Anda di halaman 1dari 3

DAMPAK OLEH MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN

12.1 PENDAHULUAN

Danau besar, lautan dan samudera telah lama dianggap sebagai lahan pembuangan
limbah dari masyarakat. Dan hingga saat ini diduga bahwa lautan dunia memiliki
kapasitas tidak terbatas untuk menyerap material limbah, dengan kata lain, dilusi
adalah solusi dari polusi. Demikian, kurangnya perhatian pada masa lalu tentang
pelepasan limbah beracun yang tinggi, seperti yang berisi merkuri dan DDT,
dapat menyebabkan pada konsep merata di masa depan pada lautan sebagai
tempat penampungan tanpa dasar.

Pelepasan kotoran manusia dan sampah kedalam sungai dan air tepi pantai
masih dilakukan secara umum diseluruh dunia. Kotoran, yang dibubuhkan bahan
partikel dan nutrisi untuk penerima badan air, mungkin atau tidak mungkin telah
memiliki beberapa perlakuan sebelum dilepas, lebih berbahaya daripada tinja dan
sampah yang terlihat. Adalah bermacam racun kimia yang mencari jalannya
kedalam sistem perairan. Bahan kimia tersebut sering dipindahkan melalui rantai
makanan dan menghasilkan efek mereka pada tempat yang jauh dalam waktu dan
ruang pada sumbernya.

Demikian, walaupun faktanya telah terjadi peningkatan nyata bahwa


lingkungan perairan tidak memiliki kapasitas tak terbatas untuk menyerap dan
mengurangi limbah yang dibuang oleh masyarakat, beberapa milyar ton material
limbah terus dibuang kedalam lingkungan perairan setiap tahunnya. Perubahan
yang perlahan tetapi terus menerus yang telah terjadi berarti bahwa sebagian besar
sungai di dunia tidak dapat lagi dianggap sebagai wilayah alami dengan
memandang larutan dan muatan bahan partikel, dan sungai yang mengalir di area
yang diindustrikan telah memiliki komposisi sebagian besar berubah oleh aktifitas
manusia. Begitupun, perubahan berbahaya pada air pesisir telah diamati sebagai
konsekuensi dari sungai hasil limbah industry dan pembuangan kotoran local, dan
pembuangan langsung dari limbah.

Ini adalah tujuan dari bab ini untuk mendiskusikan beberapa sumber yang
lebih signifikan pada polusi perairan dan pengaruhnya atau pengaruh potensial
pada ikan dan organisme perairan lainnya.

12.2 TINGKAT REAKSI LINGKUNGAN

Ketika ikan, dan organisme lainnya, mengalami gangguan lingkungan yang


berada diluar jangkauan normal pengaruhnya dapat dramatis. Pada kasus dari
gangguan drastis selalu ada kematian instan, dan keadaan jangka panjang pada
gangguan yang kurang drastis dapat juga menghasilkan kematian pada individu
tertentu dalam populasi. Keadaan jangka pendek pada kepentingan dapat
menghasilkan perubahan yang tidak menyebabkan kematian, tetapi melumpuhkan
kemampuan ikan untuk berfungsi secara normal.

Sistem fisiologis pada ikan dapat dilawan, atau tertekan, dengan jangkauan
luas dari faktor biologis, kimiawi dan fisik. Dampak lainnya memunculkan
perubahan komplek yang dapat berpotensi mengarah pada kecacatan
pertumbuhan, atraksi reproduktif, atau kekebalan penyakit dalam jangka panjang.
Dapat juga menghasilkan keadaan kronis pada dampak mematikan lainnya. Oleh
karena itu, hasil pada pengurangan keberhasilan reproduktif, atau penurunan
kemampuan bertahan hidup individu, yang dapat menjadi konsekuensi serius
untuk kelangsungan hidup seluruh populasi.

Keadaan ikan pada pentingnya lingkungan menginduksikan rangkaian


berciri endokrin, dan respon lainnya yang disebut dengan primer, sekunder atau
tertier tergantung pada tingkat biologis organisasi yang sedang diawasi.
Sedangkan respon tertier merujuk pada perubahan yang dapat dilihat dengan
mudah dengan mengamati hewan tersebut.

Respon stres primer

Stimuli berlawan ditemukan dengan organ perasa mengarah pada aktifasi jalur
saraf afferent yang bergerak kedalam sistem saraf simpatik dari hypothalamus ke
jaringan kromafin pada ginjal pertama. Stimulasi langsung pada jaringan kromafin
mengarah pada pelepasan katekolamin. Katekolamin dilepaskan dengan cepat dari
jaringan kromafin mengikuti keadaan ikan pada tingkat reaksinya, dan tingkat
plasma pada katekolamin dapat meningkat dengan perintah sesuai ukuran besar
dengan lama beberapa menit. Pelepasan katekolamin kedalam aliran darah
membuat mereka didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh, dimana mereka
memulai rangkaian pengaruh sekunder pada sistem organ lainnya, seperti pada
kardiovaskular dan sistem respirator.

Neuron lain dalam hipotalamus berlari ke adenohipofisis pada kelenjar


pituitary. Neuropeptide dipindahkan dari hipotalamus ke pituitary dalam sistem
ini, dan melepaskan hasil stimulasi neuropeptide dan sekresi dari hormone
adrenocorticotropik (ACTH). ACTH dilepaskan kedalam darah dan melintas
melalui sistem sirkulasi ke sel internal pada ginjal pertama. Dalam internal,
ACTH menstimulasikan hasil dan melepaskan hormone kortikosteroid, khususnya
kortisol. Karena ada hubungan dekat antara hipotalamus dan lepasnya ACTH dan
kortisol, bertindak sebagai kaskade, ini telah biasa untuk mengarah pada
rangkaian interaksi ini dikuasai oleh poros hipotalamik-pituitary-interrenal (poros
HPI) (lihat juga bab 5). Target utama organ untuk aksi kortikosteroid pada ikan
terlihat pada hati. Kortisol masuk kedalam sel dan mengikat penerima nuklir.
Hasil ini dalam aktivasi gen, dengan hasil pada rangkaian enzim yang memiliki
jangkauan pengaruh metabolis.

Respon stres sekunder

Pelepasan katekolamin dan kortisol memicu luas sesuai pada perubahan biokimia
dan fisiologis. Pengaruh metabolis dapat termasuk hiperglikaemia,
hiperlakticaemia, pengurangan jaringan cadangan glikogen, lipolisis dan rintangan
pada sintesis protein.

Gangguan osmotic dan ionik dapat terjadi sebagai hasil dari diuresis dan
hilangnya elektrolit dari darah. Mungkin juga terjadi perubahan pada hematologi,
dengan perubahan crythrocytic (sel darah merah) dan penurunan jumlah sel darah
putih (leucopenia). Katekolamin telah ditandai pengaruh dari sistem
cardiovascular, mengarah pada perubahan pola aliran darah dan peningkatan
peleburan insang, dan perubahan pada kapasitas transport oksigen pada darah. Di
sisi lainnya, korticosteroid dikenal untuk menstimulasi mekanisme pemidahan ion
yang ada pada insang dan ginjal. Pengaruh tersebut khususnya penting dalam
periode pemulihan dari stres, dimana ikan berusaha untuk menjaga pasokan
oksigen kedalam jaringan, dan untuk memperoleh keseimbangan osmotic

dan ionik.

Anda mungkin juga menyukai