Anda di halaman 1dari 17

02.

01
02.01

Induksi Matematik
• Bisa dipakai untuk membuktikan kebenaran dari suatu
pernyataan yang melibatkan bilangan natural n, untuk setiap
nilai n yang cukup besar.
Contoh pernyataan yang melibatkan n:
n! >2n, n≥4
Prinsip Induksi Matematik :
Andaikan P(n) adalah suatu pernyataan yang melibatkan suatu
integer n; maka untuk membuktikan bahwa P(n) benar untuk
setiap n≥n0, kita cukup menunjukkan 2 hal:
1. P(n0) benar
2. Untuk sembarang k≥n0, jika P(k) benar, maka P(k+1)
benar.

L.Y.S.
02.02
02.02

• Pembuktian dengan induksi, yang merupakan suatu


penerapan dari prinsip ini, terdiri dari 2 langkah:
1. Langkah dasar (basis step). Di sini kita tunjukkan
bahwa P(n0) benar.
2. Langkah induksi (induction step). Di sini kita asumsikan
bahwa pernyataan itu benar untuk kasus n=k. Asumsi
ini disebut hipotesis induksi. Berdasarkan asumsi ini kita
tunjukkan bahwa pernyataan itu benar untuk n=k+1.

• Contoh:
Misalkan P(n) adalah pernyataan:
n

∑i=
i=0
n ( n + 1) / 2

Buktikan dengan induksi bahwa P(n) benar untuk setiap n≥0.

L.Y.S.
02.03
02.03
Bukti: 0
0(0 + 1)
• Basis: P(0) benar karena ∑ i = 0 =
i =0 2
• Hipotesis induksi:
k
k ≥ 0 dan ∑ i = k(k + 1) 2
i =0
• Pernyataan harus ditunjukkan benar dalam langkah induksi:
k +1

∑ i = (k + 1)((k + 1) + 1) 2
i =0
• Langkah induksi:
⎛ k ⎞
( )
k +1

∑ i = ⎜ ∑ i ⎟ + (k + 1) = k (k + 1) 2 + (k + 1) = (k + 1) k + 1
i =0 ⎝ i =0 ⎠ 1424 3 2
hipotesis induksi

= (k + 1)(k + 2 ) 2 = (k + 1) ((k + 1) + 1) 2
Q.E.D.
L.Y.S.
02.04
02.04

• Contoh lagi:
Andaikan ∑ adalah suatu alfabet dan L adalah suatu bahasa
atas ∑.
Buktikan bahwa jika L2 ⊆ L, maka L+ ⊆ L.
• Pertama-tama kita ubah pernyataan itu agar melibatkan n
secara eksplisit.

Mengingat bahwa L + =
U n =1
L n

jika setiap bahasa Ln adalah subset dari L, maka union mereka


adalah juga subset dari L. Oleh karena itu kita ambil P(n)
sebagai :
jika L2 ⊆ L, maka Ln ⊆ L.
• Kalau kita dapat membuktikan bahwa P(n) benar untuk setiap
n≥1, maka pernyataan semula di atas juga benar.

L.Y.S.
02.05
02.05

Bukti:
• Basis:
P(1) menyatakan bahwa jika L2 ⊆ L, maka L1 ⊆ L.
Ini jelas benar, karena L1 = L.
• Hipotesis induksi:
k≥1 dan jika L2 ⊆ L, maka Lk ⊆ L.
• Pernyataan untuk ditunjukkan:
Jika L2 ⊆ L, maka Lk+1 ⊆ L.
• Langkah induksi:
Jika L2 ⊆ L, maka Lk ⊆ L menurut hipotesis induksi. Oleh
sebab itu, Lk+1 = LkL ⊆ LL. Jadi, jika LL = L2 ⊆ L, maka berlaku
Lk+1 ⊆ L.
Q.E.D.

L.Y.S.
02.06
02.06
Prinsip Induksi Matematik versi Strong
(Strong Principle of Mathematical Induction)
Andaikan P(n) adalah suatu pernyataan yang melibatkan
integer n. Untuk membuktikan bahwa P(n) benar untuk setiap
n≥n0, kita cukup menunjukkan dua hal:
1. P(n0) benar.
2. Untuk sembarang k≥n0, jika P(n) benar untuk setiap n
yang memenuhi n0≤n≤k, maka P(k+1) benar.
• Perbedaan dengan versi biasa:
Semua pernyataan P(n0), P(n0+1), …, P(k) dihipotesiskan
benar.
• Contoh:
P(n): n adalah bilangan prima atau hasil kali dari dua atau
lebih bilangan prima. Buktikan bahwa P(n) benar untuk setiap
bilangan bulat n≥2.

L.Y.S.
02.07
02.07

Bukti dengan induksi matematik:


• Basis:
P(2) adalah pernyataan bahwa 2 adalah bilangan prima atau
hasil kali dari dua atau lebih bilangan prima.
P(2) benar karena 2 memang bilangan prima.
• Hipotesis induksi:
k≥2 dan untuk setiap n yang memenuhi 2≤n≤k, n adalah
bilangan prima atau hasil kali dua atau lebih bilangan prima.
• Pernyataan untuk ditunjukkan:
P(k+1): k+1 adalah bilangan prima atau hasil kali dari dua
atau lebih bilangan prima.

L.Y.S.
02.08
02.08

• Langkah induksi:
Jika k+1 adalah bilangan prima, maka pernyataan P(k+1)
benar.
Jika k+1 bukan bilangan prima, maka k+1 = rxs untuk
bilangan bulat positif r dan s yang tidak sama dengan 1 atau
k+1. Dengan kata lain, 2≤r≤k dan 2≤s≤k. Menurut hipotesis
induksi, r dan s masing-masing adalah bilangan prima atau
hasil kali dari dua atau lebih bilangan prima. Jadi k+1 adalah
hasil kali dari dua atau lebih bilangan prima. Ini berarti P(k+1)
benar.
Q.E.D.

• Versi strong ekivalen dengan versi biasa!

L.Y.S.
02.09
02.09

Definisi Rekursif
• Sesuai untuk pembuktian dengan induksi matematik
• Bersifat algoritmik

• Contoh:
Suatu bahasa L ⊆ {a,b}* didefinisikan sbb:
1. ε ∈ L.
2. Untuk sembarang x ∈ L, ax ∈ L dan axb ∈ L.
3. Tidak ada string dalam L kecuali yang dapat diperoleh
dari aturan 1 dan 2. (Aturan untuk mempertegas
keanggotaan dalam L. Sering tidak ditulis secara
eksplisit.)
L = {ε, a, ab, aa, aab, aabb, …}

L.Y.S.
02.10
02.10

• Kelihatannya string-string dalam L itu berbentuk aibj dengan


i≥j≥0. Mari kita buktikan.
• Andaikan A={ aibj | i≥j≥0}. Untuk membuktikan bahwa L=A,
kita harus menunjukkan bahwa A⊆L dan L⊆A.
1. Kita buktikan bahwa A⊆L dengan membuktikan bahwa untuk
setiap n≥0, setiap x∈A dengan |x| = n adalah suatu unsur dari
L.
• Basis:
harus ditunjukkan bahwa setiap x∈A dengan |x| = 0 adalah
suatu unsur dari L. Oleh karena jika |x|=0 maka x= ε, dan
aturan 1 menyatakan bahwa ε ∈L; maka basis telah terbukti.
• Hipotesis induksi: (versi strong)
k≥ 0 dan setiap x∈A dengan |x|≤k adalah suatu unsur dari L.

L.Y.S.
02.11
02.11

• Pernyataan yang harus ditunjukkan benar:


Setiap x∈A dengan |x|=k+1 adalah suatu unsur dari L.
• Langkah induksi:
Andaikan bahwa x∈A dan |x|=k+1.
Ini berarti x=aibj dengan i≥j≥0 dan i+j =k+1.
Ada 2 kasus yang harus diperhatikan:
1. Jika i>j, maka x=ay untuk suatu y∈A. Karena |y|=k,
maka menurut hipotesis induksi y∈L. Ini berarti x∈L,
menurut aturan 2 dalam definisi.
2. Jika i=j, harus ada paling sedikit satu a dan satu b
dalam string x; maka x=ayb untuk suatu y ∈ A. Karena
|y|≤k, maka menurut hipotesis induksi y∈L. Dengan
aturan 2 dalam definisi, dapat disimpulkan bahwa x∈L.
Q.E.D.

L.Y.S.
02.12
02.12

2. Kita membuktikan bahwa L⊆A dengan membuktikan bahwa


untuk setiap n≥0, setiap x∈L dengan |x|=n adalah suatu
unsur dari A.
• Basis:
Harus ditunjukkan bahwa setiap x∈L yang panjangnya 0
adalah suatu unsur dari A. Ini benar karena x tersebut adalah
ε dan ε = a0b0∈A.
• Hipotesis induksi:
k≥0 dan setiap x∈L dengan |x|≤k adalah suatu unsur dari A.
• Pernyataan yang harus ditunjukkan benar:
Setiap x∈L dengan |x|=k+1 adalah suatu unsur dari A.

L.Y.S.
02.13
02.13

• Langkah induksi:
Andaikan x∈L dan |x|=k+1. Ini berarti x ≠ ε, dan ada 2
kemungkinan:
1. x=ay untuk suatu y∈L. y adalah suatu unsur dari L
dengan panjang k, dan oleh karena itu menurut
hipotesis induksi, y∈A. Jadi y=aibj dengan i≥j≥0.
Dengan demikian, x=ay=ai+1bj, yang jelas merupakan
unsur dari A.
2. x=ayb untuk suatu y∈L dengan |y| = k-1 ≤ k. Menurut
hipotesis induksi, y∈A. Ini berarti y=aibj dengan i≥j≥0,
dan x = ayb = ai+1bj+1. Oleh karena i+1≥j+1≥0, x
adalah suatu unsur dari A.
Q.E.D.

L.Y.S.
02.14
02.14

• Bukti dengan induksi matematik yang mengikuti suatu definisi


rekursif seperti pembuktian L⊆A tadi dapat disederhanakan
menurut prinsip induksi struktural.

Prinsip Induksi Struktural (Principle of Structural Induction)


Andaikan U adalah suatu set, I adalah suatu subset dari U,
dan Op adalah suatu set dari operasi-operasi pada U.
Andaikan juga bahwa suatu subset L dari U didefinisikan
secara rekursif sbb :
1. I⊆L.
2. L tertutup terhadap setiap operasi dari Op.
3. L adalah set terkecil yang memenuhi pernyataan 1 dan
2.

L.Y.S.
02.15
02.15
Dengan demikian, untuk membuktikan bahwa setiap unsur
dari L mempunyai suatu sifat P, kita cukup menunjukkan 2
hal:
1. Setiap unsur dari I mempunyai sifat P.
2. Set unsur-unsur dari L yang mempunyai sifat P adalah
tertutup terhadap setiap operasi dari Op.
• Kita dapat buktikan bahwa L⊆A dengan induksi struktural,
dengan mengikuti definisi rekursif dari L.
(Perhatikan bahwa pembuktian secara induksi matematik
adalah tersamar di sini).
Bukti:
1. ε ∈A karena ε =a0b0 berbentuk aibj dengan i≥j≥0.
2. Untuk setiap x∈L dengan bentuk aibj, i≥j≥0, kita
dapatkan ax=ai+1bj dan axb=ai+1bj+1 dengan bentuk
yang sama, yaitu unsur dari A.

L.Y.S.
02.16
02.16

• Definisi rekursif dari suatu set dapat memberikan jalan untuk


mendefinisikan suatu fungsi pada set tersebut secara rekursif.

Contoh:
Untuk suatu alfabet ∑, set ∑* dapat didefinisikan secara
rekursif sbb.:
1. ε ∈∑*.
2. Untuk setiap x∈∑* dan setiap a∈∑, xa∈∑*.
3. Tidak ada unsur lain dalam ∑*.

L.Y.S.
02.17
02.17

• Definisi rekursif untuk fungsi reverse (kebalikan) dari suatu


string x, yaitu rev(x), adalah sbb.:
1. rev(ε) = ε.
2. Untuk sembarang x∈∑* dan sembarang a∈∑,
rev(xa)= a rev(x).

• Contoh:
rev(abc)= c rev(ab) [x = ab]
= cb rev(a)
= cb rev(ε a)
= cba rev(ε)
= cba ε
= cba.

L.Y.S.

Anda mungkin juga menyukai