Triwulan IV - 2008
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008”
dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan
keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga
sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa
yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta
kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan
ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Ttd
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK xi
INDIKATOR EKONOMI xv
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008 iii
Daftar Isi
iv
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Daftar Isi
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR TABEL
Tabel 1.5 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Tanaman Bahan Pangan 15
Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan Sub Sektor Peradagangan, Hotel, dan Restoran 20
Tabel 1.9 Pertumbuhan Tahunan Sub Sektor Pada Sektor Pengangkutan dan 22
Komunikasi
Tabel 1.10 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang Laut dan Udara (%) 22
Tabel 1.16 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 30
Berdasarkan Negara Tujuan (US$ Juta)
Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Kota Palembang dan Nasional, 33
Januari 2003 - Desember 2008
Tabel 3.5 Penyaluran Kredit Sektoral Prop. Kepulauan Bangka Belitung (Miliar 53
Rupiah)
Tabel 3.8 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (%) 58
Tabel 4.2 Dana Perimbangan dan Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Bangka 70
Belitung (Rupiah)
Tabel 4.3 Dana Perimbangan Bangka Belitung Tahun 2009 (Juta Rp) 71
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Kepulauan 76
Bangka Belitung
Tabel 6.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut 84
Lapangan Pekerjaan di Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2006-2008
Tabel 6.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Bangka 88
Belitung Maret 2007 – Maret 2008
Tabel 6.3 Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen di Bangka Belitung 89
Maret 2008 (Rupiah per Kapita per Bulan)
Tabel 6.5 Alokasi Penerima BLT Tahun 2008 di Bangka Belitung (Rumah Tangga 91
Sasaran)
Tabel 6.6 Realisasi Pembayaran BLT Tahap I 2008 di Propinsi Kepulauan Bangka 91
Belitung
Tabel 6.7 Realisasi Pembayaran BLT Tahap II 2008 di Propinsi Kepulauan Bangka 92
Belitung
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.2 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Bangka Belitung 2007 – 2008 14
Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Ekonomi LGA dan Pertumbuhan Tahunan Kredit 18
LGA
Grafik 1.12 Pertumbuhan Tahunan Nilai Ekspor Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 28
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di 32
Pangkalpinang 2008 (%)
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Kota 34
Pangkalpinang 2008 (%)
Grafik 2.7 Arus Penumpang Pelabuhan 35 Ilir - Mentok 2007 – 2008 (Orang) 38
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka 43
Belitung
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Kep. Bangka Belitung 44
Grafik 3.6 Penghimpunan DPK oleh Bank Swasta Nasional 2007-2008 Propinsi 47
Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 3.7 Penghimpunan DPK oleh Bank Perkreditan Rakyat 2007-2008 Propinsi 47
Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit Menurut Kelompok Bank di Provinsi Bangka Belitung 50
xii Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Daftar Grafik
Bangka Belitung
Grafik 3.12 Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan Wilayah 56
Grafik 3.19 NPL Perbankan Bangka Belitung Tw IV 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi 61
Grafik 3.20 NPL Perbankan Bangka Belitung Tw IV 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi 61
Grafik 4.4 Belanja Operasi dan Belanja Modal Bangka Belitung (Rupiah) 70
Grafik 4.5 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2009 (Juta Rp) 71
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008 xiii
Daftar Grafik
Grafik 6.3 Perkembangan TPAK dan TPT Propinsi Kep. Bangka Belitung 82
xiv Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Indikator Ekonomi
INDIKATOR EKONOMI
Laju Inflasi Tahunan (YoY %) 5.64 4.77 3.25 2.65 6.54 14.69 19.16 18.40
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 2,295 2,339 2,359 2,471 2,468 2,484 2,543 2,537
- Pertanian 512 540 539 611 608 593 585 578
- Pertambangan & penggalian 377 368 355 367 365 386 391 382
- Industri pengolahan 518 530 538 540 541 544 551 549
- Listrik, gas dan air bersih 12 12 12 12 12 12 13 13
- Bangunan 128 129 134 153 152 154 158 164
- Perdagangan, hotel dan restoran 445 452 468 458 457 458 500 495
- Pengangkutan dan komunikasi 78 80 81 83 84 84 91 92
- Keuangan, persewaan dan jasa 77 78 79 87 87 87 89 89
- Jasa 148 151 152 161 162 165 166 175
Pertumbuhan PDRB (YoY %)
- Tahunan (yoy) % 3.48 4.80 3.85 7.06 7.58 6.17 7.82 2.65
- Triwulanan (qtq) % -0.56 1.91 0.83 4.77 -0.08 0.63 2.40 -0.25
B. PERBANKAN
TAHUN 2007 TAHUN 2008
INDIKATOR
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV*)
Bank Umum:
Total Aset (Triliun Rp) 5.34 5.82 6.23 6.80 6.60 7.59 7.54 7.62
DPK (Triliun Rp) 5.07 5.77 6.35 6.74 6.83 7.75 7.54 7.58
- Tabungan 2.23 2.45 2.59 2.99 3.03 3.34 2.36 2.29
- Giro 1.44 1.72 1.98 1.78 1.84 2.23 3.38 3.27
- Deposito 1.39 1.60 1.78 1.97 1.96 2.18 1.79 2.02
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan lokasi proyek 2.50 2.43 1.73 1.84 1.89 3.16 3.56 3.29
- Modal Kerja 1.72 1.66 0.92 0.99 0.97 1.93 2.30 1.89
- Investasi 0.30 0.28 0.27 0.34 0.34 0.56 0.52 0.60
- Konsumsi 0.48 0.50 0.54 0.51 0.58 0.67 0.74 0.79
- LDR 49.40% 42.15% 27.24% 27.37% 27.61% 40.78% 47.22% 43.35%
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan sektor ekonomi 2.50 2.43 1.73 1.84 1.89 3.16 3.56 3.29
Pertanian 0.21 0.21 0.19 0.26 0.21 0.14 0.05 0.14
Pertambangan 0.95 0.81 0.09 0.09 0.11 0.83 0.63 0.50
Industri 0.06 0.06 0.06 0.12 0.12 0.50 0.62 0.67
Listrik, gas dan air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Konstruksi 0.28 0.30 0.31 0.14 0.13 0.18 0.58 0.18
Perdagangan 0.43 0.47 0.45 0.60 0.61 0.70 0.80 0.83
Pengangkutan 0.02 0.02 0.02 0.03 0.04 0.04 0.04 0.03
Jasa dunia usaha 0.04 0.04 0.05 0.07 0.06 0.08 0.08 0.09
Jasa sosial 0.02 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03
Lainnya 0.48 0.50 0.54 0.51 0.58 0.67 0.74 0.79
Kredit UMKM (Triliun Rp) 1.14 1.19 1.25 1.24 1.30 1.51 1.62 1.70
Kredit Mikro (< Rp 50 Juta) (Triliun Rp) 0.46 0.50 0.53 0.48 0.55 0.62 0.65 0.68
Kredit Kecil (Rp 50 <X 0.27 0.28 0.31 0.30 0.32 0.38 0.45 0.48
Kredit Menengah (Rp 500 Juta <X 0.40 0.41 0.41 0.46 0.44 0.51 0.52 0.54
NPL gross (%) 1.81 1.83 2.31 2.23 2.41 1.31 1.32 1.09
xvi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Indikator Ekonomi
C. SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008 xvii
Indikator Ekonomi
xviii Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2008 semula diperkirakan oleh BPS sebesar 8,75 % (yoy)
PDRB Sumsel masih Dilihat dari sektor–sektor ekonomi yang memberi kontribusi,
ditopang oleh
sektor primer yakni pertumbuhan ekonomi propinsi Bangka Belitung masih didominasi dari
sektor pertanian
sektor primer (38,75%), diikuti dengan sektor tersier (32,71%), dan
serta sektor
pertambangan dan terakhir sektor sekunder (28,53%). Sektor pertanian merupakan sektor
penggalian dengan
pangsa sebesar dengan kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bangka
38,75%.
Belitung yang terbesar. Terjadinya kontraksi sektor ini pada triwulan
IV 2008, mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang
cukup signifikan jika dibanding triwulan sebelumnya.
Dilihat dari sisi permintaan, melesunya pertumbuhan ekonomi yang
terjadi pada triwulan IV 2008, dimana hampir semua komponennya
mengalami perlambatan. Hanya konsumsi lembaga swasta nirlaba
yang mengalami sedikit kenaikan pertumbuhan jika dibandingkan
Pertumbuhan
dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan yang cukup besar dialami
propinsi Bangka
Belitung masih oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan
didominasi dari
konsumsi rumah pembentukan modal tetap domestik bruto. Dilihat dari sektor – sektor
tangga (55,55%)
yang mengalami yang memberi kontribusi, pertumbuhan propinsi Bangka Belitung
perlambatan cukup
besar masih didominasi dari konsumsi rumah tangga (55,55%).
Pada triwulan IV 2008, konsumsi mengalami perlambatan yang cukup
besar. Namun dilihat dari tahunan, pertumbuhan tahun 2008 masih
lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007.
Pertumbuhan tahunan investasi pada triwuan IV mengalami
penurunan menjadi 7,17% (yoy) dari 12,21% pada triwulan
sebelumnya. Namun untuk tahunan pertumbuhan tahun 2008 masih
lebih besar dibanding tahun 2007. Tahun 2008 investasi tumbuh
sebesar 9,56% (yoy) sedangkan tahun 2007 hanya sebesar 2,64%
Total nilai ekspor
(yoy).
non migas di
Propinsi Bangka Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok SITC Bank
Belitung sampai
dengan bulan Indonesia, total nilai ekspor non migas di Propinsi Bangka Belitung
November 2008
tercatat sebesar sampai dengan bulan November 2008 tercatat sebesar US$172.69 juta
US$172.69 juta
jatuh sebesar jatuh sebesar 77,33% dari US$761,66 juta pada triwulan III 2008.
77,33% dari
US$761,66 juta Penurunan ini terutama disebabkan ekspor timah menurun sebesar
pada triwulan III 79.57% (qtq) dibandingkan triwulan III 2008
2008
Perkembangan Inflasi
Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada tahun 2008 mencapai Inflasi tahunan
kota
sebesar 18,40%, jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang Pangkalpinang
pada Triwulan IV
tercatat sebesar 11,06 % maupun inflasi Kota Palembang yang 2008 mencapai
18,40% (yoy).
mencapai 11,15%.
Laju inflasi tahunan (yoy) tertinggi selama triwulan IV-2008 terjadi pada Inflasi tahunan
tertinggi terjadi
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar pada kelompok
bahan makanan
30,71%, diikuti oleh kelompok bahan makanan 22,88% dan kelompok yakni sebesar
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 16,68%. Kelompok 30,71%.
.
PERKEMBANGAN EKONOMI
1
MAKRO REGIONAL
2008 tumbuh melambat sebesar Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
1
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2008 semula diperkirakan oleh BPS sebesar 8,75 % (yoy)
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 11
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
dan jasa, serta sektor bangunan. Sementara itu dilihat dari sisi permintaan,semua
komponen pembentuknya mengalami perlambatan pertumbuhan kecuali konsumsi
lembaga swasta. Konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi mengalami
perlambatan pertumbuhan yang cukup besar.
Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (%)
2007 2008
S E KTOR E KONOMI 2006 2007 2008
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
P ertanian 23.23 22.30 23.07 22.85 24.74 23.27 24.63 23.88 23.02 22.77 23.56
P ertambangan 16.48 16.40 15.74 15.06 14.83 15.49 14.79 15.53 15.38 15.05 15.19
S E KTOR P R IME R 39.71 38.70 38.81 37.91 39.57 38.76 39.42 39.41 38.40 37.82 38.75
Industri P engolahan 22.50 22.58 22.67 22.81 21.84 22.47 21.91 21.89 21.66 21.65 21.78
L istrik, gas dan air 0.52 0.53 0.52 0.53 0.50 0.52 0.50 0.50 0.50 0.51 0.50
B angunan 5.48 5.57 5.51 5.68 6.18 5.74 6.14 6.20 6.20 6.46 6.25
S E KTOR S E KUNDE R 28.50 28.68 28.70 29.02 28.52 28.73 28.56 28.59 28.36 28.62 28.53
P HR 18.97 19.40 19.33 19.84 18.53 19.26 18.53 18.46 19.65 19.50 19.04
P engangkutan dan Komunikasi 3.29 3.41 3.40 3.44 3.36 3.40 3.39 3.40 3.58 3.62 3.50
Keu, P ersewaan dan J asa 3.36 3.34 3.32 3.33 3.53 3.38 3.53 3.52 3.49 3.52 3.52
J asa-jasa 6.18 6.45 6.44 6.46 6.50 6.46 6.58 6.63 6.52 6.91 6.66
S E KTOR TE R S IE R 31.79 32.61 32.49 33.07 31.91 32.51 32.02 32.00 33.24 33.56 32.71
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 13
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pada triwulan III 2008 sempat terjadi pertumbuhan pada sub sektor
tanaman perkebunan sebesar 10,29% (yoy) sedangkan pada triwulan IV terjadi
kontraksi yang cukup tinggi yaitu sebesar 11,63% (lihat tabel 1.1). Selain akibat dari
penurunan harga komoditas, penurunan ini juga dikarenakan meningkatnya curah hujan
pada triwulan IV 2008 yang cukup besar baik dibanding triwulan sebelumnya maupun
triwulan yang sama tahun sebelumnya (lihat grafik 1.2). Peningkatan curah hujan, hari
hujan, dan ditambah lagi masa gugur daun menyebabkan penurunan produktivitas karet.
Tabel 1.5 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Tanaman Bahan Pangan
PADI J AGUNG KACANG TANAH
UR AIAN
2007 *) 2008 **) Pertumbuhan (%) 2007 *) 2008 **) Pertumbuhan (%) 2007 *) 2008 **) Pertumbuhan (%)
P roduksi (ton) 24,390.00 22,056.00 -9.57 2,737.00 1,073.00 -60.80 568.00 389.00 -31.51
Luas P anen (ha) 9,010.00 9,013.00 0.03 904.00 352.00 -61.06 612.00 428.00 -30.07
P roduktivitas (ton/ha) 2.71 2.45 -9.60 3.03 3.05 0.68 0.93 0.91 -2.07
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung , diolah
*) Angka Realisasi
**) Angka Ramalan III
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 15
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Terjadinya penurunan ini antara lain disebabkan oleh tingginya curah hujan yang
dapat menurunkan produktivitas penambangan timah dan penurunan harga komoditas
unggulan Bangka Belitung(timah). Rata –rata harga timah di pasar dunia pada triwulan IV
2008 menurun cukup tajam sebesar 36,56% dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari
20.342,32 USD / metrik ton menjadi 1.2904,45 USD / metrik ton.
membantu perusahaan adalah turunnya harga solar sehingga dapat menekan biaya
operasional perusahaan. Penurunan ini juga dapat dilihat dari penurunan penggunaan BBM
non susbidi (lihat grafik 1.3)
Tambang Timah Inkonvensional (TI) merupakan tambang timah dengan hanya
menggunakan mesin penyedot tanah dan air dengan kebutuhan modal yang relatif tidak
besar. Pada tahun 2006 total ekspor logam timah Indonesia mencapai 123.500 ton. Dari
jumlah tersebut , kontribusi PT. Timah sebesar 43.000 ton, PT. Koba Tin 20.500 ton, dan
sisanya dari TI sebesar 60.000 ton. Dapat dilihat bahwa produksi TI relatif besar dalam
menyumbang ekspor. Ditambah lagi dengan adanya rencana pelegalan TI oleh Pemerintah
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada triwulan IV 2008, aktivitas TI menurun sebagai
dampak dari penurunan harga timah yang menyebabkan biaya operasional lebih besar dari
harga jual timah karena penambang timah merupakan pihak yang paling berat
menanggung turunnya harga timah. Penurunan aktifitas pertambangan tercermin dari
penurunan konsumsi BBM terutama solar yang selama ini sebagian besar tersedot untuk
kegiatan TI (lihat grafik 1.3).
30,000
Persen
‐10
20,000
‐20
10,000
‐ ‐30
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Solar Total
Pertumbuhan Solar (yoy) Pertumbuhan BBM Non Subsidi (yoy)
Sumber : Pertamina
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 17
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Persen
Persen
4.00
percepatan pertumbuhan 800.00
3.00
600.00
tahunan baik dibanding triwulan 2.00
400.00
III 2008 ataupun triwulan yang 1.00
200.00
‐
sama tahun sebelumnya. Pada
(1.00) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV ‐
triwulan IV 2008, sektor ini tumbuh (2.00) (200.00)
2008
sebesar 5,06% (yoy), sedangkan
Pertumbuhan Ekonomi LGA (Axis Kiri)
triwulan III 2008 dan triwulan IV
Pertumbuhan Kredit LGA (Axis Kanan)
2007 masing-masing mencatat
pertumbuhan sebesar 2,21% (yoy) Sumber : BPS dan Sekda BI , diolah
90000000 35 Pemerintah
80000000 30 Industri
70000000 25
Bisnis
60000000 20
Persen
Rumah Tangga
50000000 15
Kwh
Sosial
40000000 10
30000000 5 Pertumbuhan Penjualan Sosial (yoy)
20000000 0 Pertumbuhan Penjualan Rumah Tangga (yoy)
10000000 ‐5
Pertumbuhan Penjualan Bisnis (yoy)
0 ‐10
Tw I Tw II Tw III Tw IV Pertumbuhan Penjualan Industri (yoy)
Pertumbuhan Penjualan Pemerintah (yoy)
2008
Sumber : PLN
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 19
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
20.00 100.00
15.00 80.00
Persen
60.00
Persen
10.00
40.00
5.00
20.00
‐
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV ‐
(5.00)
(20.00)
2008
(10.00)
(40.00)
(15.00) (60.00)
(20.00) (80.00)
Pertumbuhan Ekonomi Bangunan (Axis Kiri)
Pertumbuhan Kredit Bangunan (Axis Kanan)
Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan Sub Sektor Peradagangan, Hotel, dan Restoran
2007 *) 2008 **)
S UB S E KT OR 2007 *) 2008 **)
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
P erdagangan B esar & E ceran 7.35 7.89 8.23 2.27 6.38 2.58 1.39 7.06 8.42 4.90
Hotel 5.30 4.87 3.93 3.29 4.34 5.31 7.64 10.62 11.49 8.79
R estoran 0.35 3.57 3.89 4.21 3.01 4.18 1.14 2.19 1.85 2.32
S E KTOR P E R DAGANGAN, HOTE L & R E S TOR AN 6.92 7.62 7.96 2.38 6.17 2.68 1.40 6.80 8.06 4.77
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 21
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Subsektor komunikasi tumbuh sebesar 11,23% (yoy) pada triwulan III kemudian melambat
menjadi 8,73% pada triwulan IV 2008.
Tabel 1.9 Pertumbuhan Tahunan Sub Sektor Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
2007 *) 2008 **)
S UB S E KT OR 2007 *) 2008 **)
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
P engangkutan 7.15 7.80 8.77 7.07 7.70 5.92 4.82 12.33 11.06 8.47
Komunikasi 8.11 9.72 11.37 13.84 10.81 15.82 13.19 11.23 8.73 11.68
P E NGANGKUTAN &
7.28 8.06 9.13 7.99 8.12 7.25 5.96 12.18 10.72 8.91
KOMUNIKAS I
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung , diolah
Tabel 1.10 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang Laut Dan Udara (%)
P ertumbuhan T ahunan Arus
P ertumbuhan T ahunan Arus P enumpang
P enumpang L aut Dalam Negri di
di B andara Udara
P elabuhan 35 Ilir *)
P eriode
Pada triwulan IV 2008 sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup
besar baik dibanding triwulan III 2008 ataupun triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan sektor ini pada triwulan IV 2008 sebesar 2,58% (yoy) sedangkan
pertumbuhan tahunan pada triwulan III 2008 dan triwulan IV 2007 masing-masing sebesar
13,01% dan 12,83%.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 23
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2
Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKESI. Konsumen
dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.
Dilihat dari sektor – sektor yang memberi kontribusi, pertumbuhan propinsi Bangka
Belitung masih didominasi dari konsumsi rumah tangga (55,55%) dan ekspor barang dan
jasa (51,83%).
Tabel 1.13 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (%)
2007 2008
S E KTOR E KONOMI 2007 2008
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
Konsumsi R umah T angga 53.88 53.76 54.51 53.91 54.01 54.17 54.79 56.24 56.95 55.55
Konsumsi L embaga S wasta Nirlaba 0.82 0.81 0.81 0.79 0.81 0.79 0.79 0.78 0.81 0.79
Konsumsi P emerintah 9.74 9.80 10.02 10.29 9.97 10.44 10.53 10.49 10.64 10.52
P embentukan Modal T etap Domestik B ruto 16.62 16.47 16.50 16.89 16.62 16.72 17.20 17.18 17.64 17.18
P erubahan S tok -1.42 0.45 0.79 3.01 0.75 0.03 0.86 5.07 5.91 3.00
E kspor B arang dan J asa 52.46 52.25 52.45 50.10 51.79 52.40 53.50 51.25 50.22 51.83
Impor B arang dan J asa 32.09 33.54 35.09 34.99 33.95 34.54 37.67 41.00 42.17 38.88
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung , diolah
1.2.1. Konsumsi
Terdapat tiga pelaku ekonomi dalam kegiatan konsumsi, yaitu rumah tangga,
lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah. Pada triwulan IV 2008 konsumsi mengalami
perlambatan yang cukup besar. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan, pada tahun
2008 pertumbuhan masih lebih tinggi dari tahun 2007.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 25
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
120,000 30
M. Tanah
100,000 20
Solar
80,000 10
Persen
Premium
60,000 0
Kilo Liter
Pertumbuhan Premium
40,000 ‐10 (yoy)
Pertumbuhan Solar
20,000 ‐20
(yoy)
Pertumbuhan Minyak
‐ ‐30
Tanah (yoy)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Pertumbuhan Total
BBM Subsidi (yoy)
2007 2008
Sumber : Pertamina
1.2.2. Investasi
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 27
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
25,000,000
500,000,000
USD
USD
20,000,000
400,000,000
15,000,000
300,000,000
10,000,000 200,000,000
5,000,000 100,000,000
‐ ‐
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov
2008
Hal yang sama juga terjadi pada volume ekspor, meskipun penurunan yang dialami
tidak sebesar pada nilai ekspor. Pada triwulan IV 2008 (sampai bulan November 2008) total
volume ekspor mengalami penurunan sebesar 56.65% (qtq), dari 333.822,13 ton pada
triwulan III menjadi 144.716,92 ton pada triwulan IV. Penurunan ini merupakan dampak
dari krisis finansial dunia yang berimbas terhadap permintaan dunia. Diharapkan pada
tahun 2009 tidak terjadi penurunan kembali pada volume ekspor terkait rencana
pemerintah memperluas pasar komoditas ekspor ( seperti timah, kelapa sawit, dan karet)
di antaranya ke Timur Tengah. Pada volume ekspor, kontraksi terbesar juga dialami oleh
timah yaitu sebesar 69.78% (qtq). Pada tabel 1.15 dapat dilihat bahwa di tahun 2008
timah masih merupakan komoditas penyumbang ekspor terbesar Bangka Belitung. Selain
itu, penurunan yang cukup besar juga dialami oleh komoditas karet. Hal ini terkait
3
menurunnya permintaan karet khususnya untuk pembuatan ban mobil .
Grafik 1.13
Grafik 1.14
Perkembangan Harga Timah
Perkembangan Harga CPO
di Pasar Internasional
di Pasar Internasional
3
Berdasarkan hasil Liaison yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 29
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.16 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan Negara Tujuan (US$ Juta)
2007 2008
Wilayah
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Afrika - - 0.01 0.08 0.46 - 0.01 0.01
Amerika 1.39 3.14 1.36 3.44 5.83 2.69 4.42 1.96
Asia 46.08 573.36 110.78 525.56 719.74 269.83 716.06 168.99
Australia - 5.54 - 5.33 - - 1.08 -
Eropa 1.73 54.19 10.92 26.35 7.26 32.40 40.08 1.74
Total 49.20 636.23 123.08 560.77 733.30 304.92 761.66 172.69
*) Data sampai November 2008
Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor pada tahun 2008 terbesar ke wilayah Asia,
kemudian diikuti oleh Eropa, kemudian Amerika, dan terakhir Afrika. Pangsa Asia sebagai
negara tujuan ekspor yang lebih besar dibanding pangsa Asia sebagai negara pembeli
menunjukkan bahwa negara Asia juga berperan sebagai perantara penjualan bagi
komoditas Bangka Belitung yang kemudian akan menjual kepada negara lain. Contoh
negara yang berperan sebagai broker adalah Singapura.
.
PERKEMBANGAN INFLASI
2
PANGKALPINANG
Laju inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2008, dengan komoditas pemberi
sumbangan inflasi ; daging ayam ras dengan sumbangan sebesar 0,29% diikuti oleh sawi
hijau 0,18%, cabe merah 0,15%, kue basah 0,14%, pisang 0,13% dan ikan
kembung/gembung 0,08%. Tingginya sumbangan inflasi yang diberikan oleh komoditas
tersebut secara langsung maupun tidak langsung merupakan dampak dari meningkatnya
permintaan masyarakat terkait dengan perayaan Idul Adha, Natal dan tahun baru, serta
kondisi cuaca yakni curah hujan yang tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan
pasokan sayuran, dan penurunan aktivitas melaut nelayan akibat tingginya gelombang laut,
serta Idul Fitri dan Idul Adha sehingga ketersediaan ikan di pasar menurun.
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan
per Kelompok Barang dan Jasa
di Pangkalpinang 2008 (%)
35
30 30.71
25 22.88
20
Persen
16.68
15 14.86
11.91
10
5 9.29
4.6
0
-5 Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bahan makanan Makanan jadi Perumahan
Sandang Kesehatan Pendidikan
Transpor
Grafik 2.4
Perkembangan Inflasi Triwulanan per Kelompok Barang dan Jasa
di Kota Pangkalpinang 2008 (%)
31
26
21
Persen
16
11
-4
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Umum 6.55 14.69 19.16 18.4
Bakan Makanan 8.89 22.46 25.18 22.88
Makanan Jadi 10.10 17.78 28.13 30.71
Perumahan 0.43 11.52 17.10 16.68
Sandang 14.62 10.99 13.91 11.91
Kesehatan 4.87 5.52 9.33 14.86
Pendidikan 11.69 10.77 5.58 9.29
Transportasi -1.09 6.18 9.68 4.60
Grafik 2.5
Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm)
di Kota Pangkalpinang, Kota Palembang dan Nasional (%)
5
4 Pangkalpinang
Palembang
3 Nasional
2
Persen
0
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Mar
Mar
Apr
Oct
Apr
Oct
May
Nov
Dec
May
Nov
Dec
Jul
Jul
-1
2007 2008
-2
Grafik 2.6
Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang 2008 (%)
Kenaikan
harga BBM
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-1
Penurunan harga
bahan makanan
dan transportasi
-2 0
Pada bulan Oktober 2008, Kota Pangkalpinang mencatat laju inflasi bulanan
sebesar 0,43% (mtm) dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga sebesar 3,96%, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 1,83%, kelompok perumahan, air, listrik dan gas 1,81%, kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 1,41%, kelompok kesehatan 0,38% dan
kelompok sandang 0,03%. Sementara itu, kelompok bahan makanan justru mencatat
penurunan harga sebesar 2,45%.
Berdasarkan komoditas penyumbang inflasi bulanan, terbesar terjadi pada bulan
Oktober 2008 adalah tukang bukan mandor dengan sumbangan sebesar 0,38%, mie
0,25%, jeruk 0,12%, angkutan udara 0,12% dan ikan tenggiri 0,11%. Sementara
komoditas yang menyumbang deflasi terbesar adalah daging ayam ras sebesar 0,31%
diikuti oleh sawi hijau 0,25%, cabe merah 0,09%, ikan kembung/gembung 0,08% dan
ikan tongkol 0,07%.
Berbeda dengan bulan Oktober 2008, pada bulan November 2008, Kota
Pangkalpinang mencatat deflasi sebesar 0,93%. Kelompok yang mencatat penurunan
harga terbesar adalah kelompok bahan makanan yakni sebesar 2,74% diikuti oleh
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 2,38 %. Sedangkan kelompok yang
mengalami kenaikan harga dengan pencapaian tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan
sebesar 4,92%, diikuti oleh kelompok sandang 0,32%, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau 0,17%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02%
dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03%.
Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi bulanan terbesar pada bulan
November 2008 adalah angkutan udara dengan sumbangan inflasi sebesar 0,36%, diikuti
oleh daging ayam ras 0,21%, minyak goreng 0,17%, ikan selar 0,07% dan ikan tongkol
0,07%.
Pada bulan Desember 2008, Kota Pangkalpinang mencatat inflasi bulanan sebesar
0,64%. Kelompok yang kenaikan harga tertinggi adalah bahan makanan yakni sebesar
3,76%, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,89%,
sandang 0,58%, dan kelompok kesehatan 0,02%. Sementara itu, kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan mencatat penurunan harga sebesar 4,38%, terkait dengan
penurunan harga BBM yang berdampak pada penurunan harga bensin sebesar 12,90%.
Selain itu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga mencatat penurunan harga
sebesar 0,02% terkait dengan turunnya harga kamera sebesar 3,12%.
Tabel 2.4
Komoditi yang Memberikan
Andil Inflasi Terbesar
Bulan Desember 2008 (%)
No. K o m o d it a s P e ru b a h a n S u m b a n g a n In f la s i
H a rg a (% ) (% )
1 D a g in g A y a m R a s 1 3 .1 0 0 .2 9
2 S a w i H ija u 5 3 .8 4 0 .1 8
3 C a b e M e ra h 3 7 .2 3 0 .1 5
4 K u e B a sa h 6 .2 5 0 .1 4
5 P is a n g 4 7 .8 4 0 .1 3
6 Ik a n K e m b u n g /G e m b u n g 8 .3 4 0 .0 8
7 K e n ta n g 3 7 .5 0 0 .0 6
8 Kangkung 1 0 .0 0 0 .0 5
9 B e ra s 0 .9 7 0 .0 5
10 K a c a n g P a n ja n g 1 1 .7 7 0 .0 4
Dari sisi distribusi barang ke Bangka Belitung, pada bulan Desember 2008 frekuensi
kapal dengan rute Kota Palembang di Sumatera Selatan dengan tujuan Mentok di Bangka
Belitung mengalami penurunan sebesar 14,34% dibanding bulan sebelumnya (mtm).
Penurunan tersebut terkait dengan cuaca dan situasi di perairan Bangka Belitung yang
Grafik 2.7
Arus Penumpang Pelabuhan 35 Ilir - Mentok
2007 – 2008 (Orang)
16,000 20,000
14,000 18,000
16,000
12,000
14,000
10,000 12,000
Orang
Orang
8,000 10,000
6,000 8,000
6,000
4,000
4,000
2,000 2,000
0 0
Agust
Agust
Mar
Sept
Okt
Mar
Sept
Okt
Nov
Nov
Jan
Des
Jan
Des
Feb
Feb
April
Juni
Juli
April
Juni
Juli
Mei
Mei
2007 2008
Suplemen 1
Inflasi merupakan suatu fenomena di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Faktor penyebab inflasi bisa berasal
dari beberapa aspek, yakni dari sisi penawaran, permintaan, serta ekspektasi inflasi. Dari sisi
penawaran, inflasi disebabkan oleh beberapa hal seperti kenaikan dari administered price,
depresiasi nilai tukar, inflasi daerah lain, negative supply shock, kenaikan upah pekerja,
serta kenaikan pajak. Sedangkan dari sisi permintaan, faktor penyebab inflasi antara lain
berasal dari faktor musiman (misal: hari raya keagamaan), income dan PDRB (output).
Tekanan inflasi baik dari sisi penawaran dan permintaan pada tahun 2009 diprediksi
mengalami penurunan terkait dengan beberapa hal, yaitu: (1) adanya penurunan harga
komoditas unggulan Bangka Belitung sejak Oktober 2008 yang berpengaruh terhadap
menurunnya pendapatan masyarakat sehingga menurunkan konsumsi rumah tangga, (2)
adanya penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang ditetapkan oleh
pemerintah, (3) adanya ekspektasi apresiasi Rupiah yang berpotensi menurunkan biaya
bahan baku impor. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan politik yang terkait dengan Pemilu
legislatif dan Pemilihan Capres/Cawapres pada tahun 2009 dapat memicu kenaikan harga.
Namun, hal ini diperkirakan tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi inflasi.
Dalam memproyeksi IHK dan inflasi Pangkalpinang 2009 data yang digunakan
adalah data IHK dari triwulan I 2002 sampai triwulan IV 2008, dengan menggunakan
Survey Biaya Hidup (SBH) 2002. Dimulai triwulan II 2008, BPS menggunakan SBH 2007
dalam penghitungan IHK. Untuk itu dilakukan penyesuaian IHK mulai triwulan II 2008 dari
SBH 2007 menjadi SBH 2002 menggunakan acuan angka inflasi bulanan (mtm). Metode
yang digunakan dalam memproyeksi adalah ARIMA. Dari penghitungan akan dihasilkan
proyeksi besaran IHK yang dapat dilihat pada grafik 1 kemudian dari data tersebut
dilakukan perhitungan inflasi baik tahunan dan triwulanan yang hasilnya dapat dilihat pada
grafik 2.
199.00 199.43
197.00
195.75
195.00
193.00
191.00 191.44
189.00
187.00 186.56
185.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009*
IHK 186.56 191.44 195.75 199.43
* Hasil Proyeksi BI Palembang
Persen
6.00
5.00 15.00
Persen
4.00
10.00
3.00
2.00 5.00
1.00
0.00 0.00
‐1.00
‐2.00 ‐5.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
* Hasil Proyeksi BI Palembang
2008 2009*
Inflasi Triwulanan ‐0.98 0.67 0.33 6.53 7.78 4.26 0.13 0.78 2.61 2.26 1.88
Inflasi Tahunan (Axis Kanan) 4.77 3.25 2.65 6.54 14.69 19.16 18.40 13.40 7.96 5.88 7.72
Proyeksi inflasi beserta isu kualitatif pada masing-masing triwulan adalah sebagai
berikut:
a. Triwulan I 2009
• Penurunan konsumsi rumah tangga karena menurunnya aktivitas sektor riil.
• Hari Imlek pada minggu ketiga bulan Januari
• Pengaruh lanjutan dari penurunan harga BBM.
• Ketersediaan bahan makanan yang cukup dikarenakan adanya musim panen.
• Inflasi secara tahunan (yoy) diproyeksikan sebesar 7,58% ± 1, lebih rendah dari
triwulan I 2008.
b. Triwulan II 2009
• Kampanye capres/cawapres putaran pertama.
• Tahun ajaran baru
• Terjadi peningkatan inflasi triwulanan.
• Inflasi tahunan pada triwulan II 2009 diproyeksikan sebesar 7,96% ± 1. Terjadi
penurunan inflasi secara tahunan karena tingginya inflasi pada triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya.
c. Triwulan III 2009
• Kampanye capres/cawapres putaran kedua.
• Hari raya Idul Fitri pada minggu ketiga bulan September
• Inflasi tahunan pada triwulan II 2009 diproyeksikan sebesar 5,88% ± 1.
d. Triwulan IV 2009
• Hari raya Natal serta libur akhir tahun.
• Efek riil adanya penurunan BI rate pada akhir tahun 2008 akan mulai muncul dan
menurunkan proteksi terhadap inflasi.
• Inflasi tahunan pada triwulan IV 2009 diproyeksikan sebesar 7,72% ± 1.
.
PERKEMBANGAN
3
PERBANKAN DAERAH
Perbankan Propinsi
Grafik 3.1
Bangka Belitung, sampai Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit
Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung
dengan triwulan IV 2008
mengalami perlambatan
pertumbuhan tahunan
dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yang tercermin
dari beberapa indikator utama,
yaitu (i) Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK), (ii) Total aset, dan
(iii) Total kredit/pembiayaan.
Namun demikian pertumbuhan
total aset dan DPK triwulanan pada triwulan IV 2008 tumbuh meningkat dibanding
triwulan III 2008. Sedangkan penyaluran kredit mengalami penurunan jika dibanding
triwulan III 2008.
DPK tumbuh sebesar 12,56% (yoy) atau 0,61% (qtq). DPK pada triwulan III
2008 tercatat sebesar Rp 7,54 triliun dan tumbuh menjadi Rp 7,58 triliun pada triwulan IV
2008.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 43
Perkembangan Perbankan Daerah
pertumbuhan DPK, menyebabkan persentase LDR perbankan di Bangka Belitung turun dari
47,22% pada triwulan III 2008 menjadi 43,35% pada triwulan IV 2008. Rasio ini masih
jauh dari rasio ideal yaitu 85%-90%, untuk itu perlu ditingkatkan penyaluran
kredit/pembiayaan terutama pada sektor-sektor ekonomi yang potensial.
mengalami penurunan sebesar 2,83% (qtq), atau dari Rp 2,36 triliun menurun menjadi Rp
2,29 triliun.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 45
Perkembangan Perbankan Daerah
Sama halnya pada bank swasta nasional, penghimpunan DPK sepanjang tahun
2008 didominasi oleh simpanan tabungan dengan rata-rata sebesar 60,80%, diikuti
simpanan berjangka dengan pangsa 28,53% dan simpanan giro 10,67%.
*) Data sampai bulan November 2008 *) Data sampai bulan November 2008
Bank Pemerintah meliputi Bank Pembangunan Daerah
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 47
Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan pertumbuhan
penghimpunan DPK secara tahunan,
pada tahun 2008, pertumbuhan
penghimpunan DPK Kabupaten Belitung
tercatat mengalami rata-rata pertumbuhan
paling tinggi yakni sebesar 33,06% (yoy), diikuti oleh Kabupaten Bangka yang rata-rata
tumbuh sebesar 28,42% (yoy) dan Kota Pangkalpinang sebesar 20,91% (yoy).
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 49
Perkembangan Perbankan Daerah
Penyaluran kredit/pembiayaan
Grafik 3.9
berdasarkan kelompok bank, tahun 2007 Penyaluran Kredit Menurut Kelompok Bank
di Provinsi Bangka Belitung
sampai 2008 didominasi oleh bank
pemerintah, diikuti oleh bank swasta
nasional, bank asing dan bank campuran,
serta terakhir BPR. Rata-rata pangsa
penghimpunan DPK bank pemerintah di tahun
2008 sebesar 77,93%, sedangkan bank
swasta nasional sebesar 19,43%, bank asing
dan bank campuran 2,19%, dan BPR sebesar
0,45%
*) Data Tw IV sampai November 2008
Grafik 3.10
Terjadi perlambatan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Kelompok
Bank di Provinsi Bangka Belitung
pertumbuhan tahunan penyaluran
kredit/pembiayaan pada triwulan IV
2008 di semua kelompok bank, (lihat Tabel
3.4). Namun pertumbuhan secara
triwulanan pada tiap-tiap kelompok bank
berbeda-beda. Pada bank pemerintah dan
BPR terjadi penurunan pertumbuhan
masing-masing sebesar 17,83% dan
5,60%. Penurunan pada bank pemerintah
*) Data Tw IV sampai November 2008
menyebabkan persentase LDR menurun
dibanding triwulan sebelumnya dari 43,51% pada triwulan III 2008 menjadi 34,50% pada
triwulan IV 2008. Hal ini disebabkan penurunan kredit/pembiayaan dibarengi dengan
adanya peningkatan penghimpunan DPK sebesar 3,61% (qtq) pada triwulan IV. Namun hal
yang berbeda terjadi pada persentase LDR BPR, penurunan kredit ini tidak menurunkan
persentase LDR justru meningkatkannya jika dibanding triwulan sebelumnya dari 169,01%
pada triwulan III 2008 menjadi 175,20% pada triwulan IV 2008. Hal ini dikarenakan pada
triwulan ini penurunan DPK lebih besar dari pada penurunan total kredit/pembiayaan.
Jika pada bank pemerintah dan BPR terjadi penurunan pertumbuhan penyaluran
kredit/pembiayaan secara triwulanan, maka lain halnya pada bank swasta nasional dan
bank asing serta bank campuran yang mengalami kenaikan pertumbuhan secara triwulanan
yaitu masing-masing sebesar 14,10% dan 26,32%. Peningkatan penyaluran
kredit/pembiayaan yang dibarengi penurunan DPK menyebabkan peningkatan persentase
LDR pada bank swasta nasional dari 35,95% di triwulan III 2008 menjadi 45,68% di
triwulan IV 2008.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 51
Perkembangan Perbankan Daerah
53,28%, kredit modal kerja 38,84%, dan kredit konsumsi 7,88%. Komposisi ini berbeda
dengan komposisi pada tahun 2007 dimana pangsa terbesar menurut penggunaannya
adalah untuk kredit modal kerja.
Bank swasta nasional dan BPR dalam penyaluran kreditnya pada tahun
2008, berdasarkan penggunaan memiliki pangsa yang kurang lebih sama dengan
bank pemerintah. Dengan penyaluran tertinggi pada kredit modal kerja, kemudian kredit
konsumsi, dan terakhir kredit investasi. Sedangkan untuk penyaluran berdasarkan sektoral,
ke dua kelompok bank ini memiliki pangsa yang berbeda. Pada bank swasta nasional,
sektor dengan pangsa tertinggi di tahun 2008 adalah sektor perdagangan (38,67%), dan
sektor jasa-jasa (16,02%). Sedangkan pada BPR, sektor dengan pangsa tertinggi sepanjang
tahun 2008 adalah sektor perdagangan (50,65%), dan sektor pertanian 26,12%.
Secara tahunan pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah di
sektor listrik, gas, dan air. Sedangkan dilihat dari pertumbuhan triwulanan, sektor pertanian
merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 176,88% (qtq), namun jika dilihat
dari pertumbuhan tahunannya sektor ini mengalami penurunan sebesar 45,89% (yoy).
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 53
Perkembangan Perbankan Daerah
Sektor jasa dunia usaha pada triwulan IV 2008 secara tahunan mengalami
perlambatan pertumbuhan yakni dari 55,18% (yoy) pada triwulan III 2008 menjadi
25,71% (yoy) pada triwulan IV 2008. Hal yang juga dialami pada sektor jasa-jasa sosial
terjadi perlambatan pertumbuhan dari 127,07% (yoy) pada triwulan III 2008 menjadi
70,52% (yoy) pada triwulan IV 2008. Perlambatan sektor-sektor ini merupakan dampak dari
penurunan kegiatan perekonomian sehingga menurunkan kebutuhan terhadap layanan
jasa seperti perbankan, sewa kendaraan untuk mengangkut hasil kebun serta sewa alat
berat, jasa pergudangan dan jasa lainnya.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 55
Perkembangan Perbankan Daerah
meskipun perlambatan pertumbuhannya tidak sebesar yang dialami oleh kredit modal kerja
(lihat Tabel 3.8). Hal ini merupakan konsekuensi dari penurunan penyaluran kredit /
pembiayaan secara total.
Kredit di Propinsi Bangka Belitung pada tahun 2008 lebih banyak disalurkan di
daerah Bangka dan kota Pangkalpinang, sedangkan di Belitung rata-rata penyaluran kredit
hanya mencapai 21,92% dan pada daerah tingkat II selain daerah-daerah tersebut rata-rata
penyaluran kredit hanya mencapai 0,16%.
62.14%
modal kerja, kemudian diikuti
dengan kredit konsumsi, dan 41.35% 41.56%
33.44% 31.56%
30.46%
kredit investasi. Di Belitung dan 20.79%
25.21% 26.88%
Investasi
Investasi
Investasi
Investasi
Mod al Kerja
Mod al Kerja
Mod al Kerja
Mod al Kerja
Ko nsumsi
Ko nsumsi
Ko nsumsi
Ko nsumsi
50%, yaitu masing-masing sebesar
73,24% dan 62,14%. Sedangkan
Belitung Bangka Pangkalpinang Dati II Lainnya
untuk Kota Pangkalpinang dan
Dati II lainnya hanya mencapai 41,35% dan 41,56%.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 57
Perkembangan Perbankan Daerah
Peningkatan ini terkait dengan komitmen Pemerintah Propinsi Bangka Belitung yang
ingin memajukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini dapat dilihat pada
misi Pemerintah Propinsi Bangka Belitung, yaitu mengadakan program ekonomi masyarakat
dengan memperkuat UMKM untuk mengembangkan pusat produk berkualitas di daerah-
daerah. Selain misi Pemerintah Propinsi Bangka Belitung, pengembangan UMKM juga
terdapat pada masterplan pembangunan ekonomi daerah Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada strategi yang ke delapan yaitu peningkatan investasi daerah dan
pengembangan UMKM dan koperasi. Untuk peningkatan penyaluran kredit, Pemerintah
Propinsi Bangka Belitung beserta Kamar Dagang Industri Bangka Belitung berencana akan
membentuk Lembaga Penjamin Kredit Daerah.
Tabel 3.8 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (%)
Komposisi masing-masing kredit menurut penggunaan pada kredit mikro, kecil, dan
menengah berbeda-beda. Pada kredit mikro, penyaluran kredit triwulan IV 2008 terbesar
untuk konsumsi (77,97%), diikuti dengan modal kerja (18,68%), dan investasi (3,36%).
Pada kredit kecil, antara modal kerja dan konsumsi tidak terlalu berbeda pangsanya. Kredit
modal kerja dan konsumsi memiliki pangsa masing-masing sebesar 46,28%dan 43,57%.
Sedangkan pada kredit menengah didominasi oleh kredit modal kerja (79,79%), diikuti
dengan kredit investasi (13,30%), dan terakhir kredit konsumsi (6,91%)
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 59
Perkembangan Perbankan Daerah
Risiko likuiditas bank umum di Propinsi Bangka Belitung pada triwulan IV 2008
tergolong sangat likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 99,77%. Dapat
dikatakan, secara umum kinerja likuiditas sangat baik. Kemampuan perbankan untuk
mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat.
Rasio tersebut tercatat meningkat dibandingkan dengan rasio likuiditas triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 92,54%, namun turun jika dibandingkan triwulan IV
tahun 2007 yang sebesar 111,01%.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 61
Perkembangan Perbankan Daerah
Jumlah aktiva likuid kurang dari 1 bulan tercatat sebesar Rp 7,24 triliun atau
menurun sebesar 0,93% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 7,31 triliun.
Jumlah pasiva likuid kurang dari 1 bulan tercatat sebesar Rp7,25 triliun atau naik
10,22% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,58 triliun.
Grafik 3.21
Perkembangan Risiko Likuiditas
Perbankan Sumsel
bunga secara keseluruhan masih dapat dihadapi oleh perbankan dengan risiko terbesar
hanya berupa kemungkinan turunnya keuntungan.
Pendanaan perbankan di Grafik 3.22
Bangka Belitung dari deposito dan Penempatan Deposito dan Tabungan
Berdasarkan Suku Bunga
tabungan, terbesar diperoleh pada
tingkat suku bungan antara 3%
sampai 5%, sedangkan pendanaan
dari deposito dengan tingkat suku
bunga lebih dari 10% relatif kecil.
Hal ini memperlihatkan bahwa cost
of fund perbankan Bangka Belitung
untuk deposito dan tabungan
relatif tidak terlampau tinggi (lihat
grafik 3.22).
Dari sisi nilai tukar Rupiah, perbankan dapat terkena risiko pasar melalui
kewajibannya yang salah satunya berupa DPK. Namun untuk perbankan Bangka Belitung
hal ini tidak terlalu berbahaya mengingat persentase DPK dalam valas yang rendah. Pada
triwulan IV 2008 posisi DPK dalam valas sebesar Rp 0,5 triliun atau 6,60% dari total DPK.
Selain itu dukungan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga nilai tukar juga dapat
mengurangi tekanan risiko yang berasal dari pergerakan nilai tukar. Namun demikian,
kondisi eksternal akhir-akhir ini yang relatif kurang kondusif, yaitu krisis finansial global
yang perlu untuk diwaspadai. Krisis ini dikawatirkan dapat memberi tekanan pada nilai
tukar rupiah yang dapat meningkatkan risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 63
Perkembangan Perbankan Daerah
Suplemen 2
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM di Indonesia
tercatat sebanyak 46,89 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha dengan kontribusi
1
terhadap PDB mencapai 53% . Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, komposisi UMKM
tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional yaitu usaha mikro kecil mendominasi komposisi
usaha di Propinsi Bangka Belitung dengan pangsa 98,8%, sedangkan pangsa usaha
2
menengah hanya 0,89% dan usaha besar 0,31% . Sementara kontribusi UMKM dalam
menyerap tenaga kerja cukup besar yaitu sebanyak 386.742 orang pada tahun 2006,
dengan komposisi usaha besar menyerap 7,14 % angkatan kerja, usaha menengah
menyerap 5,81%, usaha kecil menyerap 39,73% dan usaha mikro menyerap paling besar
yaitu 45,45%.
Karena pentingnya peranan UMKM dalam perekonomian, dalam rangka
mendukung pengembangan sektor riil dan UMKM di Propinsi Bangka Belitung, Bank
Indonesia Palembang bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung (UBB) pada tahun
2008 telah melakukan penelitian dasar potensi ekonomi daerah atau dikenal dengan
baseline economic survey (BLS) di Propinsi Bangka Belitung. Penelitian ini terfokus pada
Komoditas Produk dan Jenis Usaha (KPJU) unggulan daerah yang berpotensi untuk
mendorong peningkatan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
sehingga bisa menggerakkan perekonomian daerah setempat.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian / BLS ini adalah untuk : (1) mengetahui profil
daerah meliputi kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya, yang
ada di Propinsi Bangka Belitung; (2) mengetahui profil UMKM di Wilayah/Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam
pengembangan UMKM; (3) mengidentifikasi kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terkait dengan
pengembangan UMKM; (4) mengetahui peranan perbankan dalam pengembangan UMKM
di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya penelitian ini diharapkan bisa memberi
informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di
masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan
tenaga kerja serta peningkatan daya saing produk. Sehingga dengan demikian, komoditas-
komoditas unggulan daerah yang ditemukan sejalan dengan empat tujuan dimaksud.
Kandidat KPJU berasal dari kunjungan lapangan yang didukung oleh data sekunder di
masing-masing kecamatan di tiap kabupaten. Dalam menyeleksi masing-masing kandidat
komoditas unggulan digunakan sebelas kriteria yakni: (i) skill tenaga kerja, (ii) bahan baku,
1
Data Kementrian Koperasi dan UMKM, 2006
2
Data BPS Bangka Belitung, 2006
(iii) modal, (iv) sarana produksi/usaha, (v) teknologi), (vi) sosial budaya, (vii) manajemen
usaha, (viii) ketersediaan pasar, (ix) harga, (x) penyerapan tenaga kerja, (xi) sumbangan
terhadap perekonomian. Dengan menggunakan sebelas kriteria itu, kemudian dilakukan
focus group discussion (FGD) untuk menseleksi kandidat KPJU. Proses pembobotan
berdasarkan 11 kriteria tersebut menggunakan teknis analisa Analytical Hierarchy Process
(AHP) dan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). FGD dilakukan disetiap kabupaten
yang disurvei. Setelah ditemukan daftar komoditas unggulan, FGD kemudian memformulasi
kebijakan dan langkah pengembangan masing-masing KPJU.
BLS yang dilaksanakan tahun 2008 di Kepulauan Bangka Belitung meliputi daerah
penelitian yakni 7 Kabupaten/Kota yang berada di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
meliputi Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka
Selatan, Belitung dan Belitung Timur.
Harga bibit yang mahal karena masih didatangkan BI sebagai fasilitator dalam membahas bentuk
dari luar daerah, akses permodalan terutama pola kemitraan inti plasma yang standar antara
terbatasnya kepemilikan jaminan, kelangkaan pemerintah kabupaten dengan pihak perusahaan
dan mahalnya harga pupuk dan pestisida, BI bersama dengan pemda kabupaten bertindak
semakin terbatasnya lahan, dan struktur pasar sebagai fasilitator dalam penetapan harga Tandan
Kelapa Sawit
yang oligopoly terutama dalam hubungan Buah Segar (TBS)
kemitraan inti-plasma sehingga apabila ada
kenaikan harga di pasar internasional tidak
memberikan dampak bagi kenaikan penghasilan
petani.
Kurangnya jumlah perkebunan karet, produkvitas BI dan Pemda kabupaten/kota melakukan
kurang maksimal, bibit yang tidak unggul, umur pembahasan untuk menetapkan lokasi sentra
hutan karet yang tua, mahal nya bibit karet, pembibitan karet dan lokasi pendirian pabrik
karena masih didatangkan dari luar daerah, karet, serta memperkuat peran PUSKUD ditingkat
monopoli perusahaan pengolah karet sehingga propinsi
Karet
petani menjadi penerima harga bukan penentu
harga, masalah akses permodalan terutama
terbatasnya kepemilikan jaminan (rata-rata lahan
kebun karet belum disertifikasi), masalah
kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk.
Kurang tersedianya bibit yang unggul, kurang BI mendorong dan memfasilitasi penuh
lancarnya distribusi dan mahalnya harga pupuk pemerintah kabupaten untuk mengembalikan
dan pestisida, kurangnya modal dan lada sebagai komoditi unggulan dengan
berflutuasinya harga lada di pasaran. menyediakan sentra pembibitan lada, melakukan
Lada pengembangan teknologi penanaman,
pengolahan dan pemasaran lada. Melakukan
penguatan peran PUSKUD di tingkat Propinsi
dalam pendistribusian pupuk dan pestisida
bersubsidi
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 65
Perkembangan Perbankan Daerah
Perikanan Zona penangkapan ikan yang sering bentrok Perlu pembahasan bersama antara BI dengan
dengan TI Apung, alat tangkap masih dalam Pemda kabupaten/kota agar ada jaminan wilayah
teknologi yang sederhana, masih kecil nya penangkapan ikan untuk nelayan sehingga tidak
kapasitas kapal-kapal , kebutuhan modal kerja terganggu oleh aktivitas lain yang mengakibatkan
untuk melaut, terbatasnya solar bersubsidi untuk pendapatan nelayan menurun.
nelayan. Pembahasan antara BI dengan Pemda dalam
Permasalahan pembudidayaan ikan air tawar menentukan jenis ikan unggulan yang
adalah kurangnya pemahaman petani tentang dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota
cara memelihara, kurangnya modal, kurangnya dan sekaligus membuat sentra pembibitan ikan air
sarana dalam pembudidayaan, belum optimalnya tawar di masing-masing kabupten dan kota,
peran Balai Benih Ikan (BBI) dalam menjamin melakukan pembahasan bersama tentang pola
ketersediaan bibit yang berkualitas. dan teknis pembudidayaan ikan air tawar di
masing-masing kabupaten/kota dengan
mengoptimalkan sumberdaya alam yang ada
misalnya potensi kolong bekas penambangan
timah.
Terbatasnya teknologi yang dimiliki dan dikuasai, Pembahasan bersama antara BI dengan Pemda
akses permodalan yang masih terbatas, ketiadaan kabupaten/kota untuk menetapkan produk
Pengolahan Hasil modal untuk membuat kemasan dengan desain pengolahan hasil laut yang khas antara
Perikanan unik dan menarik. kabupaten/kota sehingga lebih fokus dan tidak
menimbulkan persaingan antar kabupten/kota
Terbatasnya manajemen dan akses permodalan BI mendukung dan memfasilitasi peran
terutama kepada perbankan pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan
pembinaan dan penguatan pengusaha UMKM,
Retailer sembako /
menjamin kelancaran jalur distribusi terutama
kelontong dan
pasokan sembilan bahan pokok dari luar daerah
toko pakaian
dengan perbaikan sarana dan prasarana seperti
pelabuhan, jalan, armada dan mempermudah
pelayanan administratif
Lemahnya manajemen pengelolaan sehingga Membantu Pemda Kabupaten/kota untuk
Hotel / penginapan kualitas pelayanan yang diberikan belum optimal, meningkatkan jumlah hunian hotel dengan
(kelas melati) kurangnya modal sehingga sulit untuk melakukan promosi wisata keluar daerah
pengembangan usaha
.
PERKEMBANGAN
4
KEUANGAN DAERAH
Hingga laporan diselesaikan, Bank Indonesia Palembang belum memperoleh data realisasi
APBD 2008 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 67
Perkembangan Keuangan Daerah
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Babel Aset Daerah Babel
Pada tahun 2009 pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp1,24 triliun untuk lokasi di
Propinsi Bangka Belitung, meningkat sebesar 11,94% dibanding tahun 2008 yang sebesar
Rp 1,11 triliun (lihat Tabel 4.2). Anggaran belanja ini terdiri atas belanja operasi dan belanja
modal, masing-masing sebesar Rp0,89 triliun dan Rp0,36 triliun.
Pada anggaran pemerintah menurut lokasi, belanja operasi terdiri atas belanja pegawai,
belanja barang, dan belanja sosial. Berdasarkan Komite Standar Akuntansi Pemerintah,
belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada
pejabat negara, pegawai negeri sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja
pegawai pada tahun 2009 dianggarkan paling rendah di antara belanja operasi lainnya,
yaitu sebesar Rp 0,27 triliun. Sedangkan belanja bantuan sosial yang merupakan transfer
uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
1
terjadinya risiko sosial , dianggarkan paling tinggi yaitu sebesar Rp 0,308 triliun. Komponen
yang membuat anggaran ini tinggi adalah anggaran pada Departemen Pendidikan
Nasional. Tingginya anggaran pendidikan ini merupakan komitmen pemerintah dalam
upaya meningkatkan pendidikan nasional, sehingga dianggarkan sebesar 20% dari RAPBD
2009. Anggaran terbesar kedua adalah belanja barang sebesar Rp 0,306 triliun. Instansi
pemerintah yang menganggarkan tinggi untuk anggaran ini adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, dan Departemen Agama.
Berdasarkan instansi yang menganggarkan, tiga instansi dengan anggran tertinggi adalah
Departemen Pekerjaan Umum dengan pangsa 23,87%, kemudian diikuti dengan
Departemen Pendidikan Nasional dengan pangsa 18,46%, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan pangsa 13,39%.
Sama halnya dengan pendapatan daerah yang berasal dari APBN dan APBD, belanja daerah
juga dapat bersumber dari APBN dan APBD. Untuk tahun 2009, total belanja operasional di
Bangka Belitung adalah sebesar Rp1,53 triliun dan untuk belanja modal sebesar Rp0,70
triliun.
1
Berdasarkan Komite Standar Akuntansi Pemerintah
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 69
Perkembangan Keuangan Daerah
1,400,000,000,000
Rp 650,735,997,127
1,200,000,000,000
1,000,000,000,000
Rupiah
600,000,000,000 APBN
Rp 347,219,927,791
400,000,000,000
200,000,000,000 Rp 354,853,392,000
-
Belanja Operasional Belanja Modal
Sumber : Dirjen Perimbangan dan Keuangan Departemen Keuangan dan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Babel
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pada tahun 2009
DAU untuk tiap kota / kabupaten sebagai berikut : Kota Pangkalpinang sebesar Rp234,87
miliar, Kabupaten Bangka sebesar Rp278,34 miliar, Kabupaten Bangka Tengah sebesar
Rp265,53 miliar dan Kabupaten Belitung sebesar Rp242,78 miliar.
60,000
pelaksanaan desentralisasi. DBH bersumber dari 50,000
30,000
alam berasal dari minyak bumi, gas bumi,
20,000
-
DBH sumber daya alam untuk tiga kabupaten/kota Pangkalpinang Bangka Bangka Tengah Belitung
Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum Perikanan
di Bangka Belitung bersumber dari pertambangan
umum mempunyai pangsa lebih dari 98 persen atau sebesar Rp110.314,6 juta, sebagian
besar dari kegiatan usaha pertambangan timah. Persentase alokasi DBH sumber daya alam
terbesar ada di Kabupaten Bangka Tengah sebesar 99,27%, kemudian di Kabupaten
Bangka sebesar 99,55%, serta di Kota Pangkalpinang sebesar 98,85%.
Tabel 4.3 Dana Perimbangan Bangka Belitung Tahun 2009 (Juta Rp)
No. Uraian Pangkalpinang Bangka Bangka Tengah
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 71
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Sistem Pembayaran
.
PERKEMBANGAN
5
SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 5.1
Perkembangan Kas Titipan Pangkalpinang
Periode 2007-2008
1,800,000 300,000
1,600,000 250,000
1,400,000 200,000
150,000
1,200,000
100,000
Juta Rp
Juta Rp
1,000,000
50,000
800,000
-
600,000
(50,000)
400,000 (100,000)
200,000 (150,000)
- (200,000)
Tw I T w II T w III T w IV Tw I T w II T w III T w IV
2007 2008
Selain bertugas menyediakan uang tunai dalam jumlah yang cukup, Bank Indonesia juga
senantiasa menjaga agar kualitas fisik uang yang dipegang masyarakat tetap segar dengan
melakukan clean money policy, yaitu secara reguler menarik dan memusnahkan uang yang
tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar.
Jumlah uang lusuh yang ditunjukkan oleh jumlah penarikan uang dengan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) selama triwulan IV 2008 mencapai Rp27,25 miliar,
atau meningkat 85,65% dari tahun lalu (yoy) yang tercatat sebesar Rp14,68 miliar.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) juga terjadi penurunan penarikan uang
lusuh sebesar 19,27% dari sebesar Rp22,85 miliar menjadi Rp27,25 miliar. Rasio antara
uang lusuh yang ditandai dengan Pemberian Tanda Tidak berharga (PTTB) dengan uang
masuk (inflow) tercatat sebesar 2,31%, sedikit meningkat dari rasio pada tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,06% maupun dibandingkan dengan rasio pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,62 persen. Pelaksanaan clean money policy biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengiriman uang ke Pangkalpinang, dimana Bank
Indonesia membawa uang yang tidak layak edar dari Bangka Belitung untuk dimusnahkan
di Bank Indonesia Palembang. Aktivitas pengiriman uang pada triwulan IV 2008 kerap
terganggu oleh buruknya kondisi cuaca perairan sehingga menurunkan frekuensi kegiatan.
Grafik 5.2
Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga di Pangkalpinang
45 4.73 5
41.63
40 5
35 4
30 27.25 4
24.31
Miliar Rp
Persen
25 30.51
2.31
2.06
3
20 1.74 2.33 2
15 20.82
14.68 1.62 2
10 13.37 1
5 1
- -
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran non-tunai, Bank
Indonesia mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk terciptanya sistem
pembayaran yang efisien, cepat dan aman, yang salah satunya melalui sistem kliring.
Berbeda dengan aktivitas perkasan, perputaran kliring pada triwulan IV 2008 secara
tahunan (yoy) mengalami peningkatan dari nilai nominal dibandingkan dengan triwulan IV
2007, kendati dari jumlah warkat mengalami penurunan. Dari segi nominal, perputaran
kliring mengalami peningkatan sebesar 22,62% atau sebesar Rp118,47 miliar yakni dari
Rp523,57 miliar menjadi Rp642,02 miliar. Dari jumlah warkat, perputaran kliring triwulan IV
2008 mengalami penurunan sebesar 1,3% atau sebanyak 201 lembar dari 15.441 lembar
pada triwulan IV 2007 menjadi 15.240 lembar pada triwulan IV 2008.
Pembayaran non-tunai ditandai oleh peningkatan penarikan cek dan bilyet giro
kosong baik dalam jumlah warkat maupun nominal. Jumlah warkat cek/bilyet giro kosong
meningkat sebanyak 105 lembar atau 86,78%, yaitu dari 121 lembar pada triwulan IV
2007 menjadi 226 lembar pada triwulan IV 2008 dan dari sisi nominal meningkat sebesar
Rp2,36 miliar atau 36,39% yakni dari Rp6,49 miliar pada triwulan IV 2007 menjadi Rp8,86
miliar pada triwulan IV 2008.
Tabel 5.1
Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
2007 2008
Keterangan
Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV
Perputaran Kliring
- Lembar warkat 14.261 13.405 15.441 16.646 17.862 17.965 15.240
- Nominal (juta Rp) 482.526 396.927 523.573 549.514 612.288 672.309 642.019
Cek/Bilyet Giro
Kosong
- Lembar warkat 60 89 121 93 109 125 226
- Nominal (juta Rp) 1.674 2.495 6.494 3.214 3.324 3.166 8.858
Dari sisi nominal juga menurun sebesar 4,51% atau sebesar Rp30,29 miliar dari posisi
triwulan III 2008 yang tercatat sebesar Rp672,31 miliar.
Berlawanan dengan perkembangan perputaran kliring yang menurun, jumlah penarikan
cek/bilyet giro kosong justru mengalami peningkatan baik dalam warkat maupun
nominalnya. Jumlah warkat cek/bilyet giro kosong pada triwulan IV 2008 tercatat
meningkat 80,80 % yakni dari 125 lembar menjadi 226 lembar, dan secara nominal
meningkat 179,78 % yakni dari sebesar Rp3,17 miliar menjadi Rp8,86 miliar. Peningkatan
nominal jumlah penarikan cek/bilyet giro kosong tersebut menyebabkan rasio penarikan
cek/bilyet giro terhadap kegiatan kliring mengalami peningkatan yakni dari sebesar 0,47%
pada triwulan III 2008 menjadi 1,38 % pada triwulan IV 2008, demikian pula dengan rasio
lembar cek/bilyet giro kosong terhadap jumlah lembar warkat dari sebesar 0,7% pada
triwulan III 2008 menjadi 1,48% pada triwulan IV 2008.
.
PERKEMBANGAN
6
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Menurunnya pendapatan per kapita atas dasar harga konstan tersebut tidak
terlepas dari penurunan harga-harga komoditas primer di Bangka Belitung yang mulai
terjadi pada triwulan IV 2008, sebagai imbas dari krisis ekonomi global yang berdampak
pada penurunan aktivitas ekonomi utama seperti di sektor pertambangan dan penggalian
serta sektor pertanian. Hal tersebut berimbas pada menurunnya pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat terutama yang bergerak di sektor ekonomi utama seperti
pertambangan timah, karet, lada dan sawit. Namun pada tahun 2009, dengan adanya
kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) sebesar 4,55% dari Rp813.000,00 per bulan
menjadi Rp850.000,00, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per kapita di tahun
2009. UMP merupakan upah bulanan terendah yang diterima oleh pekerja untuk
waktu kerja 7 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Kajian Ekonomi
Kajian Regional
Ekonomi RegionalPropinsi
Propinsi Kepulauan BangkaBelitung
Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
Triwulan III 2007
IV 2008 79
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 6.1
Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Bangka Belitung
Hasil Survei Konsumen yang dilakukan secara bulanan oleh Bank Indonesia
Palembang, pada bulan Desember 2008 indeks pendapatan saat ini dibanding 6 bulan yang
lalu tercatat sebesar 111, atau menurun dibanding indeks bulan September 2008 yang
sebesar 131,5. Demikian pula bila dibandingkan dengan indeks pada bulan Desember 2007
yang mencapai 121. Penurunan indeks pendapatan tersebut tidak terlepas dari dampak
penurunan harga komoditas primer Bangka Belitung di pasar internasional sebagai imbas
krisis ekonomi global.
Selain itu, indeks ketepatan waktu membeli barang tahan lama juga mengalami
penurunan dimana pada bulan Desember 2007 tercatat sebesar 84,5 dan September 2008
sebesar 93, menurun cukup signifikan menjadi sebesar 60,5 pada bulan Desember 2008.
Selain disebabkan oleh penurunan pendapatan, penurunan indeks ketepatan membeli
barang tahan lama juga dikarenakan kenaikan harga barang-barang tahan lama yang
antara lain dipengaruhi oleh pergerakan kurs mata uang.
Grafik 6.2
Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketepatan Waktu Konsumsi
2007-2008
140
130
Optimis
120
110
Indeks
100
Pesimis
90
80
70
60
Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Dec
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang
112 120 125 121 125 130 134 117 95 95 124 136 132 127 122 111
lalu
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi)
99 92 115 96 74 89 85 73 89 86 75 70 71 61 75 93 97 85 61
barang tahan lama
Kajian Ekonomi
Kajian Regional
Ekonomi RegionalPropinsi
Propinsi Kepulauan BangkaBelitung
Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
Triwulan III 2007
IV 2008 81
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Dari struktur angkatan kerja juga dapat dilihat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan
kerja dibanding dengan
jumlah penduduk usia Grafik 6.3
Perkembangan TPAK dan TPT
15 tahun ke atas. TPAK Propinsi Kep. Bangka Belitung
pada bulan Agustus
2008 menunjukkan
peningkatan
apabila dibandingkan
dengan TPAK pada
Februari 2008 dimana
pada bulan Agustus
2008 TPAK mencapai
63,75 persen, yang
meningkat dibanding
bulan Februari 2008
yang mencapai
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
61,36%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari penduduk usia kerja atau penduduk berumur 15 tahun ke atas di
Bangka Belitung, sebanyak 63,75% aktif secara ekonomi.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2008 tercatat sebesar
4,01%, menurun dibandingkan bulan Februari 2008 yang mencapai 5,79%. Penurunan
TPT tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas ekonomi terutama di sektor sekunder
antara lain sektor bangunan terkait dengan peningkatan realisasi pelaksanaan
pembangunan proyek infrastruktur baik dengan pendanaan APBN maupun APBD pada
pertengahan tahun 2008 dibanding awal tahun 2008.
menyerap tenaga kerja terbesar diikuti oleh sektor tersier dan sektor sekunder. Penyerapan
tenaga kerja terbesar di sektor primer pada Agustus 2008 terjadi di sektor pertanian,
meskipun persentasenya mengalami penurunan dibanding bulan Februari 2008. Di sektor
sekunder, pada bulan Agustus 2008, sektor bangunan memberikan kontribusi terbesar di
sektor sekunder. Kontribusi tersebut mengalami pergeseran dibanding bulan Februari 2008
dimana sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi terbesar di
sektor sekunder. Sementara itu, di sektor tersier, sektor perdagangan, hotel dan restoran
masih tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga
kerja.
Dalam penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2008, sektor primer menyerap
tenaga kerja sebesar 54,33%, menurun dibanding bulan Februari 2008 yang sebesar
57,4%. Penurunan yang terjadi pada sektor primer sebesar 3,07% tersebut dikarenakan
terjadi peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain dimana pada bulan
Februari 2008 penyerapan tenaga kerja sebesar 32,8% menjadi 29,59% pada Agustus
2008. Peralihan dari sektor pertanian tersebut ditengarai terkait dengan mulai merosotnya
harga komoditas sub sektor perkebunan seperti harga tandan buah segar kelapa sawit dan
karet, sehingga sektor ekonomi lain menjadi pilihan bagi tenaga kerja baik ke sektor
sekunder maupun sektor tersier.
Kajian Ekonomi
Kajian Regional
Ekonomi RegionalPropinsi
Propinsi Kepulauan BangkaBelitung
Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
Triwulan III 2007
IV 2008 83
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 6.1
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
di Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2006-2008
Agustus 2006 Februari 2007 Agustus 2007 * Februari 2008 Agustus 2008 *)
Sektor
Absolut % Absolut % Absolut % Absolut % Absolut %
Sektor Primer 253.620 59.4 262.383 55.4 216.667 55.2 271.038 57.4 273.501 54.33
Pertanian 122.895 28.8 37.693 29.1 163.541 34.4 154.934 32.8 148.938 29.59
Pertambangan 130.725 30.6 124.690 26.3 99.022 20.8 116.104 24.6 124.563 24.75
Sektor
36.388 8.5 47.636 10.1 42.628 9.0 48.260 10.2 55.261 10.98
Sekunder
Industri 15.873 3.7 24.459 5.2 19.363 4.1 26.890 5.7 25.688 5.10
LGA 794 0.2 1.193 0.3 1.767 0.4 646 0.1 991 0.20
Bangunan 19.721 4.6 21.984 4.6 21.492 4.5 20.724 4.4 28.582 5.68
Sektor Tersier 137.320 32.1 63.884 34.6 168.821 35.8 153.071 32.4 174.623 34.69
PHR 68.858 16.1 91.529 19.3 88.714 16.1 83.189 17.6 90.887 18.06
Pengakutan 15.065 3.5 17.085 3.6 21.031 3.5 14.899 3.2 14.213 2.82
Keuangan 4.260 1.0 6.610 1.4 5.277 1.0 1.857 0.4 4.591 0.91
Jas-jasa 49.137 11.5 48.,660 10.3 54.799 11.5 53.126 11.2 64.932 12.90
Total 427.328 100 473.903 100 475.006 100 472.369 100 503.385 100
Di sektor sekunder, penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2008 tercatat sebesar
10,98%, yang mengalami sedikit peningkatan dibanding Februari 2008 yang mencapai
10,2%. Sektor ekonomi pada sektor sekunder yang mengalami peningkatan penyerapan
tenaga kerja adalah sektor listrik, gas dan air yakni sebesar 0,2% pada Agustus 2008 dari
sebesar 0,1% pada Februari 2008. Selain itu, sektor bangunan mencatat penyerapan
tenaga kerja yang cukup besar yakni dari sebesar 4,4% pada Februari 2008 menjadi 5,68%
pada Agustus 2008. Di sisi lain, sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan
persentase penyerapan tenaga kerja yakni dari sebesar 5,7% pada Februari 2008 menjadi
5,1%, yang merupakan imbas dari penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor
pertanian sebagai basis bahan baku industri pengolahan.
Sektor tersier pada Agustus 2008 mencatat peningkatan persentase penyerapan
tenaga kerja yakni dari sebesar 32,4% pada Februari 2008 menjadi 34,69%. Sektor
ekonomi yang mencatat peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dari 17,6% pada Februari 2008 menjadi 18,06% pada
Agustus 2008, sektor keuangan dan jasa perusahaan dari 0,4% menjadi 0,91% dan sektor
jasa-jasa dari 11,2% menjadi 12,90%. Peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja
disebabkan oleh peningkatan aktivitas pada sektor ekonomi-sektor ekonomi tersebut terkait
dengan puasa dan perayaan Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru. Berlawanan dengan
ketiga sektor ekonomi yang mencatat peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebut,
sektor pengangkutan dan komunikasi justru mengalami penurunan yakni dari sebesar 3,2%
menjadi 2,82%.
Kajian Ekonomi
Kajian Regional
Ekonomi RegionalPropinsi
Propinsi Kepulauan BangkaBelitung
Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
Triwulan III 2007
IV 2008 85
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 6.4
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 2007 – 2008
140
Optimis
120 104.50
100 93.0
89.50
97.00 79.50
Indeks
80
82.0
75.00 74.00
Pesimis
60
40
20
-
Juni Agust Okt Des Feb Apr Juni Agust Okt Dec
Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
Grafik 6.5
Perkembangan Nilai Tukar Petani 2008 (Indeks)
106 5
104
4
102
100 3
Indeks 98
2
Persen
96
94
1
92
90 0
88
‐1
86
84 ‐2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov
Nilai Tukar Petani (Axis kiri) 102.72 104.32 103.06 101.48 99.90 99.12 99.22 99.34 100.49 93.49 91.99
Inflasi (mtm) (Axis kanan) 4.31 2.07 0.05 1.00 2.41 4.20 1.01 2.91 0.30 0.43 ‐0.93
Perkembangan NTP Bangka Belitung pada triwulan IV 2008 sejalan dengan inflasi
bulanan Kota Pangkalpinang yang mengindikasikan bahwa penurunan NTP menyebabkan
penurunan tingkat kesejahteraaan masyarakat petani yang berimbas pada penurunan
tingkat permintaan terhadap barang dan jasa.
Kajian Ekonomi
Kajian Regional
Ekonomi RegionalPropinsi
Propinsi Kepulauan BangkaBelitung
Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
Triwulan III 2007
IV 2008 87
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
melakukan penghitungan garis kemiskinan, untuk daerah perkotaan dan daerah perdesaan
dilakukan secara terpisah. Sumber data utama yang dipergunakan untuk menghitung data
kemiskinan adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS ) serta Survei Paket
Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD) yang dipakai utnuk memperkirakan proporsi
pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Selama Maret 2007 – Maret 2008, Garis Kemiskinan di Bangka Belitung secara
umum meningkat 4,58% yakni dari sebesar Rp235.379 per kapita pada bulan Maret 2007
menjadi Rp246.149 per kapita per bulan pada bulan Maret 2008. Berdasarkan daerahnya,
Garis Kemiskinan daerah perkotaan mengalami kenaikan dari Rp236.854 per kapita per
bulan pada Maret 2007 menjadi Rp250.240 per kapita per bulan pada Maret 2008 atau
meningkat 5,65%. Demikian pula dengan daerah pedesaan, Garis Kemiskinan mengalami
kenaikan dari Rp234.028 per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp242.441 per
kapita per bulan atau meningkat 3,59% pada Maret 2008.
Tabel 6.2
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Bangka Belitung Maret 2007 – Maret 2008
Persentase
Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk
Daerah Penduduk
(Rp/Kapita/Bulan) Miskin (Ribuan)
Miskin
Perkotaan
Maret 2007 236,854 38.6 8.09
Maret 2008 250,240 36.5 7.57
Perdesaan
Maret 2007 234,028 56.5 10.87
Maret 2008 242,441 50.2 9.52
Kota+Desa
Maret 2007 235,379 95.1 9.54
Maret 2008 246,169 86.7 8.58
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan, pada bulan Maret 2008 Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) lebih besar peranannya dibanding Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM) yakni perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Kontribusi GKM pada
Maret 2008 secara umum tercatat sebesar 74,57% atau Rp183.567 per kapita per bulan.
Sementara itu berdasarkan daerah, di perkotaan GKM tercatat sebesar 72,62% atau
Rp181.713 per kapita per bulan dan di perdesaan GKM mencapai 76,42% atau Rp185.266
per kapita per bulan.
Tabel 6.3
Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen
Di Bangka Belitung Maret 2008 (Rupiah per Kapita per Bulan)
Selain melihat jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu
diperhatikan dalam masalah kemiskinan adalah tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Berdasarkan data dari BPS setempat, pada periode Maret 2007 – Maret 2008,
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Bangka Belitung
menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Pada Maret 2008, indeks tercatat sebesar 1,28, menurun dibanding periode
Maret 2007 yang tercatat sebesar 1,68. Demikian pula dengan Indeks Keparahan
Kemiskinan yang turun dari 0,47 pada Maret 2007 menjadi 0,31 pada Maret 2008. Indeks
ini memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007 89
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 6.4
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Di Bangka Belitung Maret 2007 - Maret 2008
Daerah Kota Desa Kota+Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan
Maret 2007 1.25 2.08 1.68
Maret 2008 1.15 1.40 1.28
Indeks Keparahan Kemiskinan
Maret 2007 0.32 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.33 0.31
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
Pada bulan Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan di perkotaan sebesar 1,15
sedangkan di perdesaan sebesar 1,40. Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan
di perkotaan tercatat sebesar 0,30 sementara di perdesaan sebesar 0,33. Indeks yang lebih
tinggi di perdesaan baik kedalaman maupun keparahan kemiskinan menunjukkan bahwa
tingkat kemiskinan di perdesaan lebih parah dibanding di perkotaan, sehingga diperlukan
upaya lebih dan nyata dalam menggerakkan sektor riil sehingga kesejahteraan masyarakat
perdesaan meningkat.
Dalam rangka menanggulangi kemiskinan, salah satu program pemerintah adalah
melalui penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang pada tahun 2008 dibagi menjadi 2
tahap yakni tahap I dengan periode dari tanggal 22 Mei 2008 – 31 Agustus 2008 dan
tahap II dengan periode dari tanggal 1 September 2008 – 31 Januari 2009. Penyaluran BLT
tahap II direncanakan di 26 kota termasuk Bangka Belitung yakni (1) Banda Aceh, (2)
Padang, (3) Pekanbaru, (4) Jambi, (5) Bengkulu, (6) Bandar Lampung, (7) Pangkalpinang,
(8) Tanjung Pinang, (9) Bogor, (10) Serang, (11) Denpasar, (12) Mataram, (13) Pontianak,
(14) Palangkaraya, (15) Samarinda, (16) Manado, (17) Palu, (18) Gowa, (19) Maros,
(20) Kendari, (21) Gorontalo, (22) Mamuju, (23) Ambon, (24) Ternate, (25) Manokwari, dan
(26) Jayapura.
Berdasarkan data dari BPS setempat, alokasi penerima BLT tahun 2008 yang
menggunakan data hasil Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 (PSE05), tercatat sebanyak
33.652 rumah tangga sasaran, dengan rincian sebanyak 8.391 rumah tangga sangat
miskin, 18.692 rumah tangga miskin dan 6.569 rumah tangga hampir miskin. Kabupaten
Bangka merupakan wilayah yang jumlah rumah tangga sasaran penerima BLT paling
banyak yakni 7.176 rumah tangga diikuti oleh Kabupaten Belitung 5.091 rumah tangga
dan Kabupaten Bangka Selatan 4.894 rumah tangga.
Tabel 6.5
Alokasi Penerima BLT Tahun 2008 di Bangka Belitung (Rumah Tangga Sasaran)
J umlah Alokasi BLT per Kabupaten
No. Kabupaten/Kota
S angat Miskin Miskin Hampir Miskin Total
1 Kabupaten B angka 1.724 4.432 1.020 7.176
2 Kabupaten B angka B arat 1.455 2.399 315 4.169
3 Kabupaten B angka S elatan 1.722 2.079 1.093 4.894
4 Kabupaten B angka Tengah 1.032 1.588 307 2.927
5 Kabupaten B elitung 1.062 3.066 1.773 5.901
6 Kabupaten B elitung Timur 778 2.852 1.122 4.752
7 Kota P angkalpinang 618 2.276 939 3.833
J umlah 8.391 18.692 6.569 33.652
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan data dari PT. Pos Indonesia, penyerapan dana BLT tahap I di Bangka
Belitung hingga akhir masa pembayaran yakni dari periode 22 Mei - 31 Agustus 2008
tercapai sebanyak 32.715 Rumah Tangga Sasaran (RTS) atau sebesar 97,22% dari target
sebanyak 33.652 RTS. Realisasi pembayaran BLT tahap I 2008 di Bangka Belitung tersebut
lebih rendah dibanding pencapaian realisasi di tingkat nasional yang tercatat mencapai
98,84%
Tabel 6.6
Realisasi Pembayaran BLT Tahap I 2008
Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Alokasi BLT Distribusi Kartu Realisasi Bayar Hampir Miskin Daya Serap
No. Kabupaten/Kota
(RTS) (RTS) (RTS) (Rupiah) Alokasi BLT (%)
1 Kabupaten Bangka 7,176 7,176 6,942 2,082,600,000 96.74
2 Kabupaten Bangka Barat 4,169 4,169 4,009 1,202,700,000 96.16
3 Kabupaten Bangka Selatan 4,894 4,894 4,761 1,428,300,000 97.28
4 Kabupaten Bangka Tengah 2,927 2,927 2,800 840,000,000 95.66
5 Kabupaten Belitung 5,901 5,901 5,742 1,722,600,000 97.31
6 Kabupaten Belitung Timur 4,752 4,752 4,702 1,410,600,000 98.95
7 Kota Pangkalpinang 3,833 3,833 3,759 1,127,700,000 98.07
Jumlah 33,652 33,652 32,715 9,814,500,000 97.22
Sumber: PT. Pos Indonesia
Hingga tanggal 16 Januari 2009, realisasi BLT tahap II dengan periode pembayaran
tanggal 1 September 2008 hingga 31 Januari 2009, Bangka Belitung mencapai 96,14%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007 91
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
dari yang ditargetkan. Pencapaian tersebut juga lebih rendah dibanding nasional yang
sebesar 98,5%.
Tabel 6.7
Realisasi Pembayaran BLT Tahap II 2008
Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Alokasi BLT Distribusi Kartu Realisasi Bayar Hampir Miskin Daya Serap
No. Kabupaten/Kota
(RTS) (RTS) (RTS) (Rupiah) Alokasi BLT (%)
1 Kabupaten Bangka 7,176 7,176 6,884 2,753,600,000 95.93
2 Kabupaten Bangka Barat 4,169 4,169 3,935 1,574,000,000 94.39
3 Kabupaten Bangka Selatan 4,894 4,894 4,671 1,868,400,000 95.44
4 Kabupaten Bangka Tengah 2,927 2,927 2,762 1,104,800,000 94.36
5 Kabupaten Belitung 5,901 5,901 5,697 2,278,800,000 96.54
6 Kabupaten Belitung Timur 4,752 4,752 4,678 1,871,200,000 98.44
7 Kota Pangkalpinang 3,833 3,833 3,727 1,490,800,000 97.23
Jumlah 33,652 33,652 32,354 12,941,600,000 96.14
Sumber: PT. Pos Indonesia
Suplemen 3
120
Optim is
113.33
100 97.58
Inde k s
80 81.83
60
P e sim is
40
20
-
M ar
A pr
A gust
Ok t
M ei
Juni
Juli
Des
Des
Ja n
Fe b
Sep
N ov
2007 2008
Selama triwulan IV - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen
Pangkalpinang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga
1
barang & jasa ke depan (lihat grafik 2 dan tabel 1).
*) Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang terhadap 200 orang rumah tangga di
Pangkalpinang yang bertujuan untuk mengetahui pendapat konsumen rumah tangga terhadap kondisi perekonomian. Survey
menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen. Konsumen dikatakan optimis jika indeks
berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007 93
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 2
Pembentuk Keyakinan Konsumen 2007-2008
180
40
Ketepatan waktu pembelian
20 (konsumsi) barang tahan lama
0
Kondisi ekonomi 6 bulan yad
Jan
Feb
Mar
Apr
Sep
Okt
Agust
Des
Des
Nov
Mei
Juni
Juli
2007 2008
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007 95
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
.
PERKIRAAN EKONOMI
7 DAN INFLASI DAERAH
Grafik 7.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 97
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) Dimulainya musim panen di sub sektor tanaman
bahan makanan yang menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat
inflasi dan adanya penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli
masyarakat.
a. Sektor Pertanian
Diperkirakan kinerja sub sektor perkebunan, pada triwulan I 2009 masih akan
mengalami penurunan dibanding triwulan I 2008, terkait dengan harga komoditas
unggulan Bangka Belitung di pasar internasional yang masih belum banyak bergerak akibat
adanya krisis finansial global.
b. Sektor Pertambangan
Masih rendahnya harga komoditas juga diperkirakan masih membuat sektor
pertambangan mengalami perlambatan pertumbuhan. Selain itu perlambatan ini juga
disebabkan oleh tingginya curah hujan yang mengganggu aktivitas penambangan timah.
Bangka Belitung terus berupaya menambah kapasitas listrik di Bangka Belitung dengan
target di tahun 2010 terpasang power plant dengan total daya lebih dari 75 Mega Watt.
e. Sektor Bangunan
Sektor bangunan pada triwulan I 2009 diperkirakan mengalami sedikit perlambatan.
Perlambatan ini terkait belum pulihnya perekonomian Bangka Belitung sebagai dampak
krisis ekonomi global yang terjadi. Namun di samping itu terdapat beberapa rencana
pembangunan infrastruktur jangka panjang yaitu perlebaran jalan negara, pelebaran dan
pendalaman saluran drainase, pembangunan Bandara Depati Amir, pembangunan hotel,
pembangunan tower timah.
Selain itu peningkatan pariwisata ini juga didukung telah selesainya Jembatan
Baturusa II dan III serta Jalan Lingkar Timur Bangka yang menghubungkan kota
Pangkalpinang – Sungailiat.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 99
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
100 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
menunjukkan penurunan pada triwulan IV 2008, dari 93.00 di bulan September menjadi
89,50 di bulan Desember 2008.
Kajian
Kajian Ekonomi
Ekonomi RegionalPropinsi
Regional Propinsi Kepulauan
Kepulauan Bangka
BangkaBelitung Triwulan
Belitung IV 2008
Triwulan III 2007 101
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
pada kelompok transportasi, dengan adanya penurunan tarif angkutan umum menyusul
penurunan harga BBM bersubsidi tersebut.
Selain itu, tekanan inflasi yang berasal dari perubahan biaya juga diperkirakan akan
menurun yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang terbukti
cukup stabil pada masa krisis global dan adanya ekspektasi apresiasi Rupiah pada tahun
2009, (2) penurunan harga BBM oleh pemerintah.
5.00
Sumber tekanan inflasi pada
‐
triwulan IV 2008 diproyeksikan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I*
102 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008
DAFTAR ISTILAH
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal
Sektor ekonomi Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
Konsumen (IKK) ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
Konsumen (IHK) dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap
Konsumen ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi
(PAD) daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas
Manusia hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Volatile food Salah satu disagrerasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
Administered Price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan
Bobot inflasi Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan,
yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau
Import Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan
komersil
PDRB atas dasar harga Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan
pasar yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh
sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan
konstan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)
yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
(DPK)
Net Interest Margin Selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional
(NIM)
Loan to Deposits Ratio Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang
(LDR) dihimpun
Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam
periode tertentu
Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari
Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan
Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Administered price Kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara
keseluruhan maupun sebagian
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank,
penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing
Menurut Resiko (ATMR) aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang
diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan
kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran
bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
(CAR) Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima.
Ratio (FDR) Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)
Inflasi Adminitered Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang
Price yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan agregrat dalam
perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi masyarakat
Inflasi Volatile Food Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok
barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras)
Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama
peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu
tertentu
Kliring Debet Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik
warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja
di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai
penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral
Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara
nasional
Net Interest Income Antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga
(NII)
Non Core Deposit Dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD
(NCD) disumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10 % deposito berjangka waktu 1-3
bulan
Non Performing Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Loans/Financing
(NPLs/Ls)
Penyisihan Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya
Penghapusan Aktiva kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk
Produktif (PPAP) kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan),
sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet
(setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini
Loans/Financing juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi
(NPLs/Fs) bank ybs.
Rasio Non Performing Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan
Loans (NPLs) – NET Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan
Real Time Gross mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah
Settlement (BI RTGS) pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
Bank Indonesia (SKN-BI) akhirnya dilakukan secara nasional.