TEKNIK
MARCO SEPTIAN
0906551363
KELOMPOK 8C
1
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................1
KARTU PRAKTIKUM..................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB.1 PREPARASI SAMPEL......................................................................................................4
I.1 PEMOTONGAN (CUTTING).................................................................................4
I.2 MOUNTING...................................................................................................................5
I.3 PENGAMPELASAN (GRINDING)...............................................................................8
I.4 PEMOLESAN (POLISHING)......................................................................................10
I.5 ETSA (ETCHING)........................................................................................................12
BAB II. PERCOBAAN JOMINY................................................................................................14
BAB III. PEMBAHASAN...........................................................................................................15
III.1 PREPARASI SAMPEL...............................................................................................15
III.1.1 HASIL MOUNTING................................................................................................15
III.1.2 HASIL PENGAMPLASAN (GRINDING).............................................................15
III.1.3 HASIL PEMOLESAN (POLISHING).....................................................................17
III.1.4 HASIL ETSA (ETCHING).......................................................................................18
III.2 PENGAMATAN STRUKTUR MIKRO...............................................................19
III.2.1 HASIL FOTO SAMPEL 1................................................................................19
III.2.1.1 PEMBAHASAN ..................................................................................................19
III.2.2 HASIL FOTO SAMPEL 2................................................................................20
2
3
BAB I. PREPARASI SAMPEL
4
Flow Chart
Sampe terpotong
I.2 MOUNTING
I.2.1 Tujuaan
Percobaan ini bertujuan untuk menempatkan sampel pada suatu media, untuk
memudahkan penanganan yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel.
Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan akan sulit
untuk ditangani khususnya ketika dilakukan pengamplasan dan pemolesan akhir. Sebagai
contoh adalah spesimen yang berupa kawat, spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis,
dll. Untuk memudahkan penanganannya, maka spesimen-spesimen tersebut harus ditempatkan
pada suatu media (media mounting). Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki bahan
mounting adalah :
Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupun zat etsa)
Sifat eksoterimis rendah
5
Viskositas rendah
Penyusutan linier rendah
Sifat adhesi baik
Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel
Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk ketidakteraturan yang
terdapat pada sampel
Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan mounting harus kondusif
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis ragam
etsa yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan material palstik dan sintetik.
Materialnya dapat berupa resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana dibandingkan
bakelit, karena tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan castasble resin ini
tidak memiliki sifat mekanis yang baik/lunak sehingga kurang cocok untuk material-
material yang keras. Teknik mounting yang paling baik adalah menggunakan thermosetting
resin dengan menggunakan material bakelit. Material ini berupa bubukyang tersedia dengan
warna yang beragam.
6
Campur resin dengan 15 tetes hardener
b. Compression Mounting
7
Aktifkan pemanas
kemudian
Tuangkan bubuk bakelit dalampemanas.
lepaskan silinder secukupnya
Pasang pemanastelah
Mounting padadingin
tempatnya
Keluarkan sampel
I.3.1 Tujuan
Untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara menggosokkan sampel
pada kain abrasif / amplas.
Sampel yang baru saja dipotong atau sampel yang telah terkorosi memiliki
permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar tersebut harus diratakan agar
pengamatan struktur mudah dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas
amplas yang ukuran abrasifnya dinyatakan dengan mesh. Urutan pengamplasan harus dilakukan
dari nomor mesh yang rendah (hingga 150 mesh) ke nomor mesh yang tinggi (180 hingga 600
mesh). Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung pada kekerasan permukaan dan kedalaman
kerusakan yang ditimbulkan oleh pemotongan. Lihat tabel berikut ini:
8
Jenis alat potong Ukuran kertas amplas (grit)
untuk pengamplasan pertama
Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah pemberian air. Air berfungsi
sebagai pemindah geram, memperkecil kerusakan akibat panas yang timbul sehingga dapat
merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang masa pemakaian kertas amplas. Hal
lain yangharus diperhatikan adalah ketika melakukan perubahan arah pengamplasan, maka arah
yang baru adalah 450/900 terhadap arah sebelumnya.
9
Tambah kecepatan putaran sesuai kebutuhan
I.4.1 Tujuan
Pemolesan bertujuan untuk mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat
seperti akca tanpa gores.
Setelah di amplas sampai halus (600 grit), sampel harus dilakukan pemolesan.
Pemolesan bertujuan untuk memperoleh permukaan sampel yang halus, bebas goresan dan
mengkilap seperti cermin serta menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde 0,01 µm.
Permukaan sampel yang akan diamati dibawah mikroskop harus benar-benar rata. Apabila
permukaan sampel kasar/bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit untuk
dilakukan karena cahaya yang datang darimikroskop dipantulkan secara acak oleh permukaan
sampel. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut :
10
a. Pemolesan elektrolit kimia
Mempunyai hubungan rapat arus dan tegangan bervariasi untuk larutan elektrolit
dan material yang berbeda untuk tegangan, terbentuk lapisan tipis pada permukaan, dan hampir
tidak ada arus yang lewat, maka terjadi proses etsa. Sedangkan pada tegangan tinggi
terjadiproses pemolesan.
11
Pasang kain poles
Tambahkan pada mesin
lagi alumina jika poles
perlu
Tuangkanpemolesan
Lakukan sedikit alumina
hinggapada permukaan
diperoleh kain poles
permukaan yang
mengkilat
12
strukturnya.khusus untuk Stainless Steel karena dengan etsa kimia sulit untuk mendapatkan
detail strukturnya.
E
I (Grafik hubungan
B
rapat arus dan
(mA/cm2)
C D tegangan)
13
BAB II. PERCOBAAN JOMINY
II.1 Tujuan
14
Siapkan batang benda uji, amplas salah satu sisi batang untuk
penjejakan
15
III.1 PREPARASI SAMPEL
III.1.1 HASIL MOUNTING
Percobaan mounting ini bertujuan untuk menempatkan sampel pada suatu media untuk
memudahkan penanganan yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel.
Apabila sampel yang akan kita ujikan sudah berukuran cukup besar, maka proses mounting ini
tidak perlu dilakukan lagi. Ada 2 metode dalam melakukan mounting, yaitu Castable Mounting
dan Compression Mounting.
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis reagen etsa
yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan material plastik sintetik.
Materialnya dapat berupa resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener, atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana dibandingkan
bakelit, karena tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan castable resin ini
tidak memiliki sifat mekanis yang baik (lunak) sehingga kurang cocok untuk material-material
yang keras.
Pada saat akan memulai percobaan, kami mendapat sampel yang sudah di mounting.
Sampel yang kami dapat adalah Medium Carbon, Gear Carborizing, dan CuZn. Dari hasil
mounting yang kami dapat, hasil mounting tersebut berbentuk bulat dan di dalamnya sudah
terdapat sampel yang akan diujikan. Mounting tersebut memiliki permukaan yang tidak rata
atau disebut cacat Tacky Tops dan sedikit cacat bubbling, dan permukaan yang berkerut akibat
isolasi. Di beberapa bagian juga terdapat discoloration.
Discoloration menyebabkan permukaan sampel setelah dimounting menjadi sedikit
kekuning-kuningan akibat resin yang telah teroksidasi sehingga dapat mengakibatkan perubahan
warna pada cetakan mounting. Cacat bubbling disebabkan adanya udara yang terperangkap
pada saat pengadukan resin dengan hardener, untuk itu pengadukan harus dilakukan tidak
terlalu cepat. Sedangkan cacat tacky tops menyebabkan permukaan sampel menjadi tidak rata
akibat perbandingan antara resin dan hardener tidak rata pembagiannya. Pencegahannya dapat
berupa menyeimbangkan perbandingan antara resin dan hardener serta pengadukan yang
perlahan-lahan serta merata.
16
pengamplasan secara otomatis. Pengamplasan secara otomatis mendapatkan hasil yang lebih
optimal dan mempercepat kerja.
Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas yang ukuran butir
abrasifnya dinyatakan dengan mesh. Urutan pengamplasan harus dilakukan dari nomor mesh
yang rendah (hingga 150 mesh) ke nomor mesh yang tinggi (180 hingga 600 mesh). Ukuran grit
pertama yang dipakai tergantung pada kekasaran permukaan dan kedalaman kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemotongan.
Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah pemberian air. Air
berfungsi sebagai pemidah geram, memperkecil kerusakan akibat panas yang timbul yang dapat
merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang masa pemakaian kertas amplas. Hal lain
yang harus diperhatikan adalah ketika melakukan perubahan arah pengamplasan, maka arah
yang baru adalah 450 atau 900 terhadap arah sebelumnya.
Disamping itu, dalam proses pengamplasan, ada 2 material yang kita gunakan, yaitu
material berbahan ferrous dan non-ferrous. Untuk mengamplas material berbahan ferrous, kita
harus meletakkan sampel di pinggir kertas amplas (berada jauh dari pusat rotasi amplas) dan
untuk mengamplas bahan non-ferrous, kita meletakkan sampel di dekat pusat rotasi amplas
(bagian tengah). Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk mengurangi kemungkinan sisa
- sisa amplas benda yang lebih keras yang tertinggal di kertas amplas dapat ikut mengikis
sampel yang lebih lunak bila sampel yang lebih keras berada dekat dengan pusat rotasi.
Pada percobaan menggunakan mesin otomatis, kami menggunakan mesin amplas 1000
dan 1500, sedangkan pada pengamplasan manual, kami menggunakan amplas ukuran 200 dan
800.
Hasil yang kami lakukan pada proses pengamplasan adalah sampel yang diamplas
mengalami goresan – goresan yang cukup banyak, sehingga kami harus mengulangi proses
pengamplasan beberapa kali hingga permukaannya menjadi halus. Cara mengatasi goresan –
goresan tersebut adalah pada saat mengamplas, kita tidak boleh menekan sampel terlalu kuat ke
amplas dan juga kita harus memutar arah pengampelasan 450 atau 900 terhadap arah
sebelumnya. Namun kita tetap harus memegang sampel dengan kuat agar sampel tersebut tidak
terlempar keluar dari mesin yang berputar dengan cepat.
Berikut langkah – langkah yang kami lakukan ketika melakukan proses grinding:
• Memotong kertas amplas membentuk lingkaran
Tujuan memotong kertas amplas ini adalah agar kertas amplas melekat dengan kuat pada mesin
amplas dengan menjepit kertas pada permukaan mesin.
• Memasang kertas amplas pada mesin amplas
Kertas amplas dipasang pada mesin amplas dan pemasangan kertas amplas harus diberi air agar
kertas amplas melekat pada permukaan secara merata dan untuk menghindari friksi antara
kertas amplas dengan permukaan mesin amplas.
17
• Menyalakan mesin amplas pada kecepatan rendah, kemudian menuangkan air pada permukaan
amplas secara kontinu.
• Memegang erat sampel, kemudian meletakannya pada permukaan kertas amplas secara
kontinu.
• Mengubah arah pengampelasan 450 atau 900 terhadap arah sebelumnya.
Arah pengampelasan yang harus selalu dijaga tetap untuk satu jenis ukuran amplas dan baru
diubah secara tegak lurus terhadap arah sebelumnya ketika jenis ukuran amplas diganti.
Perubahan arah tersebut dilakukan agar alur-alur yang terjadi dapat dihilangkan.
• Mengganti dengan kertas amplas dengan grit yang lebih tinggi, hingga diperoleh permukaan
yang halus dan rata.
18
sampel meningkat yang mungkin juga ditambah dengan menjalankan mesin poles dengan
kecepatan yang terlalu tinggi.
Dari hasil sampel yang kami poles, seringkali sampel kami menjadi kusam dan ada juga
yang menjadi tidak rata. Maka dari itu harus dilakukan pengamplasan ulang lalu dipoles
kembali, namun untuk sampel yang kusam, cuku melakukan proses pemolesan hingga hasil
yang diinginkan didapat.
19
Foto Hasil Percobaan
Keterangan : Gear Carburizing
Perbesaran : 500x
Etsa : Nitrid Acid
Foto Literatur
Keterangan : Gear Carburizing
Perbesaran : 500x
Etsa : Nitrid Acid
III.2.1.1 PEMBAHASAN
Karburisasi adalah proses yang dilakukan menggunakan media karbon aktif dan
energizer 10 persen BaCO3. Proses ini berlangsung pada temperatur 950OC dengan holding
time selama 1 atau 2 jam lalu dilanjutkan furnace cooling. Hasil dari proses karburisasi
menunjukkan bahwa penambahan waktu karburasi (dari 1 jam ke 2 jam) mengakibatkan
20
terjadinya peningkatan kedalaman penetrasi karbon dari 1,05 mm menjadi 1,46 mm. Tujuan dari
proses karburising adalah untuk mengeraskan permukaan (kulit) baja hingga kedalaman
tertentu, sedangkan bagian dalamnya tetap ulet. Sebab dengan proses karburising tersebut akan
terjadi disfusi atom karbon dari media (carburizer) ke kulit baja. Difusi atom akan terjadi jika
ada beda konsentrasi. Tingkat karburisasi bergantung pada suhu dan waktu pemanasan baja.
Semakin tinggi suhu dan waktu pemanasan maka tingkat karburisasinya juga semakin besar. Ini
bisa dibuktikan dengan semakin dalamnya penetrasi atom karbon yang menembus kulit baja dan
semakin naiknya kerasan pada kulit baja tersebut.
Dari foto di atas, terlihat jelas batasnya. Bagian yang berwarna lebih gelap
menunjukkan batas karbon yang terkarburisasi. Bila dibandingkan dengan foto literature, foto
terlihat sama. Baja karburisasi banyak digunakan dalam industri otomotif. Khususnya dalam
pembuatan bodi mobil.
Etsa : FeCl3
21
Foto Literatur
Keterangan : Cu-Zn 28000
Perbesaran : 200 x
Fasa : dan
α β
III.2.2.1 PEMBAHASAN
Cu-Zn merupakan paduan yang cukup banyak dikenal orang. Nama lainnya adalah brass
atau kuningan.
Kuningan merupakan paduan antara Cu dengan Zn yang dalam hal ini memiliki kadar Zn
sebesar 30 %. Berdasarkan literatur, bagian yang berwarna kemerahan merupakan paduan
dengan kadar Zn + 30 %, sedangkan daerah yang lebih muda warnanya merupakan paduan
dengan kadar Zn yang lebih rendah.
Dilihat dari gambar kuningan memiliki dua fasa, yaitu alfa dan beta, yang berarti
kuningan tersebut adalah jenis brass. Kuningan memiliki sifat ketahanan korosi dan aus yang
lebih rendah dibanding bronze atau perunggu, tetapi memiliki mampu cor yang lebih baik. Pada
gambar diatas dapat dilihat terdapat daerah yang lebih terang dan daerah yang lebih gelap.
Daerah yang lebih gelap adalah daerah dengan kadar Zn yang lebih tinggi dan daerah yang lebih
terang adalah daerah dengan kadar Zn yang lebih rendah.
Pada diagram fasa kuningan untuk 70-30, fasa merupakan fasa yang lunak dan mudah
dikerjakan, sedangkan pada diagram fasa kuningan untuk 60-40 fasa +β mempunyai
kekuatan tinggi, dan banyak paduan dari ini yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi.
Paduan dengan kira-kira 45%Zn mempunyai kekuatan yang paling tinggi akan tetap tidak dapat
dikerjakan, jadi hanya dipergunakan untuk paduan cor. Kuningan/brass tersebut adalah jenis
22
naval brass yang memiliki ketahanan korosi yang baik, aus yang lebih rendah dari brons,
dengan mampu cor yang baik dan harga yang murah.
FOTO LITERATUR
Keterangan : Med-C AISI 1045
Perbesaran : 500x
Etsa : Nital 2%
III.2.3.1 PEMBAHASAN
23
Foto mikro diatas terlihat menyerupai dengan baja AISI 1045 yang ada di-literatur yaitu
baja AISI 1045 yang dinormalisasi dengan austenisasi pada suhu 845oC, lalu didinginkan
diudara, dan kemudian ditemper selama 2 jam pada suhu 480oC. Namun mungkin serupa seperti
pada sampel sebelumnya, sekilas terlihat bahwa fasa pearlite pada foto literatur lebih besar
dibanding foto percobaan, hal ini mungkin karena perbedaan komposisi atau mungkin juga
perbedaan perlakuan terhadap sampel untuk foto literatur dengan sampel percobaan. Fasa yang
terlihat ialah ferit yang berwarna putih dan pearlit yang berwarna hitam (gelap). Pada foto asli
terlihat butir-butir ferrite yang besar-besar dengan perbesaran juga 500x. Pada foto pearlit, sama
seperti sebelumnya, butir-butir pearlite terlihat hitam juga karena struktur perlit yang berbentuk
lamellar, dimana lamelar-lamelar tersebut sangat rapat, sehingga terlihat seperti hitam karena
perbesaran dan depth of field mikroskop tidak dapat mencapainya. Apabila depth of field-nya
tercapai, maka butir pearlit akan terlihat berlamel atau bergaris-garis.
Seperti komposisi baja pada umumnya, pada baja Med-C ini juga mengandung Mn, P
dan S, namun jumlah unsur-unsur ini bisa terbilang cukup tinggi. Unsur unsur tersebut secara
umum akan meningkatkan kekuatan dari baja, dan kemudian secara khusus adanya unsur S pada
baja ini menbuat baja ini lebih mudah untuk dilakukan proses machining.
Baja Med-C memiliki komposisi struktur ferrit dan pearlit. Ferit merupakan fasa yang
memiliki kekuatan yang rendah dan memiliki struktur kristal BCC (Body Centered Cubic).
Apabila ferit memiliki ukuran butir yang halus, maka material akan memiliki keuletan dan
mampu bentuk yang baik. Fasa perlit merupakan campuran dari ferit dan sementit, dimana 2
fasa ini adalah hasil transformasi dari fasa austenit. Pembentukan fasa pearlit memerlukan
pendinginan lambat dari daerah austenit.
Hasil foto yang diambil terlihat ada sebagian gambar foto yang terlihat agak kurang
fokus, pada bagian pinggir foto. Kemungkinan terjadinya ketidakfokusan ini disebabkan oleh
permukaan sampel yang cembung. Permukaan yang cembung ini mungkin terjadi karena ketika
sewaktu pengamplasan atau pemolesan sampel uji tidak dilakukan dengan prosedur yang benar.
Namun secara umum, gambar struktur yang terbentuk sangat jelas dan mudah untuk
diidentifikasi.
Aplikasi dari baja Med-C ini biasanya digunakan sebagai roda dan rel kereta api, gears,
crankshaft dan bagian mesin lainnya, yang pada prinsipnya merupakan struktur yang
membutuhkan kombinasi ketangguhan yang tinggi, ketahanan aus, dan kekuatan.
24
d (diameter Jarak dari
Titik ke- X(mm) Y(mm) BHN
indentor) End-Quench
Contoh perhitungan yang diambil dari salah satu data yang ada:
Diketahui:
X = 0.617 mm
Y = 0.530 mm
d = (0.617+0.530)2=0.5735 mm
BHN=2PπD(D-D2-d2
2×187.53.14×3.2(3.2-3.22-0.57352=720.335 BHN
25
Proses kombinasi pemanasan dan pendinginan yang bertujuan mengubah struktur mikro
dan sifat mekanis logam disebut perlakuan panas (heat treatment). Pengujian Jominy ini telah
distandardisasikan oleh ASTM, SAE, dan AISI. Setelah sampel dipanaskan hingga 900 0C,
sampel akan didinginkan dalam air yang mengalir. Sampel akan merespon pendinginan yang
diperlukan. Bagian bawah sampel yang dialiri air mengalir akan mengalami pendinginan paling
cepat dan bagian bawah tersebut akan terbentuk fase martensit hingga bagian atas adalah fase
ferrit. Fase martensit menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki tingkat kekerasan paling
keras. Sebaliknya fase ferrit menunjukkan tingkat kekerasan yang paling lunak di antara fase
lainnya.
Logam yang didinginkan dengan kecepatan dan media pendingin berbeda memberikan
perubahan struktur mikro yang berbeda pula. Setiap struktur mikro yang terbentuk (martensit,
bainit, ferit dan perlit) merupakan hasil transformasi fasa austenit. Tiap fasa tersebut terbentuk
pada kondisi pendinginan yang berbeda-beda sebagaimana yang dapat dilihat pada diagram
CCT dan TTT. Tiap fasa memiliki nilai kekerasan yang berbeda-beda. Dengan pengujian
Jominy (jominy test) dapat dibuktikan bahwa laju pendinginan yang berbeda-beda akan
menghasilkan kekerasan bahan yang berbeda. Pada percobaan ini, sampel dipanaskan hingga
suhu austenit, selanjutnya didinginkan secara merata, lalu dihitung nilai kekerasannya. Nilai
kekerasan berbanding lurus dengan jarak dari tempat berakhirnya quenced. Makin lambat laju
pendinginan logam, makin banyak matriks perlit yang ditampilkan dan kekerasan makin turun.
Berikut adalah perbedaan grafik literatur dengan grafik percobaan jominy yang kami
lakukan.
26
GRAFIK LITERATUR
Dapat dilihat pada grafik percobaan yang kami lakukan dengan grafik literatur
menunjukkan gambar yang hampir sama. Yang berarti proses yang telah kami lakukan sudah
benar. Namun apabila ada perbedaan antara grafik percobaan dan grafik literatur, maka sudah
pasti ada kesalahan dalam proses yang telah dilakukan. Pada grafik tersebut menunjukkan
bahwa sampel memiliki kekerasan yang berbeda seiring dengan laju pendinginan. Semakin jauh
jarak indentasi dari end-quench, maka kekerasannya pun semakin lemah.
27
BAB IV. KESIMPULAN & SARAN
IV.1 KESIMPULAN
IV.1.1 PREPARASI SAMPEL
IV.1.1.1 MOUNTING
Proses mounting hanya dilakukan jika sampel yang akan diuji berukuran sangat kecil.
Media mounting yang dipilih harus sesuai dengan material dan jenis ragam etsa yang akan
digunakan. Dalam melakukan proses mounting, kita harus memperhatikan hal – hal yang dapat
menyebabkan cacat pada mounting seperti bubble, tacky tops, dan discoloration.
28
IV.2 SARAN
Saran saya terhadap praktikum ini adalah sebaiknya proses mounting dilakukan oleh
mahasiswa agar semua proses dari preparasi sampel dapat kita lakukan dan kita dapat dengan
jelas mengetahui semua proses ini. Namun secara keseluruhan, percobaan ini sudah sangat
membantu para mahasiswa dalam pengamatan struktur beberapa sampel.
29
DAFTAR PUSTAKA
30