a. Latar Belakang
Eteris oil atau yang biasa kita sebut sebagai Eteris
merupakan suatu produk agroindustri yang memiliki nilai tambah
yang sangat besar. Dalam industri bisnis berbasis pertanian,
eteris berperan sangat penting dalam melengkapi suatu ’flavour’
atau ’rasa’ dalam menciptakan produk agroindustri lainnya
seperti dalam hal menciptakan parfum dan eterislah yang
menjadi suatu bahan bakunya. Oleh karena itu, kita sebagai
kader himalogin yang tangguh sekaligus sebagai generasi
penerus perjuangan bangsa wajib mengetahui dan mengenal
secara mendalam tentang agro industri.
b. Tujuan
Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan
dalam bidang agroindustri pada umumnya dan eteris oil pada
khususnya.
BAB II
ETERIS
1. Definisi Eteris
Eteris yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile
oil) atau Eteris adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi. Eteris merupakan salah satu hasil
proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena
reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari Eteris yang lain
adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan
tidak larut dalam air (Ketaren, 1983).
1
Kebanyakan Eteris terbentuk bebas atau sebagai glukosa,
karena adanya air dan enzim-enzim sehingga mengalami
penguraian menjadi eteris (Sandler, 1952).
3. Sumber Eteris
Tanaman penghasil eteris di Indonesia kurang lebih
sebanyak 160-200 jenis, dan termasuk dalam famili Pinaceae,
Labiatae, Compositae, dan sebagainya. Bagian jaringan tanaman
penghasil eteris adalah akar, batang, daun, bunga, buah, kulit,
dan biji. Eteris yang berasal dari daun antara lain minyak sereh,
nilam, dan kayu putih, cengkeh sedangkan yang berasal dari
bunga tanaman yaitu kenanga, melati, mawar, ylang-ylang,
2
cempaka, dan cengkeh. Lain halnya dengan panili, lada, dan
ketumbar, minyaknya dapat diperoleh dari kulit buah atau
buahnya. Kayu manis, cendana, cabe dan sebagainya berasal
dari kulit batang atau batangnya dan eteris yang berasal dari
akar seperti jahe, akar wangi, sarsapella, dan lain-lain.
Eteris Indonesia yang dikenal dalam dunia perdagangan
dunia antara lain nilam, cengkeh, lada, pala, akar wangi, sereh
wangi, kayu putih, cendana, gaharu, kayu manis, jahe, mesoyi,
kemukus, kenanga, bunga-bunga dan lainnya.
4. Aplikasi Eteris
Eteris merupakan komoditas ekspor non migas yang
dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasinya banyak digunakan
pada berbagai industri seperti :
• Industri makanan : bahan penyedap dan penambah cita
rasa
• Industri farmasi : obat anti nyeri, anti infeksi dan anti
bakteri
• Industri bahan pengawet (sebagai insektisida)
• Industri kosmetik dan personal care products :
sabun, pasta gigi, lotion, skincare, produk-produk
kecantikan, dan sebagainya
• Industri parfum
Penggunaan eteris dapat melalui konsumsi langsung
melalui mulut atau dengan pemakaian luar. Eteris yang
dikonsumsi secara langsung dapat berupa makanan atau
minuman seperti jamu yang mengandung Eteris,
penyedap/fragrant makanan, flavour ice cream, permen, dan
pasta gigi. Adapun yang lebih banyak digunakan adalah untuk
pemakaian luar seperti pemijatan, lulur, obat luka/memar,
pewangi (parfum), lotion dan lain sebagainya. Juga dapat
3
dilakukan melalui pernapasan/inhalasi dengan wangi-wangian
ruangan, aroma untuk aromaterapi, rasa sejuk/”cool”.
4
1. Masoi Massoi oil Criptocaria Makanan
2. Kulit manis Cinnamon massoia Makanan,
3. Daun kayu Bark Cinnamomum farmasi
4. manis Cinnamon burmanii Makanan,
5. Ylang-ylang leaf oil Cinnamomum farmasi
Serai dapur Ylang-ylang casea Parfum,
6. oil Canangium sabun
Serai dapur Lemon Grass odoratum Makanan,
7. oil Cymbopogon farmasi
8. Gaharu (East India) flexyosus
Klausena Lemon Grass Cymbopogon Makanan,
9. oil citratus farmasi
Permen (West Indian) Aquilaria sp
10 Agarwood oil Clausena Parfum
. Kemukus Clausena/Anis anisata Farmasi,
oil rokok,
Mentha minuman,
Cormint oil arvensis parfum,
Farmasi,
Cubeb oil Piper cubeba rokok,
makanan
Makanan,
farmasi
5
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik
suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik
didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu
komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari
campuran atau dapat pula didefinisikan sebagai pemisahan
komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau
lebih berdasarkan perbedaaan tekanan uap dari masing-masing
zat tersebut. Adapun tujuan dari proses penyulingan adalah
memperoleh Eteris dari tanaman aromatik yang mempunyai
kandungan Eteris yang sulit untuk diekstrak pada kondisi
lingkungan normal.
6
Tabel 5. Tanaman atsiri yang berpotensi untuk dikembangkan
7
Gambar 1. Contoh mesin penyulingan Eteris skala
industri
8
Istilah di atas mula-mula diperkenalkan oleh Von
Rechenberg dan terus berkembang menjadi teknik industri Eteris
sampai sekarang.
a. Penyulingan dengan air
Pada metoda penyulingan dengan air, bahan yang akan
disuling kontak langsung dengan air mendidih. Air dipanaskan
dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu
dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar
tertutup dan pipa uap melingkar terbuka.
9
Gambar 4. Proses penyulingan dengan uap
dan air
10
sama atau lebih kecil dari tinggi tangki. Tangki tersebut
dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan
pada bagian atas penampang ketel. Pada atau dekat
penampang atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa
untuk mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1947).
2. Ketel Uap/Boiler
Ketel uap adalah pembangkit uap/dimana air dipanaskan di
bawah tekanan, dimana uap ini berfungsi sebagai zat
pemindah tenaga kaloris. Melalui api dan gas asap kalor
dipindahkan dari bahan bakar ke air dan uap melalui dinding
bidang pemanas, kemudian uap dapat disalurkan ke pemakai
sesuai dengan tujuan penggunaannya (Tambunan dan Karo-
karo dalam Sunarto, 1992).
3. Kondensor (Pendingin)
11
Pendingin berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan
uap minyak menjadi fase cair. Jumlah panas yang dikeluarkan
pada peristiwa kondensasi sebanding dengan panas yang
diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air serta
jumlah kecil panas tambahan dikeluarkan untuk
mendinginkan hasil kondensasi, yang berguna untuk menjaga
supaya suhunya di bawah titik didih (Guenther, 1947).
Kondensor yang paling umum digunakan adalah kondensor
berpilin (coil condenser) yang dimasukkan ke dalam tangki
berisi air dingin yang mengalir. Arah aliran air pendingin
berlawanan dengan arah uap air dan uap minyak.
Kondensor , pendingin
uap air dan minyak
4. Oil Separator
Alat ini digunakan untuk memisahkan minyak dari air
suling. Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah
minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut
terpisah secara otomatis dari Eteris. Eteris dan air suling tidak
melarut; karena perbedaan bobot jenis maka larutan tersebut
akan terpisah dimana minyak tersebut berada di atas lapisan
air, hal ini yang merupakan prinsip kerja dasar dari alat ini
(Guenther, 1947).
12
Oil separator,
memisahkan minyak
dengan zat-zat pengotor
13
minyak hasil penyulingan. Penanganan bahan yang kurang tepat
sebelum penyulingan, dapat mengakibatkan kehilangan Eteris
cukup besar dan juga dapat menurunkan mutunya.
Perlakuan pendahuluan terhadap bahan dapat
mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan.
Beberapa cara perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan
antara lain pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan,
dan fermentasi oleh mikroorganisme. Pelayuan dan pengeringan
dimaksudkan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan,
sehingga penyulingan lebih mudah dan lebih singkat, sedangkan
perajangan dapat menambah luas permukaan bahan sehingga
memungkinkan jumlah minyak yang diperoleh lebih besar
(Ketaren, 1985).
Kualitas atau mutu Eteris ditentukan oleh karakteristik
alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan
asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-bahan asing
akan merusak mutu Eteris. Komponen standar mutu Eteris
ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan
kemurniannya. Kemurnian minyak dapat diketahui dengan
penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor
yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak,
seperti bilangan asam, bilangan ester, dan komponen utama
minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu
perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti
minyak telah terkontaminasi, atau adanya pemalsuan atau
minyak dikatakan bermutu rendah.
14
BAB II. ETERIS PROSPEKTIF DI INDONESIA
Beberapa jenis minyak yang prosfektif dikembangkan di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Minyak Nilam
2. Minyak Kayu Putih
3. Minyak Sereh Wangi
4. Minyak Ylang-ylang
5. Minyak Kayu Manis
6. Minyak Akar Wangi
7. Minyak Pala
8. Minyak Jahe
9. Panili
1. MINYAK NILAM
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan
salah satu tanaman penghasil Eteris yang penting, baik sebagai
penyumbang devisa maupun sebagai sumber pendapatan
petani. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di
pasar dunia dengan kontribusi sebesar 64%. Ekspor minyak
nilam pada tahun 2004 sebesar 2.074 ton dengan nilai US $
27.136 juta (Ditjen Perkebunan, 2006). Dalam dunia
perdagangan internasional sering disebut patchouli oil. Adapun
Negara-negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang,
Singapura, Amerika, dan Perancis.
15
2005 (Jan-
1.102.982 7,16
Mei)
16
pengikat pada pembuatan parfum. Bahan-bahan pewangi yang
dapat diikat oleh minyak nilam antara lain minyak mawar,
melati, jahe, cengkeh, dan sereh (Kristina, 1992).
Sup (1993) menambahkan bahwa minyak nilam
mempunyai keunggulan dibanding Eteris yang lain, yaitu daya
lekatnya cukup tinggi, tidak mudah menguap, tidak mudah
tercuci, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan
minyak eteris lainnya. Kandungan senyawa minyak nilam, antara
lain benzaldehid (2,3%), kariofilen (17,29%), α -patchoulien
(28,28%), buenesen (11,76%) dan patchouli alkohol (40,04%).
Kandungan minyak nilam pada daun sebesar 5-6%, batang,
cabang dan ranting sebesar 0.4-0.5%.
Pengolahan nilam dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
pengadaan bahan baku mencakup budidaya dan pemanenan,
penanganan pasca panen seperti pengecilan ukuran, pelayuan,
dan pengeringan, dan proses penyulingan hingga tahap
pengemasan.
Pemetikan sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau
menjelang malam hari, karena pada waktu tersebut kadar
patchoulinya meningkat. Cara memangkas dan meninggalkan
sisa tanaman nilam setinggi 40-50 cm. Daun nilam yang dipanen
dipetik sebelum daun berubah menjadi berwarna coklat (masih
berwarna hijau).
17
Gambar 7. Diagram
Pengeringan/pelayuan alir proses
dapat pengolahan
dilakukan
minyak nilam
dengan penjemuran tidak langsung di bawah
sinar matahari. Setelah penjemuran,
kemudian diangin-anginkan di tempat teduh
selama 3-4 hari. Kadar air daun dan tangkai
Daun Nilam
yang siap disuling adalah + 15 % Kering
18
Gambar 8. Ruang pengeringan daun nilam (kering angin)
PENYULINGAN
Penyulingan daun nilam mencakup :
Perajangan bahan ( batang, ranting, rimpang, buah, biji )
Penjemuran dengan sinar matahari/oven, kadar air ± 12%
Penggilingan dengan hammermill
Penyulingan dengan metode uap langsung (steam
distillation) akan memberikan hasil yang optimal.
Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen
minyak yang rendah.
Pencampuran dengan ranting nilam.
19
Gambar 10. Skema proses penyulingan dengan
menggunakan uap langsung
21
alkohol uji
22
> anti septik,anti jamur, anti jerawat,
> obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta ketombe,
> mengurangi peradangan, membantu mengurangi
kegelisahan dan depresi,
> membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur) dan
meningkatkan gairah seksual,
> membuat tidur lebih nyenyak (anti-insomnia).
> penawar racun
minyak nilam murni (100%) yang diteteskan pada kapas dan
diusapkan pada bagian yang digigit ular cobra, dapat
menetralisir racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama.
Pewangi
Selain aromanya, minyak nilam juga berfungsi sebagai
fiksatif, yaitu pengikat wangi, untuk parfum, dan air
fresher.
23
Gambar 13. Jalur distribusi dan pemasaran
minyak nilam
24
Sumatera Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku (P.Buru, P. Seram,
Nusa Laut, Ambon), Bali, NTT, dan rian Jaya. Sedangkan hutan
buatan dapat ditemukan di wilayah Jawa Timur (Ponorogo, Kediri,
Madiun), Jawa tengah (Gala, Gundih, Grobogan, Purwodadi), DIY
(Gunung Kidul, Bantul), dan Jawa Barat (Banten, Bogor,
Sukabumi, Indramayu, Majalengka).
25
Tabel 10. Data perdagangan domestik oleh Perhutani (1995-
1999) lanjutan
Rendemen Volume Value
Tahun
(%) (kg) (Rp.1000)
1995 0.79 243.167 3.452.730
1996 0.86 265.583 4.497.725
1997 0.88 248.589 2.980.533
1998 0.74 204.430 4.446.037
1999 0.73 231.134 7.858.362
1.192.90
Total 4.0 23.353.387
3
Rata-
0.80 238.580,6 4.647.077,4
rata
Sumber : Perum Perhutani (2000)
26
sehingga volume penyulingan lebih besar. Pelayuan &
Pengeringan bertujuan untuk mengeluarkan kadar uap air dalam
bahan selama 3-5 hari (tergantung cuaca).
Proses penyulingan atau hidrodestilasi dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh minyak dengan mutu baik.
Hidrodestilasi adalah difusi Eteris dan air panas melalui membran
bahan yang disuling. Kemasan yang dipakai untuk wadah yaitu
botol kaca, drum timah putih, drum lapis timah putih, atau
kemasan besi galvanis.
Proses penyimpanan dapat menyebabkan menurunkan
rendemen, menurunkan kualitas minyak, terjadi hidrolisis atau
resinifikasi tergantung kondisi penyimpanan.
Minyak kayu putih memiliki beberapa komponen, yang
dominan adalah sineol. Mutu minyak kayu putih ditentukan oleh
kadar sineol. Kadar sineol tinggi maka mutu minyak tinggi. Mutu
minyak kayu putih dipengaruhi oleh cara penyimpanan daun,
cara penyajian daun, cara pengisian daun ke ketel, kondisi
penyulingan, dan jenis atau varietas pohon.
27
Mutu minyak kayu putih dapat diklasifikasikan
menjadi 2 bagian berdasarkan persyaratan kadar sineolnya,
mutu utama dan mutu pertama. Standar minyak kayu putih yang
berlaku di Indonesia
adalah SNI 06-5009.11-2001.
Tabel 11. Standar mutu minyak kayu putih (SNI 01-5009.11-
2001)
Kualitas Kualitas
Variabel
Utama Pertama
Khas minyak Khas minyak
Bau
kayu putih kayu putih
Kadar Cineol ≥ 55% < 55%
Tidak Tidak
Minyak pelikan
diperkenankan diperkenankan
Tidak Tidak
Minyak lemak
diperkenankan diperkenankan
Kelarutan dalam
1:1-1:10 larut 1:1-1:10 larut
alkohol 80%
BJ pada 15oC 0,90 - 0,93 0,90 - 0,93
Indeks bias pada
1,46 – 1,47 1,46 – 1,47
20oC
Putaran optik
(-4)o – 0o (-4)o – 0o
27oC
Keterangan :
Minyak pelikan : golongan minyak bumi seperti minyak tanah
(kerosene) dan bensin yang biasa ditambahkan
sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih.
Minyak lemak : minyak yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa,
yang mungkin ditambahkan sebagai bahan
pencampur dalam minyak kayu putih.
Cineol : senyawa kimia yang termasuk golongan ester sebagai
turunan terpen alkohol yang terdapat dalam Eteris,
seperti : minyak kayu putih, minyak eucalyptus, minyak
kilemo.
28
• Industri Jamu/farmasi : Obat luar (minyak kayu putih,
balsem) terapi uap, Obat dalam, dengan diminum.
• Industri kosmetik : Pasta gigi, sabun, parfum
• Industri makanan : Permen
• Aplikasi lain : Lilin aromaterapi, blended cream, in the bath
Obat Luar
Beredar di pasaran dengan berbagai merek produk dalam bentuk
cair dan balsem.
Minyak telon
Campuran minyak kayu putih, minyak adas dan minyak serai
Memberikan rasa hangat karena merangsang pembuluh darah
membesar sehingga aliran darah menjadi lebih cepat.
Efek yang terjadi adalah rasa hangat dan nyaman.
Balsem
Campuran menthol, minyak kayu putih, mint oil, vaselin dan lain
sebagainya.
Digunakan untuk gosok, kerik dan pijat.
Dapat menyembuhkan penyakit flu ataupun demam.
Terapi uap
Terapi sistem pernafasan, mengurangi infeksi dan rasa sakit.
Selain itu dapat menjernihkan pikiran.
Massage Oil
Mengurangi rasa sakit, encok, rheumatik, dan penyakit lainnya.
Pasta gigi
29
Minyak kayu putih digunakan sebagai bahan tambahan pada
formula pasta gigi, yang berfungsi dapat menyehatkan gigi.
Lilin aromaterapi
- Untuk relaksasi
- Sebagai perlengkapan spa dan terapi-terapi
lainnya.
3. MINYAK YLANG-YLANG
30
Ylang-ylang (Cananga odoratum forma
genuine) merupakan tanaman berbentuk
pohon yang menghasilkan Eteris. Tanaman ini
sekerabat dengan kenanga (Cananga
odoratum forma macrophylla), keduanya
termasuk famili Annonaceae.
Tanaman kenanga sudah lama dibudidayakan di Indonesia,
sedangkan tanaman ylang-ylang belum lama dikembangkan.
Aroma minyak ylang-ylang lebih lembut dan lebih wangi dari
minyak kenanga karena kandungan ester dan linalolnya yang
lebih tinggi (Guenther, 1952 dan Rusli et al., 1987). Bunga ylang-
ylang sudah sejak dulu digunakan sebagai pewangi maupun
sebagai hiasan (Oyen and Dung, 1999; Bown, 2001).
31
benzaldehid, linalool, α-kariofilen, α-humulen, benzil format,
benzil asetat, benzil alkohol, safrol, dan iso-eugeno. Kandungan
dalam mutu I, II, III, IV adalah tanpa benzaldehid, α-humulen,
dan komponen lain dalam jumlah berbeda.
Untuk minyak ylang-ylang, sifat kimia yang sangat
mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para
konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunan yang
tinggi. Bunga yang masih hijau dan sudah kuning, dari segi
rendemen tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, namun
dilihat dari bilangan ester dan bilangan penyabunan, bunga yang
kuning mempunyai nilai yang lebih tinggi sehingga mutunya pun
jauh lebih tinggi dibanding bunga yang masih hijau.
Mutu minyak Ylang-ylang dipengaruhi oleh Pra – Panen dan
Pasca – Panen, seperti tingkat ketuaan bunga, penanganan
bunga, cara penyulingan, pengemasan, dan penyimpanan.
32
a. Dalam negeri : perkembangan industri kosmetik dan
aromaterapi
b. Ekspor
1. Ylang-ylang mutu III
2. Ylang-ylang mutu yang sesuai dengan pasar
Pasar utama minyak Ylang-ylang adalah UE, AS & Jepang (72 %
dari total kebutuhan dunia), dan Perancis pengguna minyak
ylang-ylang terbesar di dunia (>45%).
33
Eteris mengandung bahan kimia asli berupa zat antiseptik
seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain yang
mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit serta
menyebarkan bau harum. Di samping khasiat antioksidan,
molekul-molekul alam dapat meningkatkan kekebalan tubuh
secara alami (Primadiati dalam Anon, 2003). Penelitian ini
menunjukkan bahwa bahan pewangi dapat memberikan
perubahan pada aktifitas elektromagnetik dari otak, denyut
jantung, kualitas mental dan fisik, mood, tekanan darah, otot
yang tegang, dan temperatur kulit (Hongratanaworakit, 2004).
Minyak ylang-ylang dikenal sebagai antidepressi, dalam
pengobatan secara aromaterapi dapat membuat rileks badan,
menyeimbangkan perasaan dan meningkatkan spirit. Secara fisik
dipakai untuk menurunkan tekanan darah, melemaskan otot
tegang, dan mengurangi gejala PMS dan menopause.
Penelitian terhadap tikus, kelinci dan manusia, minyak
ylang-ylang dapat menghilangkan stress sebanyak 50 % dengan
menghirup minyak ylang-ylang yang akan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah dan denyut jantung, serta
meningkatnya perhatian dan daya tanggap (alertness) orang
yang menghirupnya (Fruend, 1999 dalam Buckle, 2003;
http:www.Stevenfoster.com/).
Walaupun Eteris dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan dalam aromaterapi, namun penggunaanya harus
diawasi karena pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan
keracunan dan alergi.
Minyak ylang-ylang ini dapat juga digunakan sebagai
antibakteri, mengobati eksim, dan menghilangkan gatal karena
gigitan serangga. Untuk perawatan muka, minyak ylang-ylang
dapat menolong menyeimbangkan produksi lemak yang sangat
baik untuk kulit berminyak, sedangkan untuk rambut, dapat
menstimulasi pertumbuhan rambut dan baik ditambahkan pada
34
formulasi sampo dan pelembab. Dalam penggunaanya, minyak
ylang-ylang biasa dikombinasikan dengan minyak bergamot,
lavender, lemon, dan narcissus. Aplikasi minyak ylang-ylang ini
dapat dipergunakan pada industri kosmetik seperti untuk
pembuatan body wash, parfum, body cream, dan lain-lain seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 18 di bawah ini.
35
Cymbopogon citratus. Tanaman ini hidup baik di daerah yang
udaranya panas maupun basah, sampai ketinggian 1000 m di
atas permukaan laut. Cara berkembangbiaknya dengan anak
atau akarnya yang bertunas. Supaya daunnya tumbuh subur dan
lebat, sebaiknya penanaman dilakukan dengan jarak sekitar 65
cm per baris.
Ada kemungkinan Malaysia dan Sri Langka merupakan
tempat asal jenis tanaman ini. Sekarang jenis ini telah tersebar di
daerah-daerah tropik lainnya dan ditanam untuk minyaknya,
terutama di negara-negara Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Indo
Cina, Kongo, Republik Malagasy dan Tanzania. Dalam setahun 1
hektar tanah dapat menghasilkan rata-rata 30 ton daun sereh
yang dapat disuling untuk diambil minyak serehnya sebanyak
45-80 kg. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4-8 bulan.
Panen dapat dilakukan dengan cara memotong rumpun dekat
tanah, setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur 5 tahun. Hasil
daun basah kira-kira 10 - 15 ton/ha/tahun dengan kadar minyak
0,5% dan 1,2%.
Secara umum, sereh dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu sereh dapur (lemongrass) dan sereh wangi
(sitronella). Keduanya memiliki aroma yang
berbeda. Minyak sereh yang selama ini dikenal di
Indonesia merupakan minyak sereh wangi
(citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak
tawon dan minyak gandapura.
Minyak sereh wangi telah dikembangkan di Indonesia dan
Eterisnya sudah diproduksi secara komersial dan termasuk
komoditas ekspor. Sedangkan minyak sereh dapur (lemongrass
oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari segi
komposisi kimianya, keduanya memiliki komponen utama yang
berbeda. Sereh wangi kandungan utamanya adalah citronella,
sedangkan sereh dapur adalah sitral.
36
Negara produsen utama minyak sereh wangi ini yaitu
Indonesia, Cina, Madagaskar, Afrika selatan, dan Srilanka.
Indonesia adalah produsen minyak sereh wangi terbesar setelah
Cina. Hampir 75% diekspor dalam bentuk minyak kasar. Impor
turunan Eteris 2.1 kali nilai ekspor. Rata-rata ekspor Indonesia ke
Amerika Serikat Periode 2001-2005 sebanyak 79.480 kg/th
dengan nilai ekspor sebesar 389.400 US/tahun (Department of
Commerce, U.S. Census Bureau, Foreign Trade Statistics 2006,
HS No 3301295011). Rata-rata Impor Indonesia dari Amerika
Serikat Periode 2001-2005 dalam bentuk mixture odor sebesar
9.490.400 US/tahun (Department of Commerce, U.S. Census
Bureau, Foreign Trade Statistics 2006, HS No 3302100000).
37
tanaman sereh yang menghasilkan produksi dan mutu yang
terbaik adalah jenis “Mahapengiri” yang banyak ditanam di Pulau
Jawa. Jenis tanaman ini mengandung 80-97% total geraniol dan
30-45% sitronellal. Sedangkan jenis “Lenabau” dari Ceylon hanya
mengandung 55-65% total geraniol (Ketaren, 1985).
Sifat kimia minyak sereh wangi ditentukan oleh senyawa-
senyawa yang terdapat di dalamnya, terutama sitronellal,
geraniol, dan sitronellol. Ketiga senyawa ini mempunyai ikatan
rangkap. Mengingat adanya ikatan rangkap pada senyawa-
senyawa di dalam minyak sereh wangi, maka penyebab
kerusakan atau penurunan mutu minyak sereh wangi disebabkan
oleh adanya proses oksidasi dan polimerisasi (resinifikasi). Proses
oksidasi dapat menyebabkan perubahan bau dan warna serta
menurunkan jumlah geraniol, sitronellal, dan sitronellol. Proses
resinifikasi akan menyebabkan minyak sereh wangi kelihatan
keruh. Selain itu penurunan mutu minyak sereh wangi juga dapat
disebabkan karena reaksi hidolisis senyawa ester yang terdapat
di dalam minyak sereh wangi, seperti senyawa geranil asetat,
sitronellil asetat, dan linalil asetat. Hidrolisis senyawa ester akan
menimbulkan bau yang tidak enak karena terjadi pembentukan
asam-asam organik berantai karbon lebih pendek (Ketaren,
1985).
Minyak sereh wangi biasanya berwarna kuning muda
sampai kuning tua, bersifat mudah menguap. Pada suhu 15ºC
mempunyai bobot jenis 0,886-0,894; indeks bias pada suhu 20ºC
adalah 1,467-1,473. Dapat larut dalam 3 bagian volume alkohol
80% tetapi bila diencerkan kelarutannya berkurang dan larutan
menjadi keruh (Guenther, 1987).
Minyak sereh wangi bersifat menenangkan, menyegarkan
dan mempertajam pikiran, dapat digunakan sebagai penolak
serangga dan kucing, untuk perawatan kulit, dan sebagai obat
urut.
38
Tabel 13. Standar mutu minyak sereh wangi Indonesia (Ketaren,
1985)
Karakteristik Syarat Mutu
1. Warna Kuning pucat
sampai kuning
kecoklat-coklatan
2. Bobot jenis
0,850-0,892
(25oC/25oC)
3. Indeks bias (n25) 1,454-1,473
4. Total geraniol, %
85
(b/b)min
5. Sitronellal, %
35
(b/b)min
6. Bau Segar, khas minyak
sereh wangi
7. Putaran optik (0o)-(-6o)
8. Titik nyala 76oC-84oC
9. Zat asing :
• Lemak
• Alkohol
Negatif
tambahan
Negatif
• Minyak Negatif
pelikan Negatif
• Minyak
terpentin
39
Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk
pemasaran minyak Akarwangi yang juga masih cukup terbuka
khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur,
Eropa Timur dan Amerika Selatan.
Minyak akar wangi diperoleh dari penyulingan tanaman
akar wangi (Vetiveria zizanioides Staph). Akar wangi (Vetiveria
zizanoides), termasuk dalam famili Graminae, biasanya tumbuh
di daerah tropis seperti India, Tahiti, Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon, 2006). Tanaman ini selain mengandung
Eteris, juga bisa dimanfaatkan untuk mencegah erosi, vegetasi
konservasi karena bentuk akarnya yang kuat (Emmyzar et al.,
2000).
Minyak akar wangi banyak digunakan dalam industri
parfum, bahan kosmetik, obat-obatan, antiseptik, afrodisiak,
sedativ, tonik dan bisa dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon,
2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000). Minyak
akar wangi juga memiliki bau yang keras (dosis tertentu). Sering
dilakukan pencampuran dengan minyak nilam dan minyak
mawar. Mampu membunuh larva nyamuk sehingga sering
digunakan sebagai obat nyamuk.
Komponen utama dari minyak akar wangi adalah senyawa
golongan seskuiterpen (3-4 %), seskuiterpenol (18-25 %) dan
seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol, vetiverol,
furfurol, α dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat
(Anon, 2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000).
40
No Karakteristik Syarat
Kecoklata-coklatan
1 Warna
sampai coklat kemerahan
2 Berat jenis pada 25oC 0.978-1.038
3 Bilangan ester 5-25
Bilangan ester setelah
4 100-150
asetilasi
Perbandingan volume 1:
Kelarutan dalam etanol
5 ½ opalesensi seterusnya
95%
opalesensi
6 Alkohol tambahan Negatif
7 Minyak lemak Negatif
8 Minyak pelikan Negatif
41
Aplikasi minyak akar wangi :
Cream
Parfum
Bath Shampoo Sabun
Gambar 19. Contoh produk aplikasi minyak
akar wangi
6. KAYU MANIS
Minyak kayu manis dihasilkan dari tanaman kayu manis
yaitu kulit batang, kulit cabang, ranting, daun dan dahan. Kadar
Eteris pada kulit kayu dapat mencapai 4%. Kulit kayu manis
mengandung damar, pelekat, tanin (zat penyamak), gula,
kalsium, oksalat, insektisida, cinnzelanol, cumarin.
Khasiat dan Manfaat Kayu Manis :
• Banyak digunakan sebagai bumbu masak, pembalsaman
mumi, antiseptik (memiliki daya bunuh terhadap
mikroorganisme) dan jamu untuk penyakit disentri
• Minyak kayu manis sebagai penyembuh reumatik, pilek,
sakit usus, jantung, pinggang, darah tinggi
• Kayu manis untuk kesuburan wanita
• Memiliki efek mengeluarkan angin, membangkitkan selera,
menguatkan lambung
• Minyak kayu manis untuk pewangi dan peningkat cita rasa
pada pengolahan pangan
• Minyak kayu manis untuk industri kosmetik
42
Cinnamomum burmanni merupakan tanaman asli
Indonesia. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan
cassiavera, kaneel cassia. Sentra budidaya tanaman ini
terdapat di daerah Sumatera Barat dan Utara, Jambi, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku
Tanaman ini memiliki ukuran daun yang kecil dan kaku.
Pemanenan terhadap kulit batang dan ranting. Komponen
utama pada Eteris yaitu sinamat aldehida.
2. Cinnamomum zeylanicum
Tanaman kayu manis jenis ini berasal dari Srilanka (P.
Ceylon). Kualitasnya lebih baik dibanding C. Burmanni.
Memiliki kulit batang lebih tipis. Destilasi kulit menghasilkan
0.5-1% Eteris.
3. Cinnamomum cassia
Jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli Birma. Dalam
dunia perdagangan dikenal dengan chinese kaneel. Warna
pucuknya bervariasi. Kandungan Eterisnya terdapat pada kulit
batang, kulit cabang, ranting, dan daun tanaman kayu manis.
Kadar Eteris pada masing-masing bagian tersebut adalah kulit
cabang (4.05%), kulit batang (3.78%), kulit ranting (3.95%),
daun (0.98%).
4. Cinnamomum cullilawan
Dikenal hanya di Ambon dan Maluku. Diperdagangan di
dalam negeri dalam jumlah yang sedikit.
Komposisi Eteris kayu manis sangat dipengaruhi oleh asal
daerah. Kandungan terbesar adalah sinamat aldehida (60-75%),
dengan komponen lainnya yaitu eugenol, aldehid lain, benzil-
benzoat, felandren
Mutu Minyak kayu manis ditentukan oleh kandungan eugenol
dan sinamat aldehida.
43
Tahun Nilai (US$) Volume (kg)
2000 70.480 14.400
2001 113.133 1.347
2002 3.276 176
2003 2.396 151
2004 - -
2005 - -
Sumber : BPS (1994-1999)
44
Gambar 21. Proses pengolahan oleoresin
kayu putih
7. MINYAK PALA
45
Biji dan Fuli Pala kering
Digunakan untuk industri pengawetan ikan, pembuatan sosis,
makanan kaleng, adonan kue.
Biji
Pala Fulli Pala
46
memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh
berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir
tidak berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila
disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental.
Minyak pala dihasilkan dari penyulingan biji dan fuli pala,
dapat digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan, pada
pembuatan sabun dan parfum. Komponen utamanya yaitu
myristicin dengan persentase sebesar 8.19%.
47
dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika
Serikat.
48
bulat, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang
kemerahan.
Bagian tanaman yang digunakan untuk bahan industri
yaitu rimpangnya. Ada tiga jenis jahe yang dibudidayakan
antara lain :
1. Jahe putih besar (gajah)
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran
internasional. Bentuknya besar gemuk dan
rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang
berwarna kuning hingga putih.Digunakan oleh
industri makanan (permen, jahe instan, sirup)
2. Jahe putih kecil (emprit)/kuning
Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan,
terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup
tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.
3. Jahe merah (sunti)
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa
paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi
(pengobatan) dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil
dengan warna merah.
Jahe mengandung sejumlah kecil minyak volatil dan fixed
oil yang mengandung zat resin yang pedas, 40—60% pati, 9%
protein, beberapa jenis mineral dan vitamin.
Menurut Rismunandar (1988) komposisi kimia jahe
menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya jahe.
Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi jahe antara lain
adalah jenis tanaman, sifat tanah tempat penanaman, umur
panen, perlakuan pra dan pasca panen, cara pengolahan, dan
ekosistem tempat tanaman jahe.
Sifat khas jahe disebabkan oleh adanya Eteris dan
oleoresin. Aroma jahe disebabkan oleh gingerol dan shogaol
49
yang banyak terdapat pada oleoresin jahe (Guenther, 1948).
Kandungan Eteris pada jahe sebesar 1,7-3,8%.
Minyak jahe merupakan hasil penyulingan dan destilasi
rimpang jahe, memiliki bau harum, tapi rasa tidak pedas.
Komponen utama pada minyak jahe ini adalah seskuiterpen-
zingiberen, sedangkan kandungan lainnya cukup banyak, seperti
α dan β felandren, d-kamfen, asetil heptenon, n-desil aldehid, n-
nonil aldehid, borneol, sineol, linalol, sitral dan sesquiterpen
alcohol.
Berbagai teknik penyulingan untuk mendapatkan Eteris
pada tanaman jahe antara lain dengan :
1. Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air
mendidih. Eteris akan menguap bersama uap air, kemudian
dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang
digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus.
2. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel
yang konstruksinya hampir sama dengan dandang. Eteris
akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang
dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang
digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus.
3. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang
berasal dari ketel pembangkit uap. Eteris akan menguap dan
terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor
untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini
disebut alat suling uap langsung.
Untuk skala kecil seperti yang dilakukan oleh kebanyakan
petani, metode pengukusan paling sering digunakan karena
mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat
tidak terlalu mahal. Untuk skala besar, metode uap langsung
yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.
50
Permen 51
jahe
Gambar 24. Contoh produk aplikasi
minyak jahe
Aromaterapi
Ginger Body minyak
jahe
Smoothing
9. PANILI
Panili adalah salah satu komoditas
Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi
karena kandungan flavor panili (senyawa
aromatik aldehid) yang dihasilkannya. Nilai
ekonomi panili dapat dilihat dari nilai panili kering
di tingkat eksportir yang cukup tinggi yaitu US$
80/kg untuk mutu I, US$ 60-70/kg mutu II dan US$ 40-50/kg
untuk mutu III. Mutu ekspor panili Indonesia sebagian besar
berada pada tingkat standar mutu tiga karena kadar Vanillinny <
0,1%. Oleh karena itu, harga panili Indonesia di dunia masih
sangat rendah.
Indonesia merupakan salah satu dari empat negara
pengekspor panili terbesar di dunia. Produksi panili Indonesia
pada tahun 2002 mencapai 2.731 ton, sedangkan konsumsi
panili dunia mencapai sekitar 1600-1800 ton (US$ 80 juta) per
tahun. Negara pengkonsumsi panili terbesar adalah Amerika
yaitu lebih dari 50% total produksi panili, diikuti oleh Eropa,
Jepang dan Australia. Impor panili AS dari dunia tercatat senilai
US$ 289.41 juta (2003) dimana kebutuhan tersebut dipenuhi
52
Indonesia sebesar 21.62%. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 15.
53
alami dan ada yang sintetis. Flavor panili sintetis hanya
mengandung salah satu komponen flavor vanilla yaitu vanillin
atau etil vanillin (Boyce et.al, 2003), sehingga aroma yang
dihasilkan tidak sekaya aroma ekstrak panili alami. Dalam
ekstrak panili alami, terkandung 100-200 komponen flavor. Lebih
dari seratus senyawa volatil yang terdeteksi, termasuk karbonil
aromatik, alkohol aromatik, asam aromatik, ester aromatik,
phenol dan phenol ester, alkohol alifatik, karbonil, asam, ester,
dan laktone, di mana aldehid vanillin adalah yang paling
dominan (Pérez-Silva et al., 2005). Setiap jenis ekstrak panili
memiliki profil aroma yang berbeda-beda tergantung tempat
tumbuhnya dan spesiesnya. Beberapa jenis ekstrak panili
diantaranya Bourbon Vanilla, Mexican vanilla, Tahiti Vanilla,
Guadaloupe vanillon dan Indonesian vanilla.
Panili Indonesia (Vanilla planifolia) memiliki flavor yang
kurang manis dan creamy dibanding Bourbon. Selain itu juga
memiliki flavor kayu, asap, jerami. Meskipun pengolahan yang
lebih baik telah menghilangkan sebagian besar flavor asap, profil
panili Indonesia hanya memiliki satu dimensi dibanding Bourbon.
Kualitas panili Indonesia lebih rendah dibanding potensi
sebenarnya, hal ini disebabkan oleh pemanenan yang belum
matang dan proses curing yang kurang sempurna. Permasalahan
dengan panili Indonesia disebabkan karena panili yang masih
muda sudah dipanen, padahal flavornya belum berkembang
sepenuhnya. Selain itu panen dilakukan sekaligus dalam satu
kebun, sehingga tingkat kematangannya bervariasi. Proses
kuring yang dilakukan juga terkadang dengan pemanasan
berlebih sehingga menyebabkan karakter flavor menyimpang.
Hal inilah yang menyebabkan mutu panili Indonesia kurang baik.
Namun panili Indonesia juga masih memiliki keunggulan
diantaranya adalah lebih tahan panas, dan mudah dicampur
dengan flavor panili lain untuk mendapatkan karakteristik
54
tertentu. Panili yang dihasilkan sangat cocok sebagai bahan aditif
(flavour) pada cookies dan coklat.
Proses kuring dilakukan pada panili yang masih hijau dan
tidak berbau karena masih mengandung Phenolic glycosides,
vanillin, vanillic acid,
p-hydroxybenzaldehyde, p-hydroxybenzoic acid, vanillyl alcohol,
cetovanillon, dan p-hydroxybenzyl alcohol (Kanisawa, 1993).
Proses kuring dapat dilakukan dengan cara hidrolisis secara
enzimatis, kimia, ataupun mikrobiologis.
Secara garis besar, di dalam proses curing terdapat empat
tahapan utama yaitu pelayuan, pemeraman, pengeringan dan
penuaan.
1. Pelayuan
Berbagai metode pelayuan yang dikenal antara lain :
55
Panili dibungkus dengan kain hitam dan dijemur pada
rak dari pukul 9 pagi sampai dengan 3 sore dan kemudian
disimpan di dalam kotak kayu mahagoni pada malam hari
(metode yang digunakan oleh Meksiko, Madagaskar, Comoro
dan Guadelupe). Perbedaan metode yang dilakukan pada
setiap daerah terletak pada lama pemeraman dan jenis kayu
yang digunakan. Tahap ini juga merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan mutu panili yang dihasilkan selama
proses curing. Kadar air dihilangkan dengan cepat sampai
pada kadar dimana resiko kebusukan paling rendah tetapi
masih memungkinkan untuk berlangsungnya aktivitas enzim.
Bila kondisi tepat untuk berlangsungnya aktivitas enzim maka
dihasilkan panili kering (cured vanilla) bermutu tinggi, bila
tidak maka dihasilkan panili kering bermutu rendah. Secara
umum, pada tahap ini buah panili mengalami beberapa
perubahan warna, aroma dan flavor. Warna buah berubah
menjadi coklat karena oksidasi senyawa fenolik, gula dan
asam-asam organik dimetabolisme serta ester, eter dan resin
terbentuk. Kadar air buah panili setelah mengalami
pemeraman menurun sampai mencapai 60-70 %.
3. Pengeringan
Panili dikeringkan pada oven dengan suhu 45ºC sampai
mendapatkan tekstur yang fleksibel atau dikeringkan di
bawah sinar matahari (metode yang digunakan oleh
Mayaguez, Puerto Rico). Tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi tingkat kerusakan karena pembusukan oleh
mikroba dan untuk membuat kondisi yang memungkinkan
untuk berlangsungnya perubahan kimiawi. Turunnya kadar air
setelah pengeringan juga menurunkan aktivitas enzim yang
tidak dikehendaki. Setelah pengeringan diharapkan kadar air
buah tinggal 25-32 %.
4. Penuaan
56
Sebanyak 50-100 buah panili diikat dan dibungkus
kertas minyak, dimasukkan dalam peti dan ditutup rapat. Peti
disimpan dalam ruangan suhu 45oC selama 2-3 bulan. Selama
penuaan, terjadi reaksi-reaksi seperti esterifikasi, eterifikasi,
degradasi oksidatif, dan reaksi lain menghasilkan senyawa-
senyawa volatil beraroma yang secara keseluruhan
memperkuat mutu flavor panili yang dihasilkan.
• Microwave Assisted-Extraction
• Ultrasonic Assisted-Extraction
• Enzyme Assisted-Extraction
57
Gambar 28. Diagram alir potensi
pemanfaatan produk panili
Ekstrak Panili
Pekat
Panili Bubuk
Gambar 29. Beberapa produk panili yang
berpotensi
DAFTAR PUSTAKA
58
Boyce MC, Haddad PR, Sostaric T. 2003. Determination of flavour
components in natural vanilla extracts and synthetics
flavourings by mixed micellar electrokinetic
capillarychromatography. Analytica Chimica Acta 485
(2003):179-186.
Deptan Dirjen Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik
Perkebunan Indonesia: Vanili 2001-2003. Jakarta: Dirjen
Bina Produksi Perkebunan.
Emmyzar; S. Roechan; A.M. Kurniawansyah dan Pulung. 2000.
Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat
cadmium. Jurnal ilmiah Pertanian Gakuryoku.VI (2) : 129-
179.
Fruend, D. 1999. Does Ylang-ylang Injalation Have A Hypotensive
Effect on Unmedicated Resting Blood Pressure in Individuals
with Borderline Hypertension? (Unpublished Disssertation),
Cited in Buckle J. Clinical Aromatheraphy 2nd.
Guenther, E. 1948. the Essential Oil. Volume I. D. Van Nostrands
Company Inc., New York.
Hongratanaworakit T., G. Bucbauer. 2004. Evaluation of The
Harmonizing Effect of Ylang-Ylang Oil in Human After
Inhalation. Planta Med.
Kamal, C and R. Ashok. 2006. Modified vetiver oil : economic
biopesticide.
http://www.ars.usda.gov/research/publications/publications.
htm?SE_Q NO_ 115=170715.
Ketaren, S. 1987. Eteris. Vol I. Terjemahan. UI Press, Jakarta.
Oyen LPA, NX Dung, (ed). 1999. Plant Resource of South-East
Asia. Vol 119. Bogor, Indonesia: PROSEA Foundation.
Perez–Silva et al. 2005. GC-MS and GC-olfactometry analysis of
aroma compounds in representative organic aroma extract
from cured vanilla (Vanilla planifolia G. Jackson) beans.
Food Chem.30(2006):30-30.
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah. CV. Sinar Baru, Bandung.
59