Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kamis, 10-06-2010
Sebuah jaringan kampus yang solid dan didukung konektivitas internet yang baik tidak
lagi menjadi barang mewah bagi sebuah institusi pendidikan tinggi, melainkan sebuah
kebutuhan. Para mahasiswa, termasuk para orang tua mereka mempertimbangkan akses
yang baik ke sumber daya jaringan sebagai faktor dalam menentukan institusi mana yang
akan mereka pilih. Ini berdampak baik pada rekrutmen maupun retensi. Semakin banyak
mahasiswa yang datang ke perguruan tinggi berharap bahwa jaringan yang ada di sana
akan memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, tetapi selain itu mereka juga berharap
akan ketersediaan layanan hiburan bagi mereka. Pihak kampus ingin faktor-faktor ini
terakomodir ke dalam sistem pembuatan keputusan mereka, dalam bentuk dukungan
terhadap skema prioritas, bukan skema pemblokiran. Dilihat dari perspektif manajemen
dan hubungan masyarakat, lebih baik melakukan pembatasan terhadap lalu lintas hiburan
daripada memblok secara sepenuhnya. Beberapa produk manajemen bandwidth
memungkinkan untuk meningkatkan lalu lintas hiburan saat lalu lintas bisnis rendah.
Seperti halnya layanan video dan suara yang juga berpindah ke jaringan, pengelolaan
bandwidth untuk penyediaan kualitas layanan terhadap aplikasi peka waktu (time-
sensitive applications) menjadi lebih penting. Penelitian mengenai kebutuhan bandwidth
juga terus berkembang. Proyek penelitian mutakhir, seperti SETI@home [13], UCSC
Genome Bioinformatics [14], atau Mars Exploration [15], memanfaatkan sekelompok
besar perangkat jaringan untuk perhitungan masif atau untuk melakukan distribusi data
set yang besar melalui situs mirror. The Access Grid [16] mendukung interaksi manusia
melalui high-end audio dan video. Semua aplikasi ini merupakan aplikasi dengan tingkat
kebutuhan bandwidth yang tinggi.
Bila dibandingkan dengan masa lalu, hari ini kita dapat membeli bandwidth dengan dana
yang lebih sedikit. Dan kemungkinan besar tren ini akan terus berlanjut. Walau demikian,
hanya dengan membeli lebih untuk memenuhi meningkatnya permintaan bandwidth
sering dianggap tidak praktis. Lingkungan dan aplikasi untuk melakukan komputasi peer-
to-peer [17] seperti Napster, Kazaa, Audio Galaxy, Gnutella dan Torrent berujung pada
kebutuhan bandwidth yang lebih besar daripada penyediaan yang sanggup perguruan
tinggi dan universitas bisa adakan. Setiap kampus, dalam melakukan strategi manajemen
bandwidth, harus memutuskan kapan biaya investasi akan lebih murah daripada membeli
bandwidth lebih. Salahnya strategi dalam investasi manajemen bandwidth maupun
pembelian bandwidth beresiko membuat jaringan kampus menjadi macet, menuju titik di
mana tidak ada pengguna yang dilayani dengan baik.
Tool manajemen bandwidth yang efektif harus berkembang cepat untuk tetap eksis di
depan aplikasi yang dirancang untuk mereka kontrol. Upaya awal untuk mengelola
bandwidth termasuk memblokir port tertentu pada router kampus, tapi pengembang
aplikasi dapat dengan cepat belajar untuk mengubah port. Aplikasi lain menyamarkan
data yang harus dibatasi menjadi data yang dianggap prioritas utama. Tool manajemen
bandwidth harus selalu ditingkatkan untuk berada di depan para pengembang.
Tool manajemen bandwidth juga berkembang untuk menangani pipa yang besar dan
lebih besar lagi. Sebuah riset di sebuah universitas di USA telah menginvestigasi
PacketShaper dari Packeteer pada bulan Januari 2002. Produk tersebut bisa mengelola
link DS3 milik universitas tersebut ke kampus utama yang mereka miliki di
Minneapolis / St. Paul, tapi tidak bisa mengelola pipa OC3 dari kampus utama ke
Internet. Sekarang PacketShaper dapat mengatur hingga 200 MB, sehingga dapat
mengelola OC3 tersebut, tetapi tidak dapat mengelola OC12 yang lebih besar dan pipa
OC48 yang beberapa kampus gunakan. Dalam waktu dekat bisa dipastikan akan keluar
produk baru untuk menangani pipa-pipa yang lebih besar.
Tool-tool ini juga berkembang untuk dapat menerapkan aturan manajemen yang berbeda
untuk berbagai kelompok pengguna di jaringan kampus. Beberapa produk dapat
menerapkan aturan yang berbeda untuk VLAN berbeda. Melihat trend kebutuhan ini,
akan ada evolusi dari tool-tool ini yang memungkinkan pengaturan ke setiap perangkat
milik individu pada jaringan.
Menerapkan manajemen bandwidth di lingkungan korporat terbagi atas dua aspek, yakni
aspek internal dan eksternal. Aspek internal meliputi pengaturan pemakaian bandwidth
untuk keperluan internal itu sendiri, sedangkan aspek eksternal meliputi pengaturan
pemakaian bandwidth untuk menjaga “keseimbangan” antara keterbatasan infrastruktur
yang didukung oleh pendanaan yang relatif terbatas dengan tingkat kepuasan pengguna
akhir sebagai konsumen.
Kedua aspek tersebut berujung pada efisiensi dan efektifitas kerja lingkungan korporat itu
sendiri. Efektif dalam artian pendanaan yang relatif memiliki tingkat prioritas yang lebih
rendah dapat direlokasi ke pengembangan infrastruktur, sehingga akselerasi dalam proses
ekspansi bisnis dapat dilakukan. Efisien dalam artian dengan alokasi pendanaan yang
sama, kualitas capaian bisa lebih optimal. Bila memungkinkan malah bisa dimaksimalkan
dengan pola-pola bisnis tertentu yang sudah terbukti.
Kesimpulan.
-1- Educause 2002 Track Session: It’s Their Bandwidth…Let Them Decide
Track 2, Thursday, October 3, 3:55 p.m. – 4:45 p.m., B303.
-2- Educause 2002 Constituent Group: Net Improvement
Wednesday, October 2, 12:40 p.m. – 2:10 p.m., B301.
http://www.educause.edu/memdir/cg/netimprov.html
-3- Educause 2002 Constituent Group: Network Management.
Thursday, October 3, 4:55 p.m. – 6:10 p.m., B215
http://www.educause.edu/memdir/cg/netman.html