Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Teknologi Televisi dan Industri Penyiaran

Oleh : Rahmad Setiadi (0706184916)

Perkembangan Teknologi Televisi

Penemuan televisi telah melalui serangkaian panjang eksperimen yang dilakukan


para ilmuwan. Secara spesifik, penemuan telivisi dimulai kerika Philo T. Farnsworth,
ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat, mengembangkan televisi modern pertama saat
berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
Vladimir Kosma Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang
dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Peter
Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis pada tahun
1940. Kemudian, sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan
dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.
Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald
Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber dengan mulai merancang
layar plasma berwarna. James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD
yang lebih praktis. Sedangkan layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang
dipimpin George Heilmeier.
Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru
Organic Light Emitting Diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis
televisi OLED. Sementara Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna
LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
Pada tahun 1981, Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi
HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis. Setelah puluhan tahun melakukan
penelitian, akhirnya pada tahun 1995, proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia
berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Pada dekade 2000,
masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun
CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Dalam perkembangannya, terdapat berbagai macam jenis televisi, yaitu. Televisi
digital (Digital Television, DTV), TV Resolusi Tinggi (High Definition TV, HDTV),
Video Resolusi Ultra Tinggi (Ultra High Definition Video, UHDV), dan Direct Broadcast
Satellite TV (DBS). Adapula yang disebut dengan Pay Per View, Televisi internet, TV
Web , Video atas-permintaan (Video on-demand, VOD) , Gambar-dalam-Gambar
(Picture-In-Picture, PiP), Auto channel preset, Perekam Video Digital, DVD,
CableCARD, Pemprosesan Cahaya Digital (Digital Light Processing, DLP), LCD dan
Plasma display TV Layar Datar, High-Definition Multimedia Interface (HDMI), The
Broadcast Flag, dan Digital Rights Management (DRM).

1
Hingga saat ini terdapat tidak kurang dari 70 stasiun televisi yang tersebar di
berbagai Negara. Stasiun-stasiun televisi tersebut antara lain adalah CNN dan MTV
(Amerika Serikat), Telefe (Argentina), TVRI (Indonesia), BBC (Inggris), TV Asahi dan
Nippon TV (Jepang), TV5 (Perancis), dan TV3 (Malaysia).

Perkembangan Siaran TV di Indonesia

Televisi mulai diperkenalkan pada masyarakat umum sejak 1930-an di Amerika


Serikat, Inggris, dan Rusia. Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan kegiatan
penyempurnaan televisi siaran terhambat. Kegiatan ini baru dilanjutkan kembali dan
televisi siaran kembali dimunculkan kepada umum setelah perang berakhir.
Komunikasi melalui televisi berkembang ke seluruh dunia. Negara-negara yang
baru merdeka pada waktu itu pun mengoperasikan televisi siaran sebagai teknologi
mutakhir. Untuk kawasan ASEAN sendiri, Negara yang paling awal menyelenggarakan
televisi siaran adalah Philipina. Penyelenggaraan televisi siaran ini kemudian diikuti oleh
Negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, kegiatan penyiaran melalui televisi dimulai pada tahun 1962.
Penyelenggaraan televisi siaran tersebut bertepatan dengan diselenggarakannya
Asian Games IV yang dilaksanakan di Senayan, Jakarta. Bertepatan dengan itu pula
Televisi Republik Indonesia ditetapkan sebagai station call hingga saat ini. Hari
pembukaan Asian Games IV ini yang jatuh pada tanggal 14 Agustus kemudian
diperingati sebagai hari jadi TVRI.
Penggunaan Satelit Palapa untuk siaran televisi dan telekomunikasi diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1976. Oleh karenanya, siaran televisi
dapat menjangkau hamper seluruh masyarakat di Indonesia hingga sekarang ini. Sejak
awal tahun 1989, di Indonesia mulai bermunculan stasiun-stasiun televisi selain TVRI
yang bersifat komersial. Stasiun televisi komersial yang pertama berdiri adalah Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kemunculan RCTI ini kemudian disusul oleh
munculnya Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan
Andalas Televisi (ANteve).
Hingga saat ini, terdapat begitu banyak stasiun televisi komersial di Indonesia,
baik yang berskala nasional maupun lokal. Ada sebelas stasiun televisi nasional yang ada
di Indonesia, yaitu Cakrawala Andalas Televisi (antv), Global TV (GTV), Indosiar Visual
Mandiri (Indosiar), Lativi, MetroTV, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya
Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Televisi Transformasi
Indonesia (Trans TV), Trans 7, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Adapun televisi
khusus yang berskala nasional, yaitu Televisi Edukasi (TV E), SWARA Channel, dan Qtv
Network. Di Indonesia juga terdapat lebih dari 100 stasiun televisi lokal yang tersebar
hampir di seluruh provinsi dan daerah, diantaranya RBTV dan Jogja TV (Yogyakarta),

2
Deli TV (Sumatera Utara), Sriwijaya TV (Palembang), Spacetoon & Elshinta TV
(Jakarta), Bali TV (Bali) serta TVKU dan TV Borobudur (Semarang).

Dampak Sosial Siaran TV

Tayangan televisi sudah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat (di Indonesia dan di
dunia). Karakteristik yang dimilikinya membuat televisi menjadi sesuatu media yang
mudah dinikmati oleh semua kalangan, sekalipun seseorang memiliki keterbatasan
indera. Televisi dapat dinikmati oleh orang yang buta huruf, tuna rungu (dengan hanya
melihat gambar), bahkan tuna netra sekalipun (hanya mendengar suaranya).
Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mewah dan bukan lagi sebuah
kemajuan teknologi yang membuat orang takjub. Televisi sudah menjadi konsumsi
masyarakat luas, baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah sekalipun. Di samping
itu, televisi dapat menjadi suatu media yang bersifat adaptif. Misalnya, program-
programnya sangat Islami saat bulan Ramadhan tiba dan sangat Kristiani saat Natal tiba.
Kemajuan teknologi televisi dan program-programnya tidak dapat dipungkiri juga
membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana bisa
dikatakan demikian? Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah masyarakat yang
mengkonsumsi televisi sebagai media yang terbilang sangat besar. Televisi menyajikan
segala sesuatu yang menarik perhatian pemirsanya. Segala jenis program dengan
berbagai segmen terdapat di dalamnya. Dari tayangan berbau mistik/takhayul dan
kekerasan, tayangan religi, berita, program anak, hingga tayangan bagi orang dewasa
yang berbau pornografi (walaupun sudah disensor) termuat dalam siaran televisi.
Beberapa pengamat televisi menganggap bahwa program-program yang
ditayangkan saat ini sudah melampaui batas. Oleh karenanya, diperlukan perhatian dan
kontrol yang serius, baik dari pemerintah, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), maupun
dari masyarakat itu sendiri.
Selain patut untuk disyukuri, kemajuan teknologi yang ada (dalam konteks ini
televisi) juga harus diwaspadai. Kemudahan mendapatkan informasi, hiburan, dan
kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan oleh televisi dapat membantu kita untuk
membuka wawasan dan mengenal dunia lebuh luas lagi. Akan tetapi, jika masyarakat
(pemirsa) tidak memiliki filter yang kuat dalam menerima terpaan media televisi ini maka
tidak tertutup kemungkinan bahwa nilai-nilai negatif juga dapat terserap dan dampak
yang paling memprihatinkan adalah terjadinya degradasi moral.
Sebagai contoh dampak tayangan televisi terhadap masyarakat (Indonesia) adalah
dari segi gaya hidup (lifestyle). Seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-
tokoh atau gaya hidup orang barat, misalnya tampak pada pakaian yang digunakan.
Banyaknya tayangan yang mengarah pada upaya persuasif pada masyarakat juga
mempengaruhi masyarakat untuk semakin konsumtif.

3
Namun, tidak semua program yang ditayangkan oleh televisi berdampak negatif
bagi masyarakat. Televisi pun mempunyai pengaruh baik bagi masyarakat. Televisi
membuka pemahaman mengenai informasi baru, biasanya terdapat dalam program-
program berita (politik, wisata, kuliner, dsb). Televisi juga bertindak pendorong anak-
anak untuk belajar acara edukasi dan dapat mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai
yang penting serta pelajaran mengenai kehidupan nyata.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui berbagai dampak yang ditimbukan
oleh tayangan televisi. Positif atau negatif, baik atau buruknya dampak televisi
bergantung pada bagaimana masyarakat menyikapinya. Hal yang diperlukan adalah
kontrol dan perhatian yang serius dari seluruh pihak. Orang tua juga harus berperan aktif
dalam mengontrol anak-anaknya saat menyaksikan tayangan televisi. Seperti kasus-kasus
yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika banyak anak yang terluka bahkan diantaranya
meninggal dunia karena melakukan tindakan kekerasan seperti yang mereka lihat di
televisi, selain menuntut pihak-pihak tertentu, orang tua hendaknya juga melakukan
introspeksi diri menganai pengawasan yang mereka berikan pada anak-anak mereka.
Kendatipun kemajuan teknologi televisi dan teknologi-teknologi lain di bidang
media hingga saat ini sangat luar biasa, tetapi suatu media tidak dapat menggantikan
posisi media lainnya. Hal ini dikarenakan setiap media memiliki karakteristiknya masing-
masing yang berbada dari media lainnya. Karakteristik media inilah yang kemudian
berpengaruh terhadap preferensi masyarakat dalam memilih media sesuai keinginannya.

Referensi:
− http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi
− http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_Indonesia
− http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi
− http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_TV_Lokal_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai