�
Ibunya menjawab, �Sebab ibu adalah perempuan, nak.�
�Saya tak mengerti ibu,� kata si anak. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. �Nak, kau
memang tak akan mengerti��
Si anak membesar menjadi remaja, dan dia tetap terus bertanya-tanya, mengapa perempuan
menangis? Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, �Ya Allah, mengapa
perempuan mudah menangis?� Dalam mimpinya ia merasa seolah mendengar jawapannya:
�Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar
mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan
lembut untuk menahan kepala bayiyang sedang tertidur.
�Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia
menerima cerca dari si bayi itu apabila telah membesar ia.
�Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua
orang sudah putus asa.
�Ku berikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walau dia sendiri letih, walau sakit, walau
penat, tanpa berkeluh kesah.
�Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi
dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada anak-anak yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah
yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
�Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi
pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak.
�Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata, agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus
kepada wanita, agar dapat ia gunakan bila masa pun ia inginkan. Ini bukan kelemahan bagi wanita,
kerana sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan.