PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan ini selalu menginginkan hal yang terbaik dalam
hidupnya ingin memiliki kedudukan, ingin berhasil, ingin lebih baik, ingin pintar
dan dapat meraih segala impian yang mereka cita-citakan. Pendidikan pada zaman
sekarang ini lebih penting pabila kita kaitkan dengan keadadan zaman yang penuh
dengan perlombaan antara individu. Hal ini menyebabkan hidup ini menjadi
mencari ilmu itu hukumnya wajib mulai dari seseorang yang masih dalam
pangkuan ibu sampai ia meninggal dunia. Dalam salah satu sunah rasul
disebutkan bahwa menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang Islam,
Hal ini menjadikan bahwasanya pendidikan itu adalah sebagai Hak dan
sebuah program Wajib belajar 9 tahun. Hal ini ditujukan agar rakyat Indonesia
tidak ada yang buta huruf lagi. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
45. pendidikan juga erupakan salah satu permasalahan yang menjadi sorotan
dunia, bukan hanya Negara kita saja. Terbukti dengan berdirinya organisasi
dan peserta didik (siswa). Kedua buah komponen terpenting dalam pendidikan ini
harus saling bekerja sama dan saling menunjang demi keberhasilanny proses
komponen ini diharapkan dapat mencapai apa yang menjadi tujuan pendidikan
baik dalam tarap Nasional maupun Internasional.Seorang guru, sebagai salah satu
dua komponen ini. Seperti yang diungkapkan oleh Dra. Srie Esti Wuryani
diatas dapat kita perhatikan bahwa pendidikan itu tidak akan berjalan dengan
berhasil tanpa adanya proses “tolong menolong” antara kedua komponen tersebut.
dari sini dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa dengan pengalaman mengajar
guru dapat membantu guru tersebut dan kefektifan dalam proses pengajaran.
pendidik yang telah siap dan terbekali saat nanti mereka diharapkan untuk
kekurangan guru bahasa Inggris – sebagian adalah guru-guru degan latar belakang
Sukabumi.
kotamadya Sukabumi.
• Untuk mengetahui metode dan pendekatan apa yang paling tepat untuk
1.4 Manfaat
kotamadya Sukabumi.
• Dapat mengetahui metode dan pendekatan yang paling tepat untuk kelas
sebenarnya alam kita ini adalah sebuah “sekolah” yang sangat besar, yang mana
waktu pembelajarannya adalah sejak manusia itu lahir sampai ia meninggal dunia.
pengaruh dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja kita pilih
1981: 9). Begitu banyak sekali definisi-definisi tentang pendidikan, dapat kami
sengaja untuk membuat sang anak, akalnya, mentalnya serta jasmaninya agar ia
perusahaan yang harus dikelola oleh seorang manajer yang dimaksud disini
adalah guru. Sebagai salah satu komponen dan perangkat sekolah, kelas menjadi
salah satu wadah bagi proses pembelajaran secara khusus antara pengajar (guru)
“SMART SCHOOL”. Sebagai salah satu sekolah SMA negeri terfavorit di kota
berstandar Iternasional yang mana sang guru mata pelajaaran apapun haruslah
kelas ekstension untuk anak-anak yang “berbakat”. Sebagai salah satu sekolah
kami untuk mengajar para siswa-siswanya yang rata-rata nilai bahasa Inggrisnya
itu diatas 8.0, hal ini seperti diutarakan oleh wakil kepala sekolahnya yaitu bapak.
Ade.
BAB III
PEMBAHASAN
Tidak ada aspek lain dari pengajaran yang sering disebut sebagai masalah
yang besar karena perspektif, permulaan tahun ajaran baru, dan pengalaman guru
sebagai pengelola kelas. Seorang guru yang baik dan jeli, akan dapat
“ Guru yang sukses adalah guru yang bias memahami masalah akademik dan
berfikir dan belajar, serta tingkah laku social siswa “ (Djiwandono. 2002:3)
Dari penjelasan oleh Dra. Srie Esti Wuryani Djiwandono diatas dapat kita
kelas yang akan memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar secara efisien. Jadi
”pengaturan atau pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat utama untuk
guru mengajar dan siswa belajar. Pengelolaan kelas itu diibaratkan seperti halnya
tercapai keberhasilan.
• Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi
• Tingkah laku siswa yang tidak banyak menggangu kegiatan guru dan
siswa lain.
Bagian awal dari definisi diatas menekankan kebutuhan akan aktifitas guru untuk
melibatkan guru dalam proses belajar. Siswa yang tidak aktif akan memiliki
kesempatan yang sedikit untuk tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku
Kemudian pada definisi kedua diatas, kedua komponen ini yaitu guru dan
lingkungan yang teratur untuk belajar. Didalam kelas biasanya gangguan itu
selalu saja ada. Sebagian besar siswa pada umumnya walaupun dalam kondisi
belajar tetap saja ada yang menyempatkan diri untuk, ngobrol bersama temannya,
bercanda. Hal seperti ini memang adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja dan
kepada gangguan-gangguan yang biasa terjadi dikelas ini dengan istilah “Ripple
effect”. Ripple effect “adalah dampak dari tingkah laku yang menggangu siswa
yang seefisien mungkin dalam pengajaran. Banyak waktu yang terbuang setiap
harinya, adalah tugas guru untuk kemudian mengatur waktu seefektif dan
Pengaturan dan pengelolaan kelas ini telah ditulis selama akhir abad ke-
sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Walaupun tingkah laku akan sulit dirubah,
namun sifat-sifat seorang guru dapat mempengaruhi tingkah laku siswa secara
positif maupun negative. Berikut adalah sifat-sifat guru yang diharapkan oleh
• Sikap tenang
• Gembira
• Simpati
• Hangat
• Waspada
• Kompeten
• Kesarjanaan
Sebaliknya ada juga sifat-sifat guru yang tidak diharapkan oleh siswa seperti
berikuit ini:
• Ancaman
• Menghukum
bidang Psikologi. Teori yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas
tangannya dan sebagian lagi tidak. Ini adalah kondisi yang wajar. Namun guru
terlebih dahulu, yang malah membuat rebut dikelas dan mengganggu yang
lainnya. Maka disini kita dapat gunakan teori Skinner yaitu Reinforcements.
SMA Negeri 3 Kota. Sukabumi, penulis menermukan bahwasanya kelas IPA dan
Kodisi kelas IPA dapat dijabarkan secara garis besar sebagai berikut:
Secara garis besar kondisi kelas IPS dapat digambarkan sebagai berikut:
Ketika selama satu minggu kami harus mengajar kelas IPA dan IPS, kami
dengan kelas IPS di SMA Negeri 3 Sukabumi. Pandangan umum siswa ketika
mendengar kelas IPA umumnya adalah mereka terdiri dari kumpulan siswa-siswa
dengan unsure kognitif yang lebih baik, sedangkan untuk kelas IPS sebagian
Siswa kelas IPA dapat mengikuti perintah dengan baik dan tanpa
digunakan juga berbeda dengan metode pengajran ketika mengajar di kelas IPS.
Untuk kelas IPA guru tidak harus menggunakan penguatan atau reinforcements
siswa kelas IPA dapat mudah memenuhi keinginan guru dan tujuan
pengajaranpun dapat lebih mudah tercapai. Hal ini di tunjukan oleh hasil-hasil
tugas yang diberikan guru kepada siswa IPA. Sebagian besar dari siswa IPA dapat
menggunakan bahasa Inggris secara baik dengan struktur grammar yang benar
tugas masih kurang merata. Ketika guru menyuruh siswa untuk kedepan dan
memperkenalkan diri mereka dalam bahasa Inggris, sebagian dari mereka masih
kurang dapat menggunakan bahasa Inggris dengan baik. Ketika proses belajar
lebih memperhatikan mereka satu persatu untuk mengurangi ripple effect ini.
pelajaran Bahasa Inggris oleh kami selaku guru baru yang mengajar dikelas
mereka serta pendapat dari guru-guru yang sudah sering mengajar di kelas IPA
dan IPS.
BAB IV
KESIMPULAN
jauh lebih mudah dalam melakukan pengelolaan kelas. Dengan kondisi siswa
yang memiliki kemampuan kognitif lebih baik dari kelas IPS, siswa dapat lebih
mudah menyerap pelajaran yang diberikan. Sebelum mengajar di kelas IPA, guru
Siswa-siswi kelas IPA jauh lebih kritis dari kelas IPS. Kemampuan mereka dalam
mengerjakan tugas dan perintah juga lebih baik. Ini ditunjukan oleh hasil tugas-
tugas yang diberikan dan diberi nilai. Kebanyakan dari mereka sekitar 90%
kelas IPA. Mereka lebih sering membuat kegaduhan dikelas, berbicara dengan
memberikan perhatian kepada siswa lebih teliti saat menjelaskan didepan kelas.
Proses belajarpun berjalan lebih lambat, karena siswa tidak dapat menyerap
dengan baik. Guru harus lebih memberikan pendekatan secara personal dan
memberikan penguatan. Hasil nilai yang diberikan guru kepada siswa kelas IPS
masih berada dibawah kelas IPA. Hanya sekitar 60% dari mereka dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Bahkan yang menarik adalah ketika diberi tugas
jawaban mereka cenderung sama dengan temannya dan dengan yang tertulis di
buku.
Dengan pertimbangan ini dapat kami ambil kesimpulan bahwa kelas IPA
berada setingkat lebih baik dari kelas IPS. Kesimpulan ini diambil dari analisa
kami ketika mengajar kelas IPA dan IPS di SMA Negeri 3 Kota. Sukabumi
selama satu bulan. Hal ini berlaku untuk kelas XI dan XII.
• Alangkah lebih baiknya jika kerja sama ini dapat berlangsung terus
menerus.
sebaiknya dilakukan micro teaching saja ke Program studi lainnya atau kepada
• Karena kegiatan ini hanya 2 SKS maka cukup dibatasi dengan 100 jam
saja.
• Untuk lebih effektif lagi, satu sekolah itu maksimal di isi oleh 3 orang
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono Srie Esti Wuryani, Dra. Psikologi Pendidikan. 2002. Jakarta. PT.
Grasindo.