Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.Teori ini mempercayai
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkebang biak.karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan - jaringan hidup.
Salah satu isu strategis yang penting dalam penelitian genetik saat ini
ialah penelitian harus dapat secara terus menerus memperbaiki potensi
genetik dan menghasilkan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan.
Perbaikan bahan genetik melibatkan gabungan pemakaian cara pendekatan
konvensional dan modern, dengan penekanan pada aplikasi bioteknologi
dalam pelestarian plasma nutfah dan program pemuliaan. Kegiatan
penelitian dan pengembangan bioteknologi dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu mikrobiologi terapan, kultur jaringan, dan biologi molekuler. Pada
makalah ini hanya membahas kultur jaringan pada hewan dan aplikasinya.
Kultur jaringan dilakukan pertama kali pada awal abad ke-20 oleh
Gottleib Haberlandt (pada tanaman) dan Alexis Carrel (pada hewan). Kultur
jaringan komersial pertama dilakukan tahun 1920-an pada pembiakan klon
tanaman dengan media buatan untuk tunas dan pertumbuhan tanaman
anggrek. Sekitar tahun 1950-an dan 60-an terjadi kemajuan besar pada
penelitian, setelah adanya perkembangan medium buatan yang baik
(Murashige dan Skoog, 1962) kultur jaringan tanaman mulai benar-benar
dikomersialkan. Kultur jaringan merupakan istilah yang digunakan untuk
proses pertumbuhan sel secara artifisial di laboratorium
(OSMS.otago.ae.nz/main/bursary). Kultur jaringan bertujuan untuk
memanfaat-kan teknik kultur sel dan jaringan untuk perbaikan bahan
genetik. Kegiatan penelitian tersebut terutama untuk mengembangkan
teknik induksi dan regenerasi dari embrio dan protoplas, serta identifikasi
genetis yang memiliki efisiensi tinggi dalam proses regenerasi yang
merupakan bagian dari transformasi. Kultur jaringan dapat dilakukan pada
tanaman maupun hewan. Kultur jaringan menghasilkan klon-klon yang
memiliki genotif yang sama (kecuali terjadi mutasi selama proses
pembiakan). Manfaat kultur jaringan pada tanaman dan hewan berkembang
dengan modifikasi genetik menggunakan jasa virus dan bakteri sebagai
vektor dan gene guns untuk menghasilkan organisme yang memiliki susunan
genetik tertentu. Kultur jaringan membutuhkan antara lain
Setiap cawan petri ditutup dengan penutup, kemudian kultur diinkubasi pada
suhu 37.5°C dan kelembaban 80%. Embrio ayam umur 24 jam (kira-kira HH
tingkat 7-9), 48 jam (HH tingkat 12-14) dan 72 jam inkubasi (HH tingkat 19-
21) digunakan untuk percobaan mengikuti pembagian tingkat menurut
Hamberger Hamilton.
Perlakuan glukosa menghasilkan tingkat mortalitas lebih dari 70% pada
embrio muda. Berbagai cacat seperti pertumbuhan yang terlambat,
perkembangan jantung yang abnormal, makrosomia, exencephaly dan lain-
lain yang diteliti pada embrio tua sama seperti yang dilaporkan pada embrio
mamalia yang merupakan akibat kehamilan diabetik. Glukosa penyebab
cacat yang ditemukan tergantung pada konsentrasi dan tingkatnya,
ditekankan pada peran derajat hiperglisemia dan tingkat perkembangan
embrio pada anomaly pertumbuhan diabetik. Penelitian ini menjelaskan
bahwa sistem tersebut dapat digunakan untuk percobaan pada
perkembangan embrio ayam pada tahap awal dan memperkirakan pengaruh
toksisitas glukosa akut seperti yang dilaporkan pada embrio mamalia pada
kondisi hiperglisemik.
Materi yang digunakan adalah telur ayam yang telah dibuahi. Prosedur
pelaksanaannya meliputi beberapa tahapan, yang meliputi:
Sampai saat ini penggunaan katup jantung dari babi sudah rutin. Penelitian
kedokteran sekarang sedang meneliti apakah sel-sel binatang juga dapat
digunakan untuk menolong pankreas manusia memproduksi insulin. Juga
mungkin dalam waktu tidak terlalu lama menggunakan kulit dari babi untuk
menolong orang menderita luka bakar berat.
Meski sekarang belum ada yang menerima transplantasi organ jantung, hati,
atau ginjal babi, masalah xenotransplantasi sudah menjadi perdebatan
hangat. Di Jerman sekitar 11.000 orang masih menunggu untuk transplantasi
organ, padahal kemampuan mentransplantasikan organ hanya sekitar 3.000
setahun, baik di Jerman maupun Inggris. Di Amerika Serikat sekitar 53.000
orang menunggu proses transplantasi.
Penelitian yang dilakukan
Risiko xenotransplantasi
Retrovirus tidak selalu menimbulkan tanda atau gejala penyakit yang jelas
pada awalnya. Kalau ada retrovirus saat xenotransplantasi dan menginfeksi
penerima, ia dapat menyebar dan bisa menjadi pembawa infeksi pada
populasi yang luas sebelum terjadi infeksi nyata.
Primata bukan manusia (kera dan monyet) tidak baik untuk sumber
transplantasi binatang ke manusia karena hubungannya yang sangat erat ke
manusia akan meningkatkan risiko virus bertransmisi antar spesies.
Minimalisasi risiko
Suatu penelitian kecil sel pulau Langerhans fetus babi untuk diabetus tipe I
telah dilakukan pada dua pasien di Selandia Baru. Namun, penelitian
lanjutannya ditolak di Selandia Baru karena takut akan terjadinya infeksi
PERV.
Binatang transgenik
Usaha lain yang dilakukan saat ini untuk mengurangi risiko penolakan adalah
dengan mengkaji binatang transgenik. Penolakan utama pada
xenotransplantasi adalah penolakan hiperakut. Penolakan ini terjadi karena
hiperakut menolak gula galaktosa yang diproduksi babi sehingga
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah manusia.
Karena itu dengan rekayasa genetika diupayakan diperoleh babi "knock out"
yang tidak mempunyai gen galtransferase. Dengan demikian, babi tersebut
tidak dapat mensintesis enzim galactosyl transferase dan akhirnya tidak
dapat membuat galaktosa. Hasil penelitian terakhir adalah dihasilkannya
lima anak babi yang kekurangan gen galtransferase, namun hanya empat
yang tetap hidup. Sekarang sedang diusahakan menghasilkan babi yang
sama sekali tidak mengandung gen galtransferase dengan teknik hibrida
biasa.
Penelitian penting lain yang juga perlu dilakukan adalah penambahan gen
pada binatang yaitu gen penghambat komplemen (complement inhibitor
gene) dan gen yang terlibat dalam restoring koagulasi normal untuk
mencegah penolakan organ dalam jangka panjang (4). Juga mekanisme
rejeksi lainnya meliputi penolakan tipe lambat (xenograft delayed) yang
terjadi dalam beberapa hari ketika antibodi, makrofag, dan natural killer cells
menyerang organ. Rejeksi kronis T cell mediated dapat terjadi bulanan atau
tahunan.
Perkembangan terakhir
Sampai saat ini belum ada produk xenotransplantasi yang disetujui FDA
Amerika Serikat. Beberapa aplikasi telah mencapai penelitian klinik fase 3.
Tidak terdapat kejadian infeksi yang berhubungan dengan penelitian ini pada
penelitian yang dipantau FDA.