Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL SKRIPSI

Juni 11, 2008

PENGARUH PENGGUNAAN “DUBBING” BAHASA SROBOYOAN


DALAM FILM SUROBOYOAN DI JTV TERHADAP MINAT
MENONTON MASYARAKAT SURABAYA

OLEH:
MUH. ABDUH ABBAS

_____________________________________________________________

DAFTAR ISI

Bab 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Masalah 4
1.6 Sistematika Penulisan 4

Bab 2. KERANGKA TEORI


2.1 Dasar Teori
2.1.1 Dubbing ( Sulih Suara ) 6
2.1.2 Minat 6
2.1.3 Bahasa Suroboyoan 7
2.1.4 Film Suroboyoan 8
2.1.5 Model Alir Satu Tahap 8
2.2 Nisbah Antar Konsep 9
2.3 Kerangka Berpikir 10
2.4 Hipotesis Penelitian 11

Bab 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Definisi Konseptual
3.1.1 Dubbing ( Sulih Suara ) 12
3.1.2 Minat 12
3.2 Definisi Operasional 13
3.3 Jenis Penelitian 13
3.4 Metode Penelitian 13
3.5 Populasi dan Sampel 13
3.6 Teknik Pengumpulan Data 15
3.7 Teknik Analisis Data 15
Bab 4. RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

_____________________________________________________________

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia dubbing ( sulih suara ) adalah bagian dari berkesenian yang pada media
ekspresi Audio Visual. Dimana lebih berolah vokal dalam bermain drama. Hal ini
menunjukkan bahwa bermain drama dengan cara meng-alih bahasa untuk media
film tetap berperan penting dalam berkesian.
Sesuai dengan gagasan seorang mahasiswa Jerman, Paul Nipkow, yang
berkeinginan untuk mengirimkan pesan dalam bentuk gambar (visual) dan suara
(audio), televisi kini tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dengan
keunggulan-keunggulannya, televisi pun memegang kedudukan pertama dalam
dunia media massa penyiaran. Bahkan, tawaran televisi yang menjanjikan simulasi
visual, bukan sekedar audio, membuat banyak orang yang menghabiskan waktunya
lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan
untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka (Morissan, 2004: hal.1 ).
Di Indonesia sendiri, perkembangan televisi juga dapat dikatakan mengalami
kemajuan pesat. Walaupun sempat 27 tahun bertahan dengan satu stasiun televisi
milik pemerintah, yaitu TVRI, namun akhirnya sejak tahun 1989, satu persatu
stasiun televisi swasta pun bermunculan untuk menghibur khalayak tanah air
(Morissan, 2004). Hingga kini, terhitung 10 stasiun televisi swasta yang turut amabil
bagian dalam persaingan dunia pertelevisian, yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, Trans TV,
TPI, Global TV, Trans 7, Lativi, Metro TV, dan ANTV. Selain deretan stasiun televisi
swasta bertaraf nasional tersebut, muncul pula stasiun-stasiun televisi lokal yang
lebih menitik beratkan berita dan gaya hidup setempat sebagai content program-
programnya, misalnya Bali TV, Jak TV, O-Channel, JTV, Riau TV, dan lain-lain.
Munculnya berbagai stasiun televisi yang membawa ciri dan ke-khas-an yang
berbeda ini menyebabkan ketatnya persaingan di dunia pertelevisian. Untuk
bertahan dalam kancah persaingan tersebut, masing-masing stasiun televisi harus
menyajikan program-program inovatif, menarik untuk pemirsanya, dan yang paling
penting adalah berprospek untuk pemasangan iklan (Muda, 2005).
Berbicara tentang program inovatif, JTV merupakan salah satu contoh stasin televisi
swasta lokal yang menampilkan program inovatif dengan program-program
berbahasa daerah. Sebagai sebuah stasiun televisi lokal Jawa Timur, JTV
menyesuaikan program-programnya dengan masyarakat Jawa Timur. JTV sendiri
berupaya untuk “dekat” dengan masyarakat Jawa Timur, terutama masyarakat
Surabaya yang menjadi target audience utamanya, dengan menggunakan bahasa-
bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Surabaya, yaitu Bahasa
Suroboyoan. Namun, usaha JTV untuk lebih “dekat” dengan pemirsanya ternyata
menuai kontroversi. Sebagian besar masyarakat Surabaya malahan tidak setuju
dengan penggunaan Bahasa Suroboyoan dalam program-program JTV yang
dianggap terlalu vulgar (JTV Sepakati, 2005)
Walaupun menua kontroversi dengan program-program ber-Bahasa Suroboyoan,
JTV tetap mempertahankan ciri khasnya tersebut. JTV mencoba untuk megusahakan
feedback positif dari masyarakat dengan menayangkan program-program Bahasa
Suroboyoan dalam format yang bervariasi, salah satunya Film Suroboyoan. Film
Suroboyoan merupakan salah satu program yang mulai ditayangkan pada bulan Mei
2006. program ini merupakan tayangan film lepas maupun serial (Barat, Mandarin,
dan India) yang di dubbing menggunakan Bahasa Suroboyoan. Kemunculan Film
Suroboyoan sendiri mengundang berbagai tanggapan dari masyarakat, ada yang
menggemari, adapula yang tidak menyukai format tayangan tersebut. Apalagi,
proses dubbing sendiri, bagi sebagian orang, dianggap sebagai sebuah tindakan
pembodohan penonton, karena penonton tidak dilatih untuk memahami bahasa
asing. Selain itu, menurut Prie GS, Chief Editor of Suara Merdeka CyberNews, proses
dubbing juga mengakibatkan film-film asing menjadi aneh dan kehilangan hampir
seluruh kekuatan artistiknya (para.3).
Walaupun berbagai kontroversi muncul, Film Suroboyoan tetap memiliki ‘kekuatan”
dibandingkan dengan tayangan-tayangan lain yang ber-Bahasa Suroboyoan
(misalnya, tayangan berita ber-bahasa Suroboyoan). Hal ini dikarenakan film
merupakan salah satu bentuk tayangan hiburan (entertainment). Jonathan Bignell,
dalam bukunya “An Introduction to Television Studies” (2004) menjelaskan bahwa
penonton televisi dapat dilihat sebagai konsumen pencari hiburan (hal.55). dengan
demikian, walaupun Film Suroboyoan juga menggunakan Bahasa Suroboyoan, film
ini masih dapat dikatakan lebih unggul karena termasuk dalam kategori jenis
tayangan yang paling dicari oleh masyarakat.
Di antara kelemahan dan kelebihan penayangan Film Suroboyoan tersebut, muncul
tanda tanya besar, yaitu apakah dengan Film Suroboyoan- nya, JTV mampu
merebut minat pemirsa Surabaya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahas sekaligus meneliti pengaruh penggunaan (dubbing) Film Suroboyoan
dalam Film Suroboyoan di JTV terhadap minat menonton masyarakat Surabaya.
Sebagaimana penulis juga sebagai Produser Divisi Dubbing di JTV sejak tahun 2006.
Agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dubbing film Boso Suroboyoan
yang kian mendidik. Tidak hanya sebagai tontonan saja tapi juga merupakan
tuntunan bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengaruh penggunaan (dubbing) Bahasa Suroboyoan dalam Film


Suroboyoan di JTV terhadap minat menonton masyarakat Surabaya?
1.2.2 Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat
menonton Film Suroboyoan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan (dubbing) Bahasa Suroboyoan dalam Film


Suroboyoan di JTV terhadap minat menonton masyarakat Surabaya
1.3.2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat
menonton Film Suroboyoan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian komunikasi yang
berhubungan dengan studi pengaruh tayangan televisi terhadap masyarakat. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca sekalian. Terutama bagi pekerja seni di dunia Sulih Suara di
JTV.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada lembaga penyiaran
atau stasiun-stasiun televisi, khususnya JTV, mengenai pengaruh tayangan televisi
terhadap masyarakat. Sehingga nantinya, lembaga penyiaran maupun stasiun-
stasiun televisi dapat berusaha berkompetisi dengan sehat untuk mendapatkan
atensi masyarakat.

1.4.3 Manfaat Sosial


Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pencapaian jenjang SI dan bukti pengamalan
Tri Darma Perguruan Tinggi.

1.5 Batasan Masalah


Penelitian ini difokuskan untuk membahas proses dubbing yang dilakukan dalam
Film Suroboyoan yang ditayangkan di JTV. Proses dubbing itu sendiri nantinya akan
dihubungkan dengan minat masyarakat Surabaya untuk mengkonsumsi tayangan
tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab 1. Pendahuluan, berisi latar belakang pemilihan topik bahasan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, serta batasan masalah.
Bab 2. Kerangka teori, berisi berbagai teori yang akan digunakan sebagai dasar
dalam melakukan analisa. Bab ini juga berisi nisbah antar konsep, kerangka
pemikiran, serta hipotesis penelitian yang menjadi dasar acuan penelitian.
Bab 3. Metode Penelitian, berisi bahasan-bahasan yang berhubungan dengan
metodologi yang digunakan penulis, yaitu mencakup definisi konseptual, definisi
operasional, jenis dan metode penelitian, populasi dan sample, teknik penarikan
sample, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab 4. Analisis data, berisi gambaran umum objek penelitian, deskripsi serta
analisis data.
Bab 5. Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan
saran berkaitan dengan topik penelitian.
_____________________________________________________________

2. KERANGKA TEORI

2.1 Dasar Teori


Seluruh analisis dan pembahasan dalam penelitian ini akan mengacu pada
beberapa teori yang akan dijelaskan di bawah ini.

2.1.1 Dubbing (Sulih Suara)


Dubbing atau disebut juga sulih suara merupakan salah satu alternatif proses
penerjemahaan film televisi selain subtitling (teks terjemahan yang muncul di
bagian bawah layar televisi). Amir Hassanpour (Dubbing, para.2) menjelaskan
dubbing is the replacement of the dialogue and narration of the foreign or source
language into the language of the viewing audience, the target languege (dubbing
atau sulih suara merupakan penggantian dialog dan narasi dari bahasa asing atau
bahasa sumber menjadi bahasa yang digunakan oleh pemirsa). Definisi dubbing
yang dijelaskan oleh Hassanpour ini dipertegas dengan definisi dubbing yang
dikemukakan oleh Lisa Ho yang menyatakan bahwa dubbing adalah mengganti
audio bahasa sumber (bahasa asing bersangkutan) dengan bahasa sasaran (Bahasa
Indonesia). Ia juga menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia yang digunakan adalah
Bahasa Indonesia luwes yang baik dan benar, yaitu Bahasa Indonesia yang
disesuaikan dengan situasi, kondisi, konteks film, dan jenis film, namun tetap
mengacu pada kaidah yang berlaku (Penerjemahan Film, 2005).
Hassanpour menyebutkan bahwa lip-synchronization merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan dalam melakukan proses dubbing. Agar terlihat natural,
sebisa mungkin kata-kata yang digunakan sesuai dengan gerak bibir atau aktor dan
aktris yang suaranya digantikan. Selain lip-sychronization, bahasa terjemahan juga
perlu disesuaikan dengan gerak tubuh dan mimik wajah (Dubbing, para.4)

2.1.2 Minat
Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa keputusan seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu didasarkan kepada minat orang tersebut.
Meichati mengartikan minat sebagai perhatian yang kuat, intensif dan menguasai
individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas (Meichati, 1972).
Pengertian lain tentang minat dikemukakan oleh Hardjana, yaitu suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat (Hardjana, 1994: 88). Ahli lain, Hilgard, mendefinisikan minat
sebagai berikut “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some
activities or content” (minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan). Kegiatan yang diminati
seseorang diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang. Berbeda
dengan perhatian yang sifatnya lebih sementara dan belum tentu diikuti dengan
perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti oleh perasaan senang dari situ
diperoleh kepuasan (Kuncoro, 2001).
Minat bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, minat merupakan suatu hasil
belajar, mempengaruhi proses belajar selanjutnya, serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Proses belajar dipengaruhi oleh minat karena
dengan adanya minat, seseorang akan memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap subjek tertentu. Perhatian yang lebih besar ini membuat seseorang lebih
giat dan mudah untuk mempelajari sesuatu.minat merupakan motivator yang kuat
untuk melakukan suatu aktivitas (Sandjaja, n.d:2).
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa
konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut.
Aspek afektif nampak dalam rasa atau tidak senang dan kepuasaan pribadi
terhadap objek tersebut (Sandjaja, n.d:3).

2.1.3 Bahasa Suroboyoan


Bahasa Suroboyoan merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggantikan
istilah dialek Surabaya. Bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek Bahasa Jawa yang
dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh
sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa
Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian,
bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang
Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Bahasa suroboyoan
seringkali digunakan oleh media lokal untuk melambangkan identitas
mereka.namun, penggunaan Bahasa Suroboyoan dalam media lokal inipun masih
menjadi kotroversi di kalangan masyarakat Surabaya sendiri. Sebagian besar
masyarakat mengkhawatirkan, penggunaan Bahasa Suroboyoan dalam media
membawa pengaruh negatif bagi pemirsa anak-anak.

2.1.4 Film Suroboyoan


Film Suroboyoan merupakan salah satu program JTV yang mulai ditayangkan sejak
bulan Mei 2005. Film Suroboyoan ini merupakan sebutan untuk film lepas maupun
serial, baik Mandarin, Barat, maupun India yang di dubbing menggunakan Bahasa
Suroboyoan. Film India Suroboyan ditayangkan setiap hari Senin sampai Jum’at
pukul 11.00 WIB. Film Barat Suroboyoan ditayangkan setiap Sabtu jam 20.00 WIB.
Sedangkan film Sulap Suroboyoan ditayangkan setiap Minggu jam 16.00 WIB.

2.1.5 Model Alir Satu Tahap (one-step Flow Model)

Umpan Balik
Tidak harus sama
Gambar 2.1. Model Alir Satu Tahap (One-Step Flow Model)
Sumber : Wiryanto, 2000
Model alir satu tahap ini hamprr sama dengan Model Hypodermic Nedle yang
menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi secara langsung dengan
audience tanpa perantara opinion leader. Model alir satu tahap ini dapat dijabarkan
sebagai berikut (Wiryanto, 2000):
a. Model alir satu tahap berpendapat bahwa media massa tidak memiliki kekuatan
penuh dan tidak semua media massa mempunyai kekuatan yang sama.
b. Aspek-aspek seleksi penyaringan (selective screening) dari khalayak, seperti
selective exposure, selective perception, dan selective retention mempengaruhi
dampak pesan.
c. Model alir satu tahap mempengaruhi kemungkinan adanya perbedaan efek atau
reaksi yang timbul dari audience terhadap pesan yang sama.
Dalam model alir satu tahap tidak dijelaskan secara gamblang mengenai ada
tidaknya hubungan antara audience satu dengan audience lain. Namun, dalam
diagram dimungkinkan adanya hubungan antara audience. Hubungan antar pesona
antar audience tidak berakibat langsung dari terpaan media.

2.2 Nisbah Antar Konsep


Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang maupun teori dasar, proses
dubbing masih menjadi kontroversi yang belum ditemukan jalan tengahnya.
Berkenaan dengan dubbing, banyak tanggapan negatif, namun adapula yang
bertanggapan positif.
Minat merupakan suatu ketertarikan kepada suatu hal yang didasarkan pada aspek
kognitif dan afektif (Sandjaja, n.d:3). Kedua aspek inilah yang menentukan ada
tidaknya minat. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan
berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Sedangkan, aspek afektif nampak
dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat seseorang untuk
menonton sebuah tayangan tertentu (dalam hal ini Film Suroboyoan) akan muncul
jika orang tersebut mempunyai konsep positif tentang Film Suroboyoan, menyadari
manfaat menonton film tersebut, menyukai, serta mendapatkan kepuasan pribadi
setelah menonton Film Suroboyoan.
Ditengah kontroversi yang terjadi, muncul pertanyaan mengenai pengaruh proses
dubbing Film Suroboyoan terhadap minat menonton masyarakat Surabaya.
Pertanyaan ini muncul karena minat sangat dipengaruhi oleh konsep positif dan
kesukaan seseorang terhadap tayangan Film Suroboyoan. Secara tidak langsung,
kontroversi yang terjadi, sedikit banyak, mempengaruhi dan dipengaruhi konsep
berpikir masyarakat terhadap Film Suroboyoan. Mungkin ada, sebagian besar
masyarakat tidak memiliki konsep positif dan kesukaan terhadap Film Suroboyoan
karena menganggap bahasa yang digunakan terlalu vulgar dan tidak pantas
dikonsumsi oleh anak-anak. Namun di lain pihak, konsep positif dan kesukaan
terhadap Film Suroboyoan mungkin saja terbentuk karena dianggap sebagai bentuk
pelestarian budaya dan alat penjalin keakraban media dan audience-nya.

2.3 Kerangka Berpikir


Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan teori-teori dasar yang telah disebutkan di atas, maka peneliti
menetapkan hipotesis awal (Ho) yang akan menjadi acuan untuk melakukan
penelitian. Ho penelitian adalah penggunaan (dubbing) Bahasa Suroboyoan dalam
Film Suroboyoan di JTV mempunyai pengaruh terhadap minat menonton
masyarakat Surabaya.

_____________________________________________________________

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Konseptual

3.1.1 Dubbing (Sulih Suara)


Amir Hassanpour ( Dubbing, para.2) menjelaskan dubbing is the replacement of the
dialogue and narration of the foreign or source language into the language of the
viewing audience, the target language ( dubbing atau sulih suara merupakan
penggantian dialog dan narasi dari bahasa asing atau bahasa sumber menjadi
bahasa yang digunakan oleh pemirsa). Pendapat lain dikemukakan oleh Lisa Ho
yang menyatakan bahwa dubbing adalah mengganti audio bahasa sumber (bahasa
asing bersangkutan) dengan bahasa sasaran (Bahasa Indonesia). Menurut
Hassanpour, faktor penting yang perlu diperhatikan dalam dubbing adalah lip-
synchronization, gerak tubuh dan mimik wajah (Dubbing, para.4).

3.1.2 Minat
Meichati mengartikan minat sebagai perhatian yang kuat, intensif dan menguasai
individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas (Meichati, 1972).
Sedangkan, Hardjana menyebutkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat (Hardjana, 1994: 88). Ahli lain, Hilgard, mendefinisikan minat sebagai berikut
“Interst is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activities or
content” (minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
menikmati beberapa kegiatan). Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus-menerus dan disertai dengan rasa senang. Berbeda dengan perhatian yang
sifatnya lebih sementara dan belum tentu dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu diikuti oleh perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan
(Kuncoro, 2001).

Beberapa definisi di atas diperkuat dengan pendapat dari Sandjaja terkait dengan
aspek minat. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek
kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari
objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan
kepuasan pribadi terhadap objek tersebut.

3.2 Definisi Operasional


Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka
dapat dikatakan minat seseorang untuk menonton Film Suroboyoan akan muncul
jika orang tersebut mempunyai konsep positif tentang Film Suroboyoan, menyadari
manfaat menonton film tersebut, menyukai, serta mendapatkan kepuasan pribadi
setelah menonton Film Suroboyoan.

3.3 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatif karena merupakan penelitian
yang berusaha untuk menjelaskan korelasi antara suatu gejala sosial (variabel x)
dengan gejala sosial lain (variabel y), sekaligus menjawab mengapa itu terjadi
melalui pengujian hipotesis (Berger, 2000).

3.4 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metodologi kuantitatif. Survey
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada sampel yang mewakili populasi
yang diteliti.

3.5 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti (Kriyantono, 2006:
hal. 149). Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin mencari informasi
mengenai ada tidaknya pengaruh dubbing Bahasa Suroboyoan dalam Film
Suroboyoan terhadap minat menonton masyarakat Surabaya. Oleh Karena itu,
populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya secara keseluruhan.
Namun, karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, penelitian ini tidak akan
mampu menjangkau seluruh populasi, sehinga dalam penelitian ini dilakukan
pengambilan sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode cluster purposive sampling. Metode ini merupakan metode pengambilan
sampel dua tahap. Cluster sampling digunakan dalam memilih Surabaya bagian
mana yang akan diambil sebagai daerah sampling. Menurut data statistik yang ada
Surabaya dalam Angka, Surabaya Timur merupakan bagian Surabaya yang paling
padat penduduknya. Sehingga Surabaya Timur ditentukan sebagai area yang akan
diteliti dengan petimbangan bahwa di daerah tersebutlah kebanyakan masyarakat
Surabaya berdomisili, sehingga diharapkan hasil penelitian terhadap masyarakat
Surabaya Timur dapat mewakili masyarakat Surabaya pada umumnya. Selanjutnya,
individu-individu yang akan menjadi sampel ditentukan berdasarkan purposive
sampling, dengan syarat individu yang akan menjadi sampel adalah individu yang
mengetahui tayangan Film Suroboyoan.
Jumlah sampel yang diambil, dihitung berdasarkan rumus Yamane,
n=
Nd + 1

n = 745.807
745.807 x (0,05) + 1

n = 399,7
hasil perhitungan sampel tersebut dibulatkan ke atas menjadi 400 orang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui pembagian kuisioner. Kuisioner tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dibagikan pada individu-individu yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel.

3.7 Teknik Alanalisis Data


Untuk menguji ada tidaknya pengaruh, maka terlebih dahulu harus diketahui ada
tidaknya hubungan antara variable yang diriset. Untuk meriset apakah memang
ada pengaruh yang signifikan atau tidak antara sebab akibat tersebut, maka
digunakan rumus regresi linear sederhana (Kriyantono, 2006: hal. 180).

sumber : http://id.wordpress.com/tag/dubbing/ oto blitz black pimmy ride Exotic


Moge MotoGP Transportasi Mewah car body design

Anda mungkin juga menyukai