Setiap sekolah dan organisasi, tentunya hal yang membedakan adalah visinya.
Visi SD Hikmah Teladan adalah menjadi sekolah terdepan dalam penerapan
konsep ‘anak merdeka’.
Kita memahami bahwa setiap anak itu dari sejak lahir telah diberikan anugerah
oleh Allah untuk menjadi dirinya sendiri. Untuk bisa terus berkembang, potensi-
potensinya itu sampai dewasa, maka harus dijaga dari berbagai pengaruh
lingkungan yang tidak kondusif, yang tidak menunjang perkembangan potensi-
potensinya itu secara optimal. Maka, mereka harus dimerdekakan dari berbagai
hal yang bisa menghambat perkembangan potensi-potensinya itu.
Seperti visi awalnya yang disebutkan tadi. Karena semua anak itu unik, berbeda
satu sama lain, maka ketika ada anak yang ‘ekstrim’ perbedaannya atau disebut
anak berkebutuhan khusus, hal tersebut kita anggap sebagai hal yang biasa
saja. Mungkin ada yang jelas terlihat dengan kasat mata, saat yang lain bisa
duduk diam,anak tersebut berlari-lari, tidak bisa belajar dengan tenang atau
misalnya ada anak yang sering keluar kelas itupun menjadi hal yang biasa saja.
Karena kita memahami setiap anak berbeda atau unik.
Yang bisa dilakukan adalah mempelajari latar belakang anak tersebut sehingga
bisa demikian. Kalau itu misalnya sudah didiagnosa mengalami kelainan otak
atau autis, pendekatan apa yang terbaik bagi mereka. Ya kita semua belajar
untuk itu.
Disini ada guru pendamping untuk anak-anak yang masih belum bisa mandiri.
Saat mereka belajar bersama teman-temannya di kelas, sampai batas-batas
tertentu didampingi. Dengan adanya guru pendamping, anak tersebut insyaAllah
tidak mengganggu yang lain. Kemudian manfaatnya bagi anak-anak lain yang
normal, mereka akan tumbuh rasa empatinya saat melihat kekurangan
temannya dan ingin membantu. Nanti akan muncul ‘tutor sebaya’, yaitu
pendampingan anak terhadap anak. Ketika pelajaran tertentu, anak yang pandai
di satu bidang akan mendampingi anak lainnya, apalagi yang memiliki
kekhususan tadi. Saat istirahat pun mereka bisa mendampingi dan menemani.
Mengurangi adanya ejekan, penghinaan atau pelabelan yang kurang baik dari
anak lain.
Ya… walaupun tetap ada proses. Ketika ada siswa berkebutuhan khusus masuk,
ada proses adaptasi dulu. Mungkin ada (teman-temannya) yang bertanya-tanya
mengapa bisa seperti itu. Mungkin juga misalnya sewaktu-waktu ada
pertengkaran, tetapi setelah waktu berjalan diberikan pemahaman oleh guru.
Mulai dari shalat dhuha, kuliah dhuha ada pembahasan permasalahan kelas. Ada
juga program-program lain yang mendukung, misalnya program outbound,
wisata buku. Dalam kegiatan tersebut anak anak belajar secara khusus
memahami perbedaan itu.
Sebenarnya kami tidak secara khusus menyebut sekolah inklusi. Karena kami
dari awal visinya menerapkan konsep anak merdeka. Tetapi mungkin
MEDIA CENTER
PKPU Jawa Barat
pemerintah karena melihat kita sudah memulai, maka kita ditetapkan sebagai
sekolah inklusi sejak tahun 2004.
Tahun ini ada sekitar 33 anak, tersebar dari kelas 1 hingga kelas 5. Kelas 6
kebetulan tahun ini tidak ada, tetapi tahun lalu ada.
Sebenarnya sama saja dengan anak-anak lain yang tidak punya kekhususan atau
tidak dimerdekakan dari hal yang mengganggu yang membuat anak tidak
nyaman berada di suatu lingkungan.
Ada. Ada tuna rungu, cacat fisik juga ada, ada yang mental retarded dan
macam-macam yang lain yang saya sendiri kurang paham.
Saya menyambut positif sekali adanya kreativitas dari PKPU dalam membentuk
program tabung peduli ini. Memudahkan anak dalam belajar melakukan amal
shaleh melalui infak shodaqah dengan cara menabung di rumah. Tabungnya
yang datang ke rumah jadi anak-anak tidak merasa memberikan infak shodaqah
yang banyak tetapi menyisihkan saja dari uang jajannya. Tinggal selanjutnya
dari guru maupun PKPU lebih sering memberikan pemahaman tentang manfaat
dari infak shodaqah dari tabung peduli ini. Dengan anak memahami itu
insyaAllah anak-anak akan lebih bersemangat dalam melakukannya.
(Ardee/PKPU Bandung)