Kalkulus Pada
Perhitungan
pH,pOH,dan
pKw dalam
Asam-Basa
Comics Holic
Remember December
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini ialah:
1. Dapat mengetahui mengenai asam basa dan menjelaskan asam-basa menurut
Arrhenius
2. Dapat menjelaskan hubungan serta konsep pH, pOH, dan pKw pada kalkulus
3. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai aplikasi logaritma dan eksponen
pada kalkulus.
4. Untuk mengetahui aplikasi kalkulus pada perhitungan pH, pOH, dan wpK dalam
Asam-Basa.
2
BAB II
APLIKASI KALKULUS PADA PERHITUNGAN
pH, pOH, dan pKw DALAM ASAM-BASA
3
mengubah pangkat egatif (dari) sepuluh menjadi suatu bilangan positif yang kecil. pH
suatu larutan didefinisikan sebagai:
1
pH = -log [ H+ ] = log
atau [ H+ ] = 10-pH
[H ]
Jika [ H+ ]= 1 x 10-n , maka pH = n
Jika [ H+ ]= x x 10-n , maka pH = n – log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [ H+ ]= 1 x 10-n
Sejauh mana derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dinyatakan secara
lengkap dan ringkas oleh harga pH-nya:
Jika pH 7,0 ; larutan itu netral
Jika pH dibawah 7,0 ; larutan itu basa
Jika pH di atas 7,0 ; larutan itu basa
Makin kecil harga pH, maka makin asam larutan itu. Suatu pH sebesar 4,4
menyatakan larutan yang lebih asam daripada pH sebesar 4,5. Sebaliknya, harga pH
yang tinggi, berarti larutan yang lebih basa. Suatu pH sebesar 10,7 menyatakan
larutan lebih bersifat basa daripada suatu pH 10,6.
pOH
Analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H+), konsentrasi
ion OH- juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama. Untuk konsentrasi ion OH-
digunakan pOH, minus logaritma [OH- ]. Diperoleh suatu hubungan
pH = -log [OH-]
Tetapan Kesimbangan Air (Kw)
Air murni merupakan suatu elektrolit yang sangat lemah. Dengan menggunakan
alat amperemeter, yang sangat peka, hantaran arus listrik yang sangat lemah dapat
dideteksi. Air murni mengalami ionisasi menghasilkan ion H+ dan ion OH- dalam
jumlah yang sangat kecil menurut ketetapan kesetimbangan sebagai berikut:
4
Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc dengan
[H2O]merupakan suatu konstanta yang disebut tetapan kesetimbangan air atau
tetapan autoprotolisis air (Kw).
Kw = [ H+ ] . [OH-]
Hubungan H+ dan OH-
Dalam air murni, konsentrasi ion [ H+ ] = [OH-] = Kw
a n axaxaxa .... xa
n faktor
5
Sifat-Sifat Eksponen
1. a m xa n a m n
8 y3
= -8. x2-5 . y-3+6 = -8.x-3.y3 =
x3
am
2. amn
an
1 5
1 5 1 5 2 5 3
1 1
Jawab :x :x 3 6
=x 3 6 =x 6 6 =x 6
= 1
x
x 2
3. a m n
a m.n
4
12 1
.4
Jawab
: ( x ) = x x 2 x2
4
4. a m
.a n
p
a m. p .a n. p
Jawab
: x2. y3
4
x 2.4 . y 3.4 x8 . y12
p
am a m. p
5. n n. p
a a
6
4
x
Contoh : Tentukan nilai dari 3
y
4 1
4 2
x x 2 x x1 2 x2
Jawab : 3 = 3 =
y3 = =
y y y3 2 y6
p
m n
6. a p m.n a p a m.n
4 3
Contoh : Tentukan nilai dari a2
2 1
4 3 2 43 2 12 2 6
Jawab : a = a = a =a 12
=a =
6
a
contoh :
1. Ö(82x-3) = (32x+1)1/4
(23)(2x-3)1/2 = (25)(x+1)1/4
2(6x-9)/2 = 2(5x-5)/4
(6x-9)/2 = (5x-5)/4
24x-36 = 10x+10
14x = 46
x = 46/14 = 23/7
2. 3x²-3x+2 + 3x²-3x = 10
3².3x²-3x+3x²-3x = 10
7
9. 3x²-3x + 3x²-3x = 10
10. 3x²-3x = 10
3x² - 3x = 30
x² - 3x = 0
x(x-3) = 0
x1 = 0 ; x2 = 3
1. 22x + 2 - 2 x+2 + 1 = 0
22.22x - 22.2x + 1 = 0
Misalkan : 2x = p
22x = (2x)² = p²
4p² -4p + 1 = 0
(2p-1)² = 0
2p - 1 = 0
p =1/2
2x = 2-1
x = -1
2. 3x + 33-x - 28 = 10
3x + 33/3x - 28 = 10
misal : 3x = p
p + 27/p - 28 = 0
p² - 28p + 27 = 0
(p-1)(p-27) = 0
p1 = 1 ® 3x = 30
x1 = 0
p2 = 27 ® 3x = 33
x2 = 3
8
B. af(x) = bf(x) ® f(x) = 0
Contoh:
3x²-x-2 = 7x²-x-2
x² - x -2 = 0
(x-2)(x+1) = 0
x1 = 2 ; x2 = -1
Contoh:
4x-1 = 3x+1
(x-1)log4 = (x+1)log3
xlog4 - log4 = x log 3 + log 3
x log 4 - x log 3 = log 3 + log 4
x (log4 - log3) = log 12
x log 4/3 = log 12
x log 4/3 = log 12
x = log 12/ log 4/3 = 4/3 log 12
9
3. Bilangan pokok f(x) = -1
Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x)=-1 , maka nilai
pangkatnya yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus genap atau kedua-duanya
harus ganjil.
ket :
g(x) dan h(x) Genap : (-1)g(x) = (-1)h(x) = 1
g(x) dan h(x) Ganjil : (-1)g(x) = (-1)h(x) = -1
Contoh:
1. Pangkat sama
3x - 2 = 2x + 3 ® x1 = 5
2. Bilangan pokok = 1
x² + 5x + 5 = 1
x² + 5x + 4 = 0 ® (x-1)(x-4) = 0 ® x2 = 1 ; x3 = 4
3. Bilangan pokok = -1
x² - 5x + 5 = -1
x² - 5x + 6 = 0 ® (x-2)(x-3) = 0 ® x = 1 ; x = 4
4. Bilangan pokok = 0
x² - 5x + 5 = 0 ® x5,6 = (5 ± Ö5)/2
10
kedua-duanya
duanya memenuhi syarat, karena :
g(2 1/2 ± 1/2 Ö5) > 0
h(2 1/2 ± 1/2 Ö5) > 0
2.3.2 Logaritma
Misalnya : 23 = 8 2log 8 = 3
Secara umum dapat ditulis bahwa :
Penulisan logaritma alog c akan mempunyai arti atau terdefinisi apabila a > 00, a ≠ 1
dan c > 0. dalam hal ini, a disebut basis atau bilangan pokok logaritma dan c
disebut nilai yang dilogaritmakan.
dilogaritmakan Bila basis logaritma adalah 10 maka basis
tersebut umumnya tidak ditulis, misalnya 10log 5 = log 5.
Perhatikan grafik di bawah ini
11
Grafik logaritma terhadap basis yang berbeda. merah adalah terhadap basis e, hijau
adalah terhadap basis 10, dan ungu adalah terhadap basis 1.7. Perhatikan bahwa grafik
logaritma terhadap basis yang berbeda selalu melewati titik (1,0)
Rumus-Rumus Logaritma
1. a
log1 0
Jawab : 2 log 1 =0
2. a
log a 1
Jawab : 2 log 2 1
3. a
log 1
a
Jawab : 2 log 2 = -1
4. a
log a b b
12
1 1 2
1
Jawab : log 4 = log
2 2
2
2
5. a
log b a log c a log bc
b
6. a
log b a log c a log
c
10
Jawab : log 5 = log log10 log 2 1 log 2
2
7. a a log b b
Jawab : 2 2 log 3 =3
c
log b
8. a
log b c
log a
a
log 2
Contoh : Tentukan nilai dari a
log 8
a
log 2 8 1 1
Jawab : a
= log 2` 8
log 8 3
log 8 3
1
9. a
log b b
log a
13
2
log 2 1
Jawab : 8 log 2 = 2
log 8 3
d
ac da
10. log b d a log b c . log b, c 0
c
1
2 3
Jawab : 4 log 8 = 2 log 23 2 log 2 2
2
Kegunaan logaritma
Sifat-sifat
sifat diatas membuat penghitungan dengan eksponen menjadi lebih mudah,
dan penggunaan logaritma sangat penting, terutama sebelum tersedianya kalkulator
sebagai hasil perkembangan teknologi modern.
Untuk mengkali dua angka, yang diperlukan adalah melihat logaritma masing-
masing
masing angka dalam tabel, menjumlahkannya, dan melihat antilog jumlah tersebut
dalam tabel. Untuk mengitung pangkat atau akar dari sebuah bilangan, logaritma
bilangan tersebut dapat dilihat di tabel, lalu hanya mengkali atau membagi dengan
radix pangkat atau akar tersebut.
15
dimana ln adalah logaritma natural, yaitu logaritma yang berbasis e. Jika b = e, maka
rumus diatas dapat disederhanakan menjadi
Nilai logaritma dengan basis b dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.
16
2.4 Aplikasi Kalkulus dalam perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam Asam-Basa
2.4.1 Eksponen
Notasi eksponen yaitu sebuah bilangan dinyatakan sebagai bagian desimal yang
dikalikan dengan 10 yang diberi pangkat yang tepat.
Contoh :
200 = 2 x 10 x 10 = 2 x 102
205000 = 2,,05 x 100000 = 2,05 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 = 2,05 x 105
Jika tanda desimal dipindahkan ke kiri maka eksponen pada 10 betranda positif,
sedangkan jika tanda desimal dipindahkan ke kanan eksponen pada 10 bertanda
negatif.
Contoh :
205000 = 2,05 x 105
0,000000315 = 3,15 x 10-7
1. Perkalian pada eksponen
Pada perkalian, bagian desimal dari bilangan itu dikalikan, dan eksponen pada 10
ditambahkan secara aljabar.
Contoh :
(2,0 x 104) x (3,0 x 103) = (2,0 x 3,0) x 10(4+3 = 6,0 x 107
(4,0 x 108) x (-2,0 x 10-5) = [4,0 x (-2,0)] x 10[8+(-5)} = -8,0 x 103
2. Pembagian pada eksponen
Bagian desimal dibagi, dan eksponen pada 10 dalam penybut dikurangkan secara
aljabar dari eksponen pada 10 dalam pembilang.
Contoh :
8,0 107 8,0
= x 10(7-3) = 2,0 x 104
4,0 10 3
4,0
Dalam mengubah suatu bilangan dari suatu bentuk ke bentuk lain salah satu
bagian bilangan diperbesar, sedangkan bagian lainnya diperkecil.
Contoh :
100 106
8,25 x 106 = (8,25 x 100) 2 = 825 x 10
4
100 10
3. Penambahan dan penguran pada eksponen
17
Untuk melakukan penambahan dan pengurangan, mula-mula setiap kuantitas
harus dituliskan dengan pangkat yang sama dari 10 kemudian dilakukan pada bagian
desimalnya (pangkat dari 10 itu tetap sama).
Contoh :
(2,17 x 105) + (3,0 x 104) =
Jawab :
2,17 105 21,7 104
0,30 105 3,0 10 4
atau
2,47 105 24,7 104
2.4.2 Logaritma
Karena logaritma merupakan sebuah eksponen, maka ketika kita melakukan
operasi matematika, aturan yang berlaku pada eksponen juga berlaku pada logaritma.
Perkalian (tambahan eksponen, tambahan logaritma), pembagian (kurangkan
eksponen, kurangkan logaritma).
Contoh :
Untuk perkalian :
103 x 104 = 103+4 = 107
18
2.4.3 Aplikasi dalam Soal
1. Berapakah konsentrasi ion OH- dalam larutan jika konsentrasi ion H+ = 2 x 10-3 ?
(diketahui Kw= 1. 10-14)
Jawab:
Dalam larutan berair berlaku: [ H+ ] . [OH-] = 1. 10-14
Jika [ H+ ] = 2 x 10-3, maka (2 x 10-3) [OH-] = 1. 10-14
- 1x1014
[OH ] = 3
5 x10 12
2 x10
2. Berapakah pH dari Ba(OH)2 0,001 M ?
Jawab:
Ba(OH)2 (aq) → Ba2+ (aq) + 2OH- (aq)
[OH-] = 2 x [Ba(OH)2]
= 2 x 0,001 M
= 2 x 10-3
pOH = -log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH = 11 + log 2
3. Hitunglah pH larutan 0,050 M natrium hidroksida, NaOH!
Karena NaOH adalah basa kuat, dapatt diandaikan bahwa NaOH 0,050 M adaalah
0,050 atau 5,0 x 10-2 M adalah ion OH-. Sebelum menghitung pH, mula-mula
dicari konsentrasi H+ :
Kw = [ H+ ] . [OH-]
1. 10-14 = [ H+ ] (5,0 x 10-2)
1,0 x1014
[ H+ ] = 2,0 x1013 M
5,0 x10 2
Kemudian pH dihitung dengan cara yang lazim:
pH = -log [ H+ ]
= -log ( 2,0 x10 13 ) = -log 2,0 – log 10-13
= -log 2,0 – (-13) = 13 – log 2,0 = 13 – 0,30 = 12,70
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa logaritma dan eksponen
merupakan prosedur perhitungan dan pengaplikasian kalkulus untuk kimia dasar
khususnya pada perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam asam-basa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Akhril. 1984. Mengerti Kimia 1. Bandung: Bumi Siliwangi Mengabdi (BSM).
Ahmad, Hiskia. 1990. Kimia Larutan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Anshory, Irfan dan Hiskia Achmad. 2003. Kimia SMU Untuk Kelas 3.
Jakarta:Erlangga.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Day, R.A dan Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
http: // free. Vlsm.org./v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Matematika/0359
% 20 Mat % 202-16.htm
id. Wikipedia. Org/wiki/logaritma-31k
Keenan dkk. 1996. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Primagama. 1999. Modul Belajar Kimia. Yogyakarta: Primagama.
Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2003. Kimia 2000. Jakarta: Erlangga
Respati. 1981. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Prineka Cipta.
Simangunsong, Wilson. 1991. Matematika Dasar . Jakarta: Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sutresna, Nana dan Dindin Solehudin. 2003. Kimia. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Sutresna, Nana. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Tim Kimia. 1994. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira.
Wahyudin. 1989. Matematika. Bandung: Epsilon Group.
21