Karakteristik Industri Besar Dan Sedang Di Kabupaten Bantul: Fajriyanto, Hari Purnomo, Arya, Agus Mansur, Endy Marlina
Karakteristik Industri Besar Dan Sedang Di Kabupaten Bantul: Fajriyanto, Hari Purnomo, Arya, Agus Mansur, Endy Marlina
Abstract
The Regency of Bantul is region which has high development number of industry
in the Province of special Region of Yogyakarta, but in fact, this sector has not
optimized in exploring the potency of its industry. The main problem of this re-
search is what the characteristic of industries in Bantul based on the aspect of
human resource, location, investation, productivity, and intercorrelation.The ob-
jective of this research is knowing the potency of industries in the Regency of
Bantul based on the aspect of human resource, location, investation, productivity,
and intercorrelation.This research location took place in the Regency of Bantul,
Province of Special Ragion of Yogyakarta. The analysis of data is descriptif meth-
ods, based on statistical data which available. This research findings are as fol-
lows: Based on the aspect of human resource, most of the characteristics and
industry potentials in the Regency of Bantul were "low level" worker, but signifi-
cant in absorbing workers. Based on the aspect of investment, small capital in-
dustry has better sustainability level compared with big capital industry. Bankings
in the Regency of Bantul have important roles in the growth of industries, but
investment from outside relatively small. Based on the aspect of productivity, it
has not a good system of renumeration which available such as lower salary, and
minimum of training activity for worker. It has influence to low level worker pro-
ductivity and loyality to owner. Based on the aspect of location, the industries
which located in Bantul can be categorized as industries which focus on worker.
Based on the aspect of intercorellation, most of raw materials and supporting
industry came from the Regency of Bantul. Most of big industries and middle
industries were able to sold their product to outside Regency of Bantul.
Latar Belakang
Bantul merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai tingkat perkembangan
industri yang relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten Kulonprogo maupun
Gunungkidul. Namun arah pengembangan inudustri di daerah ini, belum dilakukan
dengan baik. Studi – studi mengenai pengembangan industri di daerah Bantul masih
sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam penentuan arah pembangunan
industri, yang dapat menyebabkan kemunduran sektor industri.
Pemerintah Daerah mempunyai peran yang cukup signifikan dalam
pengembangan industrialisasi di daerah. Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan
untuk menentukan arah kebijakan pengembangan industri, baik menyangkut pola
pengembangan, macam dan jenis industri, penyelesaian masalah lingkungan, lokasi
industri, dan penyusunan prioritas pengembangan maupun model
Rumusan Masalah
Kabupaten Bantul merupakan wilayah yang mempunyai perkembangan jumlah
industri yang cukup tinggi di propinsi D.I.Y, namun pada kenyatannya sektor ini masih
belum optimal dalam menggali potensi industrinya. Permasalahan penelitiannya adalah
apa potensi industri di Kabupaten Bantul ditinjau dari aspek sumberdaya manusia
sumberdaya alam, lokasi, investasi, produktivitas dan interkorelasi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian adalah :
1. Mengetahui potensi industri Kabupaten Bantul ditinjau dari aspek sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, lokasi, investasi, produktivitas dan interkorelasi.
2. Mengetahui hambatan pengembangan industri di Kabupaten Bantul.
Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukan penelitian adalah :
1. Membantu memberikan arah pengembangan industri sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja industri.
2. Membantu Pemerintah Kabupaten Bantul dalam penentuan kebijakan
pengembangan, dan penentukan pilihan pengembangan industri yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Batasan Industri
Industri Besar adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Industri Sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20-99 orang.
Industri Kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5-19 orang. Industri
Rumah Tangga adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1-4 orang (BPS
DIY, 2000). Pada penelitian ini dibatasi pada industri besar dan sedang.
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bantul DI. Yogyakarta.
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh industri di Kabupaten Bantul.
Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan pada metode kuota, yaitu
ditentukan berjumlah 30 industri. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple cluster random sampling.
Metode Analisis
Analisis, yaitu tahap pekerjaan yang merupakan penilaian terhadap berbagai
keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip – prinsip, pendekatan, dan metode serta
teknik yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah. Analisis yang digunakan
menggunakan metode deskriptif, berbasis pada data-data statistik. Klasifikasi kelompok
industri sedang dan menengah digunakan untuk mengetahui potensi dan permasalahan
masing-masing kelompok, ditinjau dari aspek sumberdaya manusia, produktivitas,
investasi, lokasi dan interkorelasi dengan menggunakan analisis crostab. Sedangkan
untuk analisis sumberdaya alam digunakan data-data sekunder. Pemetaan digunakan
untuk mempermudah nterpretasi.
Tabel 1
Tingkat Pendidikan dan penghasilan karyawan
PenghasilanKerja
Pendidikan 300- Jumlah Total (%)
<300ribu 500-1jt 1-2jt
500ribu
SD 12 8 1 - 21 16
SLTP 16 18 1 - 35 26,7
SLTA 22 34 3 1 60 45,8
PT 3 7 3 - 13 9,9
Lain-lain 1 1 - - 2 1,5
Total 54 68 8 1 131
Total (%) 41,2 51,9 6,1 0,8 100
Tabel 2
Tingkat Turnover Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pindah Kerja
Pendidikan Tidak Jumlah Total (%)
Sekali 2 kali 3 kali > 3 kali
pernah
SD 3 3 7 4 4 21 16
SLTP 11 5 11 4 4 35 26,7
SLTA 27 15 10 3 5 60 45,8
PT 3 5 5 - - 13 9,9
Lain-lain 1 1 - - - 2 1,5
Total 45 29 33 11 13 131
Total (%) 34,4 22,1 25,2 8,4 9,9 100
Rata-rata karyawan di daerah Kabupaten Bantul bekerja selama 3-5 tahun dengan
loyalitas tinggi terhadap perusahaan (65,6%), terutama karyawan dengan pendidikan
akhir SD (95,7%). Hal ini dapat dilihat dari tidak pernahnya mereka pindah kerja atas
kemauan sendiri.
Namun hanya 40,5% perusahaan yang pernah melakukan training untuk karyawan
dan sebagian besar ditujukan untuk karyawan dengan pendidikan akhir SLTA (46,7%).
Ini dimungkinkan karena sulitnya mengembangkan karyawan dengan pendidikan akhir
SD dengan lama kerja yang hanya 1-2 tahun.
Aspek produktivitas
Berdasarkan data tingkat penghasilan pengusahan ternyata justru perusahaan
dengan investasi kecil yang memiliki kecenderungan mendapatkan keuntungan besar,
sehingga perlu dikaji lebih dalam tentang sebab dan faktor-faktor penyebabnya. Kondisi
tersebut menarik diperhatikan karena perusahaan dengan investasi kecil ternyata
mampu mencapai tingkat profitabilitas yang relatif tinggi. Hal tersebut memiliki gambaran
khusus bahwa besarnya investasi awal tidak menjamin tingkat profitabilitas. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti investasi lebih besar bersumber pada
pinjaman dari luar sehingga akan membebani aliran kas perusahaan setelah operasi,
di samping itu efisiensi yang rendah pada perusahaan-perusahaan besar.
Tabel 3
Penghasilan Pengusahan Berdasarkan Tingkat Investasi
Aspek Investasi
Industri di Bantul sebagian besar merupakan industri dengan tingkat investasi
awal yang relatif kecil. Sebesar 63,33 % industri di Bantul pada awalnya hanya
bermodalkan investasi yang di bawah 50 juta rupiah dan hanya 13,33% industri yang
investasi awal lebih dari Rp 200 juta.
Dari beberapa data sebelumnya, dapat dilihat bahwa sebagian besar industri di
wilayah Bantul merupakan industri kecil sampai menengah. Dengan demikian, investasi
awal yang kecil, namun cukup signifikan dalam menyerap tenaga kerja di
Tabel 4
Tingkat Bantuan Dana yang Diberikan oleh Bank
Total 11 11 22
Total (%) 50 50 100
semakin besar perusahaan maka semakin kecil tenaga kerja yang berasal dari
Kabupaten Bantul.
Tabel 5
Asal Tempat Tinggal Karyawan Produksi
Ditinjau dari letak perusahaan berdasarkan pada sebaran lokasi industri, terlihat
bahwa perusahaan yang mempekerjakan buruh yang berasal dari luar Bantul hanya
terdapat perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Kasihan. Untuk karyawan
administrasi, perusahaan yang menggunakan tenaga kerja dari luar Kabupaten Bantul
terdapat di Kecamatan Kasihan, Banguntapan, Sewon dan Pleret. Bahkan untuk
perusahaan yang berada di Kecamatan Kasihan, sebagian besar karyawan administrasi
berasal dari luar Kabupaten Bantul. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan lokasi
perusahaan dengan kota Yogyakarta telah mengakibatkan banyak perusahaan yang
menggunakan tenaga kerja berasal dari luar Bantul, khususnya tenaga kerja
administrasi.
Pendekatan pemilihan lokasi berdasarkan pada tenaga kerja, tentunya sangat
beralasan karena sebagian besar perusahaan menilai bahwa UMR di Kabupaten Bantul
tidak tergolong tinggi ( 90%) dan hanya 10% yang menyatakan terlalu tinggi. Adapun
industri yang menyatakan terlalu tinggi sebagian besar adalah industri menengah bawah
( 20 – 50 tenaga kerja).
Sebagian besar industri (86,6%) menyatakan bahwa kedekatan dengan bahan
baku utama industri tidak menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi industri.
Tetapi untuk industri yang berada di Kecamatan Dlingo, Pajangan dan Jetis justru alasan
utama pemilihan lokasi industri adalah karena dekat dengan bahan baku utama.
Apabila ditinjau dari asal bahan baku utama untuk kegiatan industri, maka sebagian
besar berasal dari luar Bantul (86,6%) dan hanya 13,4 % berasal dari Bantul (lihat
tabel 4.3.). Bahan baku utama untuk industri menengah bawah ( 50-100 pekerja) hanya
29,1% yang berasal dari Kabupaten Bantul, industri menengah atas ( 51-100 pekerja)
hanya 20% yang berasal dari Kabupaten Bantul dan industri besar sebagian besar
bahan baku berasal dari luar Kabupaten Bantul.
Bahan baku industri pengolahan kayu sebagian besar adalah berasal dari luar
Bantul. Oleh karena itu kebijakan pengembangan penyediaan bahan baku industri
seperti kayu, akan mempunyai multiplayer efek yang cukup baik bagi kabupaten apabila
dapat menyediakan bahan baku utama dari kabupaten Bantul.
Tabel 6
Lokasi Perusahaan Menjual Hasil Produksi
Aspek Interkorelasi
Interkorelasi industri dapat dilihat dari sudut input dan output. Dari sudut input
dilihat dari sumber bahan baku, sumberdaya manusia, teknologi dan modal. Dari sudut
out put dapat dilihat dari aspek pemasaran hasil produksi.
Ditinjau dari sumber bahan baku, terlihat sebagian besar industri (86,7%)
mengambil sumber bahan baku berasal dari luar wilayah Bantul(lihat tabel 4.3).
Pemasok bahan baku utama industri yang berasal dari Jawa Tengah yaitu Klaten,
Ambarawa, Magelang, Muntilan, Prambanan, Blora, Surakarta.
Sebagian besar industri (80%) prosentase penggunaan bahan baku utama lebih
dari 75%, sedangkan industri yang menggunakan bahan baku utama antara
50%-75% adalah 13,3% dan hanya 3,3% yang menggunakan bahan baku kurang
dari 50%.
Bahan baku penunjang industri sebagian besar berasal dari Yogyakarta (70%),
sedangkan yang berasal dari Bantul hanya sebanyak 23,3%. Hal ini menunjukkan
bahwa perdagangan di Bantul kurang kompetitif dibandingkan dengan Yogyakarta,
sehingga industri cenderung berbelanja bahan baku penunjang ke Yogyakarta. Namun
karena terjadinya aglomerasi beberapa kecamatan dengan kota Yogyakarta, maka
kencenderungan ini nampaknya tidak dapat dihindari. Lebih-lebih beberapa industri
lokasinya lebih dekat dengan kota Yogyakarta. Kondisi ini tentunya kurang
menguntungkan dari segi interkorelasi, sebab apabila pembelanjaan dapat dilakukan
di toko-toko di Kabupaten Bantul tentunya akan mempercepat pertumbuhan
perdagangan di Bantul.
Ditinjau dari asal modal perusahaan, sebagian besar perusahaan menggunakan
modal sendiri (70%), pinjam dari bank (6,6%) dan gabungan antara modal sendiri dan
bank 23,7% (lihat tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa peranan perbankan masih
relatif kecil dalam struktur pembiayaan modal perusahaan.
Sebagian besar bank pemberi modal perusahaan berlokasi di Kabupaten Bantul.
Kondisi ini menunjukkkan bahwa kedekatan lokasi perbankan dengan wilayah
layanannya mempengaruhi hubungan positif antara perusahaan dengan perbankan.
Ditinjau dari asal pembelian peralatan perusahaan, sebesar 33% perusahaan
membeli peralatan perusahaan di toko-toko yang berloasi di Yogyakarta, DIY (26,6%),
di luar DIY (26,6%) dan hanya 3,3% dari Bantul (lihat tabel 5.4). Hal ini menunjukkan
bahwa penyediaan peralatan teknologi untuk industri-industri di Bantul masih sangat
tergantung dari daerah lain.
Ditinjau dari aspek pasar, sebagian besar industri menjual hasil produksi ke luar
wilayah Bantul yaitu sebesar 96,6%.. Bahkan sebesar 24% industri menjual hasil
produksinya ke luar negeri. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa terjadi
interkorelasi yang cukup signifikan pemasaran hasil produksi ke luar dari Kabupaten
Bantul, baik ke wilayah DIY, maupun wilayah lain di Indonesia bahkan untuk tujuan
ekspor. Kondisi ini sangat menguntungkan untuk kemajuan industri di Bantul, meskipun
di pihak lain juga rentan apabila terjadi ketidaklancaran pemasaran hasil produksi.
Namun apabila dilihat dari keberagaman tujuan pemasaran maka struktur Hal lain
yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa pemerintah daerah setempat telah juga
melakukan kegiatan untuk memacu pertumbuhan industri di wilayah Batul. Masalah
administrasi dan perijinan untuk pengusaha diberikan kemudahan dalam
pengurusannya.
Simpulan
Ditinjau dari aspek sumberdaya manusia, karakteritik dan potensi industri di
kabupaten Bantul sebagian besar merupakan tenaga kerja pada bidang produksi dan
administrasi yang pada dasarnya merupakan pekerja “level bawah”. Industri kecil dan
menengah memiliki kontribusi yang signifikan dalam penyerapan tenaga kerja di
daerahnya.
Ditinjau dari aspek investasi, industri dengan modal yang lebih kecil ternyata
memiliki tingkat sustainability yang lebih baik ketimbang perusahaan dengan modal
besar, hal ini ditunjukkan dengan rasio profitabillitas yang tinggi pada perusahaan
dengan modal yang tidak terlalu besar. Perbankan di Bantul memiliki peranan penting
dalam pertumbuhan industri di Bantul dengan berbagai kemudahannya dalam hal
pinjaman modal bagi pengusaha.
Saran
Sebagian besar pengusaha tidak melakukan trading secara langsung dengan
buyers dari luar negeri, akibatnya margin keuntungan tidak dapat optimal. Oleh karena
itu pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan-kegiatan fasilitasi bagi industri di Bantul
guna melakukan kegiatan ekspornya, sehingga devisa yang didapat dapat kembali
pada daerah dan dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
Bantul.
Perlu adanya suatu usaha yang nyata bagi peningkatan produktifitas dari industri
di Bantul. Proses peningkatan produktifitas tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan
manajemen UKM bagi para pengusaha, ataupun penyiapan infrastruktur yang
mendukung.
Perlu dilakukan pengembangan industri pariwisata secara luas di daerah Bantul.
Dengan tumbuhnya industri pariwisata yang baik, maka hal itu akan memacu tumbuh
dan berkembangnya industri masyarakat secara luas mengingat sebagian besar industri
di Bantul merupakan industri yang menitikberatkan pada industri pariwisata.
Perlunya penelitian-penelitian yang sejenis guna meningkatkan pengembang
industri Bantul, baik dari aspek manajemen industri, produktivitas, sumberdaya manusia,
optimalisasi sumberdaya alam, interkorelasi maupun lainnya.
Pustaka Acuan
_____, (1989). Economic and Social Commision for Asia Pacific (ESCAP), United Nation,
“Technology Content Assesment”, Vienna.
Alkadri, Dodi Slamet, Muhdie, Siswanto S, Fathoni. (1999). Manajemen Teknologi untuk
pengembangan Wilayah, Laporan Hasil Penelitian, BPPT Jakarta.
Alkadrie, (1997). Dampak Hutang Luar Negeri Terhadap Ekonmi Tabungan di Indone-
sia: kajian 1969-1996, Tesis Pasca Sarjana. Universitas Padjajaran.
Drabek, Z. (1997). Input – Output Prize Model and their use in Inter-Country Compari-
son . Discussion Paper No 80-26; Dept of Economics University of British
Columbia.
Gunawan, Retno. I. (1990). Skenario Pertumbuhan Sektor Industri Jawa Timur Sebagai
pengaruh dari perubahan sektor–sektor pembangunan lain dengan pendekatan
Simulasi Sistem Dinamis, Disertasi, Institut Teknologi Sepuluh November.
Leontief, W., Input-Output Economics, Oxford University Press, Ney York, 1966.
Nugroho, Yanuar (1997). Kontribusi Metodologi Pemodelan Sistem dalam Analisis dan
Perancangan Sistem Sosial, Laporan Hasil Penelitian, Departemen Teknik
Industri ITB.
Saadah, Nur, (2002). Usaha Kecil dan Menengah, Pusat Studi Asia Pasifik UGM,
Yogyakarta.
Wirabhuana, Arya, (2000). Studi kritis pada kebijakan pemerintah daerah mengenai
APBD: Studi kasus pada PEMDA DATI II Kab. Sleman, Laporan Hasil Penelitian,
Jurusan Akuntasi Universitas Gadjah Mada.