Anda di halaman 1dari 17

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat

Ayu Astria R A (208 0000 33)

Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Kebudayaan


Baru
(New Media, New Social Society, and New Culture)

“Komunikasi dapat digambarkan sebagai lalu lintas yang tidak ada


hentinya dan tanpa tanpa ada ujung.” (Steve Jones)

Komputer yang merupakan penemuan paling mutakhir, ia adalah


teknologi yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia saat
ini. Dari komputerlah dikenal jaringan yang dapat menghubungkan
seluruh komputer yang ada didunia ini. Jangan pernah kita melupakan
sejarah ini.

Computer Mediated Communication (CMC) dan Internet adalah dua


hal yang kini menjadi sorotan dalam setiap tulisan tentang
komunikasi, terutama tentang media baru (new media) karena dari
kedua hal inilah media baru dianggap muncul. Dan sebenarnya
penurunan penggunaan old media telah dapat diprediksi sebelumnya
oleh para pemikir dan peneliti komunikasi.

New media

Saat internet muncul pada penghujung abad 21, pengguna internet


dan masyarakat luas masih mengidentifikasikan internet sebagai
perkembangan teknologi komputer semata atau “internet is tools not
medium”. Anggapan ini tidak hilang ketika fasilitas dan fitur internet
(e-mail, chatting dan browser atau web) digunakan oleh banyak orang
untuk berkomunikasi.

Internet jika dapat digambarkan dengan mudah, yakni dimana


computer dengan computer yang lain dapat terhubung melewati
sebuah jaringan, yang mengijinkan mereka untuk berkomunikasi,
berinteraksi, bertukar data dan lain-lain.. New media berawal dari
bentuk komunikasi bermedia computer atau computer-mediated

1
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

communication (CMC) ini. Dalam buku Media Now, disebutkan


beberapa fitur atau fasilitas yang terdapat dalam internet yakni
elektronic publishing (penerbitan elektronik), entertainment (hiburan),
communities (komunitas), blog, search engine, dan beragam fitur
lainnya termasuk download dan upload data.

Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena


dianggap telah menjadi bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi.
Hal ini lah yang menjadi jawaban keinginan dan mimpi manusia untuk
dapat “bersentuhan” dengan sesama secara lebih luas, meng-global,
cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi sebuah bentuk
baru media, bentuk baru komunikasi, media baru.

Sudah jelaslah bahwa new media adalah media yang berbasis


teknologi komputer, kemajuan teknologinya baik dari segi hardware
dan software membuat internet semakin mutakhir saja. Para peneliti
komunikasi dan media mulai tertarik dengan penelitian-penelitian
mengenai perbedaan antara old media dan new media.

Daya tarik new media dirasa sangat hebat, tawaran-tawaran seperti


kecepatan, interaktifitas, jaringan luas dan akses yang lebih bersifat
pribadi membuatnya dapat berkembang dengan cepat. Perbandingan
antara new media dapat dilihat dari menurunnya angka data-data
survey beberapa negara tentang penggunaan atau penjualan old
media.

Dalam tulisan Des Freedman, terdapat beberapa prediksi adanya


perubahan akibat dari new media. Diantaranya adalah yang pertama
adanya perubahan kekuatan birokrasi media menuju kekuatan
jaringan digital. Kekuatan media dari media yang konvensional tidak
lagi sekuat dulu, karena media baru ini telah memberi ruang untuk
kekuatan yang baru berbasis digital dan berjaringan. Yang kedua
yakni berpindahnya otoritas elit menjadi otoritas individu, dimana tiap

2
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

individu memiliki kesempatan yang sama untuk berubah atau


melakukan perubahan baik benar ataupun tidak.

Indikasi lainnya adalah adanya kecenderungan manusia menjadi


cybernetic organism. Individu akan menjadi makhluk yang terhubung
dalam dunia cyber dengan segala konsekuensinya. Misal
perkembangan agen elektronik/avatar, perubahan-perubahan
evolusioner dalam games hingga adanya dunia virtual. Individu dapat
pula memiliki kehidupan lain selain di dunia nyata dengan identitas
baru hasil dari bentukan dirinya sendiri. Akibat dari kebebasan
individu yang ada dalam dunia baru, new media.

Karakteristik New Media

Penjelasan karakteristik dari new media dari tulisan Sarah Kember


dapat digambarkan dengan hal-hal berikut: digital, interaktifitas,
hipertekstual, dispersal, dan virtualitas. Digital dimaksudkan
bagaimana bentuk data digital ini dapat menjadi lebih baik
penggunaannya dari data analog dalam segi kecepatan dan ke-real-
annya. Dan sudah jelas bahwa new media yang berbasis digital hanya
dapat dilakukan dengan media komputer. Meski saat ini new media
juga sudah dapat diakses dengan teknologi mobile seperti
smartphone.

Karakteristik interaktifitas kemudian menjadi karakterisik favorit.


Interaktif dapat memotong waktu, secara langsung dapat kita
kendalikan dan komunikasi dua arah dapat terjadi hanya dengan
media komputer saja. Pengaturan informasi yang kreatif dari karakter
inilah yang juga menjadi pilihan pengguna dalam teknologi media ini.
Meski sebenarnya interaksi tersebut terjadi antara manusia dan
komputer.

Hypertextual, mungkin karakter ini agak sulit dijelaskan. Namun


sebenarnya hypertextual adalah teks yang dapat mengijinkan kita

3
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

mengakses teks-teks lain. Dengan hanya meng-klik satu teks saja


yang sudah terdapat link didalamnya maka kita dapat terhubung
dengan halaman lain dengan isi teks yang berbeda.

New media bersifat dispersal. Maksudnya adalah menyebar, dimana


produksi, distribusi dan konsumsi tidak terpusat. Karena setiap
pengguna internet dapat sesuka hati menajdi produsen, distributor
atau hanya sekedar konsumen (personal freedom). Inilah yang dinilai
new media merupakan media yang lebih bersifat pribadi
(individually). Hingga dapat menjadi hal biasa dalam kehidupan
sehari-hari penggunanya.

Virtuality, karekter unik yang dimiliki new media. Ini adalah persepsi
kita terhadap objek-objek immaterial. Karena new media juga
memiliki unsur presence atau kehadiran meski tidak secara fisik,
seing kita menyebutnya dunia maya. Karakter ini juga yang
mendorong terbentuknya salah satu budaya baru yakni budaya
virtual.

Sedangkan Des Freedman dalam buku yang sama, menambahkan


karakteristik diatas dengan non-linearity, percepatan waktu dan
pemampatan jarak, modularity, re-mediasi, demasiffikasi,
asynchronicity, dan konvergensi. Non-linearity terjadi karena memang
terdapat komunikasi dua arah atau lebih dalam new media.
Kecepatan waktu dan jarak sudah serin gmenjadi buah bibir dari
pengguna new media sejak awal kemunculannya.

Modularity adalah kemampuan new media mngumpulkan berbagai


ciri khas dari objek media yang menjadikannya sebuah wilayah
permanen yang terus berubah. Re-mediasi merupakan peninjauan
ulang dan pembentukan kembali bentuk-bentuk media terdahulu.
Demassifikasi ini dimaksudkan karena adanya trend new media
kearah individualisasi, penyesuaian, personalisasi dan desentralisasi

4
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

dari model old media. Bentuk ini kemudian dikenal dengan adanya
bentuk-bentuk one-to-many atau many-to-many juga one-to-one
communication yang dapat dipilih pengguna new media. Berbeda
dengan bentuk media lama yakni few-to-many.

New media mengijinkan penggunanya tetap berkomunikasi walaupun


para penggunanya tidak dalam waktu yang sama. Misalkan email,
pesan tetap dapat sampai tujuan meski tujuan tidak dalam keadaan
online. Inilah yang disebut dengan asynchronicity. Dan yang terakhir
adalah konvergensi, dimana bentuk teknologi cenderung dapat
diintegrasikan kedalam satu bentuk teknologi saja.

Namun sebenarnya komunikasi dalam new media juga dapat menjadi


synchronous. Ketika kedua penyampai dan penerima pesan dalam
posisi waktu dan tempat yang sama. Tempat disini dimaksudkan
adalah media yang sama, mereka terhubung dalam satu alamat atau
sosial media yang terhubung. Misal saja Internet Relay Chat (IRC),
kedua user yang ingin melakukan percakapan harus dalam keadaan
online.

New media juga memiliki penekanan karakteristik pada personal


freedom atau individualitas seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Kebebasan individu ini dapat kita rincikan diantaranya dengan
menjelaskan adanya kebebasan ekspresi pribadi. Dengan kemudahan
penyesuaian terhadap penggunanya maka ekspresi dalam bentuk
apapun dapat dengan mudah di publish. Individualitas juga diperluas
dengan adanya fitur conversation atau chat room dalam new media,
komunikasi interpersonal tetap dapat terjadi.

(New) Social Media

Sosial media muncul dalam new media dan selalu mendapat


sambutuan yang hangat dari pengguna internet. Sosial media ini
mengijinkan kita untuk dapat bertukar informasi dengan semua orang

5
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

yang merupakan sesama pengguna media tersebut. Dalam sosial


media setiap individu dapat melakukan hal-hal dibawah ini (Wright
dan Hinson, 2009):

– Menerbitkan atau menunjukkan konten-konten digital kreatif, isi


dari akun atau halaman pribadi kita dapat ditentukan oleh kita
sendiri. Apakah itu buatan sendiri ataupun orang lain .
– Menyediakan dan memiliki fitur online yang realtime, dimana
kita dapat melakukan dialog dalam bentuk percakapan
langsung atau komentar dengan pengguna lain
– Dapat melakukan perubahan atau perbaikan sendiri sesuai
keinginan kita hingga dapat kita klaim sebagai konten yang
sebenarnya

Hal ini sesuai dengan personal freedom dari karakterisik new media.
Hingga istilah consumer-generated media atau user-generated media
muncul. Karena memang konten media ini dapat disusun dan dibuat
sedemikian rupa sesuai dengen kehendak pemiliki akun atau halaman
tersebut.

Sistem bermedia inilah yang berbeda dengan sistem media lama


sebelumnya. Ketika proses produksi pesan, distribusi dan
konsumsinya dapat dilakukan begitu mudah dan cepat tanpa
pertimbangan atau halangan yang berarti. Apalagi sekarang
ditambah dengan kemudahan akses bagi semua orang, tak perlu lagi
menggunakan seperangkat komputer yang lengkap tiap individu
sudah dapat mengakses media sosial yang luas ini dimanapun,
kapanpun dengan biaya yang cukup murah.

Aplikasi sosial media tidak perlu kita bingungkan lagi, Facebook,


friendster dan Twitter telah menjadi contoh yang nyata untuk kita. Isi
akun pribadi kita dapat kita isi dengan apa saja yang kita inginkan.
Bahkan tanpa rasa takut, melainkan dengan yakin dan percaya diri

6
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

kita sengaja meng-upload data kita yang mungkin orang lain tidak
mengetahuinya.

New Media and Society

Post-modern society

Posmodern sendiri merupakan usaha untuk dapat memahami


masyarakat yang sudah dipenuhi dengan media. Opini pertama
mengenai masyarakat dan budaya sendiri adalah bagaimana
masyarakat muncul ketika media dan budaya populer menjadi
institusi yang penting dan kuat. Sehingga dapat mengatur dan
membentuk hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Media
mengatur bagaimana kita memandang realita dan bagaimana kita
memandang diri kita sendiri, juga dunia kita.

Menurut pandangan posmodernitas new media telah mengubah


bentuk masyarakat. Dari buku Media Now, digambarkan bagaimana
media, internet dan pengaruhnya pada apa yang kita mengerti dan
ceritakan tentang diri kita sendiri. Banyak yang mengira bahwa
masyarakat telah menjadi masyarakat yang post-modern. Pandangan
inipun tidak sembarangan dan tiba-tiba muncul.

Salah satu alasan penting yang membuat pendapat ini mencuat


adalah masyarakat posmodern secara berangsur-angsur kehilangan
atau melupakan cerita-cerita besar yang hampir diketahui oleh
hampir semua orang. Pemikir posmo menyebutnya meta-narrative.
Kehilangan cerita besar disini dapat digambarkan dengan bagaimana
masyarakat sekarang sering kali tidak tahu atau sengaja tidak ingin
tahu dengan sejarah atau nilai-nilai yang telah ada di dalam
lingkungannya terutama lingkungan sosial. Mereka mengetahui
banyak hal tapi sebenarnya semua hanya sebagian saja, hanya
kulitnya belum sampai pada daging.

7
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

Cerita-cerita besar ini biasanya didapatkan dari institusi-institusi


sosial yang ada di sekitar. Misal orang tua, keluarga, atau sekolah.
Media-media tradisional juga ternyata dapat menyampaikan cerita-
cerita besar ini kepada masyarakat.

Selain itu, internet juga telah membuat masyarakat menjadi


terfragmentasi. Namun bukan masyarakat yang sebenarnya
melainkan pengalaman masyarakat dengan media. Mengapa terjadi
demikian? Karena media berkembang biak dengan cepat, ditambah
dengan kehadiran new media seperti yang dirasakan saat ini.
Cepatnya perkembangbiakan media tersbut membuat masyarakat
memiliki banyak pilihan dalam menggunakan media. Karena
masyarakat sendiri telah merekam bagaimana pengalamannya dalam
menggunakan masing-masing media.

Hal ini membuat masyarakat dapat menyentuh media yang benar-


benar ia inginkan, mana radio yang ia dengarkan, mana koran yang ia
beli, mana alamat website yang ia akses untuk mendapat informasi.
Masyarakat takkan bisa dipaksa untuk dapat mengakses satu alamat
web saja ketika keingintahuannya memang sangat besar. Atau
masayarakat tidak dapat dipaksa untuk menyetujui satu opini publik
saja yang menurut pengalamannya tidak sesuai. Meskipun hal ini
terjadi juga sebelum internet ditemukan namun semakin diperkuat
ketika internet lahir.

New media telah membuat hubungan-hubungan sosial menjadi


dangkal, seperti dalam sosial media. Informasi hanya didapat dari
pertukaran lewat akun dengan akun yang lain, sedangkan sudah jelas
isi didalamnya juga belum tentu merupakan sebuah fakta yang sesuai
dengan realitas didunia nyata. Karena kita sendiri selaku pengguna
tidak dapat secara langsung membuktikan semua data yang kita lihat
atau dapatkan dalam sosial media tersebut.

8
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

Komunikasi virtual, budaya virtual dan cyberspace

Dengan adanya new media maka muncul budaya baru, yakni budaya
virtual yang merupakan hasil dari komunikasi virtual. Maka ruang-
ruang social yang dapat kita lihat didunia nyata, dapat kita temukan
dalam dunia virtual. Ruang-ruang tersebut merupakan simulasi sosial
dari ruang nyata didunia, yang kemudian disebut sebagai ruang-
ruang sosial cyberspace. Mengapa cyberspace? Karena sudah jelas
komunikasi bermedia komputer adalah komunikasi berjaringan, tanpa
jaringan global ini kita tak dapat berkomunikasi dan menemukan
karakteristik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa komunikasi new media


khususnya dalam social media dapat berbentuk one-to-one
communication atau one-to-many communication atau many-tomany
communication. Terdapat tiga pilihan bentuk komunikasi dalam new
media yang dapat kita pilih.

Inilah jenis baru dari komunikasi bermedia hasil dari new media. Tidak
dapat ditentukan apakah jenis komunikasi ini walaupun diatas banyak
yang menggambarkan bahwa komunikasi ini bersifat sangat pribadi
(interpersonal), namun tetap saja dapat dimodifikasi atau
dimanipulasi dengan sengaja secara mantap dengan adanya potensi
interaksi. Inilah yang menjadikan virtual communication dianggap
merupakan tipe hubungan komunikasi yang baru. Akibat dari
perkembangan ini, terkadang definisi komunikasi yang dulu kita
pahami seperti hilang dan bergeser. Kita kadang merasa perlu
mendefinisikan ulang apa itu komunikasi yang relevan dengan
perkembangan dunia komunikasi sekarang.

Budaya virtual muncul karena media baru dan munculnya tipe


hubungan komunikasi baru yaitu, komunikasi virtual. Kini manusia
menyenangi berhubungan dan berkomunikasi dengan sesamanya

9
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

secara virtual lewat sosial media yang mereka miliki. Dengan


menggunakan teknologi yang ada kini seperi smart phone dan gadget
lainnya, mereka akan dengan mudah menulis wall, message atau
comment bahkan on-line di chat room untuk hanya sekedar
menghubungi temannya. Padahal mereka hanya sekedar janjian
bertemu untuk jalan atau hang-out saja malah sebagian dari yang
membagi cerita pribadinya di wall.

Dilihat dari karakteristik new media diatas, tentunya komunikasi


virtual dapat dengan mudah terjadi. Kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan membuat manusia berkeinginan untuk dapat lebih
memanfaatkannya. Kemudahan salah satunya adalah adanya istilah
anything goes dalam dunia maya.

Sebenarnya new media dalam dunia virtualnya menawarkan adanya


ruang privat dan ruang publik. Namun semuanya diputuskan oleh
individu sendiri (individual choice) sebagai pengguna apakah ingin
menggunakan media ini untuk keprivatan identitasnya ataukah ia
ingin benar-benar go public. Dalam ruang publik yang memang virtual
bentuk komunikasi berlangsung secara argumentatif dan dialogis. Hal
ini masih dalam bentuk komunikasi yang rasional.

Dalam new media disediakan ketersediaan ruang public yang dapat


dikatakan bebas. Setiap individu merasa tidak awasi atau di
intervensi oleh siapapun termasuk pemerintah. Karena itulah individu
dapat dengan mudah mengubah identitas atau membuat informasi
tentang dirinya sesuai dengan keinginannya tanpa merasa bersalah
atau disalahkan. Hampir tidak mungkin tiap pengguna mendapatkan
intervensi dan pengaturan secara khusus dari pihak lain.

Memang fakta bahwa kini seorang individu secara bebas telah dapat
membuat informasi yang benar-benar baru mengenai dirinya di
halamannya sendiri. Dengan demikian satu individu sudah dapat

10
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

membuat identitas baru tentang dirinya kepada dunia baru juga.


Identitas tersebut tentunya sulit untuk dibuktikan kenyataannya. Bisa
saja semua informasi yang ia masukkan dalam akunnya adalah fiktif
atau bisa juga fakta, tidak ada yang tahu kecuali jika kita memang
mengenalnya dekat didunia nyata.

Hal-hal itu yang menimbulkan kompleksitas hubungan sosial dalam


komunikasi virtual dan dangkalnya sifat konten informasi dalam new
media dan sosial media. Walaupun akses internet, atau handphone
sebagai media aksesnya adalah peralatan yang personal tapi mereka
dapat diberdayakan melebihi kebutuhan personal. Dikatakan
kompleks adalah ketika hubungan yang sebenarnya dangkal, yang
hanya didapatkan dan terbentuk dari pertukaran informasi seadanya
dalam new media kemudian di interpretasikan lebih oleh individu-
individunya. Atau ketika sebuah teks yang di publish dalam new
media dapat di interpretasikan berbeda oleh akun lain, padahal akun
pembuat tidak bermaksud membuat interpretasi tersebut.

Sekarang ini kita sepertinya mudah saja menerima apa yang terdapat
dalam dunia virtual. Seperti contoh informasi dan isi akun tadi. Kita
belum tentu mengetahui keaslian dan kenyataan dari apa yang kita
kenali dalam dunia virtual pada new media. Tapi kita dengan sengaja
tidak mempedulikannya baik secara sadar ataupun tidak dan malah
tetap menikmati bentuk komunikasi seperti itu.

Didalam cyberspace tetap tersedia ruang-ruang sosial seperti


terdapat dunia nyata. Ruang-ruang tersebut merupakan simulasi dari
ruang sosial yang kita miliki didunia nyata. Namun memang kedua
ruang sosial tersebut memiliki karkteristik yang berbeda. Dalam
ruang sosial dunia nyata kita akan memiliki kebersamaan yang
bersifat sosial, solidaritas sosial dalam sebuah ruang atau tempat
seperti kampung, dan didalamnya kita selalu dimungkinkan umtuk
dapat berkomunikasi secara face to face atau langsung tatap muka.

11
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

Sebaliknya, dalam ruang sosial simulasi kita tidak akan merasakan


hal-hal tadi. Kita hanya memerlukan imajinasi kolektif didalam sebuah
tempat yang imajiner jugayakni aliran bit-bit data dalam jaringan
komputer.

Ruang sosial dalam cyberspace merupakan simulasi dari ruang sosial


dunia nyata. Dan yang membuat kita tidak sadar adalah ruang-ruang
dalam dunia cyber ini malah mempengaruh ruang sosial didunia
nyata kita.

Menurtu Yasraf dalam ruang sosial ini individu dapat saja memiliki
peran sosial yang berbeda-beda. Dalam hal ini pemahaman kita
sendiri mengenai identitas mesti diperkuat. Karena kekaburan dari
identitas ini maka batas-batas keidentitasan kitapun dapat dikatakan
lenyap. Alhasil, akan terjadi kekacauan persepsi mengenai identitas
yang akhirny akan mempengaruhi gaya hidup, pikiran dan
kepribadian seseorang. Jika identitas saja sudah kabur karena
kebebasan penggunaannya maka dapat dikatakan identitas sendiri
sudah hilang. Identitas yang dapat berubah-ubah seperti ini
merupakan tanda hilangnya identitas. Karena ciri utama identitas
adalah konsistensi.

Dalam cyberspace, dapat terjadi permainan identitas didalamnya.


Tiap pribadi dimungkinkan untuk memiliki identitas baru, identitas
palsu, identitas ganda yang semuanya merupakan bagian dari
identitas budaya cyberspace. Bahkan individu yang memiliki identitas
ganda dapat dikatakan telah membelah dirinya, membelah
pribadinya.

Bahkan dalam buku New Media terdapat identitas online yang dapat
di buat oleh manusia didalam dunia virtual. Identitas ini digunakan
hanya ketika ia sedang dalam keadaan online dalam ruang cyber.
Dalam dunia yang lain masih dimungkinakn ia memiliki identitas yang

12
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

berbeda. Tidak adanya konsistensi ini salah satu bentuk hilangnya


identitas diri manusia.

Selain itu, dalam tingkat individu cyberspace dapat menimbulkan


sifat ketergantungan. Khususnya adalah kecanduan dalam
berkomunikasi di dunia cyber. Bukan hanya intensitas dalam
berkomunikasi di cyberspace tapi juga frekuensinya.

Tingkat sebelumnya ini masih dalam tingkat individu, terdapat tingkat


selanjutnya yakni tingkat antar individu. Ruang sosial dunia nyata
dapat kita cari bentuknya dalam dunia baru ini. Begitu pula dengan
hubungan sosial dunia nyata juga dapat terjadi disini. Teman,
sahabat, pacar ataupun musuh dapat terjadi. Dengan demikian hal ini
mengindikasikan adanya deteritorialisasi sosial, ketika hubungan-
hubungan sosial tidak lagi membutuhkan ruang dan bentuk yang
nyata (konvensional). Konsekuensinya yakni istilah “mendekatkan
yang jauh dan menjauhkan yang dekat”.

Tingkat terakhir yakni tingkat komunitas yang juga merupakan


akumulasi dati tingkat sebelumnya. Konon cyberspace telah dapat
menciptakan komunitas yang terbuka dan demokratik yang disebut
komunitas imajiner. Berbeda dengan komunitas konvensional yang
membutuhkan ruang dan waktu yang nyata. Komunitas imajiner tidak
membutuhkan itu semua, ia hanya membutuhkan aliran bit-bit (data
digital) dalam komputer.

Komunitas dalam cyberspace tidak sama dengan komunitas


sebenarnya. Komunitas virtual memiliki perbedaan pada bentuk,
struktur dan sistemnya dibandingkan dengan komunitas konvensional
yang ada. Jika komunitas konvensional biasanya memiliki struktur
kepemimpinan, struktur normatif seperti adat atau hukum, lembaga
normatif seperti pengadilan yang memiliki mekanisme kontrol sosial.
Maka dalam komunitas virtual kesemuanya hampir tidak ada. Karena

13
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

setiap individu seakan-akan menjadi peran-peran tadi seperti


pemimpin, pengontrol dan penilai dirinya sendiri.

Budaya virtual ini dianggap sebagai budaya ekstrem atau radikal,


karena segalanya dapat dilakukan dengan bebas dan tanpa batas.
Misal demokrasi dalam dunia baru ini dikatakan posdemokrasi akibat
dari tidak adanya kontrol, aturan atau intervensi dari siapapun dalam
penyampaian pendapat dan keinginan.

Masyarakat dan budaya virtual dalam cyberspace

Budaya virtual tentunya tidak akan begitu saja terjadi tanpa


mempengaruhi kehidupan kita yang lain. Budaya virtual pasti akan
dapat mempengaruhi kehidupan sosial kita. Karena budaya virtual
muncul akibat dari pola dan bentuk komunikasi kita yang juga
berubah. Perubahan akibat dari sebuah inovasi dalam teknologi
komunikasi bermedia.

Perubahan tersebut dapat terlihat dari perubahan pola komunikasi


yang bersifat virtual. Atau terbentuknya masyarakat virtual dalam
dunia cyber. Masyarakat cenderung menyenangi memiliki hubungan
sosial yang terjadi dalam dunia virtual. Bentuk komunikasi yang kerap
dilakukan langsung, kini berubah. Pola komunkasi yang cepat, instan,
efisien dan murah ini menjadi favorit dibandingkan dengan bertatap
muka dalam sebuah ruangan.

Selain itu kebebasan yang kin tersedia dalam ruang virtual juga
merubah masyarakat. Mulai dari kebebasan dalam memilih media
yang digunakan hingga berpengaruh kedalam kebebasan dalam
membuat dan menyampaikan pesan. Yang pada akhirnya berdampak
pada identitas dan inilah yang menimbulkan adanya masyarakat
posmodern. Posmodern yang metanaratif yang kehilangan identitas-
identitas dan nilai yang sebelumnya ada dalam diri dan lingkungan

14
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

sosialnya. Hubungan sosial dalam masyarakat posmo akan terasa


dangkal dan kompleks, akibat dari kebebasan ini juga.

Dampak lain dari kebebasan ini adalah kini masyarakat tidak dapat
membedakan mana yang seharusnya menjadi ruang publik dan mana
yang menjadi ruang privat. Ekspresi dan pendapat yang bersifat
pribadi dimungkinkan untuk disebarkan. Ruang-ruang ini kemudian
bergeser.

Bukan hanya itu, ruang sosial juga kemungkinan lama kelamaan akan
bergeser dan berpindah. Dengan adanya fenomena yang telah
disebutkan diatas bukan tidak mungkin hal ini dapat terjadi.

Dan sebenarnya new media dan budaya virtual bukan merupakan


ancaman dan berdampak buruk. Kedua hal ini telah memberikan
kemajuan dan perkembangan bagi kehidupan manusia. Kebutuhan
akan akses dan koneksi yang lebih cepat dan murah sudah tidak
perlu dicari lagi.

Keluasan jaringan dari new media dan keluasan dari pergaulan akan
mengijinkan manusia untuk dapat terhubung dengan komunitas atau
masyarakat lain yang berbeda. Hal ini akan membuka pikiran dan
pengetahuan masayarakat. Ditambah dengan hypertextual dari new
media yang akan memperluas jendela informasi terhadap
masyarakat.

Selain itu, masyarakat akan lebih dituntut untuk aktif mencari dan
mengembangkan diri. Tanpa adanya kekangan dan tekanan
diharapkan hal ini dapat meningkatkan perilaku persaingan dan
pendidikan yang sportif. Tuntutan seperti ini diharapkan menjadi
sebuah perubahan yang baik juga dalam masyarakat.

Masyarakat yang sebelumnya memegang keterikatan secar fisik


dalam ruang dan waktu yang nyata kini pelan-pelan berubah.

15
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

Keterikatan tersebut dalam terjadi dalam dunia cyber. Dan semua itu
dianggap sebagai realita yang dapat diterima oleh individu
didalamnya.

Namun jangan terlalu khawatir dengan perubahan yang akan terjadi


secara radikal dan revolutif. Dalam konteks ini pengguna yang
berbeda latarbelakang tempat dan budaya juga dapat
menyeimbangkan perubahan-perubahan yang akan terjadi nantinya.
Seperti dalam konteks di Indonesia, dampak dari perkembangan
teknologi ini belum sepenuhnya dialami oleh seluruh lapisan
masyarakat. Meski perubahan begitu terasa bagi masyarakat yang
berada di kota besar, namun hal ini belum begitu besar
mempengaruhi daerah-daerah lain yang belum terjamah oleh
teknologi mutakhir.

Media, budaya dan masyarakat sampai kapanpun akan selalu


terhubungan dan saling mempengaruhi. Karena media dan budaya
merupakan bagian dari masyarakat.

Referensi :

– Amir Piliang, Yasraf. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam


Era Posmetafisika. 2004. Yogyakarta: Jalasutra
– . Dunia yang Berlari: Mencari “Tuhan-tuhan”
Digital. 2004. Jakarta: Grasindo
– Curran, James. Media and Cultural Theory. 2006. New York :
Routlegde
– Flew, Terry. New Media An Introduction 2nd Edition. 2005.
UK : Oxford
– Jones, Steve. Virtual Culture: Introduction. 1997. London:
Sage Publication
– Straubhar and LaRose. Media Now. 2008.USA: Thompson
Wadsworth

16
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat
Ayu Astria R A (208 0000 33)

– Strinati, Dominic. An Introduction to The Theories of Popular


Culture. 2004. USA : Routlegde

17

Anda mungkin juga menyukai