Lembaga Kemahasiswaan Kita Kemana
Lembaga Kemahasiswaan Kita Kemana
Boleh jadi (lembaga) mahasiswa kita hari ini mengalami kelelahan idealisme. Maka tidak
heran jika muncul pertanyaan, gerangan apakah yang menyebabkannya demikian?
Pertama banyak dari mahasiswa mengalami kelelahan idealisme. Banyak dari kita
(baca:mahasiswa) yang selama ini ideal, seringkali merasa sendiri, sehingga gerakan yang
dibangunnya pun adalah gerakan yang kesepian, lalu menjadi gerakan yang merana. Akhirnya
mereka menjadi pragmatis dan ikut arus dan terjebak di dalamnya.
Ketiga, terjebak dalam etika heteronom. Yang dimaksud dalam hal ini adalah terkait
dengan motivasi suatu tindakan serta gagasan oleh gerakan mahasiswa, bukan karena rasa
kewajiban untuk menegakan kebenaran, akan tetapi lebih banyak didominasi oleh motivasi
pragmatis dalam berbagai bentuk pamrih. Selain itu, ada hal lain juga yang menurut saya turut
menciptakan kelelahan idealisme. Adalah minimnya kesadaran kritis mahasiswa, akibatnya
mahasiswa terseret arus yang begitu kuat yang berada diluar diri kita, yakni kapitalisme global
yang hadir dalam bentuk kesenangan semu (hedonisme).
Borjuis imut-imut
Menjadi pengurus lembaga mahasiswa adalah sebuah pilihan sekaligus panggilan moral.
Tidak semua orang mampu melakoninya, apalagi mengahiri pilihannya tersebut dengan indah
dan penuh prestasi. Menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan harus siap (mental) menerima
kritikan. Sebab kalau tidak, mereka akan dilindas oleh kekerdilan jiwa mereka sendiri. Adalah
menjadi hal yang lumrah jika mereka teramat dekat dengan pengambil kebijakan kampus.
Namun yang menjadi masalah jika kedekatan itu terjalin karena hitung-hitungan pragmatis, maka
bersiap-siaplah dicap sebagai penjilat. Pengurus lembaga kemahasiswaan terkadang menjadi
tersanjung bila dipanggil rapat di tempat-tempat mewah, tanpa harus menganalisa lebih awal, ada
apa di balik itu semua. Bukankah di kampus kita diajak berpikir kritis?