Anda di halaman 1dari 6

Newsletter Blue Camp

Newsletter Special Edition 2010 !

Salam Redaksi Derita Hidup berawal dari satu peristiwa 5 tahun


lalu. Mak Sar menghela nafas
Saudara-saudara pembaca Sang Penjual Nasi panjang, mencoba mengumpulkan
sekalian, pertama-tama kami kekuatan untuk menceritakan
dari Redaksi mengucapkan Mak Sar, 54 k e m b a l i k i s a h p e n u h d u k a
banyak terima kasih .
Perkenankanlah kami tahun, begitulah t e r d a l a m n y a . M a t a n y a
memperkenalkan edisi wanita tua itu biasa menerawang, dan tertuturlah kisah
perdana Newsletter Yayasan
disapa. Dia adalah itu dari bibir tuanya yang sesekali
D a r u t T a q w a .
seorang penjual bergetar menahan tangis.
Pada nomor pertama ini nasi bungkus yang 5 tahun lalu keluarga Mak
berisi satu feature ringan
menggantungkan Sar merupakan keluarga yang
tentang kehidupan, satu
artikel pendidikan, Resensi hidupnya dari para bahagia, meski bukan keluarga
buku 5 menara,dan berita foto : ikapunyaberita.wordpress.com
yang kaya, hidup Mak Sar bisa
100 GKI kunjungi Ponpes
N a l a h D a r u t Ta q w a santri yang kerap membeli sarapan di dikatakan berkecukupan. Semua
warungnya. Warung ini terletak di belakang area anggota keluarga Mak Sar bekerja
Newsletter ini dimaksudkan
pondok pesantren yang ada di daerah Pasuruan. bahu membahu untuk memenuhi
sebagai media informasi
yayasan darut taqwa Warung yang biasanya selalu ramai oleh para k e b u t u h a n h i d u p m e r e k a .
k h u s u s n y a d a n santri kini terlihat sepi. Hal itu berhubungan Suaminya, Pak Jono, yang bekerja
diperuntukkan kepada
dengan peraturan baru pesantren yang melarang sebagai kuli bangunan adalah lelaki
khalayak umum. Meski
sederhana kami berharap para santri membeli nasi di luar area pesantren. yang bertanggung jawab. Dia
e d i s i p e r d a n a Sepertinya peraturan ini dilatar belakangi kantin bekerja keras untuk memenuhi
ini bisa diterima
pembaca.Ungkapan kritik, pesantren yang menjadi sepi di pagi hari karena kebutuhan hidup keluarganya. Tak
saran dari pembaca para santri berbondong-bondong membeli nasi pernah sekalipun dia mengeluh
di warung Mak Sar. akan kerasnya hidup ini. Anak dan
Redaksi Karena peraturan ini, pendapatan Mak menantunya bekerja sebagai buruh
Newsletter ini di Sar sebagai penjual nasi jauh berkurang. Bila salah satu pabrik air minum di
terbitkan oleh Yayasan
biasanya dalam sehari Mak Sar mendapat laba Pasuruan. Mak Sar sendiri ikut
Darut Taqwa
Rp. 50.000,00/hari, kini pendapatannya menyambung hidup keluarganya
Alamat Jl. Pesantren hanyalah 15.000,00/hari, yang merupakan dengan berjualan nasi bungkus.
Ngalah no 16 upahnya sebagai buruh tani. Wajah tua itu Namun semua itu tak berlangsung
Sengonagung
Telepon (0343) 5743089 semakin terlihat renta memikirkan nasibnya lama, karena kemudian terjadilah
ext. 298/421 Fax (0343) kini. Bagaimana tidak, diusia senjanya, dia musibah itu.
5743089 menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Di suatu sore Mak Sar

email Suaminya sakit-sakitan sejak 5 tahun yang lalu, dikejutkan dengan berita yang
admin@daruttaqwa.org sementara dia juga harus menanggung biaya dibawa oleh tetangganya, Ramlan,
URL hidup dan pendidikan dari kedua cucunya yang yang bekerja di tempat yang sama
http://daruttaqwa.org
saat ini berusia 5 dan 7 tahun. Anak dan d e n g a n s u a m i n y a . D i a
menantunya telah meninggal, jadi hanya dirinya mengabarkan bahwa suaminya
lah tumpuan harapan kedua cucunya. tadi siang mengalami kecelakaan
Mak Sar tertunduk dalam diam, kerja, dia terjatuh dari lantai tiga di
merenungi kembali masa lalunya. Masa lalunya gedung yang sedang mereka
yang suram, penuh luka dan duka. Semuanya renovasi. Kini Pak Jono berada di
rumah sakit Saiful Anwar Malang didapatnya itu digunakan untuk drastis, tetapi juga pada para santri
dalam kondisi kritis. Mak Sar pun membeli obat bagi suaminya, yang menjadi langganannya. Mereka
shock mendengar kabar tersebut. sedangkan sisianya digunakan turut merasa dirugikan karena tak lagi
Segera setelah mengabarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menghemat uang bulanan yang
musibah itu pada anak dan sehari-hari keluarganya. Akan tetapi didapat dari orang tua mereka.
menantunya, mereka bersama- kini, dengan adanya peraturan baru Lantaran peraturan itu, mereka harus
sama ke rumah sakit tempat Pak dari pesantren itu Mak Sar selalu membeli nasi yang dijual di
Jono dirawat. Setelah beberapa kehilangan tonggak utama kantin pesantren, yang selisih
hari dirawat di rumah sakit, Mak penghasilannya dari berjualan nasi. harganya jauh berbeda dengan di
Sar dan keluarganya mengucap Upah 15.000,- yang didapatnya warung Mak Sar, begitu juga dengan
syukur karena nyawa Pak Jono sebagai buruh tani tak akan cukup porsinya.
dapat diselamatkan, namun Pak untuk membiayai hidup Namun tak satupun yang bisa
Jono menderita lumpuh karena keluarganya, apalagi untuk dilakukan untuk menyikapi
musibah itu. Meskipun sedih, pengobatan suaminya. ketimpangan kebijakan tersebut, baik
keluarga Mak Sar menerima “Ya Allahu robbi……..,” ucap santri atau Mak Sar hanya bisa diam
cobaan Tuhan itu dengan ikhlas Mak Sar dengan suara bergetar. Mak dan pasrah dengan keadaan ini. “Ngge
dan sabar. Sar tak tahu harus bagaimana kersane pun, Nduk. Menawi kersane
Beberapa hari setelah menghadapi cobaan hidupnya kali ndhalem ngoten, Mak niki pasrah
kepulangan Pak Jono dari rumah ini. Dia bingung mencari pekerjaan mawon, wong rejeki mboten mriku
sakit, Allah menguji lagi sebagai penghasilan tambahan mawon dalane. Gusti Allah sing
kesabaran Mak Sar. Anak dan untuk menyambung hidupnya. nulung.” (Ya biarkan saja, Nduk. Kalau
menantunya meninggal dalam Sedang tubuh ringkihnya sudah keinginan ndhalem begitu, Mak pasrah
kecelakaan lalu lintas sepulang tidak sekuat dulu lagi, harga saja, toh rejeki bukan di situ saja
kerja. Mak Sar pun pingsan sembako pun kini terus melambung jalannya. Gusti Allah yang akan
setelah menerima kabar duka tinggi. Matanya nanar, mendung di menolong) ungkapnya pasrah.
tersebut. Namun Mak Sar adalah wajah tuanya semakin terlihat jelas, Seperti masyarakat kecil pada
umumnya, mereka hanya mampu
wanita yang mempunyai dadanya berguncang menahan mengurut dada melihat tingkah polah
ketegaran luar biasa. Menerima tangis yang susah payah ditahannya. para penguasa yang sewenang-
cobaan yang bertubi-tubi dalam Mak Sar tak habis pikir, wenang. Tanpa peduli akan nasib
mereka, rakyatnya. Bisakah perut
hidupnya pun dia tetap tabah. kesalahan apa yang telah
mereka kenyang hari ini? Bagaimana
Mak Sar meyakini bahwa cobaan dilakukannya, sehingga pihak nasib anak-anaknya?? Bagaimana
yang datang silih berganti dalam pesantren sampai hati pendidikannya?? Apakah kejadian ini
akan terus berlanjut?? Entahlah,
hidupnya tak lain karena Allah mengeluarkan peraturan yang
hanya Tuhan yang tahu….
sangat menyayanginya. menutup sumber penghidupan
Kini tinggallah Mak Sar keluarganya. Padahal selama ini
sendirian yang memikul hubungannya dengan keluarga
tanggung jawab untuk ndhalem sangat baik, seringkali dia
menyambung hidup diminta untuk rewang jika ada acara
keluarganya. Merawat suaminya tertentu di pesantren. Mak Sar jadi
yang lumpuh, serta menghidupi menduga-duga, apakah peraturan
dan membiayai pendidikan ini sebenarnya tidak datang dari
kedua cucunya. Mak Sar pihak ndhalem? Ataukah ini hanya
menggantungkan hidupnya dari intrik pihak tertentu yang merasa
hasil berjualan nasi dan menjadi tersaingi dengan warungnya yang
buruh tani. Dalam sehari selalu ramai oleh para santri??
biasanya Mak Sar mendapat Dampak dari peraturan itu
penghasilan + Rp. 65.000,-. tidak hanya berimbas pada
Setengah dari uang yang penghasilan Mak Sar yang menurun
Newsletter Blue Camp
Newsletter Special Edition 2010 !

Miskinnya Etika Akademik


Dalam Penulisan Karya Ilmiah
Oleh : Afiatin Nuuroini

lakukan. Tapi seorang Dengan menulis juga, “citra diri” (self


doktor?? Bagaimana hal ini image) mahasiswa sebagai orang yang
bisa terjadi? berwawasan, intelek, dan berkualitas
akan terbangun. Karena itulah karya
Nah, sebelum kita masuk tulis ilmiah dan mahasiswa sangat erat
terlalu dalam pada kasus ini, kaitannya.
Selama ini pelajar tidak ada baiknya kita memahami dulu,
apakah karya ilmiah itu? Apa Plagiarisme dan Etika akademik
pernah lepas dari penulisan karya
sebenarnya fungsi dari karya ilmiah Dalam penulisan karya ilmiah
ilmiah, baik itu pelajar SMP, SMA,
bagi para pelajar, yang dalam terdapat etika akademik, diantaranya
maupun mahasiswa. Penulisan
bahasan ini adalah para adalah menulis dengan jujur, tidak
karya ilmiah ini bisa jadi dalam
mahasiswa? Mengapa kalangan mencurangi data, berusaha selalu
rangka tugas, maupun
mahasiswa tidak bisa lepas dari bertindak tepat, teliti dan cermat,
perlombaan. Bentuknya pun
karya ilmiah? berlaku adil terhadap pendapat orang
bermacam-macam,ada artikel,
lain yang muncul terlebih dahulu, tidak
makalah, buku, diktat kuliah,
Karya ilmiah adalah suatu berkompromi tetapi mengusahakan
jurnal ilmu, laporan penelitian,
argumentasi penalaran keilmuan penyelesaian permasalahan secara
skripsi khusus bagi mahasiswa S1,
yang ditulis secara logis, kronologis tuntas.
tesis bagi mahasiswa S2, dan
bahkan disertasi bagi mahasiswa dan sistematis, dan merupakan
hasil pemikiran atau ide-ide baru Pada kasus yang kita bahas di awal,
yang menempuh gelar doktor.
untuk menyelesaikan suatu mantan dosen berinisial MZ tersebut
Sebagai insan akademis tentunya
masalah, yang terkumpul melanggar beberapa poin etika
hal itu sangatlah wajar, namun
berdasarkan pengalaman dan akademik, yakni tidak menulis dengan
bagaimana bila penulisan karya
dibahas dengan berbagai teori jujur, mencurangi data, serta tidak
ilmiah tersebut tidak dibarengi
sebagai rujukan. berlaku adil terhadap pendapat orang
dengan etika akademis yang
lain yang muncul terlebih dahulu.
baik??
Pelajar, dalam hal ini mahasiswa,
baik itu mahasiswa S1, S2, S3, Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kasus penjiplakan karya
bahkan profesor atau guru besar Kemahasiswaan ITB, Charmadi
ilmiah oleh salah satu mantan
sekalipun, tidak bisa lepas dari Machbub, menyatakan bahwa karya
dosen di Sekolah Teknik Elektro
karya ilmiah karena salah satu ilmiah jiplakan itu berjudul 'On 3D
dan Informatika ITB, berinisial MZ
fungsi karya ilmiah atau tulisan Topological Relationships' yang
yang baru-baru ini terungkap
adalah sebagai ekspresi dan sebelumnya dibuat oleh ilmuwan Siyka
benar-benar mengagetkan
aktualisasi diri (self expression). Zlatanova. Makalah itu dibawa MZ ke
masyarakat, utamanya kalangan
Menulis berarti mengekspresikan konferensi ilmiah di Chengdu, Cina,
akademisi. Peristiwa ini benar-
perasaan, pikiran, dan keinginan. pada September 2008. Saat itu, MZ baru
benar mencoreng dunia pendidikan
Sebagaimana ungkapan yang diwisuda sebagai doktor ITB.
Indonesia, meskipun kejadian ini
bukan untuk pertama kalinya. sering kita dengar, “Aku Menulis,
Maka Aku Ada”. Dengan menulis Pelanggaran ini bisa dikatakan sebagai
Bagaimana tidak, seorang dosen
kehadiran kita akan menjadi nyata plagiasi/plagiarisme. Istilah ini
yang notabenenya merupakan
bagi orang lain. Bahkan, seseorang didefinisikan web Wikipedia sebagai
panutan bagi para mahasiswa,
tidak dikatakan mahasiswa ketika penjiplakan atau pengambilan
khususnya dalam bidang akademik,
tidak bisa membuat karya tulis karangan, pendapat, dan sebagainya
bisa melakukan plagiarisme yang
ilmiah, hal ini karena image dari orang lain dan menjadikannya
merupakan tindakan tercela
mahasiswa sebagai insan akademik seolah karangan dan pendapat sendiri.
sekaligus “haram” dalam dunia
dan agent of change yang kental Plagiat dapat dianggap sebagai tindak
akademik dan keilmuan?? Apalagi
dengan dunia keilmuannya. Dalam pidana karena mencuri hak cipta orang
dosen tersebut bergelar doktor,
kesehariannya pun, mahasiswa lain. Plagiasi berbeda dengan mengutip,
yang dalam tataran dunia akademik
dituntut untuk membuat karya karena dalam mengutip sumber kutipan
menempati posisi ketiga setelah
ilmiah oleh dosennya, misalnya disebutkan secara jelas dan akurat.
guru besar dan profesor. Kalau
tindakan ini dilakukan oleh pelajar penugasan untuk membuat
makalah dalam perkuliahan sehari- Dalam dunia akademik, plagiasi telah
lain, mahasiswa S1, misalnya,
hari. menodai etika akademik sebuah karya
mungkin perkara ini bisa
tulis, yakni kejujuran yang merupakan
dimaklumi, walaupun sebenarnya
fondasi dasar dari sebuah keilmuan. Jika
bukan hal yang patut untuk di
fondasinya saja sudah dibangun dengan manipulasi, maka bisa serta berdaya nalar berani dan
diprediksi bagaimana jadinya bangunan tersebut nantinya. Karena percaya diri tehadap kemampuan
fatalnya kesalahan ini, maka pantas rasanya jika plagiator mendapat
sanksi yang berat, sebagaimana yang terjadi pada MZ. Pihak ITB
akhirnya meminta agar MZ mengundurkan diri sebagai dosen. Karena
bagaimanapun plagiasi yang dilakukan MZ turut mencoreng nama baik
institusinya.

Selain itu, asosiasi profesi Institute of Electrical and Electronics


Engineers juga memberikan sanksi. MZ dilarang mempublikasikan
segala makalah ilmiahnya dalam seminar juga jurnal selama tiga tahun.
Tidak hanya itu, MZ pun masih harus menerima sanksi moral-sosial
sebagai akibat dari perbuatannya. Ia akan dicap negative oleh
masyarakat, dan secara otomatis kredibilitasnya juga akan turun.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh,


ada tiga akar penyebab terjadinya plagiasi: rendahnya integritas pribadi,
ambisi untuk mendapatkan tunjangan finansial, dan kurang ketatnya
sistem di perguruan tinggi.

Plagiasi karya ilmiah dan banyaknya jasa pembuatan karya ilmiah


hampir di seluruh penjuru negeri ini menunjukkan betapa miskinnya
etika akademik dalam penulisan karya ilmiah yang terjadi di Negara kita.
Kemiskinan ini jelas tidak terlahir begitu saja, tanpa sebab musabab.
Semua pihak turut andil dalam tragedi pendidikan Indonesia ini. Baik itu
individu terkait, lembaga pendidikan, serta budaya.

Individu yang melakukan penjiplakan mengalami krisis kepercayaan


diri. Akibatnya ia merasa bahwa dirinya tidak akan mampu membuat
suatu karya yangn murni hasil dari pikirannya sendiri. Krisis
kepercayaan diri ini membuatnya tidak mampu lagi berpikir jernih
tentang dirinya. Pada akhirnya, “jalan pintas dianggap pantas” akan
menjadi pola pikirnya. Yakni dengan jalan copy-paste atau menjiplak
karya orang lain. Harga dirinya sebagai kaum terpelajar ia gadaikan demi
kepentingan pribadinya, demi ambisinya. Dalam istilah Muhammad
Nuh, rendahnya integritas pribadi.

Lembaga pendidikan tinggi terkait juga menjadi sebab terjadinya


kemiskinan ini. Institusi ini beserta elemen-elemen yang ada di
dalamnya seringkali kurang mengontrol bagaimana anak didiknya
membuat karya mereka. Kalaupun mereka melakukan kontrol, dan
akhirnya mengetahui bahwa anak didik mereka melakukan plagiasi,
kadang hal tersebut hanya didiamkan saja. Atau kalaupun dijatuhkan
sanksi biasanya berupa pengurangan nilai atas karya jiplakan yang
mereka buat. Hanya sedikit elemen lembaga pendidikan yang berani
menindak tegas kesalahan seperti ini.

Yang juga turut ambil bagian atas miskinnya etika akademis ini adalah
budaya. Maksud dari budaya di sini adalah kebiasaan untuk malas
berpikir dan mengeluarkan kreatifitasnya dalam menciptakan karya
ilmiah. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan berakibat pada
pola pikir yang efisien dan efektif dalam konteks yang negatif, seperti
plagiasi karya ilmiah.

Reformasi Mindset
Krisis intelektual dalam kasus penjiplakan karya ilmiah merupakan
tragedi besar dalam dunia pendidikan yang harus ditangani oleh semua
pihak secara komprehensif, terutama pihak-pihak yang terkait langsung,
yakni institusi negara dan lembaga pendidikan. Reformasi mindset harus
segera dilakukan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam reformasi
mindset ini.

Pertama, para konseptor sistem pendidikan di negeri ini harus mengkaji


ulang berbagai kebijakan pendidikan yang selama ini dikeluhkan oleh
banyak pihak, karena terlalu menggeneralisir peserta didik hanya sebagai
objek, bukan subjek. Pemerintah harus lebih melihat pendidikan sebagai
aset progresivitas bangsa ke depan.
Kedua, lembaga-lembaga pendidikan tinggi harus terus menjaga, bahkan
makin memperkuat kualitas kontrol atas para peserta didiknya. Para
peserta didik harus terus didorong untuk menjadi individu yang kreatif
RESENSI BUKU
Negeri 5 Menara
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : I, Agustus 2009
Tebal : xiii + 416 halaman
Peresensi : Erik Purnama Putra, adalah Aktivis
Himpunan Mahasiswa Komunikasi

Aktivitas keseharian keenam santri itu di


bawah menara Masjid Jami dengan
menatap awan lembayung yang bergerak ke
ufuk sambil menunggu datangnya waktu
shalat Maghrib menjelma menjadi negara
dan benua impian yang setidaknya mesti
dikunjungi, hingga membuat mereka saling
Jangan pernah sekalipun meremehkan kekuatan mimpi. melontarkan mimpinya masing-masing.
Kalimat bernada motivasi itu akhir-akhir ini sangat
populer didengungkan semua orang dari berbagai Seperti Alif yang secara tiba-tiba memiliki
lapisan yang ada di masyarakat. cita-cita kuliah di Amerika Serikat setelah
menyelesaikan pendidikan di Pondok
Bahkan dalam lagu Laskar Pelangi yang dinyanyikan Madani, Atang yang ingin kuliah di Timur
Nidji, mimpi adalah kunci menaklukkan dunia. Maka itu, Tengah (Arab Saudi), Baso berencana
tak ada salahnya bagi setiap orang untuk memunyai menimba ilmu ke Universitas Al Azhar Mesir,
mimpi yang mesti dikejar mengingat tak ada yang Raja yang berharap dapat kuliah di Eropa,
melarang seseorang untuk bercita-cita setinggi langit. dan Said dan Dulmadjid yang ingin bahu-
membahu membangun pesantren di
Novel Negeri 5 Menara membuktikan bagaimana daerahnya.
sebuah mimpi mampu mengantarkan “pemimpi”, yakni
enam anak rantau yang sedang menimba ilmu di Pondok Namun keenam santri cerdas itu dalam
Madani, yang berada di pelosok daerah Ponorogo, Jawa perjalanan waktu tak hanya berkhayal
Timur. semata, melainkan berusaha menggapainya
dengan tekun belajar dan diiringi perjuangan
Novel yang berangkat dari pengalaman nyata penulis keras tak kenal lelah untuk mewujudkannya.
yang meraih gelar pascasarjana di George Washington
University itu sepertinya mengajak pembaca untuk Karena mereka yakin Sang Pencipta
merajut mimpi sejak kecil. sungguh Maha Mendengar yang akan selalu
mengabulkan keinginan hambanya yang
Mengingat, A. Fuadi merasakan bagaimana taat dan selalu berusaha, seperti motto man
kedahsyatan mimpinya yang ingin pergi ke negeri jadda wajada.
Paman Sam, yang dibangunnya semenjak masih nyantri
di Pondok Madani pada akhirnya mampu digapainya. Seolah sudah jodoh, setelah berpisah
Namun semua itu sekarang disadari penulis sebagai setelah selesai menempuh pendidikan di
wujud akumulasi mimpinya yang tertanam kuat sejak pondok Madani, selang beberapa tahun Alif
lama hingga mimpi itu mampu digapainya beberapa yang berhasil menamatkan pendidikannya di
tahun kemudian. negeri Paman Sam bertemu dua teman
pondoknya di Trafalgar Square London,
Penulis yang mengidentifikasi dirinya sebagai Alif Fikri yakni Atang yang berhasil kuliah hingga
Chaniago yang berasal dari salah satu daerah pelosok jenjang doktoral di Al Azhar, dan Raja yang
tanah Minangkabau dekat Danau Maninjau Sumatera memutuskan bermukim di London setelah
Barat, memutuskan menempuh pendidikan berbasis lulus kuliah dari salah satu universitas di
agama di Pondok Madani, setelah keinginannya masuk Madinah.
SMA ditolak kedua orangtuanya.
Pertemuan bersejarah itu memantik
Alif yang hidup dalam pondokan secara tak langsung romantisme masa lalu Sahibul Menara dan
berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari menguatkan memori ketiga orang itu tentang
Surabaya, Dulmadjid dari Sumenep Madura, Atang dari dahsyatnya kekuatan mimpi. Karena dari
Bandung, dan Baso dari Gowa Sulawesi Selatan. hasil reuni tersebut diketahui pula bahwa
Karena sangat akrab dan kemana-mana selalu Baso yang dulu sempat drop out dari Pondok
berenam, yang mempunyai kebiasaan berkumpul di kaki Madani berhasil merealisasikan mimpinya
menara masjid yang ada dalam komplek pondokan dengan kuliah di Mekkah. Sementara Said
membuat mereka dijuluki Sahibul Menara. dan Dulmadjid sukses berkoalisi mendirikan
pesantren modern di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai