Anda di halaman 1dari 22

Aplikasi

Kalkulus Pada
Perhitungan
pH,pOH,dan
pKw dalam
Asam-Basa
Comics Holic

Remember December
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yang melatarbelakangi penyusun menyusun makalah ”Aplikasi Kalkulus
pada Perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam Asam-Basa” ini antara lain
sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah, khususnya Kalkulus.
2. Menambah serta mengasah wawasan dan pengetahuan mengenai kalkulus
bagi penyusun, khususnya, serta seluruh mahasiswa, pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asam dan basa? Jelaskan asam-basa menurut
teori Arrhenius!
2. Jelaskan hubungan serta konsep pH, pOH, dan pKw pada kalkulus!
3. Bagaimana aplikasi logaritma dan eksponen dalam kalkulus ?
4. Bagaimana aplikasi kalkulus pada Perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam
Asam-Basa ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini ialah:
1. Dapat mengetahui mengenai asam basa dan menjelaskan asam-basa menurut
Arrhenius
2. Dapat menjelaskan hubungan serta konsep pH, pOH, dan pKw pada kalkulus
3. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai aplikasi logaritma dan eksponen
pada kalkulus.
4. Untuk mengetahui aplikasi kalkulus pada perhitungan pH, pOH, dan wpK dalam
Asam-Basa.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini antara lain:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
2.1 Asam dan Basa
2.1.1 Asam
2.1.2 Basa
2.1.3 Teori Asam-Basa Arrhenius
2.2 Konsep pH, pOH, dan pKw
2.2.1 pH
2.2.2 pOH
2.2.3 Tetapan Kesimbangan Air (Kw)
2.2.4 Hubungan H+ dan OH-
2.2.5 Hubungan pH dan pOH
2.3 Konsep Eksponen dan Logaritma dalam Kalkulus
2.3.1 Eksponen
2.3.2 Logaritma
2.4 Aplikasi Kalkulus pada perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam Asam-
Basa
2.4.1 Eksponen
2.4.2 Logaritma
2.4.3 Aplikasi dalam Soal
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
APLIKASI KALKULUS PADA PERHITUNGAN
pH, pOH, dan pKw DALAM ASAM-BASA

2.1 Asam dan Basa


2.1.1 Asam
Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu ”acetum”yang berarti cuka. Larutan
asam memiliki rasa dan bau asam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, da
berbagai bahan lain).
2.1.2 Basa
Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Larutan basa
berasa agak pahit dan bersifat kaustik (merusak kulit dan licin, seperti sabun).
2.1.3 Teori Asam-Basa Arrhenius
Teori asam-basa Arrhenius mendasari peerhitungan kekuatan asam-basa. Teori
ini dikemukakan oleh ilmuwan Swiss, Svante Arrhenius pada tahun 1807. Menurut
Arrhenius, senyawa asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air
menghasilkan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam
Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai
berikut:
HxZ → xH+ (aq) + Zx - (aq)
Sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalm air
menghasilkan ion OH+. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat
dirumuskan sebagai M(OH)x , dan dalam air mengion sebagai berikut:
M(OH)x (aq) → Mx+ (aq) + xOH- (aq)

2.2 Konsep pH, pOH, dan pKw


2.2.1 pH
Untuk mempermudah menyatakan konsentrasi ion hidrogen dari larutan asam,
basa, dan netral yang encer digunakan pH. Konsep pH ini diperkenalkan oleh ahli
kimia Denmark, Sorensen pada tahun 1909. Huruf p ini berasal dari potenz (Jerman),
puissance (Perancis), power (Inggris). pH didefinisikan sedemikian rupa sehingga

3
mengubah pangkat egatif (dari) sepuluh menjadi suatu bilangan positif yang kecil. pH
suatu larutan didefinisikan sebagai:
1
pH = -log [ H+ ] = log 
atau [ H+ ] = 10-pH
[H ]
Jika [ H+ ]= 1 x 10-n , maka pH = n
Jika [ H+ ]= x x 10-n , maka pH = n – log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [ H+ ]= 1 x 10-n
Sejauh mana derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dinyatakan secara
lengkap dan ringkas oleh harga pH-nya:
Jika pH 7,0 ; larutan itu netral
Jika pH dibawah 7,0 ; larutan itu basa
Jika pH di atas 7,0 ; larutan itu basa
Makin kecil harga pH, maka makin asam larutan itu. Suatu pH sebesar 4,4
menyatakan larutan yang lebih asam daripada pH sebesar 4,5. Sebaliknya, harga pH
yang tinggi, berarti larutan yang lebih basa. Suatu pH sebesar 10,7 menyatakan
larutan lebih bersifat basa daripada suatu pH 10,6.
pOH
Analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H+), konsentrasi
ion OH- juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama. Untuk konsentrasi ion OH-
digunakan pOH, minus logaritma [OH- ]. Diperoleh suatu hubungan
pH = -log [OH-]
Tetapan Kesimbangan Air (Kw)
Air murni merupakan suatu elektrolit yang sangat lemah. Dengan menggunakan
alat amperemeter, yang sangat peka, hantaran arus listrik yang sangat lemah dapat
dideteksi. Air murni mengalami ionisasi menghasilkan ion H+ dan ion OH- dalam
jumlah yang sangat kecil menurut ketetapan kesetimbangan sebagai berikut:

H2 O H+ (aq) + OH- (aq)

Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah


[ H  ][OH  ]
Kc 
[ H 2O ]

4
Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc dengan
[H2O]merupakan suatu konstanta yang disebut tetapan kesetimbangan air atau
tetapan autoprotolisis air (Kw).
Kw = [ H+ ] . [OH-]
Hubungan H+ dan OH-
Dalam air murni, konsentrasi ion [ H+ ] = [OH-] = Kw

Pada suhu kamr (sekitar 25º C), Kw = 1,00 x 10-14, maka


14
[ H+ ] = [OH-] = 1x10
= 1 x 10-7 mol L-1
Dalam larutan berair : [ H+ ] x [OH-]= Kw
Dalam air murni (larutan netral) : [ H+ ] = [OH-]
Dalam larutan asam : [ H+ ] > [OH-]
Dalam larutan basa : [ H+ ] < [OH-]
Hubungan pH dan pOH
Hubungan antara pH dan pOH dapat diturunkan dari persamaan tetapan
keseimbangan air (Kw). Karena pada suhu 25º C, Kw = [ H+ ] . [OH-] = 1,00 x 10-14,
maka diperoleh:
-log [ H+ ] . -log [OH-] = -log Kw
pH + pOH = pKw
pH + pOH =14,00

2.3 Konsep Eksponen dan Logaritma dalam Kalkulus


2.3.1 Eksponen

Bentuk an adalah bentuk eksponensial atau perpangkatan, dengan a disebut basis


atau bilangan pokok dan n disebut eksponen. Persamaan eksponen adalah persamaan
yang didalamnya terdapat pangkat yang berbentuk fungsi dalam x (x sebagai
peubah).

a n  axaxaxa .... xa

n faktor

5
Sifat-Sifat Eksponen

1. a m xa n  a m  n

Contoh : Tentukan nilai dari (2x2.y-3) (-4x-5.y6)

Jawab : (2x2.y-3) (-4x-5.y6) = 2.(-4).x2.x-5.y-3.y6

 8 y3
= -8. x2-5 . y-3+6 = -8.x-3.y3 =
x3

am
2.  amn
an

1 5

Contoh : Tentukan nilai dari x 3 : x 6

1 5 1 5 2 5 3
   1 1
Jawab :x :x 3 6
=x 3 6 =x 6 6 =x 6
= 1

x
x 2

3. a  m n
 a m.n

Contoh : Tentukan nilai dari ( x ) 4

4
 12  1
.4
Jawab  
: ( x ) =  x   x 2  x2
4

 

4. a m
.a n 
p
 a m. p .a n. p

: Tentukan nilai dari x 2 .y 3 


4
Contoh

Jawab 
: x2. y3 
4
 x 2.4 . y 3.4  x8 . y12

p
 am  a m. p
5.  n   n. p
a  a

6
4
 x 
Contoh : Tentukan nilai dari  3 

 y 

4  1
 4  2
 x   x 2   x  x1  2 x2
Jawab :  3  =   3   =  
 y3  = =
 y   y     y3  2 y6
 

p
m n
6. a p  m.n a p  a m.n

4 3
Contoh : Tentukan nilai dari a2

2 1
4 3 2 43 2 12 2 6
Jawab : a = a = a =a 12
=a =
6
a

Bentuk-Bentuk Persamaan Eksponen

A. af(x) = ag(x) ® f(x) = g(x)

® Samakan bilangan pokoknya sehingga pangkatnya dapat disamakan.

contoh :

2 suku ® suku di ruas kanan, 1 suku di ruas kiri

1. Ö(82x-3) = (32x+1)1/4
(23)(2x-3)1/2 = (25)(x+1)1/4
2(6x-9)/2 = 2(5x-5)/4
(6x-9)/2 = (5x-5)/4
24x-36 = 10x+10
14x = 46
x = 46/14 = 23/7

2. 3x²-3x+2 + 3x²-3x = 10
3².3x²-3x+3x²-3x = 10

7
9. 3x²-3x + 3x²-3x = 10
10. 3x²-3x = 10
3x² - 3x = 30
x² - 3x = 0
x(x-3) = 0
x1 = 0 ; x2 = 3

3 suku ® gunakan pemisalan

1. 22x + 2 - 2 x+2 + 1 = 0
22.22x - 22.2x + 1 = 0
Misalkan : 2x = p
22x = (2x)² = p²
4p² -4p + 1 = 0
(2p-1)² = 0
2p - 1 = 0
p =1/2
2x = 2-1
x = -1

2. 3x + 33-x - 28 = 10
3x + 33/3x - 28 = 10
misal : 3x = p
p + 27/p - 28 = 0
p² - 28p + 27 = 0
(p-1)(p-27) = 0
p1 = 1 ® 3x = 30
x1 = 0
p2 = 27 ® 3x = 33
x2 = 3

8
B. af(x) = bf(x) ® f(x) = 0

Bilangan pokok berbeda, pangkat sama. Pangkatnya = 0.

Contoh:

3x²-x-2 = 7x²-x-2
x² - x -2 = 0
(x-2)(x+1) = 0
x1 = 2 ; x2 = -1

C. af(x) = bf(x) ® f(x) log a = g(x) log b

Bilangan pokok berbeda, pangkat berbeda. Diselesaikan dengan menggunakan


logaritma.

Contoh:

4x-1 = 3x+1
(x-1)log4 = (x+1)log3
xlog4 - log4 = x log 3 + log 3
x log 4 - x log 3 = log 3 + log 4
x (log4 - log3) = log 12
x log 4/3 = log 12
x log 4/3 = log 12
x = log 12/ log 4/3 = 4/3 log 12

D. f(x) g(x) = f(x) h(x)

® Bilangan pokok (dalam fungsi) sama, pangkat berbeda.Tinjau beberapa


kemungkinan.

1. Pangkat sama g(x) = h(x)

2. Bilangan pokok f(x) = 1 ket: 1g(x) = 1h(x) = 1

9
3. Bilangan pokok f(x) = -1
Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x)=-1 , maka nilai
pangkatnya yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus genap atau kedua-duanya
harus ganjil.

ket :
g(x) dan h(x) Genap : (-1)g(x) = (-1)h(x) = 1
g(x) dan h(x) Ganjil : (-1)g(x) = (-1)h(x) = -1

4. Bilangan pokok f(x) = 0


Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x) = 0, maka nilai pangkatnya
yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus positif.

ket : g(x) dan h(x) positif ® 0g(x) = 0h(x) = 0

Contoh:

(x² + 5x + 5)3x-2 = (x² + 5x + 5)2x+3

1. Pangkat sama
3x - 2 = 2x + 3 ® x1 = 5

2. Bilangan pokok = 1
x² + 5x + 5 = 1
x² + 5x + 4 = 0 ® (x-1)(x-4) = 0 ® x2 = 1 ; x3 = 4

3. Bilangan pokok = -1
x² - 5x + 5 = -1
x² - 5x + 6 = 0 ® (x-2)(x-3) = 0 ® x = 1 ; x = 4

g(2) = 4 ; h(2) = 7 ; x=2 tak memenuhi karena (-1)4 ¹ (-1)7


g(3) = 7 ; h(3) = 9 ; x4 = 3 memenuhi karena (-1)7 = (-1)9 = -1

4. Bilangan pokok = 0
x² - 5x + 5 = 0 ® x5,6 = (5 ± Ö5)/2

10
kedua-duanya
duanya memenuhi syarat, karena :
g(2 1/2 ± 1/2 Ö5) > 0
h(2 1/2 ± 1/2 Ö5) > 0

Harga x yang memenuhi persamaan diatas adalah


adal :
HP : { x | x = 5,1,4,3,2 1/2 ± 1/2 Ö5}

2.3.2 Logaritma

Bentuk perpangkatan dapat ditulis dalam bentuk logaritma.


logaritma Logaritma merupakan
operasi matematika yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan
pemangkatan.

Misalnya : 23 = 8  2log 8 = 3
Secara umum dapat ditulis bahwa :

Jika ab = c dengan a > 0 dan a ≠ 1 maka alog c = b

Penulisan logaritma alog c akan mempunyai arti atau terdefinisi apabila a > 00, a ≠ 1
dan c > 0. dalam hal ini, a disebut basis atau bilangan pokok logaritma dan c
disebut nilai yang dilogaritmakan.
dilogaritmakan Bila basis logaritma adalah 10 maka basis
tersebut umumnya tidak ditulis, misalnya 10log 5 = log 5.
Perhatikan grafik di bawah ini

11
Grafik logaritma terhadap basis yang berbeda. merah adalah terhadap basis e, hijau
adalah terhadap basis 10, dan ungu adalah terhadap basis 1.7. Perhatikan bahwa grafik
logaritma terhadap basis yang berbeda selalu melewati titik (1,0)

Rumus dasar logaritma:

bc= a ditulis sebagai blog a = c (b disebut basis)

Beberapa orang menuliskan blog a = c sebagai logba = c.

Rumus-Rumus Logaritma
1. a
log1  0

Contoh : Tentukan nilai dari 2 log 1

Jawab : 2 log 1 =0

2. a
log a  1

Contoh : Tentukan nilai dari 2 log 2

Jawab : 2 log 2  1

3. a
log  1
a

Contoh : Tentukan nilai dari 2 log 2

Jawab : 2 log 2 = -1

4. a
log a b  b

Contoh : Tentukan nilai dari log 4


2

12
1 1 2
1
Jawab : log 4 = log 
2 2
 2
2

5. a
log b  a log c  a log bc

Contoh : Tentukan nilai dari log 20

Jawab : log 20 = log 2.10 = log 2 + log10 = log 2 + 1

b
6. a
log b  a log c  a log
c

Contoh : Tentukan nilai dari log 5

10
Jawab : log 5 = log  log10  log 2  1  log 2
2
7. a a log b  b

Contoh : Tentukan nilai dari 2 2 log 3

Jawab : 2 2 log 3 =3

c
log b
8. a
log b  c
log a

a
log 2
Contoh : Tentukan nilai dari a
log 8

a
log 2 8 1 1
Jawab : a
= log 2` 8
log 8 3 
log 8 3

1
9. a
log b  b
log a

Contoh : Tentukan nilai dari 8 log 2

13
2
log 2 1
Jawab : 8 log 2 = 2

log 8 3

d
ac da
10. log b d  a log b c  . log b, c  0
c

Contoh : Tentukan nilai dari 4 log 8

1
2 3
Jawab : 4 log 8 = 2 log 23  2 log 2 2 
2

Kegunaan logaritma

Logaritma sering digunakan untuk memecahkan persamaan yang pangkatnya


tidak diketahui. Turunannya mudah dicari dan karena itu logaritma sering digunakan
sebagai solusi dari integral. Dalam persamaan bn = x, b dapat dicari dengan
pengakaran, n dengan logaritma, dan x dengan fungsi eksponensial.

Sains dan teknik

Dalam sains, terdapat banyak besaran yang umumnya diekspresikan dengan


logaritma. Sebabnya, dan contoh-contoh yang lebih lengkap, dapat dilihat di skala
logaritmik.

 Negatif dari logaritma berbasis 10 digunakan dalam kimia untuk


mengekspresikan konsentrasi ion hidronium (pH). Contohnya, konsentrasi ion
hidronium pada air adalah 10−7 pada suhu 25 °C, sehingga pH-nya 7.

 Satuan bel (dengan simbol B) adalah satuan pengukur perbandingan (rasio),


seperti perbandingan nilai daya dan tegangan. Kebanyakan digunakan dalam
bidang telekomunikasi, elektronik, dan akustik. Salah satu sebab digunakannya
logaritma adalah karena telinga manusia mempersepsikan suara yang terdengar
secara logaritmik. Satuan Bel dinamakan untuk mengenang jasa Alexander
Graham Bell, seorang penemu di bidang telekomunikasi. Satuan desibel (dB),
yang sama dengan 0.1 bel, lebih sering digunakan.
14
 Skala Richter mengukur intensitas gempa bumi dengan menggunakan skala
logaritma berbasis 10.

 Dalam astronomi, magnitudo yang mengukur terangnya bintang menggunakan


skala logaritmik, karena mata manusia mempersepsikan terang secara logaritmik.

Penghitungan yang lebih mudah

Logaritma memindahkan fokus penghitungan dari bilangan normal ke pangkat


pangkat-
pangkat (eksponen). Bila basis logaritmanya sama, maka beberapa jenis penghitungan
menjadi lebih mudah menggunakan logaritma::

Penghitungan dengan Penghitungan dengan


Identitas Logaritma
angka eksponen

Sifat-sifat
sifat diatas membuat penghitungan dengan eksponen menjadi lebih mudah,
dan penggunaan logaritma sangat penting, terutama sebelum tersedianya kalkulator
sebagai hasil perkembangan teknologi modern.

Untuk mengkali dua angka, yang diperlukan adalah melihat logaritma masing-
masing
masing angka dalam tabel, menjumlahkannya, dan melihat antilog jumlah tersebut
dalam tabel. Untuk mengitung pangkat atau akar dari sebuah bilangan, logaritma
bilangan tersebut dapat dilihat di tabel, lalu hanya mengkali atau membagi dengan
radix pangkat atau akar tersebut.

Turunan fungsi logaritma adalah

15
dimana ln adalah logaritma natural, yaitu logaritma yang berbasis e. Jika b = e, maka
rumus diatas dapat disederhanakan menjadi

Integral fungsi garitma adalah

Integral logaritma berbasis e adalah

Penghitungan nilai logaritma

Nilai logaritma dengan basis b dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.

Sedangkan untuk logaritma berbasis e dan berbasis 2, terdapat prosedur


prosedur-prosedur
prosedur
yang umum, yang hanya menggunakan penjumlahan, pengurangan, pengkalian, dan
pembagian.

16
2.4 Aplikasi Kalkulus dalam perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam Asam-Basa
2.4.1 Eksponen
Notasi eksponen yaitu sebuah bilangan dinyatakan sebagai bagian desimal yang
dikalikan dengan 10 yang diberi pangkat yang tepat.
Contoh :
200 = 2 x 10 x 10 = 2 x 102
205000 = 2,,05 x 100000 = 2,05 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 = 2,05 x 105
Jika tanda desimal dipindahkan ke kiri maka eksponen pada 10 betranda positif,
sedangkan jika tanda desimal dipindahkan ke kanan eksponen pada 10 bertanda
negatif.
Contoh :
205000 = 2,05 x 105
0,000000315 = 3,15 x 10-7
1. Perkalian pada eksponen
Pada perkalian, bagian desimal dari bilangan itu dikalikan, dan eksponen pada 10
ditambahkan secara aljabar.
Contoh :
(2,0 x 104) x (3,0 x 103) = (2,0 x 3,0) x 10(4+3 = 6,0 x 107
(4,0 x 108) x (-2,0 x 10-5) = [4,0 x (-2,0)] x 10[8+(-5)} = -8,0 x 103
2. Pembagian pada eksponen
Bagian desimal dibagi, dan eksponen pada 10 dalam penybut dikurangkan secara
aljabar dari eksponen pada 10 dalam pembilang.
Contoh :
8,0  107  8,0 
=  x 10(7-3) = 2,0 x 104
4,0  10 3
 4,0 
Dalam mengubah suatu bilangan dari suatu bentuk ke bentuk lain salah satu
bagian bilangan diperbesar, sedangkan bagian lainnya diperkecil.
Contoh :

 100   106 
8,25 x 106   = (8,25 x 100)   2  = 825 x 10
4

 100   10 
3. Penambahan dan penguran pada eksponen

17
Untuk melakukan penambahan dan pengurangan, mula-mula setiap kuantitas
harus dituliskan dengan pangkat yang sama dari 10 kemudian dilakukan pada bagian
desimalnya (pangkat dari 10 itu tetap sama).
Contoh :
(2,17 x 105) + (3,0 x 104) =
Jawab :
2,17  105 21,7  104
0,30  105  3,0  10 4 
atau
2,47  105 24,7  104
2.4.2 Logaritma
Karena logaritma merupakan sebuah eksponen, maka ketika kita melakukan
operasi matematika, aturan yang berlaku pada eksponen juga berlaku pada logaritma.
Perkalian (tambahan eksponen, tambahan logaritma), pembagian (kurangkan
eksponen, kurangkan logaritma).
Contoh :
Untuk perkalian :
103 x 104 = 103+4 = 107

log (103 x 104) = log (103) + log (104) = 3 + 4 = 7 = log (107)


Untuk pembagian :
= 108-6 =
103 x 104 107
 108 
log  6  = log (108) – log (106) = 8 – 6 = 2 = log (102)
 10 
Apa yang sudah dipelajari tentang logaritma dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan pH. pH larutan berarti didefinisikan
sebagai :
pH = - log [H+]
Dengan [H+] merupakan konsentrasi molar ion hidrogen di dalam larutan.

18
2.4.3 Aplikasi dalam Soal
1. Berapakah konsentrasi ion OH- dalam larutan jika konsentrasi ion H+ = 2 x 10-3 ?
(diketahui Kw= 1. 10-14)
Jawab:
Dalam larutan berair berlaku: [ H+ ] . [OH-] = 1. 10-14
Jika [ H+ ] = 2 x 10-3, maka (2 x 10-3) [OH-] = 1. 10-14

- 1x1014
[OH ] = 3
 5 x10 12
2 x10
2. Berapakah pH dari Ba(OH)2 0,001 M ?
Jawab:
Ba(OH)2 (aq) → Ba2+ (aq) + 2OH- (aq)
[OH-] = 2 x [Ba(OH)2]
= 2 x 0,001 M
= 2 x 10-3
pOH = -log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH = 11 + log 2
3. Hitunglah pH larutan 0,050 M natrium hidroksida, NaOH!
Karena NaOH adalah basa kuat, dapatt diandaikan bahwa NaOH 0,050 M adaalah
0,050 atau 5,0 x 10-2 M adalah ion OH-. Sebelum menghitung pH, mula-mula
dicari konsentrasi H+ :
Kw = [ H+ ] . [OH-]
1. 10-14 = [ H+ ] (5,0 x 10-2)
1,0 x1014
[ H+ ] =  2,0 x1013 M
5,0 x10 2
Kemudian pH dihitung dengan cara yang lazim:
pH = -log [ H+ ]
= -log ( 2,0 x10 13 ) = -log 2,0 – log 10-13
= -log 2,0 – (-13) = 13 – log 2,0 = 13 – 0,30 = 12,70

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa logaritma dan eksponen
merupakan prosedur perhitungan dan pengaplikasian kalkulus untuk kimia dasar
khususnya pada perhitungan pH, pOH, dan pKw dalam asam-basa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Akhril. 1984. Mengerti Kimia 1. Bandung: Bumi Siliwangi Mengabdi (BSM).
Ahmad, Hiskia. 1990. Kimia Larutan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Anshory, Irfan dan Hiskia Achmad. 2003. Kimia SMU Untuk Kelas 3.
Jakarta:Erlangga.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Day, R.A dan Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
http: // free. Vlsm.org./v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Matematika/0359
% 20 Mat % 202-16.htm
id. Wikipedia. Org/wiki/logaritma-31k
Keenan dkk. 1996. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Primagama. 1999. Modul Belajar Kimia. Yogyakarta: Primagama.
Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2003. Kimia 2000. Jakarta: Erlangga
Respati. 1981. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Prineka Cipta.
Simangunsong, Wilson. 1991. Matematika Dasar . Jakarta: Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sutresna, Nana dan Dindin Solehudin. 2003. Kimia. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Sutresna, Nana. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Tim Kimia. 1994. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira.
Wahyudin. 1989. Matematika. Bandung: Epsilon Group.

21

Anda mungkin juga menyukai