Disampaikan oleh:
Ansari Bukhari
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka
Kementerian Perindustrian
3
II.KERANGKA………(lanjutan)
2.Jadual Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk
a. Early Harvest Package (EHP):
X ≥ 15% 10% 5% 0%
5% ≤ X < 15% 5% 0% 0%
X < 5% 0% 0% 0%
4
II.KERANGKA………(lanjutan)
b. Normal Track :
Tingkat tarif Jangka Waktu tidak melewati 1 Januari:
bea masuk 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
(=X)
5
II.KERANGKA………(lanjutan)
c. Sensitive Track
1) SL : Tarif BM akan diturunkan/dihapuskan menjadi
0-20% pada tahun 2012 s.d. 2017 dan menjadi
0-5% mulai tahun 2018
6
II.KERANGKA………(lanjutan)
B. Ketentuan Asal Barang (Rules of
Origin/ROO)
1. Non Wholly Obtained
a. General Rule: Regional Value Content (RVC) 40%
(f.o.b)
b. Product Specific Rule (PSR):
Jika suatu produk ditentukan aturan kriteria asal
barang menyimpang dari General Rule
Contoh: CTC, RVC ≠ 40%
2. Wholly Obtained (RVC=100%)
3. Certificate of Origin (CO/SKA): Form E
7
III. KOMITMEN INDONESIA DALAM
PERDAGANGAN BARANG ACFTA
A. Pelaksanaan Konsesi Tarif Indonesia
1. Dalam kerangka AC-FTA, jumlah produk yang dijadwalkan menjadi
0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos tarif, sehingga total
jumlah tarif yang sudah menjadi 0% adalah 7.306 pos tarif
3. Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya menjadi
0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL), menjadi 0%
– 5% pada tahun 2018, untuk kategori High Sensitive List (HSL)
diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan
untuk kategori General Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFN
8
III. KOMITMEN………(lanjutan)
B. Usulan Penundaan Penurunan Tarif
1. Berdasarkan masukan dunia usaha dan kajian pemerintah,
diketahui terdapat 228 pos tarif produk dalam kerangka
AC-FTA yang daya saingnya melemah sehingga pemerintah
Indonesia sedang melakukan negosiasi untuk menunda
pelaksanaan pada produk-produk yang daya saingnya
melemah tersebut.
2. Uraian 228 Produk yang Diusulkan Penundaan: Besi Baja
(114 pos tarif); Tekstil & Produk Tekstil (53 pos tarif);
Maritim (22 pos tarif); Permesinan (10 pos tarif);
Elektronika (7 pos tarif); Kimia Anorganik Dasar (7 pos
tarif); Furniture (5 pos tarif); Alas Kaki (5 pos tarif);
Petrokimia (2 pos tarif); Kosmetika (1 pos tarif);
Jamu (1 pos tarif); Produk Industri Kecil (1 pos tarif).
9
IV. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
INDONESIA – CHINA
A. Perkembangan Umum Perdagangan
1
0
IV. PERKEMBANGAN………(lanjutan)
B. Perkembangan Perdagangan Produk Besi Baja
NILAI EXPORT DAN IMPORT UNTUK HS 72 & 73
DALAM US $
ASEAN -CHINA FTA MULAI 2005
HS 2004 2005 2006 2007 2008
Fabric Import 33,125 115,350 43,418 144,278 56,265 165,999 58,375 182,378 155,451 744,146 57.68 89.51
Balance -22,435 -66,684 -34,127 -94,723 -46,514 -113,031 -47,049 -132,417 -142,014 -684,665 72.85 123.89
Export 1,088 9,421 687 6,733 1,164 11,846 1,109 15,454 1,034 22,532 5.27 30.92
Garmen Import 933 3,209 7,152 19,671 7,974 26,814 19,724 55,762 26,909 92,286 215.46 180.69
Balance 155 6,212 -6,465 -12,938 -6,810 -14,968 -18,615 -40,308 -25,876 -69,754 -1,013.32 -12.56
1
2
IV. PERKEMBANGAN………(lanjutan)
D. Perkembangan Perdagangan Produk Permesinan
Catatan :
* Boiler
1
3
IV. PERKEMBANGAN………(lanjutan)
E. Perkembangan Perdagangan Produk Alas Kaki
1
4
V. PELUANG & TANTANGAN BAGI
INDONESIA
A. Peluang
1. ASEAN China FTA : terbesar di dunia dari segi penduduk
dan ketiga terbesar dari nilai ekonomi (setelah NAFTA
dan EU)
2. Akses untuk produk Indonesia di pasar China
3. Peningkatan investasi dan Indonesia sebagai basis
produksi serta alternatif (peningkatan perdagangan
regional dan global) :
a. Investasi China di bidang PLTU / PLTA, industri baja,
sumber daya alam, agro dan manufaktur
b. Investasi untuk memanfaatkan pasar terintegrasi yang
besar
c. Relokasi dari China ke Indonesia
1
5
V. PELUANG……….(lanjutan)
B. Tantangan
1. ASEAN China FTA membuka kemungkinan membanjirnya
produk impor dari China ke Indonesia dengan harga
kompetitif, sehingga Indonesia harus meningkatkan daya
saing industri nasional (teknologi, SDM, infrastruktur)
2. Dua belas sektor khawatir menghadapi dampak negatif
FTA yaitu : besi baja, tekstil & pakaian jadi, alas kaki,
permesinan, furniture, kimia organik dasar, petrokimia,
jamu , kosmetik, elektronik, kerajinan dan perkapalan.
3. Sebagai contoh kasus dapat dilihat dari perbandingan
daya saing industri tekstil China dan Indonesia :
1
6
Perbandingan Faktor Pendukung Daya Saing Industri
Tekstil Indonesia Dengan China
1
7
Perbandingan Faktor Pendukung Daya Saing Industri
Tekstil Indonesia Dengan China ………(lanjutan)
1
8
VI. LANGKAH-LANGKAH ANTISIPATIF
Pemerintah telah mengkoordinasikan langkah-langkah secara
komprehensif, holistik, dan tersistem meliputi : Pembicaraan
Ulang; Pembentukan Tim; dan Kebijakan dan Langkah Strategis
Yang Akan Diambil
1
9
VI. LANGKAH…………(lanjutan)
3. Pemerintah tengah melakukan pembicaraan ulang dengan
pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China FTA
4. Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah
dilaksanakan secara intensif
B. Pembentukan Tim
1. Organisasi :
a. Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan
Industri dan Perdagangan (SK Menko Perekonomian
No Kep-42/ M.EKON/12/2009)
b. Pengarah : Menko Perekonomian dan para Menteri
terkait
2
0
VI. LANGKAH…………(lanjutan)
c. Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari Kementerian/
Lembaga terkait dan pelaku usaha (KADIN dan APINDO)
d. Tiga Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas
pelaksanaan FTA dan Strategi Non Tarif dalam upaya
percepatan penguatan Industri Nasional dalam
menghadapi persaingan global
2. Tugas Tim
a. Identifikasi dan analisis masalah/hambatan
2
1
C. KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
No Jenis Kebijakan Langkah Strategis
Industri
1. Besi Perlindungan Penerapan IP/IT Besi Baja
Baja Pasar Dalam Pemberlakuan SNI Wajib
Negeri Mensyaratkan melampirkan mill certificate pada setiap importasi besi
baja tertentu.
Optimalisasi penggunaan Trade Defense (Safeguard, anti dumping,
anti subsidy)
Penggunaan Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dalam pengadaan
Produksi Dalam barang/ jasa pemerintah
Negeri Meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri pada produk lokal.
2
2
C. KEBIJAKAN……….(lanjutan)
No Jenis Kebijakan Langkah Strategis
Industri
2. Mesin Perlindungan Harmonisasi Tariff bahan baku/ komponen dengan produk jadi boiler.
Pasar Dalam Kewajiban penggunaan TKDN dalam proyek pembangunan listrik 10.000
Negeri MW Tahap II.
Pemberlakuan SNI Wajib untuk Bejana Tekan
2
3
C. KEBIJAKAN……….(lanjutan)
No Jenis Kebijakan Langkah Strategis
Industri
3. TPT Perlindungan Penerapan Tata Niaga
Pasar Dalam Pengawasan terhadap Illegal Impor
Negeri Penggunaan Label Berbahasa Indonesia
Optimalisasi penggunaan Trade Defense (Safeguard, anti dumping, anti
subsidy)
Perluasan Pasar Promosi Pameran di berbagai Event Internasional
Ekspor
Peningkatan Restrukturisasi Permesinan & perluasan kapasitas produksi
Daya Saing Modernisasi mesin Dyeing, Printing (Small Load Small Batch).
Mendorong industri finishing menggunakan pewarna organik yang
ramah lingkungan.
Peningkatan kemampuan SDM berkualitas dalam Dyeing dan Finishing.
Fasilitasi kegiatan Promosi melalui Penyelenggaraan Pameran-Pameran.
Penerapan Standar Bahan Kimia (Azo dan Formaldehyde) pada Kain
Pakaian Bayi.
Peningkatan kemampuan industri dalam memenuhi standar teknis dan
Social Compliance, Keamanan dan Keselamatan, dan Lingkungan.
Kolaborasi antara Produsen dengan Designer untuk dapat menghasilkan
garmen fashion.
2
4
C. KEBIJAKAN……….(lanjutan)
No Jenis Kebijakan Langkah Strategis
Industri
4. Alas Kaki Perlindungan Penerapan Tata Niaga
Pasar Dalam Pengawasan terhadap Illegal Impor
Negeri Penggunaan Label Berbahasa Indonesia
Optimalisasi penggunaan Trade Defense (Safeguard, anti dumping, anti
subsidy)
Pemberlakuan penerapan SNI wajib untuk Sepatu Pengaman.
Perluasan Pasar Promosi Pameran/ Investasi di berbagai Event Internasional
Ekspor Fasilitasi kegiatan Promosi melalui Penyelenggaraan Pameran-Pameran.
2
5
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH