JOKO WIDODO
1
Robby Milana
BAGIAN I
PENDAHULUAN
2
Robby Milana
B. Perumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas, masalah dapat dirumuskan
menjadi, “Bagaimanakah komunikasi politik yang dilakukan Joko Widodo dalam
melaksanakan kebijakkannya melakukan relokasi Pedagang Kaki Lima?”.
Perumusan masalah ini nantinya akan memunculkan rumusan lanjutan,
“Bagaimanakah dampak dari komunikasi politik yang dilaksanakannya itu
terhadap karir politik dan kepemimpinannya selaku Walikota?”
3
Robby Milana
E. Kerangka Teori
1. Komunikasi politik
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang
baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya
telah dilakukan oleh siapa saja, mulai dari tokoh partai, dosen, mahasiswa, hingga
tukang ojek dan penjaga warung di kaki lima. Tidak heran jika ada yang
menjuluki komunikasi politik sebagai sekedar neologisme, yakni ilmu yang
sebenarnya tidak lebih dari istilah belaka.
Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental di kehidupan sehari-
hari. Tidak satu pun manusia yang tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang
komunikasinya sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan harga
BBM, merupakan contoh kecenderungan komunikasi politik itu.
Menurut Gabriel Almond, komunikasi politik adalah salah satu fungsi
yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the
political system, political socialization and recruitment, interest articulation,
interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are
performed by means of communication.”1
Menurut Dan Nimmo, Political communication is communication
(activity) considered political by virtue of its consequences (actual or potential)
which regulate human conduct under the condition of conflict.2
Sementara Jack Plano mendefinisikan komunikasi politik sebagai
penyebaran aksi, makna, atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu
sistem politik, melibatkan unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan,
1
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/05/04
2
Ibid.
4
Robby Milana
3
Ibid.
4
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10031/2/2008msn.pdf
5
Ibid.
5
Robby Milana
6
Ibid.
7
Firdaus Syam, “Komunikasi Politik”, Diktat mata kuliah Komunikasi Politik MIKOM UMJ,
15 Mei 2010.
8
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10031/2/2008msn.pdf
9
Firdaus Syam, Op. Cit.
6
Robby Milana
10
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10031/2/2008msn.pdf
7
Robby Milana
BAGIAN II
KOMUNIKASI POLITIK SIMPATIK JOKO WIDODO
11
http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo
8
Robby Milana
Selama menjadi Walikota, tidak terdengar kasus korupsi yang dia lakukan.
Bahkan uniknya Joko Widodo juga tidak “tunduk” kepada pengusaha dalam
menjalankan kepemimpinannya. Ketika dia mengeluarkan instruksi kepada rumah
sakit di seluruh Kota Solo agar bersedia membantu masyarakat miskin yang sakit
dengan tidak memberatkan biaya pengobatan mereka, Joko menekankan, bagi
rumah sakit yang tidak bersedia mengikuti instruksi ini akan dicabut IMB-nya.
Kebijakan ini bisa dijadikan indikasi bahwa Joko juga menolak kolusi. Paling
tidak, demikian yang selama ini dipublikasikan media.
9
Robby Milana
masyarakat Solo dikenal sebagai masyarakat yang lembut dan santun. Namun
diakui juga bahwa masyarakat Solo sangat reaksioner dan mudah terbakar
emosinya.
Sebagai pengusaha mebel selama 18 tahun, Joko memiliki pengalaman
dalam melakukan lobby dan negosiasi bisnis yang disebutnya "lobi meja makan".
Strategi ini kemudian dilakukan sebagai bentuk komunikasi politiknya. Targetnya
sudah jelas, yakni para PKL di daerah Banjarsari, kawasan elite di Solo. Di sana
terdapat 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban. Kemudian Joko
Widodo mengundang dan mengajak makan para koordinator paguyuban di Loji
Gandrung, rumah dinas Walikota. Namun pada pertemuan pertama ini tidak ada
pembicaraan mengenai relokasi. Joko sama sekali tidak menyinggungnya. Dia
beranggapan, hal itu belum waktunya disampaikan. Makan bersama seperti itu
berlanjut hingga pertemuan yang ke 53, dimana Joko hanya makan bersama dan
bersilaturahmi kepada para PKL. Baru pada jamuan ke-54, dimana saat itu semua
PKL yang hendak dipindahkan hadir, Joko mengutarakan niatnya untuk
merelokasi mereka. Dan memang waktu yang tepat.
Ketika Joko Widodo mengungkapkan hal itu, tidak ada satu pedagang pun
yang menolak. Mereka setuju dengan kebijakan yang diambil Joko Widodo,
sepanjang mereka mendapatkan tempat yang baru untuk berdagang. Joko berjanji
akan memberikan lokasi baru. Dan nantinya, para pedagang hanya akan
membayar biaya retribusi sebesar Rp 2.600 perhari di tempat baru yang
suasananya lebih bagus dari tempat para PKL berdagang sekarang. Dengan
retribusi sebesar itu, modal pemerintah sebesar Rp 9,8 miliar untuk membangun
lokasi baru itu diperkirakan dapat kembali pada kurun 9 tahun. Bukan hanya itu,
Joko juga akan mempromosikan tempat berdagang baru itu selama empat bulan di
media lokal. Joko juga memperluas jalan menuju pasar dan membuat satu trayek
angkutan kota baru. Hasilnya, Joko berhasil menata ulang pasar di antaranya Pasar
Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar
Gading, pusat jajanan malam Langen Bogan, serta pasar malam Ngarsapura.
Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan sepanjang
jalan menuju Pasar Klitikan dengan iringan musik “kleningan” khas Solo. Joko
10
Robby Milana
juga menghadirkan Prajurit Keraton agar timbul rasa kebanggaan pada diri para
PKL. Faktanya, para PKL sangat legowo saat pindah lokasi ke tempat yang baru.
Bahkan konsumsi dan perlengkapan arak-arakan mereka biayai sendiri. Ini jarang
terjadi di daerah lain yang biasanya relokasi selalu bersinggungan dengan
kekerasan. Sebanyak 989 PKL dipindah tanpa gejolak, bahkan secara antusias
para PKL itu mendukung program pemerintah dengan suka cita. Ini merupakan
sebuah terobosan yang mengagumkan.
Dalam salah satu wawancara dengan media lokal, Joko Widodo
menyatakan bahwa para PKL itu bersedia pindah bukan karena mereka sudah
diajak makan, namun karena para PKL itu merasa “dimanusiakan” oleh
pemimpinnya. Strategi ini jelas unik dan konstruktif.
Langkah Joko Widodo kemudian mengundang kekaguman dari banyak
pihak, baik lokal maupun nasional. Di saat para Kepala Daerah lebih senang
menggunakan Satpol PP untuk melakukan penggusuran, Joko justru menggunakan
komunikasi politik yang simpatik dan strategik. Tidak tanggung-tanggung majalah
Tempo menganugerahkan Walikota ini sebagai salah satu pemimpin terbaik pada
tahun 2008. Tempo bahkan menjulukinya sebagai “Wali Kaki Lima”. Sebuah
bukti bahwa komunikasi yang baik dapat memberikan efek yang baik, terutama
kepada seorang pemimpin jabatan publik.
11
Robby Milana
12
Robby Milana
yang efektif bagi Walikota Solo ini dalam melaksanakan kepemimpinannya. Lima
tahun dalam masa jabatannya, tidak terdapat gejolak yang berarti dari masyarakat
terhadap Joko Widodo. Semua hanya karena komunikasi yang dilaksanakannya
sangat efektif.
13
Robby Milana
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/05/04
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10031/2/2008msn.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo
http://berita.liputan6.com/sosok/200902/172923/Joko.Widodo.Pilih.Diplomasi.Ke
timbang.Penggusuran
http://harianjoglosemar.com/berita/joko-widodo-ingin-fokus-dan-jaga-konsistensi-
12580.html
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/12/22/LU/mbm.20081222.LU12
9061.id.html
http://www.bengawan.org/2009/01/jokowi-tokoh-2008-versi-tempo/
http://padang-today.com/index.php?today=article&j=1&id=485
14