Anda di halaman 1dari 5

DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA
KERANGKA ACUAN
Kreativitas Budaya Bangsa Dalam Menghadapi Tantangan
Globalisasi
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Sebagai suatu proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi
dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan
waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain.
Globalisasi terus berlangsung sejak manusia ada karena manusia adalah makhluk
sosial. Artinya, manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam rangka memenuhi
segala kebutuhan dan keinginannya – yaitu dengan berinteraksi dan berhubungan sosial
dengan manusia lainnya. Satu kesatuan sosial yang satu akan berinteraksi dan berhubungan
sosial dengan kesatuan sosial lainnya karena dengan semakin kompleksnya kebutuhan maka
tidak mungkin lagi bisa dipenuhi hanya mengandalkan kesatuan sosialnya saja.
Berkembangnya teknologi transportasi dan informasi adalah faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Melalui perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu
globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Sebelum berkembangnya teknologi transportasi dan informasi batas-batas geografis
atau fisik dengan batas-batas sosial adalah relatif sama, artinya dalam suatu kesatuan sosial
(komuniti atau society) akan menempati satu wilayah tertentu secara relatif bersama-sama,
mereka akan berinteraksi dan membina hubungan sosial secara bersama-sama dalam suatu
kesatuan sosial di wilayah tersebut. Namun pada saat ini, dengan berkembangnya teknologi
transportasi dan informasi, suatu kesatuan sosial (komuniti atau society) dimana mereka
berinteraksi dan membina hubungan sosial tidak harus atau selalu secara bersama-sama
menempati suatu wilayah tertentu. Fenomena ini membuat “seolah-olah” batas-batas
geografis atau fisik menjadi semakin cair. Pandangan seperti ini lahir dan berkembang dari
pemahaman batas-batas geografis atau batas-batas sosial tidak dibedakan secara tegas oleh
banyak ilmuwan sosial terdahulu, karena merupakan hasil dari kajian pada masa sebelum
perkembangan teknologi transportasi dan informasi sepesat sekarang ini. Pada masa itu batas
geografis (fisik) dan batas sosial relatif sama. Berbeda pada kondisi saat ini, sehingga ada
kepentingan untuk meredefinisi konsep masyarakat untuk saat ini, karena tidak lagi dapat
mengacu pada konsep sebelumnya yang melihat masyarakat sebagai sekumpulan orang yang
menempati suatu wilayah tertentu.
Setelah memahami pembedaan batas-batas geografis (fisik) dan batas-batas sosial,
maka kita dapat melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita, dalam
sebuah pemukiman di perkotaan (kompleks perumahan) akan tampak warganya seolah-olah
sangat individualistik. Kalau kita melihat dengan sudut pandang lama yang tidak
membedakan antara batas sosial dan batas fisik, memang seolah-olah terlihat seperti itu,
namun yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian karena mereka masing-masing (warga
penghuni kompleks tersebut) bukan atau tidak selalu merupakan suatu kesatuan secara sosial,
masing-masing warga menjadi anggota komuniti atau society yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Namun bukan berarti mereka individualistik, jika kita melihat ketika mereka masing-
masing dalam suatu kesatuan sosialnya maka mereka tetap adalah makhluk sosial, yang
cenderung mengelompok dan mempunyai semangat kolektivitas yang tidak hilang. Jadi kita
harus melihat dengan sudut pandang berdasarkan hubungan sosial yang mengikat masing-
masing manusia sebagai suatu kesatuan sosial, bukan berdasarkan batas-batas geografis atau
fisik dimana tempat mereka tinggal. Dengan kata lain, masyarakat atau komuniti adalah
sebuah jaringan hubungan sosial (jaringan sosial) – oleh karenanya mereka yang terikat
menjadi satu jaringan sosial yang di dalamnya mempunyai nilai, norma, aturan yang sama
sehingga ada kemiripin dalam berperilaku, bersikap dan bertindak. Hal ini dapat dilihat
sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial – yang memerlukan orang lain untuk
bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Melalui cara pandang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (masyarakat sebagai
sebuah jaringan sosial) maka fenomena globalisasi merupakan suatu hal yang wajar,
kemajuan teknologi transportasi dan informasi hanya sebagai alat atau sarana yang mampu
mempercepat dan menyempurnakan globalisasi tersebut dalam kaitannya dengan interaksi
dan hubungan sosial antar manusia, kelompok, atau bangsa dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Teknologi informasi dan komunikasi khususnya adalah faktor
pendukung utama dalam globalisasi. Dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu cepat, menyebabkan segala informasi dengan berbagai bentuk dan
kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi mutlak tidak
dapat kita hindari kehadirannya, konsekuensinya adalah difusi (penyebaran) nilai, aturan,
norma, tindakan, sikap dan perilaku juga semakin cepat dan tidak dapat dihindari.
Salah satu perkembangan dari teknologi komunikasi dan informasi yang mempercepat
persebaran informasi dari berbagai belahan dunia adalah melalui media (koran, majalah, TV
dan internet), media berperan besar sebagai sarana informasi yang ditawarkannya dalam
waktu singkat. Masyarakat sekarang ini setiap saat dapat menerima informasi dari berbagai
belahan bumi melalui hanya dalam waktu singkat. Informasi tentang pakaian, musik, gaya
hidup bahkan sebuah ideologi dapat di akses oleh masyarakat dari belahan bumi yang
berbeda.
Masalah terbesar dari kondisi ini adalah ketidakmampuan budaya masyarakat untuk
menyikapi atau mengatasi secara bijak berbagai informasi yang ada. Sebagian besar
masyarakat tidak memiliki seperangkat model pengetahuan dalam kebudayaannya untuk
dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupannya saat ini – model-model pengetahuan yang
sebelumnya menjadi tidak operasional lagi untuk dijadikan pedoman hidupnya. Hal ini
menuntut adanya model-model pengetahuan yang “baru”. Dengan kata lain, menuntut
terjadinya perubahan, inovasi1 atau diperlukan kreatifitas budaya2 untuk bisa menjalani
kehidupan yang terus berubah dengan percepatan yang tinggi ini.
Mengapa “kreativitas” itu menjadi penting bagi kebudayaan sebuah masyarakat di era
globalisasi adalah karena berpikir secara kreatif dan kritis mutlak diperlukan untuk
memecahkan masalah dan membuat sesuatu yang berbeda dengan tujuan mencapai
kehidupan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya mampu merespons secara positif
berbagai peluang dan tantangan yang ada dengan rasa tanggung jawab, juga mampu
mengelola resiko dan mengatasinya dengan ”perubahan dan perlawanan”.

MODEL-MODEL PENGETAHUAN TENTANG DAYA KREATIVITAS

1 Umumnya, inovasi ini merupakan serangkaian penemuan sebelumnya yang terus menerus mengalami
pembaharuan (perbaikan dan penyempurnaan) untuk benar-benar bisa diterima dan diterapkan oleh masyarakat.
Sedangkan pendorong atau penyebab dari inovasi ini sebenarnya juga bisa karena perubahan yang berasal dari
masyarakat dan kebudayaan itu sendiri. Hanya saja inovasi ini umumnya terjadi karena adanya unsur-unsur
kebudayaan asing yang masuk atau yang menjadi “trigernya” (Agusyanto, dkk: 2006).

2 Perubahan yang disebabkan oleh pendorong dari pendukung kebudayaan itu sendiri bisa terjadi bila ada
kesadaran dari para pendukung kebudayaan yang bersangkutan akan kekurangan-kekurangan yang dirasakan
dalam kebudayaannya; dan hal ini juga tergantung kepada kualitas para individu pendukung kebudayaan serta
sistem penghargaan (rewards) dari kebudayaan yang bersangkutan akan temuan-temuan baru (Agusyanto, dkk:
2006)
Model-model pengetahuan tentang kreativitas, adalah suatu persoalan “pola pikir”
(aktivitas berpikir) yang mencakup pola berpikir divergent3 maupun convergent4 mengenai 3
tipe kemampuan:
1. Kemampuan sintetik
2. Kemampuan analitik
3. Kemampuan praktikal
Kemampuan sintetik adalah kemampuan berpikir untuk menghadirkan sesuatu yang
baru dan ide-ide yang menarik. Di dalamnya juga termasuk kemampuan spontanitas untuk
membuat koneksi antara ide-ide atau seperangkat hal--- sesuatu yang jarang diperhatikan
orang banyak atau ditemukan oleh orang lain.
Kemampuan analitik adalah kemampuan untuk berpikir secara convergent yang
membutuhkan pemikiran dan penilaian kritis pada saat menganalisis dan mengevaluasi
pikiran, gagasan dan solusi-solusi yang memungkinkan. Tipe pemikiran ini merupakan kunci
dalam sebuah kebudayaan (yang kuat) - yang membutuhkan kreativitas karena tidak semua
gagasan itu bersifat cemerlang, terkadang perlu dipilih. Orang-orang yang kreatif
menggunakan tipe pemikiran ini untuk mempertimbangkan berbagai implikasi dan
memproyeksikan berbagai respon, problema dan hasil yang mungkin ada. Biasanya kita
menyebut kemampuan ini sebagai “kemampuan kritis”.
Kemampuan praktikal adalah kemampuan untuk menggunakan pemikiran praktis,
yaitu kemampuan untuk menterjemahkan berbagai gagasan (abstraksi dan teori) kedalam
aplikasi yang realistis dalam menghadapi segala persoalan yang dialaminya. Dan,
Kemampuan ini juga merupakan keahlian untuk menjual atau mengkomunikasikan suatu
gagasan kepada orang lain, sehingga membuat orang lain percaya atau yakin bahwa gagasan,
karya atau produk tesebut berharga, berbeda, bermanfaat, inovatif dan unik atau layak untuk
dipertimbangkan. Jika nantinya diterima dan diterapkan oleh keluarga-keluarga lain, maka
proses “inovasi” pun terjadi.
Dengan demikian, konsep kreatifitas yang dimaksud adalah model-model
pengetahuan, baik divergent maupun convergent yang mengacu pada kemampuan untuk
memproduksi, menghadirkan, menciptakan sesuatu yang baru atau membuat sesuatu menjadi
“baru” (bringing new something into being) untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan
(pemenuhan kebutuhan hidup) yang dihadapi, sehingga akhirnya menghasilkan kondisi
3 Divergent thinking usually include to elaborate, and think of diverse and original ideas with fluency and
speed. Ideating and brainstorming are premiere examples of this type of thinking (Sternberg, RJ)

4 Convergent thinking is defined as ability to use logical and evaluate thinking to critique and narrow ideas to
ones best suited for given situations, or set criteria. We use this type of thinking when we make crucial and well-
formed decisions after appraising an array of ideas, information, or alternative (Sternberg, RJ).
kehidupan menjadi lebih baik. Oleh karena itu pula dituntut adanya “sensitivitas” dalam
menanggapi problema yang dihadapi dalam kehidupan mereka. Berbeda dengan “inovasi”
yang selalu ditandai dengan diterima atau tidaknya atas “sesuatu yang baru” tersebut di
masyarakatnya, sedangkan kreatifitas merupakan starting point atau titik awal bagi suatu
inovasi.
Bagi bangsa yang sudah memiliki daya adaptasi dan daya saing yang kuat, karena
memiliki kreativitas budaya yang tinggi dengan menyadari potensi yang ada pada bangsa
tersebut, maka sebesar apapun pengaruh globalisasi tidak akan merusak tatanan nilai
masyarakatnya. Jepang, Cina atau Korea merupakan beberapa contoh negara yang mampu
beradaptasi dengan globalisasi tanpa kehilangan jati diri. Positif atau negative tentu akan
sangat tergantung kepada sejauhmana kesiapan suatu masyarakat/bangsa dalam
meresponnya, yaitu seberapa kuat daya adaptasi dan daya saing yang dimilikinya.
Dengan demikian, dalam rangka menghadapi arus globalisasi dan bagaimana kesiapan
bangsa Indonesia adalah persoalan “apakah bangsa Indonesia memiliki budaya kreativitas
yang kuat?”. Hal ini dapat dilihat melalui:
1. Apakah kreativitas budaya disosialisasi dalam keluarga dan masyarakat Indonesia? Yaitu
kemampuan sintetik, kemampuan analitik dan kemampuan praktikal
2. Apakah sistem pendidikan nasional Indonesia sudah memasukkan kreativitas budaya
dalam kurikulum pendidikan?
3. Bagi kearifan lokal yang merupakan kreativitas budaya perlu dipelihara dan ditingkatkan
dan terus disosialisasikan; bagi yang sudah dilupakan (hilang), harus dihidupkan kembali.

Anda mungkin juga menyukai