Anda di halaman 1dari 6

Laporan Perjalanan dan Press Released

ASEANpreneurs Day
Oleh
Mohammad Iqbal

ASEANpreneurs Day yang berlangsung tanggal 26 Agustus 2010 merupakan salah satu program dari
ASEANpreneurs, sebuah student entrepreneurs organization yang beroperasi di kawasan ASEAN
yang bermarkas di National University of Singapore (NUS). ASEANpreneurs Day merupakan sebuah
event yang betujuan untuk merayakan semangat youth entrepreneurship di wilayah ASEAN. Tema
ASEANpreneurs day tahun ini diantaranya adalah : Can ASEAN be the next Sillicon Valley?

ASEANpreneurs Day terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan diantaranya adalah :

1. Talkshow Entrepreneurship bersama beberapa CEO perusahaan IT yang


berbasis di Singapura : Can ASEAN be the Next Silicon Valley?

Takshow yang bertemakan : Can ASEAN be the next Sillicon Valley? ini dihadiri oleh sekitar 150
peserta yang berlatar pendidikan mahasiswa, entrepreneur dan profesional yang mayoritas
berkebangsaan Singapura. Peresmian pembukaan ASEANpreneurs Day dilakukan oleh salah satu
member of parliament, Pasir Ris Punggol GRC yaitu Ms.Penny Low. Beliau mengutaraka pentingnya
kolaborasi dari berbagai stakeholder dalam mendukung iklim entrepreneurship di Singapura dan
Kawasan ASEAN, serta beliau sangat mengapresiasi semangat para pemuda-pemudi yang bercita-
cita sebagai entrepreneur. Beliau banyak mengemukakan contoh keberhasilan para global
entrepreneurs leaders seperti founder dari wikipedia dan alibaba.com

Kemudian, keynote speech diberikan oleh salah satu special guest ASEANpreneurs Day yaitu
Mr.William Chan yang merupakan managing director dan founder dari eEagle Group, sebuah
perusahaan yang berbasis di Australia yang bergerak di investment dan pengelolaan aset dengan
basis di perdagangan dan new media.

Talkshow yang berjudul : Can ASEAN be the next sillicon valley? ini dibawakan oleh Mr. Andrew C
Abraham sebagai moderator. Ia merupakan founder dari kintuition, sebuah perusahaan yang
bertujuan untuk peningkatan skill interpersonal dan emotional intelligence di kalangan generasi Y di
Asia, baru-baru ini ia meluncurkan salah satu produk terbaru dari perusahaanya yaitu Gradkin yang
merupakan sebuah web-based application tools yang unik untuk menggabungkan antara branding
dan networking antara perusahaan dengan kandidat pekerja melalui social media platform.
Kemudian terdapat tiga orang narasumber diantaranya adalah :

1. Mr. Dennis Goh, ia merupakan Managing Director dari HungryGoWhere.com, ia merupakan


lulusan dengan predikat first class honours dari London School of Economics dan peraih gelar master
ekonomi di Cambridge University.

2. Dr. Lai Kok Fung, merupakan co-founder an CEO dari BuzzCity, sebah perusahaan yang berbasis
mobile services untuk advertising dan entertaintment yang terkemuka di Singapura. Ia merupakan
lulusan teknik elektro NUS dan memperoleh master dari University of Wisconsin-Madison di bidang
yang sama.

1
3. Dr. Bernard Leong, co-founder dari chlkboard diana saat ini ia menjabat sebagai Chief Technology
Officer dan di Instrumental dalam pengembangan mobile web ad delivery system yang bertujuan
untuk menolong usaha mikro, kecil dan menengah dalam hal memasarkan produk dan promosi.
Saat ini ia juga menjabat sebagai founding partner sebuah seed stage VTC (Venture Technology
Capital) yang bernama Thymos Capital LLC. Penulis di SGEntrepreneurs.com dan menjadi host di
This Week in Asia.

AP Days 2010 Panelis, dari Kiri ke Kanan :


Mr. Dennis Goh - HungryGoWhere.com
Dr. Lai Kok Fung - BuzzCity
Dr. Bernard Leong Chlkboard, Thymos
Capital and SGEntrepreneurs.com

Berikut merupakan beberapa kesimpulan dari hasil diskusi bersama para panelis :

Sebenarnya perlu diketahui alasan yang jelas, mengapa ASEAN harus menjadi seperti Silicon
Valley? Apakah benar Silicon Valley merupakan model yang cocok untuk dikembangkan di
wilayah ASEAN? Banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan dan tentunya dalam hal ini
pertanyaan-pertanyaan tersebut harus mampu kita jawab sebelum mulai melakukan
pergerakan. Salah satu faktor penting yang harus dipertimbankan adalah talent.
Silicon valley punya banyak faktor yang mendukung pengembangan industri TIK diantaranya
adalah environment (semua elemen) yang sangat mendukung. Jika ingin membangun bisnis
yang sejenis (web-startup) you need to be around the people who do that kata Dr. Bernard
Leong
Salah satu saran dari Dr. Bernard Leong jika kita memiliki product adalah segera luncurkan
dan lihat terus perkembangannya, jangan menunggu sampai produk itu sempurna karena
tak akan pernah terjadi, akan selalu ada trial and error.
Dan yang perlu kita ketahui adalah di Silicon Valley itu sendiri terdapat apa yang Mr Dennis
Goh sebut sebagai Mafia Sillicon Valley, hal ini bisa dilihat dari bagaimana para orang-
orang tersebut saling berkolaborasi agar produknya dikenal dunia. Jika anda bukan bagian
dari mereka maka akan sulit bagi anda untuk berkembang. Jejaring mereka sangat kuat, ia
juga menanyakan siapa yang tau asal muasal perkembangan Silicon Valley dimana dulunya
terdapat komunitas homebrew yaitu komunitas pembuat aplikasi open source dan
sekarang merekalah yang menguasai Sillicon Valley. Jaringan ini dapat dengan mudah
memperoleh bantuan dana yang ia sebut smart money
Menurut Dr K.F Lai, opportunity di wilayah ASEAN sangatlah unik dan berbeda-beda, untuk
mengetahuinya kita perlu tinggal di negara yang bersangkutan. Contohnya untuk
membangun bisnis yang sukses di Indonesia maka anda perlu tinggal di Indonesia. Dan hal
ini sangat berbeda dengan yang terjadi di Silicon Valley.
Kemudian menurut Dr. K.F. Lai lagi, kita (ASEANregion) sangat sulit untuk me-replika the
geek hub dan the smart money seperti yang ada di US (Silicon Valley)
Beberapa kali diskusi juga sempat membicarakan tentang konsep yang dinamakan
Matching Fund yang fokusnya pada industri TIK, dimana perusahaan start-up yang
memiliki produk bagus dapat memperoleh dana yang disalurkan oleh pemodal ventura.
Jangan pernah takut gagal karena dari awal anda tidak punya apa-apa bukan? Begitulah
komentar akhir dari salah satu pembicara

2
The ASEANpreneurs Day 2010 featured an interesting panel discussion on the topic: 'Can Asean be
the next Silicon Valley?' Panelists include (from right) Dr Bernard Leong (co-founder of Chlkboard),
Dr Lai Kok Fung (co-founder and CEO of BuzzCity), and Mr Dennis Goh (managing director of
HungryGoWhere.com). The discussion was moderated by Mr Andrew Abraham (first from left),
founder of Kintuition.

Beberapa tips yang diberikan panelis diantaranya adalah jika kita memiliki ide bagus maka
kita harus mengimplementasikan ide itu, karena hanya dengan cara itu kita bisa tau apakah
ide itu dapat benar-benar bekeja atau tidak. Kemudian kita sebagai startup juga harus pro-
aktif dalam mencari orang-orang yang dapat mensupport ide kita, karena hanya kita yang
tau dan paham tentang ide kita. Ide itu ibarat seorang bayi yang perlu dirawat.
Fokuslah pada content-content lokal karena umumnya perusahaan start-up yang sukses di
wilayah ASEAN berfokus pada content lokal, jangan coba menerapkan model social network
seperti facebook karena kesempatannya kecil di ASEAN, kalau tetap ingin mencobanya
mungkin kita perlu ke Silicon Valley dan memulainya disana agar success rate-nya lebih
tinggi. Namun ada cara lain yaitu me-lokalisasi content-content dari ide bisnis yang didapat
dari luar.

Catatan Penulis :

Sepanjang diskusi, Indonesia seringkali disebut-sebut sebagai salah satu negara yang memiliki
potensi besar dalam hal pasar dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai 200 juta jiwa. Hal
yang cukup disayangkan disini adalah bahwa Indonesia seringkali hanya dianggap sebagai daerah
potensial untuk pemasaran produk-produk dari luar, khusunya industri TIK. Padahal menurut
penulis indonesia selain memiliki pasar yang besar juga memiliki talent-talent yang potensial,
dan berdasarkan pengalaman penulis sendiri Indonesia memiliki banyak orang-orang yang
creative / creative pool. Hal yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai Indonesia yang
menyimpan begitu banyak potensi hanya dijadikan target market oleh perusahaan-perusahaan
3
luar negeri. Perusahaan-perusahaan lokal juga harus mulai bisa berkompetisi secara global.
Beberapa role model perusahaan web-start up yang cukup sukses di Indonesia seperti kaskus.us
menerapkan apa yang diperbincangkan leh panelis, seperti fokus pada konten lokal, mungkin
model ini bisa banyak diterapkan dan menjadi acuan bagi para web-developer dan start-up lokal
untuk mengembangkan usahanya di Indonesia.

2. Awarding Ceremony Pemenang ASEANpreneurs Idea Canvas 2010

ASEANpreneurs Idea Canvas merupakan sebuah kompetisi ide bisnis skala ASEAN yang
diselenggarakan oleh ASEANpreneurs dan NUS Entrepreneurship Society. Kompetisi ini bertemakan
Everyday Entrepreneurship, di mana peserta harus membuat photo essay tentang sebuah konsep ide
bisnis dengan berangkat dari permasalahan sosial yang sering kita temui sehari-hari.

Dua orang mahasiswa ITB yang tergabung dalam Tim Flatbelly ITB dengan konsep "Nuresto", yang
beranggotakan Nabilla Ayumi (SBM) dan Mohammad Iqbal (Planologi) berhasil menjuarai kompetisi
ide bisnis ini. Juara 2 dan 3 ditempati oleh tim dari Temasek Polytechnic. Tim Flatbelly berhasil
menyisihkan puluhan proposal ide bisnis dari berbagai tim yang berasal dari negara-negara di ASEAN
dan membawa nama ITB dan Indonesia menjadi juara. Sebagai pemenang pertama tim flatbelly
dianugerahi hadiah berupa uang tunai sebesar SGD 1000. Pemutaran video para pemenang
ditampilkan saat sesi ini.

From right: Mohammad Iqbal and Nabilla Ayumi (first and second from right, respectively), from the
Institut Teknologi Bandung (Bandung Institute of Technology) in Indonesia, were the champions for this
year's ASEANpreneurs Idea Canvas (AIC) competition. Their entry is called NuResto, a smart card
system that assists people in making healthy food options in restaurants. Presenting their award are
AIC judges Rahul Shah (CEO of EthiCorp) and Maya Mathias (founder of Inventive Links) (first and
second from left, respectively)

4
Nuresto merupakan sebuah konsep bisnis restaurant atau foodcourt yang dilengkapi dengan sistem
informasi dan tools (smart card) untuk mengontrol nutrisi dari makanan yang kita makan, sekaligus
berfungsi sebagai alat bantu yang menggantikan sistem pembayaran konvensional. Ide ini berangkat
dari persoalan di mana seringkali kita mengonsumsi berbagai jenis makanan di restaurant/foodcourt
tanpa diketahui nutrisi dan kandungan gizi-nya. Belum lagi persoalan porsi makan, dan
sebagainya.Melalui konsep smart card nuresto, kita dapat memperoleh informasi terkait kandungan
gizi makanan yang ingin kita makan, informasi harian dan historis akan tercatat di dalam server
sistem yang bisa dipanggil kapan saja melalui smart-card tadi, kita juga dapat memperoleh
rekomendasi makanan yang cocok untuk kita makan karena setiap porsi dan jenis makanan yang ada
di restaurant/foodcourt tersebut datanya telah ada di server. Sistem ini juga diharapkan dapat
menggantikan sistem pembayaran konvensional, sehingga kita tidak perlu repot-repot membawa
uang jika ingin makan, cukup dengan smart card yang telah didepositkan sejumlah uang melalui fitur
e-banking. Info lengkap terkait photo essay ide bisnis yang dibuat bisa mengakses
http://www.aseanpreneurs.org/aic

Kedua anggota Tim Flatbelly punya harapan yang besar agar ide ini dapat direalisasikan, selain itu
tentunya kami berharap agar mahasiswa ITB mulai aktif untuk berpartisipasi di event-event
entrepreneurship berskala global. Saat ini di kemahasiswaan ITB sendiri sudah ada banyak yang bisa
memfasilitasinya seperti unit Techno Entrepreneur Club ITB dan di KM-ITB, khususnya departemen
ekonomi yang banyak memiliki informasi terkait event-event terkait.

3. Reunion dan Networking Event

Acara diakhiri dengan dinner dan networking event, dimana para peserta, pemenang kompetisi
dapat berbincang dengan para pembicara. Event ini selain dihadiri oleh mahasiswa dengan berbagai
latar belakang juga dihadiri para professional, salah satunya yang sempat berbincan dengan
perwakilan ITB adalah dari Asosiasi Professional Indonesia. Ia cukup bangga dengan prestasi yang
diperoleh oleh mahasiswa ITB dan Indonesia dan ini menunjukkan bahwa bangsa kita bangsa yang
hebat. Namun beliau mengatakan seringkali orang Indonesia lebih diapresiasi lebih di negeri tetanga
ketimbang di negeri sendiri dan beliau mengharapkan para pemuda Indonesia untuk dapat membuat
perubahan.

Acara ini juga banyak dihadiri anggota ASEANpreneurs yang berasal dari negara lain, seperti
Malaysia, Thailand dan Vietnam. Salah satu anggota tim dari ITB yaitu Mohammad Iqbal, yang juga
pemenang dalam ASEANpreneurs Idea Canvas juga merupakan Head of Country Manager dari
ASEANpreneurs di Indonesia, sehingga event ini dirasa sebagai salah satu kegiatan reuni antara
perwakilan negara.

5
Another Media Report :

http://www.todayonline.com/Singapore/EDC100601-0000211/Can-Asean-be-the-next-Silicon-
Valley?
http://blog.gradkin.com/2010/06/07/can-asean-be-the-next-silicon-valley/
http://blog.gradkin.com/wp-content/uploads/2010/06/APDay2010_Biztimes.jpg
http://www.itb.ac.id/news/2820.xhtml
http://www.itb.ac.id/news/2860.xhtml
http://www.aseanpreneurs.org/aic

Tentang Penulis :

Mohammad Iqbal (21 tahun), merupakan mahasiswa tingkat akhir jurusan


perencanaan wilayah dan kota Institut Teknologi Bandung. Saat ini ia menjabat
sebagai President Techno Entrepreneur Club ITB dan juga Mentri Ekonomi
Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB 2010-2011. Aktif terlibat dalam menyuarakan
youth entrepreneurship Indonesia di berbagai forum baik lokal, nasional
maupun internasional. Telah mengikuti dan berbicara di berbagai forum,
seminar dan workshop terkait entrepreneurship dimana topik yang ia minati
berkisar pada creativity, management, venture technology capital dan new
media start-up.
Selain sibuk dalam berorganisasi saat ini ia juga tengah berjuang menjalankan
start-up bisnisnya yaitu envyoo. Beberapa penghargaan yang ia raih diantaranya
adalah pemenang program mahasiswa wirausaha 2009, peraih Gamais-ITB
Entrepreneur Award dalam kategori Entrepreneur Muda dan Nominasi ITB
Entrepreneur Award di kategori Sosial Interpersonal.
Mimpinya adalah dapat belajar di Stanford University dan Silicon Valley serta
menjadi seorang CEO kelas dunia yang kreatif dan remarkable, yang mampu
memberikan solusi atas permasalahan bangsa.

Supported By :

Anda mungkin juga menyukai