Anda di halaman 1dari 5

PENYAKIT UDANG PADA BUDIDAYA AIR PAYAU

Dalam sejarah perkembangan budidaya udang windu di Indonesia dijumpai banyak


kendala yang mengakibatkan produksi udang berfluktuasi. Kendala itu adalah
berjangkitnya wabah penyakit yang berakibat pada kematian udang secara massal di
tambak. Selain itu, faktor kualitas lingkungan juga memegang peranan penting dalam
epizootiologi penyakit.

Diantara jenis penyakit yang menyerang udang windu, penyakit viral adalah penyakit
yang paling ganas dan mengakibatkan kerugian paling besar. Tercatat wabah penyakit
kepala kuning, dan bercak putih telah melanda pertambakan Indonesia dan
mengakibatkan kematian udang berumur antara 1 - 2 bulan.

A. PENYAKIT VIRAL PADA UDANG

Pada dekade terakhir, penyakit viral telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar
di kalangan petambak. Penyebaran penyakit terjadi secara cepat dan melanda satu
kawasan dalam waktu sangat singkat. Ada sekitar 5 jenis penyakit viral yang telah
dideteksi yaitu

1. IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus),


2. HPV (Hepatopancreatic Parvolike Virus),
3. MBV (Monodon Baculavirus),
4. SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus),
5. YHV (Yellow Head Virus).

∗ Jenis MBV dan SEMBV telah dideteksi meluas di seluruh tambak di


Indonesia.
∗ Penyakit ini menyerang udang berumur 1 - 2 bulan telah tebar.
∗ Serangan MBV ditandai dengan perubahan hepatopankreas yang menjadi
kekuningan karena mengalami kerusakan.
∗ Kasus ini melanda sejak tahun 1998 dengan tingkat kematian lebih dari 90%
dalam waktu 2 minggu sejak gejala serangan dijumpai.
∗ Sedangakan penyakit yang diakibatkan oleh SEMBV ditandai dengan
timbulnya putih berukuran 0,5 - 2,0 mm pada bagian karapas hingga menjalar ke
ujung ekor.
∗ Bercak putih yang timbul adalah sebagai akibat abnormal depasit garam
kalsium oleh lapisan epidermis kutikular.
∗ Tanda serangan YHV di tambak kepala udang berwarna kekuningan.

1. EPIZOOTIOLOGI INFEKSI

Epizootiologi adalah faktor transmisi dan reservoir infeksi. Penyebab penyakit udang
dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal.

 Secara horizontal terjadi melalui rantai makanan atau virion yang


terbatas ke lingkungan dan masuk ke tubuh udang yang sehat.
 Secara vertikal terjadi dengan cara induk yang menjadi karier virus
akan menularkan melalui kotoran yang setelah bebas di air akan
menginfeksi larva. Infeksi pada umumnya terjadi melalui 3 rute utama
yaitu kulit, insang, dan saluran pencernaan.

Jenis virus , kisaran insang dan dampak yang ditimbulkan

Virus Kisaran host Tanda klinis dan Mortalitas


P. Stylirastris, P. Vannamei, P.
IHHNV Kronis, kematian pada PL 35
Occidentalis
P. Merguiensis, P. Semisulcatus,
P. Chinensis, P. Esculenstus, P. Kronis, kematian bertahap antara
HPV Monodon, P. Japonicus, P. 50-100% dalam waktu 4 minggu
Penicillatus, P. Idicus, dan P. setelah gejala klinis teramati
Stylirastris
P. Monodon, P. Merguiensis, P.
Semisulcatus, P. Indicus, P.
MBV Pleejus, P. Penicillatus, P. Sub akut atau kronis
Escuenstus, dan P. Kerathurus,
kemungkinan P. Vannamei
P. Monodon, P. Vannamei, P.
Akut, mortalitas masal terjadi 3-5
YHV Stylirastris, P. Aztecus, dan
hari setelah gejala klinis teramati
P.Cluadarum
P. Monodon, P. Japonicus, P. Akut, mortalitas masal dalam
WSBV atau
Chinensis, P. Indicus, P. waktu 3-10 hari setelah gejala
SEMBV
Merguiensis, dan P. Setiferus klinis teramati

2. DIAGNOSIS VIRUS

Saat ini telah dikembangkan berbagai metode diagnosis virus diantaranay metode
konvensional seperti histipatologi, dasblot, hibridisasi, in situ dan PCR dan RT-PCR.
Metode diagnosis dengan PCR mungkin merupakan salah satu metode yang paling
cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain

Sampel dapat disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm),
untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi.

3. PENGENDALIAN PENYAKIT

Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit
viral. Tindakan pencegahan ini meliputi :

1. Penyediaan benih bebas virus


2. Pembersihan karien di lingkungan tambak merupakan alternatif yang paling
berhasil untuk program pengendalian penyakit viral.
3. Aplikasi ilmunostimulan dapat merangsang sistem kekebalan non spesifik
udang windu
4. Penjagaan kualitas lingkungan
Vaksinasi kurang bermanfaat sebab sistem respon imun pada udang yang masih
sangat sederhana.

B. PENYAKIT BAKTERIAL PADA UDANG

Ditingkat kerugian, serangan penyakit bakterial jarang sekali menimbulkan kematian


secara massal pada udang di tambak. Tapi di pembenihan menjadi masalah serius
seperti berjangkitnya penyakit larva nyala (Luminous disease)

1. JENIS PENYAKIT

Beberapa jenis penyakit bakterial yang dijumpai menyerang udang di tambak


diantaranya adalah

1. penyakit insang hitam,


2. penyakit ekor geripis,
3. kaki putus,
4. bercak hitam,
5. kulit dan otot hitam (black splincter disease).

Bakteri Vibrio Sp., seperti ; Vibrio Alginolyticus, V. Parahaemolyticus, dan V.


Anguillanum merupakan bakteri yang erat kaitannya dengan penyakit tersebut.

Peningkatan virulensi patogen diperkuat dengan jeleknya manajemen kuaiiatas air,


yang tidak jarang menimbuikan kematian udang.

Secara umum Vibrio Sp termasuk patogen opportunis bagi udang windu.

2. EPIZOOTIOLOGI

 Transmisi infeksi bakteri dapat terjadi baik secara vertikal dan horizontal,
dengan rute infeksi melalui kulit, insang dan pencemaan makanan.
 Tidak seperti halnya dengan virus, tidak ada reservoir spesitik bagi infeksi
bacterial.
 Seperti ikan, udang, fitoplaknton, kotoran dapat menjadi media bagi patogen
bakterial.
 Karenanya penyakit bakterial termasuk kelompok "water borne disease",
karena dapat dikatakan air merupakan resevoir bakteri.

3. DIAGNOSIS PENYAKIT

Diagnosis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan;

1. bagian jaringan otot,


2. bagian yang menunjukkan luka, insang dan hemolimfe.
3. Sampel kemudian dibiakkan pada permukaan media TCBS
4. dilakukan identifikasi untuk menentukan jenis bakteri.
5. diperlukan sampel segar, dari udang yang masih hidup atau hampir mati
(Maribund) untuk menghindari adanya kontaminasi.
6. sampel dapat dibawa dalam keadaan hidup atau disimpan dalam termos
dengan es batu.

PENGENDALIAN

 Apabila sedang terjadi wabah (outbreak) pemakaian antibiotik dapat dilakukan


dengan cara pencampuran ke dalam pakan.
 Sebelum diberikan sebaiknya dilakukan sensitivitas antibiotik sehingga
diperoleh jenis dan dosis pengobatan yang tepat.
 Pemakaian vaksin tidak banyak menolong.
 Penggunaan vitamin C, imunostimulan selain vaksin dapat dilakukan.

C. PENYAKIT MIKOTIK

Penyakit ini relatif jarang dijumpai menimbulkan masalah pada budidaya udang
windu di tambak.

Salah satu jenis jamur adalah Fusarium Sp. yang dapat menyebabkan;

 Infeksi insang udang,


 Penyakit insang hitam.
 Dengan bantuan mikroskop, akan ditemukan makrokonidia jamur pada insang
yang berwarna kehitaman.

EPIZOOTOLOGI

Penyebaran penyakit seperti halnya penyakit bakterial, yaitu melalui air, sehingga
termasuk kategori "water borne disease". Faktor pemicu timbulnya penyakit yaitu

 kondisi lingkungan yang jelek,


 air kaya bahan organik , menjadi pemicu munculnya penyakit ini.
 Reservoir jamur adalah air, dan bahan organik yang melimpah di lingkungan
air tambak dapat menjadi media yang subur bagi berkembangnya jamur.

D. PENYAKIT FOULING

Dikenal sebagai Fouling disease yang mengakibatkan

 Penampilan udang menjadi tidak menarik.


 Tubuh udang kelihatan seperti berlumut, dengan warna kecoklatan yang
diakibatkan oleh penempelan protozoa jenis Varticella sp dan Zoothamnium
sp.
 Protozoa ini juga sering menempel pada insang sehingga kelihatan berwama
kecoklatan dan pada akhirnya akan mengakibatkan warna insang menjadi
kehitaman, karena nekrosis.
1. EPIZOOTOLOGI

Seperti halnya dengan penyakit bakterial, protozoa termasuk ke dalam golongan


patogen apportunis dan merupakan water borne disease. Hal ini karena protozoa juga
merupakan organisme yang bersifat organisme heterotrofik yang mampu
menggunakan bahan organik dari organisme yang telah mati. Transmisi protozoa
karenanya terjadi secara horizontal.

2. DIAGNOSIS PENYAKIT.

Konfirmasi penyakit dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran


rendah hingga 400 x. Dengan pemeriksaan ini akan terlihat baik Vorticella sp.
Sebagai sel tunggal dilengkapi tangkai dan bergerak atau Zoothamnium sp. Sebagai
koloni dengan percabangan dua-dua (bina). Masing-masing dengan tangkai yang
dapat bergerak secara bersamaan. Gunakan tangkai seperti pegas disebabkan oleh
adanya benang gerak diadakan tangkai.

3. PENGENDALIAN PENYAKIT.

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara pengelolaan kualitas air, dengan
menghindari bahan organik berlebihan dalam air media pemeliharaan, merangsang
udang moulting dan segera melakukan penggantian air secara kontinyu.

E. PENYAKIT NUTRITIF.

Penyakit Nutritif dapat terjadi meskipun prasensasinya relatif jarang terjadi. Pakan
buatan yang terkontaminasi oleh aspeegillus flavus, dan penicellum sp dapat menjadi
penyebab udang menderita keracunan. Faktor penyebabnya adalah pakan yang
diberikan sudah masa kadaluwarsa, dan disimpan pada kondisi lembab. Kekurangan
vitamin C dapat juga terjadi.

Dari : Mina Diklat BPPP Belawan Medan

Anda mungkin juga menyukai