1
Oleh: Adhy Basar P dan Ihsan Ismady P
Pendahuluan
1
Pengamat perbankanI
% %
20 20
16 16
12 12
8 8
4 4
0 0
kt2008
kt2009
Jan2008
Feb2008
ar2008
ei2008
Juni2008
Juli 2008
ov2008
es2008
Jan2009
Feb2009
ar2009
ei2009
Juni2009
Juli 2009
ov2009
es2009
2005
2006
2007
ept2008
ept2009
pr2008
gs2008
pr2009
gs2009
M
M
O
O
M
M
N
D
A
A
A
A
S
S
SBI (1 bulan) Modal Kerja Investasi Konsumsi
800 21
600 20
400
19
200
- 18
2004 2005 2006 2007 2008 Jun 2009 Des 2009
Dari sisi DPK, pertumbuhan dana masyarakat sepanjang 2009 juga kurang
menunjukkan peningkatan yang tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2009, peningkatan DPK hanya sebesar Rp 220 triliun atau rata-rata
meningkat sebesar Rp 18 triliun per bulan. Kondisi tersebut menurun jika
dibandingkan rata-rata peningkatan DPK per bulan di tahun 2008 sebesar Rp 20
triliun dan Rp 19 triliun di tahun 2007. Ke depan, dengan membaiknya kondisi pasar
finansial di luar perbankan, diperkirakan akan berat bagi perbankan untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat agar tetap menyimpan dananya di bank.
Diperlukan strategi yang inovatif bagi perbankan dalam usahanya meningkatkan DPK
khususnya dana yang memiliki biaya yang rendah (dana tabungan dan giro).
Dilihat dari komposisi DPK yang ada, dimana porsi deposito masih memiliki
share yang cukup besar (pada 2008 share deposito mencapai 47% dan pada 2009
sebesar 46%) membuat kemampuan perbankan untuk menekan biaya dana menjadi
terbatas, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan suku bunga kredit
menjadi kurang optimal. Kondisi tersebut yang antara lain dapat melemahkan fungsi
intermediasi perbankan terhadap sektor riil.
Rasio (%) 2005 2006 2007 2008 Nov 2009 Des 2009
BOPO 89.50 86.98 84.05 88.59 86.55 86.63
ROA 2.55 2.64 2.78 2.33 2.61 2.60
NIM 5.63 5.80 5.70 5.66 5.54 5.56
NPL 7.56 6.07 4.07 3.20 3.82 3.31
LDR 59.64 61.56 66.32 74.58 73.67 72.88
CAR 19.30 21.27 19.30 16.78 17.08 17.42
SBI/Kredit 7.80 22.60 20.35 12.73 14.27 14.75
Laju inflasi diperkirakan juga akan meningkat (mencapai 6%) sejalan dengan
meningkatnya permintaan global dan domestik serta naiknya harga minyak dan
komoditas global. Sementara itu, nilai tukar Rupiah diperkirakan akan terus
terapresiasi seiring dengan masih tingginya spread yield investasi rupiah serta
cadangan devisa yang terus menguat. Perkiraan kenaikan laju inflasi domestik serta
kenaikan suku bunga global (diperkirakan The Fed meningkatkan Fed Rate di
semester I 2010) akan menyebabkan BI mengambil kebijakan peningkatan BI rate
sepanjang 2010.
Rp. T %
8
80
7
60 6
5
40
4
20 3
2004 2005 2006 2007 2008 Jun 2009 Des2009
NPL (Rp. T) PPAP YWD (Rp. T) PPAP YD (Rp. T) NPL (%)
Tingginya BOPO terkait dengan masih tingginya beban bunga dana serta
biaya overhead. Untuk itu, tahun ini BI akan melakukan benchmarking terhadap biaya
dana, biaya overhead, premi risiko serta margin keuntungan, sehingga perbankan
dapat mencari area yang dapat ditingkatkan efisiensinya guna menetapkan suku
Rp. T %
350 100
300 95
250 90
200 85
150 80
100 75
2004 2005 2006 2007 2008 Jun 2009 Des 2009
Pendapatan Opr Biaya Opr BOPO
Agresivitas investor bank asing dalam melakukan akuisisi bank lokal makin
terasa. Hal tersebut antara lain dipicu oleh menariknya bisnis perbankan Indonesia.
Selain pasar yang luas, margin bunga yang tinggi (NIM) dan aturan kepemilikan yang
liberal hingga 99%, membuat investor asing tergiur. Di tahun 2010, bank-bank dari
India dan Korea Selatan memiliki niat untuk membeli bank di Indonesia. Langkah
tersebut dinilai tertinggal dibanding investor dari Malaysia dan Singapura yang telah
terlebih dulu menikmati manisnya bisnis perbankan. Selain hal-hal yang disebutkan di
atas, akuisisi bank asing terhadap bank kecil juga bertujuan mendukung perdagangan
negara tersebut di Indonesia terkait dengan diberlakukannya liberalisasi
perdagangan. Pelaku usaha yang melakukan perdagangan dari dan ke negara
tersebut merupakan target utama bank-bank asing ke depan. Hal ini menyebabkan
Selain tantangan dari sisi perbankan sendiri, tantangan dari eksternal juga
masih menghadang di tahun 2010. Walaupun masa-masa terburuk ekonomi global
sudah terlampaui, namun krisis global tampaknya belum seratus persen hilang. Ada
beberapa perkembangan terakhir harus dicermati, krisis Dubai World dan mulai
bangkrutnya perbankan di Austria dan Yunani dikhawatirkan akan memicu efek yang
lebih besar bagi ekonomi global yang ujungnya akan berimbas pada ekonomi
domestik. Hal tersebut menyebabkan perbankan belum dapat menurunkan premi
risikonya sehingga bersikap risk averse. Sementara di sisi lain, sektor riil juga belum
berani untuk bergerak atau cenderung bersikap wait and see yang biasanya ditandai
dengan masih terbatasnya permintaan kredit.
Kesimpulan
Persaingan yang tinggi yang terjadi di perbankan pada 2009 akan berlanjut di
2010 khususnya dengan tren penurunan suku bunga kredit maka perbankan akan
semakin agresif dalam persaingan suku bunga kredit Kondisi tersebut juga akan
terjadi dalam perebutan dana murah yang mengedepankan teknologi dan layanan
yang akan menguntungkan nasabah dalam kemudahan bertransaksi. Pemanfaatan
teknologi juga sebagai salah satu strategi perbankan untuk meningkatkan efisiensi
dalam kegiatan operasionalnya, yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kinerja
bank.