Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

STUDI KASUS

Perjuangan Gerakan Separatis dan Keterkaitannya dengan Keamanan Nasional

Oleh :

ALIN FITHOR

K2D 008 008

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010
Perjuangan Gerakan Separatis Papua Sudah
Kehilangan Arah

Sabtu, 1 Maret 2008 08:30 WIB

Jayapura (ANTARA News) - Perjuangan gerakan separatis Papua sudah kehilangan arah
dan berbagai upaya kelompok yang ingin memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) di forum internasional semakin tidak populer lagi. Hal itu disampaikan
Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Haryadi Soetanto ketika bertatap muka dengan para
tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mantan pejuang keutuhan NKRI di Papua, mahasiswa dan
kalangan pers yang berlangsung di lapangan tenis Bumi Cenderawasih Damai, Kawasan Waena,
Jayapura, Jumat (29/2).

"Untuk mencegah munculnya gerakan separatis itu maka ke depan, semua komponen
masyarakat di Papua, baik pemerintah, TNI, Polri, tokoh masyarakat, pemuda dan mahasiswa
maupun kaum perempuan memusatkan perhatian dan energi pada pembangunan yang
menyejahterakan rakyat," kata Pangdam. Pembangunan merupakan keharusan ketika Pemerintah
Pusat telah mengucurkan dana pembangunan triliunan rupiah yang tidak boleh disalahgunakan
oleh siapapun juga. Pemerintah, lanjut Pangdam Haryadi, harus konsisten membangun di segala
bidang kehidupan demi kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kelompok separatis dapat
kehilangan arah untuk melakukan provokasi di tengah rakyat. Pembangunan yang berkeadilan,
lanjut Pangdam Haryadi menjadi kebutuhan dasar dan mendesak di tanah Papua.

Pangdam Cenderawasih mengakui kalau anggaran pembangunan Papua dalam bingkai


Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua telah mencapai Rp 29 Triliun melebihi anggaran
pembangunan pertahanan di tingkat nasional sebesar Rp 15 triliun dari Rp 33 Triliun yang
dianggarkan, sedangkan sisanya masih ditunda. Bersamaan dengan itu, jumlah penduduk di
Papua sekitar 2,6 juta jiwa sehingga mustahil bagi kita untuk tidak menyejahterakan rakyat
Papua dengan anggaran pembangunan sebesar itu.

Pada bagian lain dari pengarahannya, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Haryadi
mengatakan, sekitar enam ribu warga Papua yang selama ini bermukim di Papua Nugini akan
berepatriasi ke tanah kelahiran mereka sehingga hal ini harus dipersiapkan secara baik dan
matang agar tidak menimbulkan permasalahan baru di Papua yang saat ini tingkat keamanan dan
ketertiban masyarakat (Kamtibmas) sudah kondusif.

"Kita semua harus membantu agar mereka yang kembali dari PNG dapat benar-benar
menjadi saudara kita sendiri, sebangsa dan setanah air Indonesia. Pengalaman hidup mereka di
luar negeri hendaknya menjadi modal bagi pembangunan tanah Papua yang lebih adil, damai dan
sejahtera dalam bingkai NKRI," katanya. Untuk itu, Pangdam meminta para pemimpin
masyarakat agar memiliki hati untuk rakyat, bukan sebaliknya menjadi raja-raja kecil di
daerahnya masing-masing. Sedangkan kepada saudara-saudara yang bermukim di tapal batas RI
dengan PNG diminta tetap memanfaatkan Pas Lintas Batas (PLB) jika bepergian mengunjungi
sanak keluarga di wilayah negara tetangga, begitupun sebaliknya.

"PLB sangat penting dikantongi para pelintas batas antarnegara RI dengan PNG agar
tidak menimbulkan kecurigaan aparat keamanan yang bertugas di perbatasan itu dan saya pun
meminta kepada aparat keamanan agar bertindak persuasif ketika berhadapan dengan para
pelintas batas apalagi TNI adalah anak kandung rakyat," katanya.(*)

COPYRIGHT 2008

PEMBAHASAN

Studi kasus ini menjelaskan dan memperkarakan ketidakadilan bagi masyarakat papua.
Begitulah hal sepele seperti ini diangkat. Dan memang ini akan menimbulkan suatu polemik
yang akan besar dan akan ikut serta mempengaruhi keamanan nasional. Begitulah ketidakadilan
yang dirasakan oleh rakyat papua di sana.

Anda mungkin juga menyukai