Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Karsinoma kandung empedu adalah keganasan yang paling sering terjadi pada sistem
bilier; namun angka kejadiannya hanya 2% dari total semua keganasan. Karsinoma kandung
empedu meiliki karakteristik untuk tumbuh secara progresif dan memiliki angka harapan hidup
5-tahun yang buruk. (kurang dari 10 persen dari kebanyakan serial kasus) 1. Hanya seperempat
dari kasus yang bisa diresksi untuk disembuhkan. Terdapat keterkaitan yang cukup jelas antara
besar dan jumlah batu 2. Tapi tidak ada hubungan kausalitas yang bermakna
Faktor Risiko
Karsinoma kandung empedu lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dengan
peningkatan risiko sebesar tiga kali lipat pada wanita dibandingkan pada pria3,4. Insidennya
meningkat seiring usia dan sering terdapat pada dekade ketujuh.
Telah diketahui bahwa inflamasi yang kronik pada kandung empedu merupakan
predisposisi menjadi kanker, namun masih belum jelas mengenai patogenesis terbentuknya
karsinoma kandung empedu. Lebih dari 90% pasien dengan karsinoma kandung empedu juga
menderita batu kandung empedu, yang bertolak belakang pada 13% kasus keganasan bilier 5. Dan
risiko meningkat jika batu kandung empedu besar dan bergejala1,6.
Infeksi bakteri pada empedu dapat ditemukan pada 80% paasien dengan kanker kandung
empedu. Inflamasi kronik terkait dengan tifoid juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
kandung empedu7-9. Kandung empedu yang terkalsifikasi pada dinding kandung empedu,
kandung empedu porselin, merupakan kondisi premalignansi.
Diduga ada keterkaitan antara polip kandung empedu dengan keganasan. Namun, polip
pada kandung empedu kebanyakan adalah polip kolesterol, bukan polip adenomatosa.
Karakteristik poli yang bertransformasi menjadi ganas biasanya, tunggal, besarnya lebih dari 10
mm dan terjadi pada pasien diatas usia 50 tahun.
Ada etnis tertentu yang berisiko tinggi untuk menjadi kanker kandung empedu, Indian
Amerika darerah Barat Daya dan ada juga area dengan tingkat insiden yang tinggi termasuk
Polandia, Republik ceko, Cili dan India barat laut.
Karsinoma kandung empedu juga terkait dengan indeks massa tubuh yang tinggi 9. Intake
total energy yang tinggi, diare kronik10 dan anomaly saluran bilier-pankreas 11
. Dan ada juga
keterkaitan dengan inflammatory bowel disease dan poltposis coli. Namun kejadianya sangat
jarang.
Gambaran klinis
Pasien biasanya berusia lanjut, wanita dengan kulit putih, dan mengeluh nyeri perut
kanan atas, mual, muntah, penurunan berat badan dan kuning. Terkadang secra tidak terduga,
kanker ditemukan pada specimen yang telah menjalani prosedur kolesistektomi. Lesi kecil ini
sulit untuk dikenali pada saat operasi dilakukan12.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan massa yang keras sampai lunak di daerah kendung
empedu. Serum, urin dan feses menunjukkan tanda-tanda jaundice akibat kompresi duktus bilier.
Gambaran ultrasonografi menunjukkan adanya massa pada kantung kandung empedu. Cukup
sulit untukdibedakan jika teradapat akut atau kronik kolesistitis. CT juga menunjukkan gambaran
massa pada area kandung empedu. Ultrasound dan CT mampu mendeteksi kanker kandung
empedu 60-70 persen dari total kasus 13. Seandainya sudah terdeteksi melalui CT atau ultrasound
maka kemungkinan untuk dilakukan reseksi secara total menurun. Ultrasound yang dilakukan via
endoskopi mampu menggambarkan kedalaman invasi secara histologi. Dan berguna untuk
staging14. ERCP menunjukkan kompresi eksternal pada duktus bilier pada pasien dengan
jaundice. Angiografi menunjukkan terjadinya pergeseran pembuluh darah hepatic dan porta
hepatic akibat massa. Dan hanya 50 persen pasien yang mampu terdiagnosis secara preoperatif15
Evaluasi Radiologis
Ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI),
kolangiogarafi dan angiografi mungkin membantu dalam menevaluasi pasien dengan kanker
kandung empedu. Sensitivitas ultrasound dalam mendeteksi kanker kandung empedu bervariasi
mulai dari 70 sampai 100 persen. CT biasanya menunjukkan massa pada kadung empedu atau
penyebaran pada organ sekitarnya. Spiral CT bisa juga menunjukkan penyebaran pada liver
begitu pula struktur pembuluh darah disekitarnya. Dengan tehnik MRI terbaru, kanker kandung
empedu bisa dibedakan dari obstuksi bilier ataupun liver dan peningkatan tekanan vena porta
bisa terlihat. Kolangiografi juga bisa membantu dalam mendiagnosis pasien dengan jaundice
pada pasien karsinoma kandung empedu. Kolangiografi yang tipikal adalah biasanya didapatkan
striktur yang panjang pada common hepatic duct. Angiografi dapat mengidentifikasi peningkatan
vena pora atau arteri hepatika tapi dengan CT spiral dan tehnik MRI terbaru hal tersebut bisa
diidentifikasi
Penatalaksanaan
a. Kolesistektomi Profilaksis
Kolesistektomi profilaksis terhadap pasien dengan kolelitiasis asimptomatik dan tanpa
adanya faktor risiko tidak direkomendasikan16. Kandung empedu porselin merupakan indikasi
untuk dilakukan kolesistektomi walaupun masih asimtomatik. Sebab didapatkan lebih dari 25%
pasien dengan kandung empedu porselin terkait dengan kanker kandung empedu.
b. Terapi adjuvant
Beberapa peneliti sempat melaporkan respon kanker kandung empedu terhadap
radioterapi. Namun tidak didapatkan data kontrol17. Untuk penggunaan kemoterapi, karsinoma
kandung empedu tampaknya tergolong kemoresaisten. Namun, beberapa penelitian sempat
melaporkan penggunaan kombinasi kemoterapi untuk kolangiokarsinoma. Dan hasilnya cukup
efektif18.
c. Pembedahan
Fong et al19 di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, menemukan 102 dari 410 pasien
dengan kanker kandung empedu yang memiliki potensi untuk dilakukan reseksi. Angka
mortalitas yang didapatkan adalah 3,9% dan angka harapan hidup rata-rata selama 26 bulan
dengan angka harapan hidup 5-tahun sebesar 38%. Angka harapan hidup rata-rata untuk yang
tidak dilakukan reseksi adalah 5,4 bulan. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna antara
mortalitas, komplikasi, dan harapan hidup jangka panjang antar pasien yang direseksi tidak
menyeluruh dengan pasien yang menjalani prosedur definitif.
Pada serial kasus, 72 pasien yang menjalani reseksi radikal untuk kanker kandung
empedu stadium IV, didapatkan 14 meninggal post-operatif. Dan angka harapan hidup 3-tahun
sebesar 15%20. Invasi lokal tetap menjadi faktor penentu yang cukup dominan terhadap angka
harapan hidup, walaupun setelah dilakukan eksisi radikal.
Prognosis
Secara umum prognosis pasien ini cukup buruk saat terdiagnosis. Metastasis jauh
biasanya sudah terjadi pada 50 persen kasus 21. Kebanyakan yang bertahan lama hidup adalah
mereka yang ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan tindakan kolesistektomi untuk
mengangkat batu kandung empedu (carcinoma in situ)
Harapan hidup rata-rata setelah terdiagnosis selama 3 bulan, dan hanya 14 % yang hidup
setelah 1 tahun.15 Pasien dengan adenokarsinoma berdiferensiasi baik atau dengan tipe papiler
memiliki harapan hidup yang jauh lebih baik dibandingkan tipe tubular ataupun tipe yang tidak
berdiferensiasi.22 Tindakan radikal reseksi berupa hepatektomi parsial atau lifadenektomi justru
tidak menunjukkan hasil yang memuaskan tetapi sebagian menunjukkan peningkatan angka
harapan hidup.21,23
DAFTAR PUSTAKA