Anda di halaman 1dari 22

BAB III

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang akan diuraikan
secara deskriptif dari hasil jaringan pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa metode
yaitu : metode tes,wawancara dan observasi. Studi kasus atau Case Study adalah bentuk
penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan social termasuk manusia
didalamnya. Pelaksanaan kegiatan penelitian studi kasus yang hampir sama dengan
penelitian kualitatif yang dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok
individu( misalnya suatu keluarga), segolongan manusia(guru,orrang tua,anak-anak,suku,ras
tertentu atau organisasi tertentu), lingkungan hidup manusia (desa, kecamatan,dll) , dapat
pula mengungkapkan sebab akibat ( seperti hubungan antara perkembangan anak dengan
kecerdasan social dan emosinya dan sebagainya), dapat pula penelitian yang ingin memberi
gambaran tentang eadaan yang ada. ( Moxfild, 1930 dalam Moh.Nadzir, 1993: 45).

Selain diatas studi kasus dapat juga diartikan sebagai penelitian tentang suatu subyek
penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari personalitas, (( Moxfild,
1930 dalam Moh.Nadzir, 1993: 45).

Pada bagian lain penelitian studi kasus dapat diartikan bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang utuh mengenai objek yang diteliti (Cohen and Manion. 1994:79).

Sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap. penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran bagaimana pola asuh orang tua ikut berperan dalam perkembangan
sosial anak usia pra sekolah. Dari tujuan tersebut diharapkan nantinya akan tergambarkan
bagaimana pola asuh yang sesuai yang dapat mendukung kematangan sosial anak. gambaran
tentang aspek-aspek kematangan sosial apa saja yang harus dimilik oleh anak pada masa usia
pra sekolah dan bagaimana pola asuh orang tua berhubungan dengan kematangan sosial anak.

Penggunaan pendekatan studi kasus yang dipilih oleh peneliti berdasarkan


beberapa pertimbangan. yaitu :

1. Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti merupakan data deskriptif. yaitu berupa
kata-kata dan tindakan responden yang didapatkan dari pengarnatan, tes kematangan
sosial dan wawancara.
2. Penelitian ini memberikan gambaran secara mendalam tentang pola asuh orang tua,
aspek-aspek kematangan sosial yang harus dimiliki oleh anak usia pra sekolah dan
bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan sosial anak.

3. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan peritiwa-peristiwa yang alami,


yang tidak direkayasa atau dimanipulasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.

4. Dengan mengunakan teknik studi kasus yang disajikan dalam uraian deskriftif
peneliti dapat mengkaji aspek-aspek yang akan diteliti secara mendalam. menyeluruh.
terinci dan bersifat pribadi.

Asumsi yang dikemukakan di atas sejalan dengan karakteristik penelitian studi


kasus yang dikemukakan oleh Bagdan dan Biklen (1982:231). Yang
mengemukakan bahwa penelitian studi kasus adalah :

1. Peneliti menggunakan setting alami, scmentara peneliti herlaku sebagai instrumen utama
dan mendatangi sumber data secara langsung.

2. Penelian dengan pendekatan studi kasus adalah penelitian yang bersifat deskriptif

3. Penelitian dilakukan dengan lebih menekankan pada proses, bukan semala-mata pada
outcomes atau hasil penelitian.

4. Analisis data dilakukan dengan cam induktif

5. Kedekatan peneliti (dengan responden) merupakan hal yang penting dalam proses
penelitian.

Alasan lain peneliti mengunakan pendekatan deskriftif dalam studi kassus ini
karena metode deskriftif adalah metode yang digunakan untuk mencari informasi mengenai
suatu kejadian pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan secara jelas dan terarah tentang temuan di lapangan berdasarkan analisa
yang dilakukan terhadap fenomena alamiah yang terjadi. wawancara dengan personil
dilapangan dan studi dokumentasi. Ary, Jacobs, dan Razavich (1982:185) mengemukakan
bahwa tujuan penelitian dengan pendekatan deskriptif adalah untuk melukiskan variabel atau
kondisi "apa yang ada" dalam suatu situasi. Demikian halnya diungkap oleh Suharsimi
Arikunto (2003:54) bahwa penelitian clengan pendekatan deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan "apa adanya" tentang suatu variabel.
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus beberapa anak dan orang tua di
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram :

1. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram merupakan salah satu dari
beberapa lembaga penyelengara PAUD di Mataram yang sudah melibatkan secara aktif
peran serta orang tua dalam berbagai proses pembelajaran.

2. Selain dari pada hal di atas. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram
telah mernbuat sebuali program yang bisa dikembangkan menjadi program
pengembangan sosial bagi anak hal ini ditandai dengan adanya pola evaluasi yang
berkesinambungan antara guru dengan orang tua dengan menggunakan buku
perkembangan harian yang bukan hanya mengambarkan kemampuan intelektual anak
atau pencapaian anak disekolah tetapi juga segala aktifitas termasuk aktifitas sosialnya.

3. Karena penelitian ini belum pemah dilakukan pada lembaga tersebut dan belum pernah
dilakukan di Mataram.

C. Responden Studi Kasus

Dalam studi kasus ini, peneliti rnenggunakan teknik purposive sampling dan
snowball sampling. Arikunto (2003:64) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah
teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu dalam pengambilan rcsponden/responden. Sedangkan snowball
sampling menurut Sugiyanto (2005:58) adalah teknik penentuan sumber data yang pada
awalnya jumlahnya sedikit. lama-lama menjadi banyak.

Pergerakan jumlah responden sumber data ini karena dari jumlah sumber data
yang sedikit itu beluin mampu memberikan data yang diinginkan oleh peneliti.

Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini. maka peneliti
menentukan responden penelitian mi sehagai berikut :
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang rumusan atau fokus masalah yang ingin diungkap
maka untuk mendapatkan data ini peneliti mengunakan sumber:

a. Beberapa orang tua yang memiliki anak yang sedang belajar di lembaga Taman
Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram. Dengan batasan yang
jelas mengenai orang tua di atas agar sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian ini. Maka syarat orang tua yang bias dijadikan responden
penelitian adalah:

1) bukan merupakan orang tua tunggal (suami atau istri) hal ini berkenaan dengan
pola asuh yang ada, karena dalam penelitian ini yang ingin diungkap adalah pola
asuh kedua orang tua.

2) orang tua kandung, bukan merupakan orang tua angkat atau orang tua tiri. Hal
ini berciasarkan pada kedekatan emosional dan sikap orang tua terhadap
anaknya.

3) orang tua tinggal dalam satu rumah, karena pola asuh yang dilihat adalah pola
asuh kedua orang tua tnaka keberadaan orang tua yang berada jauh antara ayah
dan ibunya akan berdampak pula pada pola asuh yang digunakan dinunah.

b. Beberapa anak Taman Kanak-Kanak Islam Anak Sholeh Mataram. Dengan beberapa
ketentuan yailu:

1) usia anak adalah antara 4-6 tahun dan anak tersebut tereatat sebagai siswa di
Taman Kanak-Kanak Anak Sholeh Mataram.

2) anak dalam kondisi sehat secara fisik dan psikologis. hal ini penting diperhatikan
karena aspek yang akan diungkap dalam studi kasus ini adalah kematangan
sosial untuk anak-anak yang normal.

3) bukan anak angkat atau anak tiri atau anak yatim. Berdasarkan pada pola asuh
yang akan diteliti dari orang tua keberadaan anak merupakan hal yang juga harus
diperhatikan.

D. Metode Pengumpulan data

Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Tes.

Tes yang digunakan adalah SKALA KEMATANGAN SOSIAL atau VSMS


(Vine/and Social Maturity Scale) yaitu sehuah tes yang digunakan untuk mengukur dan
mengungkapkan darajat tingkat kematangan anak. Tes ini diberikan kepada anak usia 0 - 12
tahun dengan tujuan untuk mencari kemasakan/kematangan sosial anak.
Dalam tes ini terdapat poin-poin yang dapat mengungkap tentang indikator
kematangan sosial yang dimiliki oleh anak seperti keterampilan dalam membantu diri sendiri
(self-help general), keterampilan mengarahkan diri sendiri (self-direction}, keterampilan
dalam pekerjaan (occupation}, keterampilan gerak (locomotion}. keterampilan sosialisasi
Isosicili'.ation) dan keterampilan komunikasi (coinunication). a. Langkah-langkah tes VSMS

Pada tes ini aka di peroleh nilai kematangan sosial dengan


cara/langkah-langkah yang meliputi :

1) Tentukan responden yang akan diberikan tes VSMS ini.

2) Tes ini tidak dapat dilakukan langsung kepada responden akan tetapi harus melalui
media Orang tua. Guru atapun Tester sendiri yang melakukan pengisian form VSMS
ini.

3) Bila responden telah ditentukan, dan ada yang mengisi dari form VSMS ini maka
langkah-langkah yang dilakukan adalah :

4) Tentukan usia testee dengan cara mengurangkan tanggal - bulan — tahun tes dengan
tanggal - bulan - tahun lahir testee. Misalnya :

a. Tgl Tes : 25 Juni 2003. tgl lahir: 25 Juni 2003. ditulis :

Tes : 25 Juni 2003.

Lahir : 06 Mei 1999.

: 1901 04

= Usia 4 tahun, 01 bulan, 19 hari.

b. Tes : 25 Juni 2003.

Lahir : 27 Juli 2003.

Ditulis :

Tes : 25 06 2003

Lahir : 27 07 2003.

: 28 10 04

: Usia - 04 tahun, 10 bulan, 28 hari

5) Tes dimulai pada hari periode umur yang sesuai dengan usia testee dikurangi satu
periode ke atas, misalnya :

a). Usia 4 tahun. 01 bulan, 19 hari :


-» tes SFHARUSNYA dimulai dari periode umur III - IV TETAPl tes dimulai dari
periode umur di atasnya yaitu periode II - III.

b). Usia 4 tahun. 10 bulan, 28 hari )*:

•» tes SEHARUSNYA dumulai dari periode IV - V, TETAPl tes dimulai dari periode
di atasnya yaitu periode III - IV.

)* untuk usia lebih dari 5 bulan maka termasuk usia di atasnnya yaitu masuk pada pereiode V
tahun.

Hal ini diberlakukan untuk mengetahui apakah testee sudah mampu melakukan
keterampilan-keterampilan yang ada pada periode umur di atasnya dengan sempurna.

b. Sistem penilaian

Untuk menentukan sitem penilain VSMS ini digunakan sispem penilaian


seperti hal kaidah dibawa ini :

1) bila testee dapat melakukan seperti yang lertulis dalam form VSM maka mendapatkan
nilai + (plus) = 1.

2) bila testee dalam melakukan apa yang seperti tertulis dalam form VSMS maka
diberikan nilai +/- (plus minus) = '/2

3) bila testee tidak dapat dan atau belum dapat melakukan seperti yang tertulis dalam
form VSMS. maka mendapatkan nilai - (minus) = 0.

4) pelaksanaan penilaian dilakukan terus-menerus dari periode awal penilaian


sampai dengan satu periode yang hasil penilaiannya menunjukkan nilai -
(negatif) = 0, secara keseluruhan.

c. Skor Dasar: Skor dasar diperoleh dari Nomer Soal terakhir dari periode umur yang
mempunyai nilai plus (+) semua.

d. Skor Tambahan : Penjumlahan nilai dari periode umur-umur selanjutnya setelah skor
dasar sampai periode umur yang mempunyai nilai negatif (-) semua.

e. Skor Total = Skor Dasar + Skor Tambahan

f. Social Age (SA) Lihat table (Jumlah Skor Total).

g. Social Quotient (SQ)

SQ = SA X100% CA
CA
SQ : Social Qualion (Nilai Kematangan Sosial)

SA : Social Age (Nilai kematangan sosial/keterampilan hidup yang dimiliki


dalam oleh anak ketika dilakukan tes)

CA :Crononogical Age (Usia Kronologis adalah usia sesunguhnya saat dilakukan


tes)

Cara penghitungannya CA adalah sebagai berikut : Dari umur testce, misalnya :


umur 4 tahun. 10 bulan. 29 hari. maka CA adalah :

10 29
CA = 4+ 12 (BULAN 1TH) + 356 (hari 1 th)

CA = 4 +0.83+ 0.082

CA = 4.912

Jadi usia CA yang harus diisikan dalam koloni minus adalah 4.912

h. Tes VSMS ini dilakukan bertujukan untuk mengetahui gambaran awal tentang kematangan
sosial anak sebelum dilakukan sebuah upaya apapun dalam penelilian ini, tes VSMS ini
dilakukan pada awal pengambil data sebelum peneliti mengambil data yang lain dengan
tujuan mengetahui secara alami tentang kematangan yang dimiliki oleh responden penelitian
yaitu anak-anak.

i. Katagori nilai VSMS

Untuk memberikan batasan tentang kematangan sosial anak, dapat diberikan batasan dan
deskrepsi nilai VSMS sebagai berikut :

Tabel 1

KATAGORI NILAI VSMS

SCORE SOCIAL AGE KATAGORI KETERANGAN HASIL TES


NILAI VSMS VSMS

<61.0 < 6,0 tahun KURANG Kematangan sosial yang


SESUAI USIA
dimiliki oleh anak kurang

sesuai dengan usia yang

dimiliki saat ini.

61,5-64,5 6,1-6,5 SESUAI USIA Kematangan sosial yang


dimiliki oleh anak sesuai
dengan usia yang dimiliki
saat ini.
65,0-76,0 7,0-9,5 DI ATAS Kematangan sosial yang
RATA-RATA dimiliki oleh anak berada di
atas rata-rata usia yang
dimiliki saat ini

>77,0 >9,5 Tahun TINGGI Kematangan sosial yang


dimiliki oleh anak
melampaui usia rata-rata
yang dimiliki oleh anak
seusianya.

)*Nilai disusuaikan dengan label Converting Total Score VSMS. data terlarnpir.

Teknik tes ini digunakan untuk mengungkap bagaimana kcmatangan sosial anak.
apakah kematangan yang dimiliki oleh anak tersebut sesuai dengan perkembangan usia anak
atau tidak. Sehingga tes kematangan sosial ini diharapkan mampu memberikan gambaran
awal bagaimana kematangan sosial yang dimiliki oleh anak. 2. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan rnaksud tertentu (Lexy J. Moleng.


2000;75). Wawancara dilakukan dengan bahasa verbal melalui konlak langsung. Wawancara
dilakukan dengan cara tidak berstruktur, dimana responden inendapat kekebasan dan
kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan peresaannya tanpa diatur oleh
peneliti. Setelah peneliti memperoleh kelerangan. peneliti mengadakan wawancara yang lebih
berstruktur dan disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden. Artinya
wawancara yang pertama mengandung sifat non directive yaitu menurut pikiran dan perasaan
responden, sedangkan yang selanjutnya bersifat directive, yaitu ditinjau dari pandangan
peneliti.

Teknik pengumpulan data wawancara digunakan untuk mengumpulkan data


tentang pola asuh yang digunakan oleh orang tua dan bagaimana orang tua berperan dalam
pola asuh tersebut.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang bersifat
mendalam. yaitu kegiatan wawancara yang memungkinkan responden untuk mengungkapkan
data sebanyak-banyaknya sesuai dengan apa yang diketahui. dirasakan. dialami atau sedang
dipikirkannya. Dari kegiatan wawancara ini diharapkan akan terkumpul data bagaimana pola
asuh orang tua dan bagaimana interaksi keseharian orang tua dengan anaknya yang
membentuk pola asuh bagi kedua orang tua.

Dalam wawancara peneliti akan rnenylapkan pedoman wawancara sesuai dengan


data yang dibutuhkan. Pertanyaan akan disusun secara terbuka dan tertutup. Pertanyaan
terbuka mendorong responden untuk menjawab dengan menggunakan kata-katanya sendiri,
sedangkan pertanyaan tertutup digunakan sebagai pelengkap data yang diperlukan dengan
jawaban yang bersifat memilih. Untuk hal-hal tertentu wawancara diberengi dengan
pencatatan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap periling.

Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk orang
tua. Untuk meinberikan batasan meteri wawancara maka di bawah ini ada kisi-kisi yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaan wawancara yaitu :

Tebel 2 KISI-KISI WAWANCARA TF.NTANG POLA ASUH

n VARIABEL SUB VARIABEL ASPEK YANG DIUNGKAP


o

A B C D

1 Pola Asuh Otoriter Sikap orang tua pada Kaku, apakah orang tua membatasi
anaknya hubungan dengan anak

Tegas, apakah bila anak melakukan


kesalahan atau yang tidak dikehendaki
orang tua orang tua langsung mengambil
tindakan tegas

Suka menghukum, apakah bla anak


bersalah orang tua langsung menghukum

Kurang ada kasih saying serta simpatik

DUKUNGAN Apakah orang tua suka memaksakan


ORANG TUA PADA
ANAKNYA kehendak kepada anaknya

Apakah orang tua jarang memberikan


pujian bila anak berhasil melakukan
kegiatan yg positif

Apakah anak sering diberikan tanggung


jawab seperti tanggung jawab orang
dewasa

Komunikasi orang tua Apakah orang tua suka membatasi


dengan anaknya anaknya untuk mengutarakan pendapat

2 Pola asuh Sikap orang tua Apakah orang tua suka mendorong
demokratis terhadap anaknya anaknya untuk berprestasi

Apakh orang tua memandang sama hak-


hak antara anak

no VARIABEL SUB VARIABEL ASPEK YANG DIUNGKAP

A B C D

Yang satu dengan yang lainnya

Apakah orang tua secara bertahap


memberikan tanggung jawab pada
anaknya

Bila ada masalah antar keluarga atau anak


apah orang tua mengajak dialog anaknya

Dukungan orang tua Dalam bertindak mereka selalu


terhadap anaknya memberikan alasannya kepada
anak,mendorong anak saling membantu
dan bertindak secara obyektif,tegas tetapi
penuh perhatian

Bahwa anak diberi kesempatan untuk


mandiri dan mengembangkan control
internalnya.

Anak diakui keberadaannya oleh orang


tua

Anak dilibatkan dalam pengambilan


keputusan

Orang tua yg demokratis selalu


memperhatikan perkembangan anak

Komunikasi orang tua Apakah orang tua suka mendengarkan


dengan anaknya keluhan –keluhan anak berkaitan
berkaitan dengan persoalan-persoalannya

3 Pola asuh permisif Sikap orang tua Orang tua selau memberikan kebebasan
terhadap anaknya pada anak tanpa memberikan control
sama sekali

Anak dituntut atau sedikit sekali


dituntutuntuk suatu tanggung jawab tetapi
mempunyai hak yg sama seperti orang
dewasa

Anak diberi kebebasan untuk mengatur


dirinya sendiri danorang tua tidak banyak
mengatur anaknya

Apah orng tua membiarakan anaknya


berbuat sekehendaknya dan lemah sekali
dalam melaksanakandisiplin pada anak

Orang tua kurang miliki kontrol

Orang tua bersikap longgar atau bebas

Dukungan orang tua Bagaimana pola bimbingan terhadap


terhadap anaknya bimbingan terhadap anak kurang

Biala ada masalah apakah keputusan lebih


banyak dibuat oleh anak daripada orang
tuanya

Komunikasi anatar Apakah orang tua kurang tegas dalam


orang tua dan anaknya menerapkan pearturan-peraturan yg ada

Table 3

KISI-KISI WAWANCARA HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK

no VARIABEL SUB VARIABEL ASPEK YANG DIUNGKAP

A B C D

1 POLA Kebebasan Bagaimana komunikasi yang di jalin oleh


KOMUNIKASI berkomunikasi orang tua.

Siapakah yang dominan melakukan


komunikasi, apakah anak atau orang tua

Ayah atau ibu yang sering mengajak


anaknya berkomunikasi

2 Pola Asuh Yang Siapa yang dominan Bagaimana peran ayah dalam pola asuh di
Dominan Antara dalam keluarga keluargas
kedua orang tua
Untuk Ayah Bagaimana sikapayah bila ibu memarahai
anak atau mengarahkan anak.

Apakah ayah mempercayakan saja


pengasuhan anak pada istri.

Apakah ayah sering mengajak ibu untuk


berdiskusi tentang perkembangan anak.

Untuk Ibu Bagaimana sikap ibu bila tahu ayah


memarahi atau mengarahkan anak.

Apakah ibu sering mengajak diskusi


tentang perkembangan anak pada ayah.

3 Kebiasaan- Interaksi orang tua Bagaimana interaksi orang tua dengan


Kebiasaan Orang anak anak
Tua Lainnya

Pada siapakah anak lebih patuh


Apakah anak sering meniru kegiatan yang
dilakukan orang tua

Kebebasan Apakah selama ini didalam keluarga


berpendapat terdapat kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat

Kepatuhan anak Pernahkah anak tidak patuh pada orang


tua, seperti apa?

Penanganan kebiasaan Bagaimana orang tua menerapkan


anak kebiasaan-kebiasaan pada anak

Apakah anak mudah menerima arahan


dari orang tua atau tidak

Peraturan dalam Apakah dalam keluarga ada peraturan


keluarga tentang tingkah laku yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan

Bagaimana orang tua menegakkan


disiplin pada anak

Siapakah yang membuat peraturan dalam


keluarga

Bagaimana bila anak tidak disiplin, apa


yang dilakukan orang tua

Hubungan dengan Bagaimana hubungan antara seluruh


anggota keluarga yang anaggota
lain

3. metode observasi

Pengambilan data melalui observasi ini dipergunakan untuk melihat gambaran tentang :

c. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anaknya, baik ketika ia berada dirumah ataupun
berada pada tempat lainnya sepanjang msih dalam proses penelitian. Dengan melihat
secara langsung bagaimana pola asuh orang tua terhadap anaknya, maka akan
tergambarkan bagaimana tipe pola asuh yang digunakan oleh orang tua untuk
mengembangkan kematangan social anaknya. Pada proses observasi yang dilakukan
untuk melihat pola asuh orang tua ini ada beberapa hal yang akan dijadikan acuan
dalam pelaksanaan kegiatan ini, sebagai pelengkap prosedur dan agar observasi lebih
terarah maka akan dibuat model untuk melihat pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Modul observasi ini disesuaikan dengan variable dalam wawancara, hal ini dilakukan
untuk memberikan batasan tentang aspek-aspek yang ingin diungkap selama peneliti
melakukan observasi.

Table 4

MODUL OBSERVASI POLA ASUH ORANG TUA

no VARIABEL SUB VARIABEL DESKRIPSI OBSERVASI

A B C D

1 Pola Asuh Otoriter Sikap orang tua pada


anaknya

Dukungan orang tua


pada anaknya

Komunikasi orang tua


dengan anaknya

2 Pola Asuh Sikap orang tua


Demokrasi terhadap anaknya

Dukungan orang tua


terhadap anaknya

Sikap orang tua


terhadap anaknya
3 Pola Asuh Sikap orang tua
Permisif terhadap anaknya

Dukungan orang tua


terhadap anaknya

Komunikasi orang tua


dengan anaknya

d. Hubungan orang tua atau pola interaksi orang tua, berbeda dengan observasi di atas yang
ingin secara spesifik mengambarkan tentang hagaimana pola asuh orang tua terhadap
anaknya. Dalam observasi huhungan orang tua ini memiliki spektrum yang lebih luas, yaitu
yang menyangkut beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak meliputi
cara komunikaso, interaksi dan siapa orang tua yang dominan dalam hubungan antara anak
dengan kedua orang tuanya apakah ibunya atau ayahnya.

Table 5

MODUL OBSERVASI POLA INTERAKSI ORANG TUA

(HUBUNGAN ORANG TUA)

no VARIABEL SUB VARIABEL DESKRIPSI OBSERVASI

A B C D

1 Pola Komunikasi Kebiasaan


berkomunikasi

2 Pola Asuh Yang Siapa yang dominan


Dominan Antara dalam keluarga
kedua orang tua

Untuk Ayah

Untuk Ibu
3 Kebiasaan- Interaksi orang tua
kebiasaan orang anak
tua lainnya

Kebebasan
berpendapat

Kepatuhan anak

Peraturan dalam
keluarga

Hubungan dengan
anggota keluarga
lainnya

e. Sikap-sikap kematangan sosial yang dimiliki oleh anak: Untuk mengetahui kematangan
sosial anak maka dibutuhkan pranata atau cara untuk mengetahuinya. cara yang cukup efektif
untuk mengetahui kematangan sosial anak adalah dengan cara wawancara, seperti yang
dikemukakan dalam landasan teori di atas bahwa kematangan sosial seseorang tampak dalam
perilakunya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya
sendiri dan partisipasinya dalam aktifitas-aktifitas yang mengarah pada kemandirian
sebagaimana layaknya orang dewasa (Doll.1995:5) Kematangan sosial pada anak berbeda
dengan kematangan sosial pada remaja dan orang tua. Dalam kematangan anak ada aspek
yang dapat dijadikan ukuran apakah anak sudah memiliki kematangan sosial atau belum.
Oleh sebab itu sama dengan observasi untuk orang tua, untuk memebrikan batasan tentang
aspek kematangan sosial yang ingin diungkap maka dibutnhkan kisi-kisi yang sesuai yang
digunakan untuk landasan dalam pelaksanaan observasi, yaitu :

Tabel6

MODUL OBSERVASI ASPEK KEMATANGAN SOSIAL ANAK

no VARIABEL SUB VARIABEL DESKRIPSI OBSERVASI


A B C D

1 Menolong diri sendiri Menolong diri Mencuci muka


(self help) sendiri secara umum
Mencuci tangan tanpa bantuan
(self-help general)
Pergi tidur sendiri

Kemampuan ketika Mengambil makanan sendiri


makan (self-eating)
Menggunakan garpu

Memotong makanan lunak

2 Mengarahkan pada diri Mengatur uang Mengatur uang atau dapat dipercaya
sendiri(self-direction) dengan uang

Mengatur waktu Dapat mengatur waktu

3 Gerak(locomotion) Gerakan sederhana Anaka mampu menuruni tangga


dengan menginjak satu kali tiap anak
tangga tanpa bantuan.

Kemandirian Pergi ke tetangga dekat tanpa diawasi

Pergi sekolah tanpa diantar

4 Pekerjaan(occupation) Pekerjaan Rumah Membantu pekerjaan rumah tangga


Tangga yang ringan

Menggunakan pisau

Pekerjaan Menggunakan pensil sendiri.


harian/sekolah

5 Sosialisasi(socialization) Sosialisasi dengan Bersama teman-temannya, mengikuti


orang lain. suatu permainan

Mengikuti lomba

6 Komunikasi Komunikasi Berbicara dengan orang yang ada


sederhana disekitarnya

Komunikasi lanjutan Mampu menuliskan apa yang


diinginkan

Mampu mengutarakan dengan kata-


kata apa yang sedang dialaminya

4. Studi Dokumentasi
Penggalian data di lapangan tidak saja hanya sebatas data manusia/orang. Tetapi juga
termasuk kedalamannya data non manusia berupa dokumen, yang digali dengan studi
dokumen. Lexy J Moleng (20()0;65) menyebutkan: Dokumen adalah setiap hahan tertulis
ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan kerena adanya pcrmintaan seorang
peneliti. Sedangkan yang dimaksud record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh
seorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
E. Langkah-Iangkah Penelitian

Penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara berproses melalui berbagai
langkah. Langkah-Iangkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap pra-lapangan

Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2000:64). tahap dalam pra-lapangan terdiri dari :

a. Menyusun rencana penelitian

Rancangan penelitian merupakan rangkaian usulan penelitian yang dilakukan peneliti di awal
kegiatan penelitian. Rancangan penelitian yang dibuat oleh peneliti terdiri dari tiga bagian
besar yang menyangkut didalamnya adalah, 1) latar belakang. rumusan masalah. tujuan
penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi oprasional, 2) tinjauan pustaka
yang mengungkap tentang pola asuh orang tua.aspek-aspek kematangan sosial anak dan
program bimbingan, dan 3) metode penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian

Pemilihan lapangan dilakukan setelah peneliti mendapatkan kejelasan tentang rumusan


masalah dan batasan masalah serta tujuan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pada
rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti memutuskan untuk mengambil lokasi
penelitian di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram NTB.

c. Mengurus perizinan

Penelitian ini melibatkan beberapa unsur yaitu Lembaga Penyelengara, Orang tua dan Guru,
Sehingga untuk memperlanear penelitian ini maka dilakukan perizinan secara formal kepada
Lembaga yang akan diteliti. kepada Orang tua dan Guru. Selain seeara formal maka perizinan
seeara non formal melakui pendekalan dilakukan terlebih dahulu kepada calon responden
yaitu beberapa orang tua.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan.


Penjajakan lapangan dilakukan supaya peneliti lebih mengenal dan lebih erat huhungan
dengan ohyek penelitian. Moleng (2000:64) menyehutkan "inaksud dan tujuan penjajakan
lapangan adaiah hemsaha mengenal segala unsur lingkungan sosial. fisik dan kcadaan alam
lainnva".

Demikian halnya yang dilakukan peneliti. dimana sebelum meneliti secara langsung. peneliti
herusaha untuk menjajaki lokasi penelitian. Proses penjajakan lebih mudah dilakukan karena
peneliti sering berinteraksi dengan lokasi penelitian bahkan menjadi salah satu partisipan di
lembaga yang bersangkutan.

e. Memilih dan memanfaatkan int'orman

Informan adaiah orang yang dimanfaatkan untuk memherikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2000:64). Informan
dalam penelitian ini adaiah orang tua, anak clan guru,

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti tidak hanya berbagai hal yang menyangkut
persiapan fisik semata. tetapi juga berbagai hal non fisik seperti menyiapkan diri peneliti.
menghubungi tempat yang akan dijadikan responden penelitian dan lain sebagainya.
Penyiapan peralatan penelitian dimaksudkan agar pada saat penelitian berlangsung. peneliti
mendapatkan kemudahan untuk lebih terfikus pada berbagau permasalahan yang akan
diteliti.

g. Persoalan etika penelitian

Persoalan penelian akan muncul rnanakala peneliti tidak memahami atau tidak mempunyai
latar belakang yang sama dengan responden penelitian. Moleong (2()()0;64) menyebutkan
bahwa "persoalan etika dalam penelitian apabila peneliti tidak menghorniati, mematuhi, dan
mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut". Untuk menghindari berbagai hal
yang tidak diinginkan berkaitan dengan etika penelitian, maka peneliti berusaha untuk
menggali berbagai latar belakang psiko-sosio-kultur responden penelitian dengan berbagai
interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh peneliti kepada responden penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan


Untuk memudahkan dalam proses tahap pekerjaan lapangan. maka peneliti membagi dalam
berbagai tahapan :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memahami latar belakang penelitian. peneliti perlu memahami dua latar
penelitian. yaitu latar penelitian terbuka dan latar penelitian tertutup.

Latar belakang terbuka adalah setting penelitian yang akan diambil oleh peneliti
dari semua aktifitas diluar rum ah atau diluar sekolah pada responden penelitian.

Anda mungkin juga menyukai