Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Oksitosik ialah obat yang meransgang kontraksi uterus, banyak obat yang
memperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup
selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan. Obat yang bermanfaat itu
ialah oksitosin dan derivatnya, alkaoid ergot dan derivatnya, dan beberapa
prostaglandin semisintetik. Obat – obat tersebut memperlihatkan respons
bertingkat (graded respone). Pada kehamilan, mulai dari uterus spontan, ritmis
sampai kontraksi tetani. Meskipun obat ini mempunyai efek farmakodinamik lain,
tetapi manfaat dan bahayanya terutama terhadap uterus.
Uterus dipersarafi oleh saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf
adrenergik dari ganglion menesterik interior dan gonglion hipogastrik. Apabila
terjadi perangsangan terhadap saraf atau pemberian obat otonom, respons uterus
berbeda pada tiap spesis dan berbeda pula pada keadaan hamil dan tidak. Pada
manusia, peranan sistem otonom terhadap uterus cukup rumit, karena dipengaruhi
oleh siklus lain dan regulasi neurohumor.
Mionetrium merupakan alat kontraksi. Kontraksi terjadi spontan dan
teratur sejak masa pubertas. Kontraksi lebih nyata bila uterus sudah berkembang
sempurna, terutama pada masa menstruasi. Sampai sekarang belum diketahui
faktor utama yang mengakibatkan kontraksi

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang oksitosik dan hormon antagonisnya.
1.2.2. Tujuan khusus
Untuk memenuhi salh satu tugas mata kuliah Farmakologi

1
1.3. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan khusus
1.3. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.2. Farmakologi Oksitosin
2.3. Jenis – Jenis Obat Oksitosin
2.4. Alkaloid Ergot
2.5. Farmakokinetik
2.6. Farmakodinamik
2.7. Efek Samping
2.8. Indikasi
2.9. Kontraindikasi
2.10. Sediaan
2.11. Hormon dan antagonisnya
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Oksitosik adalah obat yang meransgang kontraksi uterus. Menurut
Caldeyro dan Persiero (1959) menyatakan bahwa untuk respons uterus terhadap
oksitosin meningkat delapan kali pada kehamilan 39 minggu dibandingkan
dengan pada kehamilan 20 minggu.
Oksitosik yang bermanfaat antara lain :
1. Oksitosin dan derivatnya
2. Alkoloid dan derivatnya
3. Prostaglandin semisintetik

2.2. Farmakologi Oksitosin


a) Oksitosin dalam sistem kardiovaskuler
 Bila diberikan pada dosis besar akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembuluh darah, sehingga terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik.
 Bila diberikan terus menerus secara infus maka penurunan tekanan
darah akan diikuti sedikit peninggian tekanan darah tetapi menetap.
b) Oksitosin pada kelenjar mamae
 Karena pada kelenjar mamae banyak dikelilingi oleh otot polos yaitu
mio epitel, maka akan menyebabkan kontraksi sehingga susu mengalir
dari saluran alveolar kedalam sinus yang besar sehingga mudah
dihisap oleh bayi.
c) Fisiologi oksitosin
Oksitosik merangsang otot polos uterus dan kelenjar mamae, fungsi
perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat.

3
2.3. Jenis – Jenis Obat Oksitosin
a) Oksitosina
Adalah suatu peptida sembilan asam amino yang terdiri atas satu cincin
disulfida enam asam amino dan satu ekor dengan tiga anggota yang
mengandung ujung karboksil.
b) Ergotamina
Menimbulkan vasoskontriksi perifer dan merusak endotel kapiler, dan
mempunyai efek paling kuat.
c) Prostaglandin
Adalah senayawa aktif yang diperoleh dari kelenjar prostat dan kantung
mani, meransgang otot polos, menurunkan tekanan darah dan
mempengaruhi khasiat hormon – hormon tertentu.

2.4. Alkaloid Ergot


a) Sumber
Clavicep pupurea suatu jamur yang hidup sebagai parasit dalam butir rye
dan gandum. Yang merupakan sumber ergot adalah sklerotium. Zat – zat
dalam ergot yaitu alkaloid ergot dan zat lain :
 Zat organik
 Karbohidrat
 Glisetida
 Steroid
 Asam amino
 Amin dan basa amonium kuaterner

Amin dan basa yang memiliki efek farmakologi :


 Histamin
 Tiramin
 Kolin
 Asetilkolin

4
b) Sejarah
 Keracunan pada bangsa Asyiria tahun 600 SM
 Tahun 1670 ditemukan penyebab adalah ergot
 Tahun 1926 terjadi keracunan di Rusia
 1929 terjadi keracunan di Irlandia
 Tahun 1953 terjadi keracunan di Prancis
 Tahun 1818 penggunaan diklinik kebidanan oleh desgranges.

Alkaloid pertama :
 Ergotoksin campuran dari 4 zat
 Ergokristin
 Ergokormin
 Alfa – ergokriptin
 Beta – ergokriptin
 Ergotamin (paling aktif)
 Ergotaminin (tidak aktif)
 Ergonovin (ergometrin)

2.5. Farmakokinetik
 Ergotamin diabsorpsi lambat dan tidak lengkap melalui saluran
cerna.
 Metabolisme tingkat pertama
 Kadar puncak plasma 2 jam
 90 % metabolit dieksresi melalui empedu
 Waktu paruh plasma kira – kra 2 jam

2.6. Farmakodinamik
 Alkoloid ergot dibagi :
 Alkoloid asam amino : ergotamin
 Derivat dihidro alkaloid asam amino : dihidroeergotamin

5
 Alkaloid amin :ergonovin

Uterus meningkatkan kontraksi uterus, efeknya sebanding dengan dosis yang


diberikan. Kepekaan uterus terhadap alkaloid ergot sangat bervariasi
tergantung pada motoritas dan umur kehamilan, sediaan alam yang paling
kuat adalah ergonovin.
Sistem kardiovaskuler. Ergotamin dan alkaloid sejenis menimbulkan
vasoskontriksi perifer dan merusak endotel kapiler. Ergotamin mempunyai
efek yang paling kuat.
Respon vaskuler dan migren. Ergotamin efektif menghilangkan gejala migren.

2.7. Efek Samping


Alkali ergot sangat toksis, dan dapat menimbulkan keracunan akut dan
kronik. Gejala – gejalanya : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah
dan cepat, bingung dan tidak sadar.

2.8. Indikasi
Sediaan alkaloid ergot digunakan dalam kebidanan yang kan dibicarakan
bersama – sama dengan indikasi oksitosik dan untuk mengobati migran.
Bromokriptin digunakan untuk mengobati penyakit parkinson.
Migren, etiologi migren sangat kompleks dan bila hendak mengobati
migren sebaiknya faktor emosi, stres fisik nonmornal, serta pemberian obat dinilai
dahulu, karena dapat mempengaruhi terjadinya serta beratnya serangat. Tindakan
simfamotik dengan pemberian analgesik untuk mengatasi migren dicoba dulu
sebelum menggunakan egotomin yang relatif lebih toksik.

2.9. Kontraindikasi
Berdasarkan timbulnya gangguan, ergotomin tidak boleh diberikan pada
penderita dengan sepsis : penyakit pembuluh darah, seperti : arteritis sifilitika,
arteriosklerosis, penyakit pembuluh darah koroner, tromboflebitis, dan sindroma
raynaud (buerger) penyakit hati dan ginjal, dan wanita hamil.

6
2.10. Sediaan
Ergotomin tartirat, merupakan kristal yang larut dalam air dan alkohol
terdapat dalam bentuk tablet 1 mg, tablet sublingual 2 mg, dan dalam bentuk
larutan obat suntik 0,5 mg/ml.
Ergonovin maleat merupakan kristal yang berwarna putih atau kuning,
tidak berbau, sensitif terhadap cahaya dan mudah larut dalam air. Terdapat dalam
bentuk suntikan ergonovin maleat berisi 0,2 mg/ml dan dalam bentuk tablet berisi
0,2 mg, sebaiknya disimpan pada suhu antara 0-12°c.
Metilergonovin maleat (Methergin) : tablet 0.2 mg, suntukan 0,2 mg/ml
Metisergid maleat : tablet 2 mg.
Ergotamin tartrat : supositoria 1 atau 2 dengan kafein 100 mg Bromo.
Gangguan Fungsi
Hipotiroidisme contoh : cretinisme, miksudem pada anak dan miksudem pada
orang dewasa.
Hipertoroidisme contoh : Penyakit grave dan penyakit Plummer
 Hormon Antitiroid : kerjanya menghambat kerja hormon tiroid.
Hormone Paratiroid dan Kalsitonin
 Hormon Paratiroid berfungsi mempertahankan kadar Ca dalam plasma
 Kalsinitin, kerjanya menghambat kerja hormon paratiroid.
Bromokriptin mesilat tablet 2,5 mg

2.11. Hormon dan antagonisnya


Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokin yang
masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhijaringan secara spesifik.
a. Sumber Hormon
Cara untuk menghasilkan hormon ialah dengan rekayasa genetik yaitu
DNA mikroba dapat diarahkan untuk memproduksi rangkaian asam
amino yang urutannya sesuai dengan hormon manusia yang
diinginkan.

7
b. Antagonos Hormon
Yaitu obat atau zat kimia yang menghambat sintesis maupun kerja
hormon pada reseptornya.
c. Mekanisme Kerja Hormon
 Mekanisme kerja hormon protein
Reseptor hormon protein bersifat spesifik dan terdapat pada
membran plasma sel target, interaksi hormon dengan reseptornya,
mengakibatkan perangsangan atau penghambatan enzim
adenilsiklase yang terikat pada reseptor tersebut. Dengan demikian
zat-zat yang menghambat enzim fosfodiestarase ini kadang-kadang
dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon (hormone-like
effects)
 Mekanisme kerja hormon steroid
hormon steroid masuk kedalam sitoplasma setiap sel melewati
membran sel terutama sel target hormon steroid itu sendiri. Bila
hormon steroid berkaitan dengan resepor sitoplasma, mala reseptor
hormon tersebut tanpa dimodifikasi akan ditransfortasi ke tempat
kerjanya. Karena hormon ini berupa hormon protein maka sistem
kerjanya sama dengan hormon protein lainnya.
 Penggunaan dan Terapi
Indikasi hormon ini adalah untuk terapi penggantian kekurangan
hormon diagnosis penyakit dan pengobatan.
d. Macam-macam Hormon
 Hormon Adenohipofisis
Contoh : 1. Hormon Pertumbuhan (GH)
2. Prolaktin
3. Gonadoptrropin terdiri dari FSH dan LH
 Hormon tiroid dan hormon antitiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar toroid

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi uterus
 Oksitosik yang bermanfaat antara lain :
1. Oksinosin dan derivatnya
2. Alkaloid ergot dan derivatnya
3. Prostoglandin semisintetik
 Jenis-jenis obat oksitosin
a. Oksitosina
b. Ergotomina
c. Progtaglandin
 Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin yang masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi
jaringan secara spesifik.
 Antagonis hormon adalah obat atau zat kimia yang
menghambat sintesis maupun kerja hormon pada reseptornya.
 Macam-macam hormon
Hormon Adenohipofisis - Hormon tiroid dan hormon Antitiroid
- Hormon paratiroid dan kalsitonin

3.2. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan,
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

9
10

Anda mungkin juga menyukai