%
18.75%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
6.25%
6.25%
Kurang Baik
43.75%
56.25%
Baik
50%
37.5%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
0%
Kurang Baik
12.5%
56.25%
Baik
14
87.5
43.75%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
6.25%
6.25%
Kurang Baik
37.5%
10
62.5%
Baik
56.25%
31.25%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
0%
Kurang Baik
37.5%
11
68.75%
Baik
10
62.5%
31.25%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
12.5%
Kurang Baik
12.5%
25%
Baik
14
87.5%
10
62.5%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
25%
Kurang Baik
31.25%
11
68.75%
Baik
11
68.75%
6.25%
16
100%
16
100%
Total
bagian depan sistem Connie jatuhnya tepat pada bagian muka, sedangkan sistem
Sonny hasilnya kurang tepat pada bagian belakang. Pada tahap ini sistem Connie
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Sonny,
dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian kampuhnya tebal, sehingga pada saat
disatukan dengan badan seringkali bergeser.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
12.5%
Kurang Baik
25%
43.75%
Baik
12
75%
43.75%
16
100%
16
100%
Total
Berdasarkan hasil pernyataan 4 orang panelis terhadap 8 buah sampel kerah jas,
penampakkan keseluruhan tepi kerah sistem Connie lebih baik dibandingankan
dengan sistem Sonny. Penampakkan keseluruhan tepi kerah sistem Connie rapi
(flat) sedangkan sistem Sonny bagian pinggirnya agak bergelombang dan kurang
flat.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
6.25%
12.5%
Kurang Baik
25%
37.5%
Baik
11
68.75%
50%
16
100%
16
100%
Total
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
0%
Kurang Baik
12.5%
31.25%
Baik
14
87.5%
11
68.75%
16
100%
16
100%
Total
dibandingkan dengan sistem Sonny, dikarenakan kerah pada sistem Connie bagian
kampuhnya tebal, sehingga pada saat disatukan dengan badan seringkali bergeser.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
0%
Kurang Baik
12.5%
12.5%
Baik
14
87.5%
14
87.5%
16
100%
16
100%
Total
yang meliputi : kedudukan kerah bagian depan dan kedudukan kerah bagian
belakang. Berdasarkan hasil analisis data maka didapatkan hasil
perhitungan statistik sebagai berikut :
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
18,75%
Kurang Baik
25%
13
40.6%
Baik
24
75%
13
40.6%
32
100%
32
100%
Total
2.
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
12.5%
Kurang Baik
15.7%
59.4%
Baik
27
84.3%
19
28.1%
32
100%
32
100%
Total
3.
kerah, dan keseluruhan tepi lapel. Berdasarkan hasil analisis statistik data
maka didapatkan hasil perhitungan statistik sebagai berikut :
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
2%
16
11%
Kurang Baik
41
28.5%
72
50%
Baik
100
69.5%
56
39%
144
100%
144
100%
Total
4.
meliputi : letak kerah bagian depan dan letak kerah bagian belakang.
Berdasarkan hasil analisis data maka didapatkan hasil perhitungan statisik
sebagai berikut :
Sonny
frek
frek
Tidak Baik
0%
0%
Kurang Baik
12.5%
22%
Baik
28
87.5%
25
78%
32
100%
32
100%
Total
: Hipotesis nol
Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie tidak berbeda/sama dengan
sistem Sonny
H1
: Hipotesis alternatif
Rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie lebih baik daripada sistem
Sonny
c
dependen menggunakan analisis data Uji t-varian beda pada program SPSS.
Kriteria pengujian Hipotesis
p value < , maka H0 di tolak
p value > , maka H0 gagal di tolak
Jika p value (nilai signifikan) lebih kecil dari (0,05), maka H0 yang berarti
tidak terdapat perbedaan ditolak, dan apabila p value lebih besar dari pada (0,05),
maka H0 gagal ditolak.
Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh 4 orang panelis dengan lembar
observasi yang didalamnya terdapat 15 butir pernyataan terhadap 8 kerah jas
dengan 2 sistem pemasangan kerah jas yang berbeda maka diperoleh data sebagai
berikut :
Kualitas
hasil
kerah
jas
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
Sig.
df
Sig.
(2tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Difference
Lower
Upper
40,625
,000
7,911
478
,000
,417
,053
,313
,520
7,911
435,571
,000
,417
,053
,313
,520
Dari tabel hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan p value sebesar
0.000 sedangkan taraf sebesar 0,05. Maka pengujian hipotesis pada hasil kerah
jas adalah p value < a, maka H ditolak. Hal ini menunjukkan kualitas hasil kerah
jas sistem Connie lebih baik daripada sistem Sonny.
Sistem pemasangan
Std. Error
kerah
Mean
Std. Deviation
Mean
Connie
240
2,72
,479
,031
Sonny
240
2,30
,661
,043
Berdasarkan tabel diatas, rata rata kualitas hasil pemasangan kerah jas
sistem Connie lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny, kedua sistem ini
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh sistem
Connie yaitu teori dari sistem Connie lebih mudah dimengerti karena prosesnya
menyerupai pemasangan kerah pada blus atau kemeja. Selain kelebihan tersebut,
adapula kekurangan dari sistem ini, yaitu kampuh yang dihasilkan lebih tebal
karena kampuh pada bagian leher tidak terbuka, sehingga jika kita tidak berhati
hati pada saat pressing akan membuat bahan menjadi mengkilap. Kelebihan dari
teknik Sonny yaitu, kampuh yang dihasilkan lebih tipis karena kampuh pada kerung
leher dibuat terbuka.
5. BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemasangan kerah jas sistem
Connie Amaden lebih baik dibandingkan dengan sistem Sonny. Berdasarkan
penilaian rata rata dari 4 orang panelis hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan
data yang menunjukkan pengujian hipotesis dengan SPSS pada hasil kerah jas
adalah p value < alpha, maka H0 ditolak dan H1 gagal ditolak. Hal ini menunjukkan
rata rata nilai kualitas hasil kerah jas sistem Connie Amaden lebih baik
dibandingkan dengan sistem Sonny Nusi.
Kedua sistem kerah jas ini memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Pada sistem Sonny, kekurangan dari sistem ini adalah sulit untuk
menghasilkan sudut yang baik, teori dari sistem ini sulit untuk dimengerti karena
sistem pemasangan nya sangat berbeda dengan cara pemasangan kerah pada
umumnya, kekurangan lain dari sistem ini yaitu pada tahap penyatuan bahan utama
dan lining, dikarenakan penyatuan dikerjakan sekeliling sehingga seringkali bahan
bergeser dan mengakibatkan jatuhnya kerah dan lapel kurang smooth. Kelebihan
dari sistem ini yaitu kampuh pada kerung leher yang dihasilkan lebih tipis
dibandingkan sistem Connie, karena sistem Sonny menggunakan kampuh terbuka.
lebih mudah dimengerti karena teori nya seperti pemasangan kerah pada umumnya,
selain itu juga sudut yang dihasilkan dengan sistem ini lebih baik karena jahitan
penguat pada sistem ini bisa dikerjakan sampai ujung kerah dan lapel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil suatu kerah yaitu :
1. Penjahit, dikarenakan sistem pemasangan kerah jas ini membutuhkan
ketelitian yang tinggi, penjahit yang pada umumnya biasa mengerjakan
kerah pada blus akan menghasilkan kerah yang bagus pada sistem Connie
Amaden, sedangkan pada sistem Sonny dibituhkan ketelitian yang tinggi
karena teori pemasangan kerah jas sistem ini berbeda dengan kerah pada
umumnya.
2. Bahan, kekenyalan bahan jas yang dipakai juga mempengaruhi hasil
jatuhnya kerah, jika bahan yang digunakan memiliki tingkat kekenyalan
yang baik, maka jatuhnya kerah dan lapel akan terlihat smoothly.
3. Interlining, bahan penunjang adalah bagian penting dari suatu jas. Pada
sistem Connie, kampuh yang dihasilkan pada bagian kerung leher terlalu
tebal, hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan interlining yang tepat.
5.2. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka implikasi
yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan materi
dalam mata kuliah Tailoring berupa pengetahuan mengenai teknik
pemasangan kerah jas sistem Connie dan sistem Sonny.
5.3. Saran
Mengacu pada hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran saran agar
dapat dijadikan pertimbangan kesempurnaan lebih lanjut, yaitu :
1. Untuk dosen pengajar mata kuliah Tailoring, sebaiknya memberikan
tugas kepada para mahasiswa untuk membuat kerah jas dengan
menggunakan kedua teknik pemasangan kerah jas tersebut, sehingga
mahasiswa dapat memahami kelebihan dan kekurangan yang sering
terjadi.
2. Untuk para mahasiswa Tata Busana mencoba beberapa teknik
pemasangan kerah jas
6. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Pendekatan Sistem Edisi
Revisi, Jakarta: PT. Karia Cipta Manditi, 1998.
Chodijah dan M.Alim Zaman, Desain Mode, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Masyarakat-Pendidikan Luar Sekolah Pemuda Dan Olah Raga, 2001
Claire B. Shaeffer, Couture Sewing Techniques. The Taunton Press.
Connie Amaden-Crawford, A Guide to Fashion Sewing
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke 4
Fashion Pro, Kamus Mode, Jakarta: Dian Rakyat.
Hestiworo, Desain Jas Wanita
Mabel D erwin. Lila A Kinchen. Kathleen A Peters, Clothing for Moderns 6th
edition.
Mary Brooks Picken, A Dictionary of Costume and Fashion.
Michael H Walizer and Paul Wiener, Metode dan Analisis Pendidikan, Jakarta:
Erlangga, 1993
Muliawan, Porrie, Konstruksi Pola Busana Wanita, Jakarta: BPK: Gunung Agung,
1992.
Muhammad Hamzah Wancik, Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita
Poespo, Goet, Aneka Kerah, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Poespo, Goet, Tailoring Membuat Blazer Dalam 1 Hari, Yogyakarta: Kanisius,
2009.
Sonny Nusi dan M. Alim Zaman, Jas Wanita, Jakarta: Gaung Persada, 2001.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Zamkoff, Bernard dan Jeanne Price, Basic Pattern Skills for Fashion Design,
United States of America: New York Division of Capital Cities, 1987.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Mode diakses november 2013
formal
pertama
diselesaikan
di
SD
sekolah
menengah
pertama
di
SMP