Oleh :
Aik Soewarno
Dosen Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana
Email: aiksoewarno@yahoo.com
ABSTRAK
Dapur merupakan salah satu dari beberapa ruangan yang harus ada didalam rumah tinggal. Dapur
tidak hanya sekedar tempat mempersiapkan makanan, tetapi dapat juga dipakai rekreasi, tempat komunikasi
bagi keluarga pemakai. Kegiatan memasak merupakan kegiatan rutin setiap hari. Bekerja di dapur dilakukan
sejak pagi hari hingga pada malam hari, mulai menyiapkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam.
Kegiatan ini diperkirakan memakan waktu sekitar delapan jam sehari. Kegiatan masak memasak dapat
dikatagorikan pekerjaan setengah berat. Bekerja di dapur adalah suatu pekerjaan yang melelahkan. Sikap
kerja paksa akibat menggunakan peralatan yang kurang cocok dengan persyaratan ergonomi akan
mengakibatkan tubuh merasa lelah yang dapat mengganggu kesehatan.
Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan perbaikan yaitu dengan menyesuaikan tinggi bidang kerja
dengan jalan meninggikan lantai kerja sesuai ukuran antropometri pekerja. Tinggi bidang kerja adalah 10 cm
di bawah tinggi siku pekerja. Perbaikan ini diharapkan dapat mengubah sikap kerja yang tidak ergonomis
menjadi ergonomis.Dengan menggunakan Pre test and post test group design, penelitian ini dilaksanakan dan
besarnya sampel sebanyak 21 subyek, dipilih dengan teknik random sederhana. Denyut nadi kerja diukur
dengan metode sepuluh denyut dan keluhan subyektif pada sistim otot rangka (muskuloskeletal) didata dengan
Nordic Body Map dan sikap paksa dibuktikan dengan mendata angka ukuran antropometri pekerja dan
dimensi peralatan kerja dokumestasi foto. Uji statistik yang dipakai student t-test. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja mengurangi keluhan pada sistem otot rangka sebesar 23,96 % (p <
0,05) dan menurunkan denyut nadi kerja sebesar 23,13% (p> 0,05)
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan perbaikan sikap kerja dapat menurunkan beban
kerja berupa beban tambahan, berarti bahwa dengan menggunakan dapur yang ergonomi akan mendapatkan
kenyamanan bagi penghuninya.
Kata Kunci: antropometri, ergonomi, sikap kerja.
ABSTRACT
Kitchen is one of room that should be presented in a house. Kitchen is not just for the sake of as a
place to prepare a food, but also as recreation, communication for the family. Cooking is routine activity;
working in kitchen is completed from morning till night, starting from preparing breakfast, lunch till dinner.
This activity is predicted taking time around eight hours. Cooking activity is categorized as a half hard
working. Activity in kitchen is a tired work. Attitude of force work caused by the use of tools that is not
appropriate to ergonomics requirement, will effect to the body health.
To overcome those problem require completed the effort of improvement through adjusting the height
of working area by heightening the working floor accordance with the measurement of workers
anthropometry. The height of working area is 10 cm under the height of workers elbow. This improvement
expected could change the work attitude that is not ergonomic, become ergonomic. Through the use of pre-test
and post-test group design, this study had been conducted by sampling of 21 subjects and selected by plainly
random technique.
81
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
Work throb pulse is measured by the method of ten throbs and subjective complaint on the system of
muscle skeleton, and encoded by Nordic Body Map and force attitude proved by encoding the number of
workers anthropometry measurement and the photo document of work tools dimension. The statistical test that
had been used is student t-test. The result of the study shows that the improvement of work attitude reduce
the complaint on the system of muscle skeleton as 23,96 % (p < 0,05) and diminish the work throb pulse as
23,13% (p> 0,05).
By this study can be concluded that through the improvement of work attitude, could reduce the
workload as additional load. It means that by utilizing the ergonomically kitchen will acquire the comfortable
to the occupant.
Key Words: anthropometry, ergonomic, and work attitude.
82
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
dapur rumah tersebut dipakai. Tinggi meja mempersiapkan masak memasak tetapi juga
dapur/kerja di rumah sederhana pada umumnya tempat rekreasi dan komunikasi (ASRI 1991).
sekitar 85 - 90 cm belum temasuk tinggi kompor
Masak memasak dari awal kegiatan
yang digunakan dan tinggi perabotan dapur
manusia berasal dari penggunaan api unggun,
(panci, kukusan penggorengan, dan lain-lain).
kemudian meningkat menjadi tungku, atau
Kompor gas duduk mempunyai ketinggian
angklo (Jawa), hawu (Sunda) yang terbuat dari
15 cm, sehingga tinggi keseluruhan dari lantai
tanah liat. Setelah ada logam, maka banyak
sekitar 100-105 cm sedang kompor minyak
dihasilkan kompor yang terbuat dari seng dan
tanah setinggi 25 cm, sehingga tinggi
alumunium, dan yang terakhir saat ini adalah
keseluruhan adalah 110-115 cm.
dengan kompor gas dengan ovennya. Macam
b. Rumusan Masalah posisi memasak juga tergantung dari perabot dan
kebiasaan pemasaknya yaitu:
Bertitik tolak pada latar belakang, dapat
a. duduk,
diungkapkan rumusan masalah sebagai berikut :
b. jongkok atau
1. Apakah tinggi meja dapur di rumah c. berdiri (Asri,1991).
sederhana yang dibangun oleh pengembang
Ada dua prinsip yang harus diingat yaitu
di Denpasar menimbulkan keluhan subyektif
waktu bekerja sebaiknya digunakan sendi sendi
bagi pemakainya?
yang paling kuat dan paling besar, kedua adalah
2. Apakah tinggi meja kerja dapur yang
sendi dan otot akan bergerak paling efektif bila
ergonomi dapat menurunkan keluhan
ia berada pada garis lurus, tidak bengkok atau
subyektif?
berputar ke satu arah (Myrmawati, 1991).
2. Penelaahan kepustakaan Prinsip prinsip ini dapat dijadikan dasar untuk
mengoperasikan alat alat memasak didapur
Masalah pesatnya pertambahan sehingga menghindari sikap paksa waktu
penduduk di Indonesia dengan pertumbuhan rata bekerja,
rata 1,8% per tahun dan belum diimbangi dengan
pertambahan pembangunan perumahan yang Banyak peralatan dapur dari tinggi meja
memadai. Maka rata rata per tahun kerja sampai peralatan dapur yang kurang
membutuhkan 440.000 rumah. (Suwarno memenuhi persyaratan ergonomi sehingga tidak
Prawirosumantri, 1986). Untuk mengurangi nyaman dipakai dan cepat menimbulkan
kebutuhan yang mendesak tentang perumahan, lelah/keluhan subyektif. Dengan memperbaiki
pemerintah membangun rumah sederhana (R.S) cara kerja dan peralatan kerja sesuai dengan
agar dapat menikmati rumah dan lingkungan kebutuhan pemakai, maka kenyamanan kerja
dengan aman,nyaman, sehat dan efisien bagi serta kelelahan tidak cepat timbul berarti keluhan
penghuninya. subyektif dapat berkurang dan produktivitas
kerja akan meningkat (Grandjen,E 1988,
Pembangunan pada sektor perumahan di Manuaba, A 1994; Sujatno, S 1985 ; Nala, G.N
Denpasar biasanya dibangun oleh pengembang 1995).
yang bekerja sama dengan bank BTN, melalui
kridit pemilikan rumah (KPR). Rumah tinggal Produktivitas kerja ditentukan banyak
biasanya dilengkapi dengan ruang : faktor. Beberapa faktor yang penting adalah
a. Kamar tamu/duduk lingkungan kerja,teknologi yang tepat
b. Kamar tidur. guna,kualitas fisik dan non fisik (Grandjen 1988,
c. Kamar makan Manuaba, A 1992). Teknologi menyangkut
d. Kamar mandi/wc peralatan kerja,perlengkapan yang memadahi,
e. Dapur metode kerja. Lingkungan kerja menyangkut
lingkungan biologis dan psikologis tempat kerja.
Dapur merupakan dalah satu dari beberapa
program ruang yang utama didalam rumah. Peralatan kerja telah dipakai sejak
Dapur bukan hanya sekedar tempat peradaban manusia seperti juga yang terdapat
pada alat alat dapur yang yang sudah diperbaiki
perletakan dan tinggi meja kerja seperti terlihat
83
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
pada gambar 1 dan gambar 2 dengan sikap kerja Perbaikan disesuaikan dengan
yang ergonomis seperti pada gambar 3. kemampuan pemakai serta murah biayanya dan
mudah dilakukan. dan dapat memberikan
Pada gambar 4 adalah prototype rumah
keuntungan ekonomi.Perbaikan juga tergantung
sederhana dengan T45 yang banyak dibangun di
selera pemakai agar terjadi proses belajar yang
kota Denpasar tersebut terdapat gambar dengan
benar dan dapat menikmati hasil dengan nyaman
sikap kerja paksa dan sikap kerja yang betul.
dan aman (Pheasant,S. 1991, Manuaba, A 1995).
Pada gambar 3 Rumah type tersebut dengan
menggunakan dapur yang ukuran serta perabot Disamping peralatan tidak kalah penting
yang sama.Tinggi meja kerja dapur rumah adalah lay out penempatan peralatan dan jarak
sederhana biasanya diperutukkan untuk kompor penempatannya agar pemakai tidak cepat lelah
gas seperti pada gambar 5. Pada gambar tersebut untuk aktipitas memasak. Ada dua macam sistim
terlihat sikap paksa pemakai dapur yang dapat penempatan peralatan yaitu lay out bentuk U
menyebabkan terjadinya keluhan subyektif. atau lay out bentuk L, yang efektif dipakai
Biasanya dapur rumah sederhana banyak yang didapur. (Wesley E.,1992).
sudah di perbaiki tinggi meja kerjanya dan
Untuk kerja didapur,kerja berdiri sering
disesuaikan dengan memakai kompor gas duduk
dilakukan. Bila kerja berdidi itu banyak
yang didisain sesuai dengan anthropometri
memerlukan banyak tenaga otot (mengangkat
pemakainya (Gambar 1,2 dan 3).
dandang/penanak nasi yang besar) maka
Pada dapur rumah sederhana yang ketinggian meja kerja harus diturunkan. Bila
dibangun oleh pengembang kadang kala tidak meja kerja terlalu pendek (Gambar 5), akan
memenuhi selera si pemakai karena pengembang timbul sikap paksa.
hanya memakai satu gambar prototype yang
Wanita Indonesia mempunyai tinggi
digandakan terus menerus. Oleh karena itu
badan rata rata 155 cm - 160 cm, tinggi sampai
pemakai perlu mengetahui peralatan kerja yang
siku wanita rata rata 98 cm sehingga tinggi kerja
sesuai dengan persyaratan ergonomi agar
berkisar 88-93 cm. (Suyatno Sastrowinoto,
nyaman dipakai dan efisien digunakan. Kalau
1985).
peralatan kerja tidak sesuai dengan persyaratan
ergonomi dan tidak nyaman dipakai maka perlu
diperbaiki.
Gambar 1: Peralatan Kerja Dapur yang Gambar 2: Penataan Dapur dengan Sikap Kerja
Ergonomis Ergonomis
84
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
Gambar 3: Sikap Kerja yang Ergonomis Gambar 5: Sikap Kerja yang Ergonomis
85
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
5. Hipotesis Penelitian
4. Variabel Penelitian dan Definisi
0perasional Variabel Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis
Untuk menghindari adanya penelitian sebagai berikut :
penyimpangan dalam pengumpulan data dan
menghindari bias, maka diuraikan difinisi Tinggi meja kerja dapur yang ergonomi
operasional variabel-variabel yang akan menurunkan keluhan subyektif pemakai dapur
diteliti.Adapun variabel-variabel tersebut yaitu rumah sederhana di Denpasar
:Dapur rumah sederhana dalam arti meliputi
anthropometri, ukuran tinggi meja kerja dapur,
urutan aktifitas pekerjaan di dapur dan
86
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
87
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
88
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
Sumamur (1985) rata-rata tinggi pekerja wanita 103-10 = 93 cm. Diperlukan peninggian alas
di Indonesia 151,6 + 5,4 cm, maka karyawati kerja berupa tingklik dengan tinggi 13 cm.
dapur RSUP Sanglah sedikit lebih timggi
Dari uraian tersebut di atas, dapat
dibandingkan dengan data pekerja wanita
disimpulkan bahwa kondisi kerja di dapur
tersebut.
terdapat ketidak cocokan antara ukuran
antropometri dengan peralatannya sehingga
2. Sikap Kerja Pengguna Dapur
Rumah Tinggal terjadi sikap paksa pada pengguna dapur..
Pekerjaan di tempat racik bumbu dan b. Pekerjaan di tempat racik bumbu dan
pemotongan sayur disebabkan oleh bidang kerja pemotongn sayur dengan mesin. Sikap paksa
terlalu tinggi sehingga pekerja bersikap selama bekerja disebabkan oleh bidang kerja
mendongak ke atas; dalam posisi itu bahu, terlalu tinggi sehingga pekerja bersikap
lengan atas dan lengan bawah mengangkat ke mendongak ke atas; sikap paksa ini
atas. Sikap paksa ini dilakukan selama lebih dilakukan selama lebih kurang 2 jam terus
kurang 2 jam terus menerus. menerus. Dalam posisi itu bahu, lengan atas
dan lengan bawah mengangkat ke atas.
Menurut Grandjean (1988), ketinggian
bidang kerja ditentukan oleh jenis pekerjaan c. Pekerjaan di tempat pengupas buah dan
yang dilaksanakan dan tinggi siku pekerja. racik; sikap mendongak karena bidang kerja
Tinggi siku Pekerja adalah 103 cm. lebih tinggi; sikap ini terus menerus selama
kurang lebih 5 jam. Pekerjaan dilakukan
Jadi dapat dihitung tinggi bidang kerja dengan posisi kerja duduk. Dalam posisi itu
yang ergonomi untuk pengguna dapur rumah bahu, lengan atas dan lengan bawah
tinggal yaitu: mengangkat ke atas.
a. pekerjaan potong daging tinggi bidang kerja d. Pekerjaan di tempat kompor gas; Sikap
yang ergonomi pengguna dapuradalah 103 mendongak karena bidang kerja lebih tinggi;
10 cm = 93 cm. Tinggi bidang kerja meja sikap ini terus menerus selama kurang lebih
potong daging yang ada 105 cm, sehingga 3 jam. Pekerjaan ini dilakukan dengan posisi
meja terlalu tinggi.105 - 93 = 12 cm. Agar berdiri. Dalam posisi itu bahu, lengan atas
pengguna dapur bekerja dengan ergonomis dan lengan bawah mengangkat ke atas.
maka diperlukan peninggian alas kerja
berupa tingklik dengan tinggi 12 cm. Sikap paksa tersebut mengakibatkan
pengguna dapur banyak mengeluh berbagai
b. Tinggi bidang kerja tempat racik dan tempat gangguan sistem otot rangka. Ini sesuai dengan
pemotongan sayur dengan mesin adalah 85 + pernyataan Hagg (1991), bahwa akibat dari sikap
40 = 125 cm. Tinggi sampai siku 93 cm. kerja yang tidak ergonomis akan menimbulkan
Diperlukan peninggian alas kerja berupa keluhan pada sistim otot rangka dan denyut nadi
tingklik dengan tinggi 32 cm. kerja.
c. Tinggi bidang kerja kompor gas dengan
peralatan adalah 106 cm, tinggi sampai siku
89
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
Dengan adanya sikap paksa di dapur Pengaruh ini sesuai dengan apa yang
pada waktu sebelum perlakuan, mengakibatkan dilaporkan oleh Sutajaya, (1997) bahwa kondisi
adanya keluhan subjektif pada sistim otot rangka kerja dapat menurunkan gangguan
(muskuloskeletal). Pada penelitian ini penurunan muskuloskeletal sebesar 23,37%, pematung di
keluhan subjektif sebagai berikut : desa Pliatan, Ubud.
a. Sakit pada betis kanan 24 %
4. Denyut Nadi Kerja
b. Sakit di bahu kanan 23 %
c. Sakit di lengan atas kanan 19 % Rata-rata denyut nadi dapat dipakai
d. Sakit di pergelangan tangan kanan 17 % sebagai salah satu cara untuk mendeteksi beban
e. Sakit pada betis kiri 14 % kerja yang berkaitan dengan kardiovaskuler.
Beban kerja pengguna dapur termasuk dalam
Perbedaan prosentase keluhan ini
katagori rendah sampai sedang, karena denyut
menunjukkan bahwa betis diperlukan dalam
nadi kerja antara (76,38+5,02)-(94,28+5,53)
tumpuan untuk menyangga berat badan, oleh
denyut per menit sebelum pelakuan dan
karena itu biarpun sikap kerja sudah ergonomis
(76,90+7,59)-(90,19+7,33) denyut per menit
(sesudah perlakuan), namun masih terdapat
sesudah perlakuan (Grandjean, 1988). Kondisi
keluhan pada daerah betis kanan. Pekerjaan di
awal denyut nadi pengguna dapur ebelum dan
dapur memerlukan ketrampilan dan ketekunan
sesudah perlakuan tidak ada perbedaan. Nilai
bekerja. Tangan kanan dalam hal ini lebih
rata-rata perubahan denyut nadi (Tabel 5.10)
dominan digunakan dari tangan kiri karena itu
sebelum dan sesudah perlakuan adalah 4,14 per
keluhan yang diderita adalah pada lengan, bahu,
menit atau sebesar 23,13 %. Berarti dengan
pergelangan tangan dan betis sebelah kanan.
adanya perbaikan sikap kerja menurunkan beban
Perbedaan penurunan keluhan pada otot kerja pengguna dapur dengan bermakna. Ini
rangka sebelum dan sesudah perlakuan bila sesuai dengan hasil penelitian Tjening Kerana,
dilihat angka prosentase menunjukkan bahwa dkk (1997), Sutajaya (1997), Sutjana (1997)
sikap paksa (mendongak dan membungkuk), yang melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja
pada pekerjaan di dapur RSUP Sanglah sangat menurunkan denyut nadi kerja dan berarti
berpengaruh kepada sistim otot rangka. menurunkan beban kerja.
Pengaruh tersebut juga dapat dilihat pada
penelitian yang dibuat oleh Park & Bae (1997), 5. Lingkungan Kerja
yang melaporkan bahwa 40 % pekerja di industri Ruang kerja di dapur cukup bersih dan
elektronik automobil mengalami gangguan pada teratur pengaturan peralatan kerjanya. Pengaliran
sistim otot rangka. Pengukurannya juga dengan udara dengan sistim ventilasi silang. Temperatur
menggunakan metoda Nordic body map. udara kering berkisar 30,20C-30,40C, dengan
Instrumen Nordic Body Map yang terdiri dari 27 kelembaban 69,5%-72,5%. Bila dilihat dari
items pertanyaan sudah biasa digunakan standar kenyamanan di Indonesia menurut
terutama intuk penelitian ergonomi (Park & Bae, Manuaba (1983) suhu kering berkisar antara 22-
1997; Sutajaya, 1997; Budiono, 1985). 280C dengan kelembaban 70-80 %. Sebagai
Nala (1995) dan Hagg (1991) perbandingan suhu ruangan di dapur Grand Bali
menyatakan bahwa kerja dengan sikap paksa Beach Hotel 32oC dengan kelembaban 78,5 % di
dapat menimbulkan gangguan pada sistim otot Coffee shop 30oC dengan kelembaban 93 %.
rangka. Berarti bahwa suhu ruangan di dapur cukup
panas.
Pada penelitian ini terjadi penurunan
rata-rata skor keluhan subjektif sebesar 2,76 atau
90
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
Dari hasil penelitian ini dapat Corlett, E.N., Clark, T.S. 1995. The Ergonomics
disimpulkan sebagai berikut : of Workspaces and Machines. A
Design Manual. London: Taylor and
a. Intervensi ergonomi berupa perbaikan sikap Francis Ltd.
kerja dan perbaikan ukuran bidang kerja
akan memberikan kenyamanan dalam Dul, J and B.A.Weerdmeester. 1994. Ergonomic
bekerja didapur, nurunkan keluhan subjektif for Beginners. A Quick Reference
pada sistim otot rangka pekerja berarti Guide. London: Taylor and Francis
keluhan subjektif pada sistim otot rangka Ltd.
penggunadapur berkurang. Dyer, H;Anne Morris. 1990. Human Aspects of
b. Intervensi ergonomi berupa perbaikan sikap Library Automation. Gower
kerja mampu menurunkan denyut nadi kerja, Publishing Company Ltd.Aldershot,
berarti beban kerja menjadi lebih ringan Hants GU11 3HR, England.
pada pekerjaan di dapur. Djoko Wijono. 1990. Metode Penelitian dalam
Pemrograman Rancang Bangun
2. Saran Arsitektur. UGM: Fakultas Teknik
Saran yang dapat disampaikan pada Arsitektur.
penelitian ini adalah : Grandjean, E. 1988. Fitting the Task to the Man.
a. Pembuatan dapur agar menjaga London: Taylor and Francis Ltd.
keharmonisan kondisi kerja pengguna dapur Himpunan Hasil-hasil Lokakarya
demi tercapainya kondisi kerja yang aman, Higene Perusahan Ergonomi,
nyaman, sehat dan efisien. Kesehatan dan Keselamatan
b. Ketidak cocokan peralatan kerja dengan Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics
ukuran tubuh pekerja dapat di sikapi dengan of Manufacturing. London:
penerapan teknologi tepat guna sehingga Julius Panero and Martin Zelnik. 1979. Human
tercipta adanya keserasian tersebut. Dimension and Interior Space.
c. Diupayakan ergonomi masuk sejak London: The Architectural Press
perencanaan, sehingga lingkungan dan Ltd.
kondisi kerja dapat diusahakan konsumtif Proyek Peningkatan Pelayanan Hiperkes dan
untuk pekerjanya. Ergonomi Bali. 1985. Kerja.
Denpasar: Balai Higiene
Perusahaan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja, Kantor Wilayah
91
DAPUR RUMAH TINGGAL YANG ERGONOMIS BAGI PENGHUNINYA (AIK SOEWARNO)
92