Saminisme
Saminisme
SKRIPSI
Oleh :
HUZER APRIANSYAH
NIM : F1D001043
SKRIPSI
Oleh :
HUZER APRIANSYAH
NIM : F1D001043
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Strata Satu Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
SKRIPSI
Oleh :
HUZER APRIANSYAH
NIM : F1D001043
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya
yang begitu luar biasa hingga penulisan skripsi berjudul Budaya dan Perilaku
Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo dan Dusun Ploso Wetan Desa Kediren
dengan baik.
dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
1. Drs. Bambang Kuncoro, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
akademik penulis.
skripsi ini.
Soedirman.
UGM, selaku tempat bertanya bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5
skripsi ini.
Akhirnya sebagai sebuah karya ilmiah tentulah hal-hal yang ada dalam
karya ini bersifat tentatif semata, dan tentupula kekurangan masih terdapat
banyak. Untuk itu saran, kritik dan masukan dari semua pihak sangat kami
butuhkan untuk perbaikan karya ini di masa depan sebagai bentuk karya ilmiah
Penulis
6
RINGKASAN
SUMMARY
MOTTO
PERSEMBAHAN
Sahabat-Sahabat di :
Forum Studi Ilmiah (FOSIL) Unsoed, Alm. Institut Kebudayaan BMS, Lingkar
Diskusi Seribu Atap Jogja, Lingkar Studi Lilin FIB UGM, Society, dan kawan2
di Jurusan Ilmu Politik FISIP Unsoed
Sahabat-sahabat di :
BYEE Club Indonesia ; Asti, Amar, Nurul, Aldi, Yuli, Indah, dkk
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
PENGESAHAN............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
RINGKASAN............................................................................................... vi
SUMMARY.................................................................................................... vii
MOTTO........................................................................................................ ix
PERSEMBAHAN........................................................................................ x
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN DAN MATRIK............................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah............................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 9
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10
DAFTAR TABEL
No Tabel Hlm.
19. Tingkat partisipasi dalam pemilu legislatif di Desa Kediren 2004........ 120
20. Tingkat partisipasi dalam pilkada di Desa Kediren tahun 2005............ 121
21. Tingkat partisipasi dalam pilkada di Dusun Ploso Wetan tahun 2004. . 121
22. Perolehan suara pemilu legislatif di Desa Kediren tahun 2004............. 122
23. Perolehan suara pemilu presiden putaran I di Desa Kediren 2004........ 123
24. Perolehan suara pemilu presiden putaran I di
Dusun Ploso Wetan 2004....................................................................... 124
25. Tingkat kecendrungan pengetahuan informan mengenai
sistem politik.......................................................................................... 139
26. Tingkat kecendrungan perasaan informan terhadap sistem politik....... 139
15
DAFTAR LAMPIRAN
culture refers to the collective orientation of people toward the basic elements in
their political system. Terkait dengan budaya politik sebagai fenomena dalam
masyarakat, maka budaya politik tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik yang
Studi mengenai budaya dan perilaku politik ini merupakan studi yang
penting bagi upaya mengenali dan memahami karakter politik dari sebuah
terkait dengan pembangunan pondasi sistem politik yang baik. Pada konteks
kebudayaan politik merupakan kunci untuk memahami setiap sistem politik. Tapi,
perhatian terhadap kajian budaya politik di Indonesia relatif kecil dan studi yang
18
Syamsudin, 1991 : 6). Mengenai studi perilaku politik telah sangat banyak
relatif masih kecil. Penelusuran pustaka yang penulis lakukan mencatat publikasi
ilmiah mengenai perilaku politik masyarakat marjinal tidak terlalu banyak. Ada
Indonesia dan Dinamika Politik Arus Bawah (2001), buku ini mengulas perilaku
(Pantura) serta sebuah publikasi hasil penelitian yang ditulis tim Yayasan Akatiga
minimnya studi budaya politik dan perilaku politik terutama budaya dan perilaku
bidang tersebut.
satu negara berkembang yang berada dalam proses transisi demokrasi, tentu akan
mengingatkan kita pada tulisan Gabriel Almond dan Sidney Verba dalam
terjemahan Sahat Simamora (1990 : 5). Almond dan Verba melukiskan kondisi
negara yang berada pada fase transisi demokrasi akan mengalami sebuah kondisi
politik dimana akan saling berhadapan nilai-nilai tradisional yang melekat kental
dalam elite maupun masyarakat umum dengan nilai-nilai baru yang datang seiring
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Dalam ranah politik hal ini juga
lainnya. Kondisi sistem politik terkini Indonesia juga ikut dipengaruhi oleh hal-
hal tersebut.
budaya politik bila merujuk pada studi yang dilakukan Almond dan Verba,
dengan nilai-nilai demokrasi baru. Institusi tradisional dalam skala yang sangat
kecil terutama di beberapa daerah Jawa (Yogyakarta dan Surakarta) masih ikut
memberi kontribusi dalam kancah politik lokal dan ikut menentukan karakter
budaya politik setempat. Meskipun institusi lokal relatif kecil, namun nilai-nilai
warna hingga saat ini. Feodalisme merupakan salah satu warisan nilai yang
muncul sampai saat ini, pada titik tertentu nilai tradisional ini sangat
kajian.
Verba menuliskan bahwa paling tidak ada dua faktor yang menghambat
(Almond dan Verba, 1990 : 7). Selanjutnya bila kita memperhatikan uraian
20
Almond dan Verba mengenai budaya politik di Inggris, maka kita akan
menjumpai bahwa budaya politik Inggris saat ini tak dapat dilepaskan dari proses
sejarah perjalanan bangsa tersebut. Maka, bila kita kontekskan dengan kondisi
berbeda-beda, tentu saja akan memunculkan budaya politik yang beraneka ragam.
pegunungan. Hal ini juga terkait dengan faktor kesejarahan, dimana daerah yang
pada masa lalu merupakan daerah sekitar pusat kerajaan dan daerah manca (jauh
untuk melakukan aktivitas politik sama sekali tertutup, karena kondisi yang ada
adalah strong state (negara kuat) dan masyarakat lemah. Barulah pada periode
politik etis tingkat partisipasi politik mulai tumbuh, meski masih sangat terbatas
pada kelompok yang telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Selanjutnya
diselenggarakan pemilihan umum multi partai tahun 1955 di bawah orde lama.
perilaku politik pasif akibat kuatnya negara, kondisi ini terjadi ketika rezim orde
21
presiden seumur hidup. Pada masa orde barupun terjadi pembatasan aktivitas
politik warga negara. Barulah ketika terjadi gerakan politik yang dimotori oleh
rakyat (kelas menengah) dan mahasiswa pada tahun 1998 terjadi perubahan dalam
perjalanan sejarah politik Indonesia yang telah pula memberi pengaruh bagi
konstruksi budaya politik dan perilaku politik warga negara. Tetapi gejala-gejala
umum tersebut merupakan gejala umum yang terpantau pada permukaan saja.
Karena masih banyak aktivitas politik yang dilakukan oleh komunitas tertentu
tersebut terlepas dari budaya politik Indonesia secara umum. Bagitu pula dengan
perilaku politik mereka yang luput dari rekaman sejarah politik Indonesia.
memiliki kekhasan budaya dan perilaku, maka kita akan segera ingat dengan
Sumatera Selatan, masyarakat Tengger di Jawa Timur dan yang juga terkenal
22
adalah masyarakat Samin yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan atau kekhasan. Perbedaan dan
kekhasan tersebut biasanya disebabkan karena adat istiadat, bahasa serta karena
keyakinan religi. Secara teoritis dikenal pula istilah golongan sosial yang muncul
karena tiga faktor, sistem norma, rasa identitas sosial dan keberlanjutan sosial
bahwa penggolongan sosial juga dapat terjadi karena persepsi negatif terhadap
atau blacks di Amerika Serikat. Sebagaimana kita ketahui kelompok di luar Negro
individu yang keras, anarkhis dan tidak taat aturan. Dari persepsi itulah terbentuk
sejak masa penjajahan hingga masa pemerintahan orde baru. Anna Lowenhaupt
Tsing menguraikan bahwa antara negara sebagai pemegang kekuasaan mulai dari
masa kolonial hingga orde baru dengan masyarakat lokal yang marjinal terdapat
berbeda dari arus utama pemikiran negara. Negara dalam persepsi kebudayaan
terjadi karena faktor sejarah perlawanan politik masyarakat tertentu. Hal ini terjadi
(1) Gerakan Samin serupa dengan organisasi proletariat kuno yang menentang
sistem feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung.
(2) Gerakan samin memiliki sifat yang utopis, tanpa perlawanan fisik yang
mencolok.
(3) Gerakan Samin melakukan tantangan terhadap pemerintah yang
diperlihatkan dengan prinsip diam, tidak bersedia membayar pajak, dan
tidak bersedia menyumbangkan tenaga pada pemerintah.
masyarakat Samin yang masih tersisa terpisah dengan latar sejarah mereka.
Pemerintah Kabupaten Blora pada tahun 1991 dengan resmi mengatakan bahwa
orang Samin atau masyarakat Samin saat ini sudah tidak ada (Berita Nasional 11
November 1991 dalam Basis Nomor 9-10 tahun 2000). Di tengah berbagai upaya
24
namun Samin tetap ada dan memunculkan identitasnya dalam berbagai bentuk,
seperti ekonomi, politik dan yang paling menonjol adalah melalui seni lokal.
sosial-politik-budaya yang sangat khas. Kekhasan itu juga muncul dalam bentuk
bersikap terhadap berbagai rezim politik yang pernah berkuasa di Indonesia. Serta
sejauh mana perubahan struktur politik dan pola perilaku politik mereka dari
metodologis yang tepat maka penelitian ini sangat mungkin dilakukan dan
tidak hanya terjadi dalam masyarakat modern yang telah memiliki pranata sosial
25
politik yang lengkap, tetapi juga terjadi pada masyarakat tradisional. (Ramlan
perlu dikaji. Kajian antar faktor tersebut tentu akan dapat memberikan gambaran
mengenai pola budaya politik dan perilaku politik dalam sebuah masyarakat.
Pola budaya politik dan juga proses perilaku politik masyarakat tradisional
negara berkembang (Dahl, 2001 : 109). Terkait dengan hal tersebut penting untuk
yang ada di Indonesia. Karena Indonesia adalah negara berkembang yang tengah
mengenai budaya dan perilaku politik masyarakat samin, maka dapat dirumuskan
1. Bagaimanakah tipe budaya politik dan perilaku politik yang terjadi dalam
masyarakat Samin ?
masyarakat Samin ?
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat empiris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
membentuk budaya politik mutlak dilakukan dalam penelitian ini, dalam rangka
menyusun pondasi teoritis dalam penelitian. Lalu dalam tinjauan teoritis mengenai
budaya politik yang digunakan adalah pendekatan budaya politik yang ditawarkan
oleh Gabriel A. Almond dan Sidney Verba. Mengapa pendakatan Almond dan
Verba yang dipilih dalam penelitian ini ? Ada beberapa alasan, antara lain ;
nilai baru yang dibawa oleh ilmu pengetahuan. Maka pendekatan ini
tradisional Indonesia.
politik yang paling mudah ditemukan adalah referensi yang ditulis oleh
dengan tradisi (Almond dan Verba, 1990 : 6). Maka konsekuensi dari teori
tersebut adalah kajian budaya politik tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
distribusi pola orientasi khusus menuju tujuan politik di antara masyarakat bangsa
rumusan ini didasarkan pada rumusan yang diajukan Talcott Parsons dan Edward
pada sistem politik, peranan dan segala kewajibannya, serta input dan
outputnya.
penampilannya.
menentukan orientasi tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara
politik, baik mengenai pengertian sistem politik yang dianut di negaranya, sejarah,
Empat unsur pengetahuan dan pemahaman di atas oleh Almond dan Verba
digunakan untuk merumuskan tipe budaya politik menjadi tiga tipe. Tipe parokial
30
pemahaman yang rendah mengenai empat unsur di atas serta pula perasaan yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang relatif baik untuk unsur pengetahuan
umum mengenai sistem politik dan output politik tetapi rendah dalam
pengetahuan mengenai input sistem politik serta partisipasi politik yang pasif.
Tipe ketiga adalah tipe partisipan, yaitu masyarakat dengan pengetahuan dan
pemahaman yang tinggi mengenai semua unsur di atas dan memiliki tingkat
Penjelasan secara rinci mengenai ketiga tipe budaya politik di atas adalah
unsur obyek politik di atas mendekati nol. Kondisi ini biasanya terjadi dalam
komunitas lokal yang otonom seperti yang ada di suku-suku pedalaman Afrika.
keagamaan. Kemudian orientasi politik tidak terlepas dari orientasi relegius dan
perubahan yang diinisiasikan oleh sistem politik. Masyarakat dengan tipe budaya
politik parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik yang ada.
31
terhadap sistem politik yang diferensiatif dan aspek output dari sistem tersebut.
Meski demikian frekuensi orientasi terhadap aspek input sistem politik serta
pemahaman terhadap individu sebagai partisipan aktif dalam sistem politik relatif
Masyarakat dengan tipe budaya politik partisipan memiliki ragam aktivitas politik
perasaan dan evaluasi mereka terhadap sistem politik bisa dalam bentuk menerima
atau menolaknya.
karena tidak ada budaya politik tersebut di atas yang berlaku secara murni. Setiap
budaya subyek sebangun dengan struktur otoritarian yang sentralistis, dan budaya
politik dirumuskan Almond dan Verba dalam tiga karakter politik, seperti
Orientasi kognitif + + +
Orientasi afektif + 0 -
Orientasi evaluatif + 0 -
Sumber : Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1990 hlm.25
Keterangan :
+ : Frekuensi kesadaran yang tinggi, atau perasaan positif ataupun evaluasi
terhadap obyek politik.
-: Frekuensi evaluasi dan perasaan negatif yang tinggi
0: Frekuensi keacuhan tinggi
Karakter kesetiaan akan terwujud bila frekuensi orientasi positif (+),
selanjutnya apatis muncul tatkala positifnya orientasi kognitif tidak diikuti dengan
orientasi afektif dan evaluatif atau dengan kata lain masyarakat memiliki
pengetahuan mengenai sistem dan struktur politik tetapi orientasi afektif dan
orientasi afektif dan evaluatif menunjukkan negatif (-). Sikap alienasi ini
subyek dan partisipan tidak hadir dalam bentuk yang sederhana atau murni, tetapi
merupakan sebuah bentuk kompleks. Terjadi interaksi antara ketiga budaya politik
tersebut. Maka ada tiga bentuk budaya politik baru yang merupakan campuran
antar tipe budaya politik murni, yaitu: Kebudayaan subyek parokial, kebudayaan
diberikan Almond dan Verba mengenai tiga tipe kebudayaan politik campuran
a. Kebudayaan subyek-parokial
kesukuan atau desa atau otoritas feodal dan mengembangkan kesetiaan terhadap
sistem politik yang lebih kompleks dengan struktur pemerintahan pusat yang
bersifat khusus. Kondisi ini biasanya runtutan sejarah peralihan dari model
b. Kebudayaan subyek-partisipan
yang pasif.
demokratik. Kebuntuan budaya politik yang bisa terjadi dalam budaya subyek
kaum idealis dan keterasingan dari sistem politik, termasuk infrastruktur politik.
berlangsung dalam waktu lama, juga dapat mengubah karakter sub budaya
kondisi sistem politik dalam kebudayaan parokial partisipan ini dianalogikan oleh
Almond dan Verba seperti pemain sirkus yang berakrobat di atas seutas tali.
35
Kadang kala condong ke pemerintahan demokratis tapi kadang kala condong pada
politik Almond dan Verba akan digunakan sebagai acuan dalam memahami
Dalam konteks peran kebudayaan politik sebagai rantai penghubung antara mikro
dan makro politik, tentu sangat tepat pijakan teori budaya politik ini digunakan
dalam penelitian ini, karena pada titik mikro penelitian ini mencoba memahami
perilaku politik dan partisipasi politik masyarakat Samin. Hingga diharapkan akan
masyarakat Samin masa kini terkait dengan faktor kesejarahan yang mereka miliki
cenderung berbicara dalam lingkup negara, artinya budaya politik secara luas pada
sebuah negara. Tetapi pada bagian pengantar (1990 : 1-5) disebutkan bahwa
politik Almond dan Verba ini bisa digunakan untuk melihat budaya politik
masyarakat Samin. Meskipun pendekatan budaya politik Almond dan Verba ini
dijadikan pondasi teoritis dari penelitian yang akan calon peneliti lakukan tetapi
penelitian ini juga akan tetap memperhatikan faktor etnografi. Karena seperti
masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari permukaan saja tetapi harus
“Keluasan arti perilaku politik bukan saja karena perilaku politik itu
merupakan perilaku masyarakat termasuk anggotanya yang duduk
dalam pemerintahan, melainkan juga karena perilaku politik ini
menyangkut bidang lainnya, seperti nilai-nilai, norma-norma dan
etika.” (1995 : 225).
Sejalan dengan pengertian politik yang terkait dengan input dan output
1995 : 3).
Sikap politik memiliki tiga komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
untuk melihat sejauh mana aktivitas politik masyarakat Samin saat ini
digunakan.
dan individu warga negara biasa. Agregasi politik yaitu individu aktor
tersebut.
keterkaitan yang mutlak antara perilaku dan budaya politik Dari hal
melakukan kegiatan.
masyarakat Samin.
kepemimpinan adalah
Partisipasi Politik
umumnya dibagi dua, yaitu mempengaruhi isi kebijakan umum dan ikut
Partisipasi politik ini menurut Surbakti juga terbagi dalam dua macam.
motion) dan yang kedua adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar
maupun pasif, yaitu mereka yang menganggap sistem politik yang ada
hanya terkait dengan apa yang telah dilakukan tetapi pula terkait dengan
partisipasi menjadi empat kategori. Apatis, yaitu orang yang menarik diri
dari proses politik. Kategori kedua adalah spektator, kategori ini adalah
menjadi aktor politik tetapi memiliki hubungan yang dekat dengan aktor
seorang pemimpin partai politik, calon untuk duduk dalam jabatan politik
politik.
kelemahan dari sistem politik dan juga pemerintah dan yang ketiga adalah
46
Masyarakat Samin identik dengan perlawanan politik dan oleh ST. Sularto
politik (political violence). Sedangkan Zuly Qodir (dalam Jurnal Swara Politika
perlawanan politik masyarakat Samin perlu pula mendapat tinjauan dalam konteks
agraris.
beberapa tokoh, kejadian atau tatanan masa lampau (baik nyata atau simbolik)
sebagai fokus identitas kolektif, selaku perancang bidang dan hakikat tatanan
kebudayaan serta sosial. Kondisi inilah yang menjadi pemicu utama proses
berlangsung lama (1986 : 73). James C. Scott (dalam edisi Indonesia 2000 : 40)
lebih menampakkan diri dalam model perlawanan yang normal atau biasa-biasa
saja atau dalam istilah Scott adalah perlawanan sehari-hari, perlawanan jarang
Marc Bloch dalam bukunya French Rural History seperti dikutip Scott
“karena nasibnya hampir selalu kalah dan akhirnya dibantai secara massal, maka
pemberontakan yang besar sama sekali tidak taktis untuk mencapai suatu hasil
yang lestari. Pertarungan yang sabar dan diam-diam yang dilakukan dengan tekad
48
berpendapat bahwa pola hubungan antara petani dan politik diwarnai oleh dua
pedesaan yang susunan kelasnya terdiri atas tuan tanah dan petani penggarap,
tesis yang menaknai ketegangan kultural antara mereka yang kuat agama (santri)
dan yang tidak taat agama (abangan). Di samping dua tesis utama tersebut
menurut Kuntowijoyo masih ada tesis ketiga yakni tesis yang beranggapan bahwa
sosial-ekonomi sekaligus juga konflik kultural. Tesis ketiga inilah yang kemudian
Saminisme
Sastroatmodjo, 2003 : 7). Samin Surosentiko dilahirkan pada tahun 1859 dengan
bernama Raden Surowijaya atau yang di kemudian hari dikenal dengan nama
dengan rakyat kecil, karena nama Samin adalah nama untuk golongan rakyat
kecil.
sinilah Saminisme mendapat simpati dari rakyat kecil dan dalam waktu singkat
(dikutip Amrih Widodo dalam Basis nomor 09-10 tahun 2000) merupakan
sebagai “kelainan jiwa” yang disebabkan oleh besarnya perubahan sosial akibat
adalah hasil perpaduan antara ajaran Hindu dan perilaku anarkhis petani kuno
Saminisme adalah ajaran yang didasarkan pada persamaan untuk semua manusia
dan pemilikan bersama atas semua tanah dan hasilnya. Juga melakukan penolakan
lainnya yang berbentuk keharusan membayar pajak dan kerja tanpa upah. (dalam
Amrih Widodo).
Pemberian gelar ini menurut Morbandono dapat digunakan untuk melihat bahwa
perlawanan rakyat lainnya di Pulau Jawa, yaitu merupakan gerakan mesianis atau
Kabupaten Blora Jawa Tengah yang ditulis oleh Titi Mumfangati dan kawan-
Buku ini nampaknya berupaya menghindari realitas sosial dan politik yang
normatif.
mengatakan bahwa tanah Jawa bukan milik Belanda, melainkan milik wong
Jowo, maka tidak perlu membayar pajak, justru sang pemiliklah yang harus
perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas dan tidak adil secara detail ditulis
Samin Surosentiko dalam sebuah kitab Serat Jamus Kalimasada. Namun menurut
Sastroatmodjo (2003 : 12) serat ini jatuh ke tangan pejabat Belanda dan
sebagian masih dapat ditelusuri dari tembang macapatan dan juga dari salinan
Samin sampai saat ini masih mendapat hinaan dari orang di luar pengikut Samin.
52
dimarjinalkan.
Widodo dalam Basis nomor 09-10, 2000). Menurut Amrih rasionalisasi dari
bahwa masyarakat Samin telah bertingkah laku secara normal dan mengambil
pada saat ini terkait dengan latar belakang sejarah dan latar belakang budaya yang
melekat pada mereka ? lalu apakah perilaku politik masyarakat Samin saat ini
juga dipengaruhi oleh faktor sejarah dan budaya tersebut ? dan masih adakah
perlawanan politik masyarakat petani, serta dalam kajiannya terfokus pada budaya
yaitu penelitian James C. Scott yang dituliskan dalam buku Weapons of the Weak
dalam bahasa Indonesia oleh Zainuddin Rahman, Sajogjo dan Mien Joobhaar
pada tahun 2000 dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Penelitian ini
modal dan juga terhadap negara. Scott juga memaparkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat Sedaka dengan merinci tingkat kepemilikan lahan dan pola hubungan
negara melalui cara-cara yang terselubung dan dalam bentuk perlawanan pasif
54
yang berguna untuk menghalangi datangnya truk dan juga traktor, begitu pula
orang-orang yang berkuasa tetapi tidak memiliki kepedulian pada para petani.
dilakukan oleh Anna Lowenhaupt Tsing yang melakukan kajian sosial politik
menarik dari penelitian etnografis ini adalah mengenai pola perubahan sosial
penanaman karet pada masa pemerintahan Belanda sampai pada masa orde baru
Meratus juga melakukan interaksi politik dengan pihak luar termasuk dengan
melakukan perlawanan ketika dipaksa untuk ikut berkebun karet mereka menolak,
begitupun saat masa Orde Lama dan Orde Baru mereka melakukan perlawanan
proses interaksi dengan pihak luar akibat dari berkembangnya sarana transportasi.
merasa terpisah dari sistem politik yang ada. Mereka tetap merasakan
di Pantai Utara Jawa dilakukan oleh J.Mardimin dan laporannya ditulis dalam
sebuah buku berjudul Demokrasi Indonesia dan Dinamika Politik Arus Bawah
(2001). Dalam bukunya ini terdapat beberapa laporan penelitian yang secara
umum menggambarkan pengaruh latar belakang budaya dan sejarah serta tipologi
tersebut.
56
Pekalongan. Penelitian ini tersarikan dalam sebuah artikel berjudul Mitos Politik
Petani diterbitkan oleh Bentang tahun 1994 (cetakan kedua). Penelitian ini
baik yang ditulis oleh rakyat kecil maupun yang ditulis oleh penguasa. Temuan
menarik dalam penelitian ini adalah perlawanan politik masyarakat lokal setempat
pemerintah dan mengangkat seorang tokoh (Kyai Sathori) menjadi pejabat pilihan
mereka. Hal serupa juga terjadi di Tegal, rakyat mengangkat Kyai Abu Suja’i
hubungan antara faktor agama dan politik. Agama telah menjadi motif yang kuat
telah dilakukan oleh Wisnu Susanto dengan judul Perilaku dan Pandangan Hidup
Orang Samin (tidak dipublikasikan hanya dalam bentuk stensilan buku bahan
57
kuliah di Fakultas Hukum Unair dalam Basis nomor 09-10 tahun 2000). Temuan
yang paling menarik dalam kajian ini adalah temuan yang menyatakan bahwa
sikap dan perilaku masyarakat Samin adalah pembuktian keaslian dan kelokalan
penelitian ini. Namun juga terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
primer dari hasil wawancara dan pengamatan lapangan. Pada sisi lain kekhususan
memberikan arah atau orientasi yang jelas dalam penelitian. Kerangka pemikiran
ini merupakan formulasi antara referensi teoritis, fokus penelitian dan tujuan
Masyarakat Samin
masyarakat Samin juga tergolong mahluk sosial dan mahluk politik, karena
yang ada, baik pada masa kolonial maupun pada masa-masa pasca kolonial.
dan perilaku politik masyarakat Samin. Dalam konteks budaya politik sesuai
politik masyarakat Samin, yaitu orientasi kognitif, afektif dan juga evaluatif.
politik (lihat penjelasan Almond dan Verba serta Ramlan Surbakti). Sikap
Politik masyarakat Samin yang ini diketahui meliputi sikap terhadap sistem
politik dan juga terhadap partai politik atau lembaga infrastruktur politik
masyarakat Samin.
politik secara nasional. Maka, penggalian data akan dikaitkan dengan urutan
sikap politik, pola perilaku dan bentuk partisipasi politik dari waktu ke
BAB III
Klopo Duwur Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo dan Dusun Ploso
Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo dan Dusun Ploso Wetan Desa
a. Di wilayah Ploso Wetan dan Klopo Duwur inilah awal mula lahirnya
penduduk.
62
dapat mengetahui secara persis mana data yang relevan dengan penelitian
dan mana yang tidak relevan. Kemudian fokus penelitian juga untuk
3. Orientasi afektif dalam penelitian ini dilihat dari perasaan yang bersifat
subyektif dari pengikut saminisme terhadap sistem politik yang ada saat
yang dibuat oleh sistem politik yang ada saat penelitian dilakukan,
ingin dipecahkan serta dilihat dari fokus penelitian, maka penelitian ini
64
Miles dan Huberman (1992 : 15) selalu menghasilkan data dalam bentuk
kata dan bukan rangkaian angka. Data dapat dikumpulkan dalam beragam
berupa kata-kata tertulis dan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
ingin dipecahkan serta dilihat dari fokus penelitian, maka penelitian ini
teknik, yaitu :
pertanyaan terbuka dan dilakukan secara lentur dan longgar, agar dapat
informasi.
2. Observasi
3. Studi dokumentasi
Terkait dengan hal tersebut sumber data dalam penelitian ini adalah :
penelitian.
kejenuhan dari informasi, yaitu ketika sudah tidak ada lagi variasi
1. Cucu dari Samin Surosentiko yang sampai saat ini masih hidup, yaitu
Mbah Randim.
oleh Miles dan Huberman (1984) yang lebih dikenal dengan model
analisis interaktif. Model analisis ini adalah melalui proses berikut : data
Reduksi dan penyajian data adalah dua komponen analisis yang dilakukan
1. Reduksi Data
data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang
2. Penyajian Data
Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif pada masa
yang lalu adalah bentuk teks naratif. Manusia tidak cukup mampu sebagai
mudah dipahami.
tersebut antara lain; jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya
sebuah matriks untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk
kegiatan analitis.
meminjam istilah klasik dari Glaser dan Strauss (1967) dalam (Miles dan
begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar
Jika tidak demikian, yang kita miliki adalah cita-cita yang menarik
mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenarannya dan
kegunaannya.
diperlukan kegiatan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari data lagi
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-
Kesimpulan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber berarti
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
73
pemerintah.
berarti.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu dua dusun. Satu dusun
berada di wilayah Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo, satu dusun lagi
berada dalam wilayah Kabupaten Blora. Dusun yang ada di Desa Klopo
Di samping itu, dari data awal penelitian ditemukan data bahwa di Dusun
Ploso Wetan ini terdapat lokasi bekas rumah Samin Surosentiko, sampai saat
ini tanah tersebut masih ada dan tidak berani didirikan rumah di atasnya
perbatasan antara Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur (lihat peta
Kabupaten Blora terletak di antara 111º 16’ s.d. 111º 338’ Bujur Timur dan
Blora dengan luas wilayah 103,52 KM² dengan ketinggian rata-rata antara
sebagai berikut;
Desa Klopo Duwur adalah salah satu desa yang ada dalam wilayah
perjalanan menggunakan bus. Bila diukur dari Desa Kediren jarak kedua desa ini
sekitar 27 kilometer, namun kedua desa ini berada dalam kecamatan yang
berbeda.
Untuk mencapai Desa Klopo Duwur dari arah Blora (ibukota kabupaten)
turun di Desa Klopo Duwur, yang berjarak sekitar 10 kilometer saja dari Blora,
mulai rusak dengan medan yang berbukit dan di pinggiran jalan dipenuhi oleh
tanaman jati. Namun bila kita menuju Klopo Duwur dari arah Blora jalan relatif
datar dengan aspal yang lebih baik bila dibandingkan dengan jalan Randublatung-
Klopo Duwur.
oleh seorang kami tuwo, berikut ini nama pedukuhan dan kami tuwo yang
Di tingkat desa, Klopo Duwur dipimpin oleh kepala desa bernama Setyo Agus
Widodo yang telah menjabat sebagai lurah sejak tahun 1998 hingga saat ini atau
sekitar tujuh tahun. Sebelum Setyo Agus Widodo kepala desa Klopo Duwur
Secara administratif Desa Klopo Duwur berbatasan dengan tiga desa dan
Desa Klopo Duwur memiliki luas wilayah 687,705 Ha dengan ketinggian 162
dan kantor pos desa berada di wilayah Dusun Klopo Duwur. Klopo Duwur
dipimpin oleh seorang kami tuwo bernama Kartono dan dibantu oleh
Bila dilihat dari peta desa Dusun Klopo Duwur berada di tengah-
grumbul karang pace yang berada di sebelah Selatan pusat desa, dan
Dusun Klopo Duwur. Namun demikian batas wilayah dusun Klopo Duwur
masih dapat terlacak melalui peta desa, berikut batas wilayah Dusun Klopo
Duwur;
secara kuat. Meski demikian bukan berarti mereka menolak secara penuh segala
sesuatu yang datang dari luar. Mereka berusaha menyesuaikan keadaan tetapi
dari pusat kecamatan ke Desa Kediren sekitar 3 kilometer yang bisa ditempuh
dengan menggunakan jasa ojek sepeda motor atau becak atau juga dapat ditempuh
dengan berjalan kaki. Kediren berada di sebelah Timur Laut dari pusat kecamatan
Randublatung. Bila menggunakan bus dapat melalui dua jalur. Jalur pertama
menggunakan bus jurusan Cepu lalu berhenti di perempatan Ploso, perempatan ini
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah utara kurang lebih 1 KM.
82
Sepanjang perjalanan menuju pusat Desa Kediren kita bisa menjumpai areal
persawahan yang pada musim kemarau berubah menjadi ladang yang ditanami
jagung (lihat lampiran foto). Setelah melalui perjalanan akan dijumpai kompleks
sekolah dasar Kediren, di sebelah Barat kompleks sekolah dasar tersebut terdapat
balai Desa Kediren. Jalur kedua adalah menggunakan bus jurusan Randublatung-
dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 1,5 KM ke arah Timur
desa menuju balai desa berupa jalan tanah berbatu dengan lebar sekitar dua meter,
sedangkan bila melalui jalur kedua yaitu jalur jalan Randublatung – Blora, maka
jalan desa yang dilalui berupa jalan beraspal kasar yang keadaannya sebagian
besar rusak dan berlubang. Desa Kediren secara geografis berada pada ketinggian
± 52 Dpl dengan suhu maksimum 35°C dan suhu minimum 26°C 9. Kemudian bila
dilihat dari batas administratif Desa Kediren berbatasan dengan lima desa secara
langsung, meliputi :
4. Dusun Kediren
5. Dusun Tengklik
Masing-masing dusun tersebut dipimpin oleh seorang kami tuwo atau kepala
dusun, dalam masyarakat para kami tuwo ini dikenal dengan panggilan pak wo
yang dalam tugas kesehariannya dibantu oleh seorang kebayan atau dikenal
masyarakat dengan sebutan bayan. Berikut ini nama-nama kami tuwo di wilayah
Desa Kediren ;
4. Kami tuwo Kediren : Sampai saat ini belum ada Kami tuwo
6. Kami tuwo Dong Glonggong : Ali Imron berusia (data tidak ada)
sedangkan di tingkat desa, kepala desa awalnya diduduki oleh Didik WS, namun
dan masalah dengan warga terkait pembuatan akta tanah.10 Selanjutnya tugas
kepala desa dijalankan oleh Hartono B.A. yang sebelumnya menjabat sebagai
sekretaris desa, yang kini berkedudukan sebagai pelaksana tugas kepala desa (Plt).
84
Dalam tugas keseharian kepala desa dibantu oleh lima orang kepala urusan, para
Selanjutnya bila dilihat dari luas wilayah,maka Desa Kediren memiliki luas
Setengah dari wilayah Desa Kediren adalah areal hutan negara yang dikelolah
oleh Perhutani. Sawah penduduk dan pertanian tanah kering luas lahannya bersifat
tentatif, karena sawah dengan pengairan sederhana pada musim kemarau akan
Tabel 7 Perbandingan Alokasi Lahan Desa Kediren Antara Tahun 1996 dan 2005
No Jenis Penggunaan 1996 2005
Lahan
Jumlah (Ha) % Jumlah (Ha) %
1 Perumahan dan 59,274 5,7 77,396 7,4
pekarangan
2 Sawah pengairan 321,178 30,8 301,178 28,9
sederhana
3 Pertanian tanah 47,773 4,6 43,773 4,2
kering
4 Hutan Negara 595,500 57,1 595,500 57,1
5 Lain-lain 19,152 1,8 25,030 2,4
Sumber : Daftar Isian Desa Kediren Tahun 1996 dan 2005 dan perhitungan
peneliti
Berikut tabel selisih alokasi penggunaan lahan di Desa Kediren pada tahun 1996
dan 2005
Tabel 8. Selisih alokasi penggunaan lahan di Desa Kediren tahun 1996 dan 2005
No Jenis Penggunaan Lahan Selisih Antara 1996 dan 2000
Jumlah lahan (Ha) %
1 Perumahan dan pekarangan + 18,122 + 1,7
2 Sawah pengairan sederhana - 20,122 - 1,9
3 Pertanian tanah kering - 4,000 - 0,4
4 Hutan Negara 0 0
5 Lain-lain + 6,122 + 0,6
Sumber : Perhitungan peneliti berdasar data isian potensi Desa Kediren
Fasilitas umum yang tersedia di Desa Kediren antara lain sebuah taman
kanak-kanak dan tiga sekolah dasar, bangunan sekolah tersebut berada dalam satu
kompleks dan penggunaannya saling bergantian (Lihat lampiran foto). Dari daftar
isian potensi desa tahun 2005 dapat pula diketahui Desa Kediren memiliki jalan
lapangan kondisi jalan dapat dikatakan rusak, karena sebagian besar berlubang
dan aspal sudah mulai menghilang. Desa Kediren juga memiliki jalan tanah
berbatu sepanjang 1,5 kilometer serta sebuah jembatan beton. Fasilitas lainnya
berupa enam buah posyandu, namun posyandu tersebut tidaklah memiliki tempat
khusus yang permanen melainkan berupa rumah penduduk yang dipakai secara
Lokasi utama penelitian ini adalah di salah satu dusun yang ada di
Desa Kediren berada di wilayah perbatasan antara Dusun Ploso Wetan dan
Ploso Kulon (lihat peta Desa Kediren dalam lampiran). Kemudian bila
dilihat dari peta desa, Dusun Ploso Wetan ini merupakan dusun terluas
Jalan umum di Ploso Wetan terdiri dari jalan berbatu dan jalan
joglo dengan lantai tanah (lihat foto rumah penduduk di lampiran). Dari
peta desa juga nampak bahwa Dusun Ploso Wetan berada di tengah-tengah
bertani layaknya penduduk lainnya. Beliau memiliki dua orang putra yang
ujung Timur dusun dan juga di ujung Selatan terdapat pos ronda, yang
pada siang hari biasanya dijadikan tempat berkumpul para pemuda dan
bapak-bapak.
“..sak iki wis okeh sing obah, wis podo sekolah malah ono sing dadi guru, polisi
karo pegawai. Namung yo kuwi tetap iling lan ngamalke ajarane leluhur..”
(Sekarang ini sudah banyak yang berubah, sudah pada sekolah malah ada yang
jadi guru, polisi dan pegawai. Tetapi ya itu tetap ingat dan ngamalkan ajaran
leluhur)
(Bapak Suradi, cucu Lurah Karyo yang menjabat di Klopo Duwur pada
tahun 1948 s.d. 1989)
sosial untuk mempertahankan identitas sosial budaya mereka. Berikut ini petikan
pidato Lurah Karyo yang masih diingat oleh cucunya, Bapak Suradi. Petikan
pidato ini disampaikan oleh Lurah Karyo pada saat perpisahan dengan mahasiswa
“..lur sedulur angger arep turun putumu pinter uduh keminter lho yo, pinter
koyo mas-mase iki mestine turunmu disekolahke. Nek ora, kabean turunmu
sing tek iyek nengkene yo ora pinter-pinter. Nek ora sekolah nasibe yo ora
bakal bedo karo bapak ibune sing macul wae saben dino”
89
( Saudara kalau mau anak cucumu pintar bukan kemintar lho ya, pintar seperti
mas-mas ini (peserta KKN), seharusnya anakmu disekolahkan. Kalau tidak,
semua turunanmu yang lahir disini tidak akan pintar. Kalau tidak sekolah
nasibnya ya tidak bakal berbeda dengan bapak ibunya yang mencangkul setiap
hari)
Demikianlah salah satu hal yang bisa dijadikan rujukan mengapa perubahan sosial
dari pendidikan, masyarakat di Desa Kediren dan Klopo Duwur sudah sangat
beragam mulai dari tidak tamat sekolah dasar hingga yang berpendidikan di
perguruan tinggi.
masyarakat luas, tidak ada struktur khusus yang dimiliki masyarakat Samin,
seperti ketua adat, atau sebagainya. Meski demikian mereka biasanya masih
dahulu kita definisikan apakah yang dimaksud masyarakat Samin dalam penelitian
kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Samin saat ini merasa malu bila disebut atau mengakui
edan dan tidak beradab. Hal tersebut dapat kita lihat dari petikan-petikan
wawancara berikut;
“wong samin itu sering dianggap gila mas, padahal sesungguhnya mereka itu
yo biasa, sama seperti kita. Cuma dalam berkomunikasi kita harus pandai-
pandai memahami mereka. Contoh saja kalau bertamu ke rumah mereka kalau
90
sudah ditawari suguhan harus segera kita makan atau minum, karena kalau
sampai suguhan itu ditarik lagi, sampai kapanpun kita tidak akan disuguhi”11
“Pemerintah malah ora nguri-uri budaya neng kene, malah dianggap ora
pener, cobo mas bayangke jamane bupati Sumarno S.H. mung gara-gara nek
pertemuan sering diecehi bupatine wong Samin terusane sing berbau Samin
dilarang, lha njuk piye ?sing edan ki sopo”12
“ Samin itukan orang-orang lugu mas jadi kesannya memang aneh, di masa
sekarang melihat orang yang berbuat seperti Samin itu memang begitu, tapi
sekarang sudah banyak yang berubah”13
“Saya dulu pernah bertugas di Randublatung sekitar tahun 1970an, nah waktu
acara-acara pramuka biasanya kita melakukan perjalanan hingga ke Klopo
Duwur. Kalau ketemu dengan masyarakat Samin itu anak-anak memang
merasa agak khawatir, tetapi setelah kita beri penjelasan ya kekhawatiran itu
hilang. Anak-anak khawatir karena banyak mendengar cerita miring tentang
Samin”14
Dari pengamatan di lapangan masyarakat Samin akan mudah dikenali dari watak
lapangan di lokasi penelitian ada beberapa hal menonjol dalam masyarakat samin
1. Bentuk rumah berupa joglo berbahan dasar kayu dan tidak dilantai semen,
jadi langsung berlantai tanah atau ada sebagian kecil yang berlantai semen
bercelanan kolor hitam dengan baju kaos atau sebagian lain bertelanjanng
91
dada dan jarang menggunakan alas kaki. Namun untuk kalangan pemuda
menggunakan kain.
4. Yang paling utama adalah cara pandang mereka yang sangat berdekatan
Suasana kedua Dusun Ploso Wetan pada pagi hari keadaan dusun
cukup ramai, biasanya para orang tua berangkat ke ladang pada sekitar pukul
para ibu dan anak-anak yang belum bersekolah. Pada petang hari setelah
kursi bambu ini hampir ada di tiap depan rumah penduduk di kedua dusun.
Banyak hal yang diperbincangkan di kursi bambu ini, beberapa kali saat
ini tidak menemukan data tingkat pendidikan di tingkat Dusun Klopo Duwur
dan Ploso Wetan. Berikut ini data tingkat pendidikan penduduk di Desa
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Anak Umum 5 tahun ke atas di Desa Klopo
Duwur dan Kediren Tahun 2003
93
Sumber : Banjarejo dalam Angka Tahun 2003 dan Randublatung dalam Angka
Tahun 2003
sederajat, di Kediren ada 3437 orang atau sekitar 72,7%, selanjutnya 563
Duwur ada 985 orang yang tamat SD/MI atau sekitar 24,5 %, yang tidak
tingkat dusun Klopo Duwur dan Kediren dikarenakan data yang tersedia
hanya di tingkat desa bukan dusun. Berikut ini data mengenai tingkat
∑ % ∑ %
94
Berikut tabel pekerjaan penduduk di Desa Kedien dan Desa Klopo Duwuwr
∑ % ∑ %
95
terdapat dua jenis, yaitu petani yang memiliki lahan dan buruh tani. Buruh
Saminisme di dua dusun lokasi penelitian ini berikut akan disajikan data
lokasi penelitian;
∑ % ∑ %
96
1. Petani 2 25 5 50
2. Buruh Tani 3 37,5 5 50
3. PNS/Polri/TNI 1 12,5 0 0
4. Lainnya 2 25 0 0
Jumlah 10 100 8 100
bidang pertanian, baik petani dengan lahan maupun buruh tani yang
Saminisme ada yang dipengaruhi keadaan di luar masyarakat samin dan ada yang
terjadi secara independen tanpa pengaruh dari luar masyarakat Samin. Berikut ini
adalah deskripsi mengenai sejarah dan perkembangan ajaran Saminisme dari awal
berdiri hingga saat ini. Sumber utama dari deskripsi mengenai sejarah
1. Sebuah tulisan tangan yang ditulis oleh seorang guru dasar di Kecamatan
namanya yaitu Samin Surantika. Samin Surosentiko lahir di Desa Ploso Kediren 16
98
pada tahun 1859 (SSH : 13). Samin memiliki empat oang saudara, hingga dalam
lima (penuturan mbah Nyamu). Ayah dari Samin Surosentiko adalah Raden
menjadi Samin untuk memberi citraan lebih merakyat (SSH:13). Menurut Harry J
Benda dan Lance Castles (1969) seperti dikutip Suripan (1996:13) Samin
kesalahan karena nama tersebut mengarah pada nama putri istana. Maka yang
bangsawan (SW : 5). Dalam perkembangannya sejak tahun 1889 Samin mulai
Dari berbagai sumber yang digunakan dalam penelitian ini terutama yang
Tahun 1890
99
Duwur. Di samping orang asli Klopo Duwur juga banyak orang-orang dari desa
lainnya seperti Tapelan datang ke Klopo Duwur untuk berguru pada Samin
Surosentiko.
ajaran kebatinan yang sama sekali tidak membahayakan pemerintahan. Pada fase
Tahun 1903
Pada tahun ini Residen Rembang melaporkan bahwa ada sejumlah 772
orang pengikut Saminisme yang tersebar di 34 desa di Blora bagian Selatan dan di
daerah Bojonegoro.19
Tahun 1905
Pengikut Saminisme pada saat ini mulai menolak untuk mengandangkan sapi di
Tahun 1907
merasa takut, apalagi tatkala mendengar bahwa tanggal 1 Maret 1907 mereka
akan berontak. Pada waktu itu desa Kedung Tuban Blora, ada orang Samin
100
mempersiapkan pemberontakan.
oleh para pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan
Tahun 1908
pajak. Namun Wongsorejo dan dua orang sahabatnya ditangkap dan gerakan
Tahun 1911
Tahun 1912
Tahun 1914
101
Tahun ini merupakan tahun kenaikan pajak oleh pemerintah Belanda. Hal
sama sekali sudah tidak mau berhubungan dengan pamong desa dan aparat
Larangan, Pati. Bahkan di Larangan penduduk desa menyerang lurah dan polisi.
penduduk desa mengajarkan bahwa Ratu adil akan segera datang bila tanah yang
Tahun 1915
Tahuun 1916
Tahun 191726
Tahun 1930
petikan wawancara Bapak Soewarso dengan Mbah Suro Kuncung yang terdapat
blatung, namun dengan berbagai cara termasuk dengan tidak menjawab dan acuh
dan akhirnya semua yang dikumpulkan disuruh kembali ke kantor asisten wedana.
Keesokan harinya semua sanak famili warga yang dikumpulkan, mulai dari orang
tua istri dan anak-anak datang menjenguk sampai akhirnya asisten wedana
pemerintah kolonial;
D. Ajaran-Ajaran Saminisme
ajaran khusus yang dikembangkan, yaitu ajaran politik, sosial dan budaya.
Sedangkan menurut Suripan (1996 : 21), disamping ajaran politik dan sosial
tiga sub pemaparan; ajaran spiritual, ajaran sosial dan ajaran politik Saminisme.
1. Sebuah tulisan tangan yang ditulis oleh seorang guru dasar di Kecamatan
yang juga cucu dari lurah Karyo (lurah Klopo Duwur pada tahun 1948 s.d.
1989)
Suparlan dalam kata pengantar pada buku Santri, Abangan dan Priyayi
karya Clifford Geertz: Darimana manusia berasal, apa dan siapa dia pada
masa kini, dan kemana tujuan hidup yang dijalani dan dituju. Keyakinan
Suripan Sudi Hutomo (1996:22) disebut sebagai agama adam atau The
Relegion of Adam.
umanjing curiga (tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya), hal
Hubungan antara manusia dan Tuhan juga dijelaskan dalam bagian lain dari
diambil dari Kyai Samin yang berasal dari perpaduan antara ajaran Islam
Suradi :
“kalau nilai-nilai yang berasal dari arab diterapkan begitu saja ya tidak
cocok, maka Mbah Samin itu memadukan nilai-nilai Islam dari Arab
dengan nilai-nilai dari kebudayaan asli sini”
sebagai utusan Tuhan yang ada dalam serat uri-uri pambudi pernyataan Pak
Suradi ada benarnya. Konsep manusia sebagai utusan Tuhan di dalam Islam
sama dengan konsep khalifah yang bisa kita temukan dalam surat Al
keadaan yang menimpa manusia harus dapat diterima begitu saja. Hal ini
tentu saja memiliki kesamaan dengan konsepsi nrimo ing pandum dalam
budaya Jawa.
Secara umum spiritualitas ajaran Samin ini menjadi salah satu faktor
lisan masyarakat menurut penuturan Mbah Randim agama iku gaman, adam
pernah mati, karena yang mati adalah jasadnya tetapi urip adalah abadi.
sandhangan.
dan politik yang memiliki ajaran khusus dalam bidang sosial dan politik.
(Arah tujuannya agar dapat berbuat baik dengan niat yang sungguh-sungguh,
sehingga tidak ragu-ragu lagi. Tekad jangan sampai goyah oleh sembarang
godaan, serta harus menjalankan kesabaran lahir dan batin, sehingga bagaikan
mati dan hidup. Segala tindak tanduk yang terlahir haruslah dapat menerima
segala cobaan yang datang padanya. Walaupun terserang sakit, hidupnya
mengalami kesulitan tidak disenangi orang, dijelek-jelekkan orang, semuanya
harus diterima tanpa gerutuan, apalagi membalas berbuat jahat, melainkan
orang harus selalu ingat pada Tuhan)
dan kesadaran sebagai mahluk Tuhan. Ajaran-ajaran ini hingga saat ini
saminisme ini menurut Mbah Randim adalah upaya manusia untuk menjaga
Hal-hal yang berkaitan dengan tata aturan juga termuat dalam hal-hal
Tiyang niku kudu ora nglakoni : (orang itu harus tidak melakukan)
1. Drengki (dengki)
2. Srehi (khianat)
109
5. Kemeren (irihati)
tersebut. Selanjutnya ajaran ini juga diyakini untuk diikuti oleh pengikut
sebagai berikut :
Ajaran yang menyerupai hal di atas juga dapat ditemukan dalam dokumen
lain juga muncul dalam tradisi lisan masyarakat pengikut Saminisme, tradisi
1. Aja drengki, srei, tukar padu, dahpen kemeren, Aja kutil jumput, bedhog
colong
sepada empun nganti pek pinek kutil jumput bedhog colong. Napa malih
bedhog colong, napa malih milik barang, nemu barang neng dalan
lur sedulur. Seperti dikemukakan oleh Mbah Randim “urip iku nggolek
seduluran sing okeh, menyang nduk ngendi yo nggoleh sedulur, rak kabeh
iki sedhulur”. Secara umum ajaran-ajaran mengenai pola laku individu ini
telah dipahami lama oleh masyarakat dan bagi pengikut saminisme hingga
bentuk reaksi atas rusaknya tetanan sosial budaya lokal mereka. Kerusakan
tersebut disebabkan intervensi budaya dan politik dari kolonial Belanda dan
pada tatanan awal atau tatanan yang dibangun oleh leluhur. Maka menurut
masyarakat baru yang memiliki norma sosial yang tersendiri. Gerakan ini
Negaranta
Niskala handuga arum,
Hapraja mulwikang gati,
Gen ngaub miwah sumungku,
Nurriya haengemi ilmu,
Rukunarga tan hana
113
Blekuthu38
merekalah yang berhak mewarisi tanah Jawa dalam arti peradaban maupun
pamong desa atau bila bertemu dengan para opas. Namun, hingga kini
Bila ditanya “kowe arep menyang endi ?” (kamu mau pergi kemana ?)
“turunku ono loro lanang karo whedok” (anakku ada dua, laki-laki dan
perempuan).
Masyarakat Blora secara umum seringkali merasa terhina dan malu bila
diidentikkan dengan Saminisme, hal ini bisa kita lihat dari petikan wawancara
“...kami khususnya saya itu kalau sedang bertemu orang dari luar kota sering
merasa malu karena dianggap orang samin, tidak hanya saya mas tapi banyak
orang yang sama. Lalu kami disini bersama-sama menghapus anggapan itu.
Pelan-pelan saminisme itu dihilangkan” (Ibu pegawai bagian referensi
perpustakaan daerah Blora –pendapat ini dikutip tanpa diketahui narasumber)
“...sekarang Samin itu sudah musnah mas, yang ada itu nyamin. Jadi kalau
penelitian tentang Samin rasanya tidak bisa lagi. Sekarang semua sudah maju,
banyak yang jadi sarjana, pegawai bahkan ada yang sudah sangat kaya,
pokoknya Samin sudah hilang dari sini” (Bpk Hadiyono, sekretaris kecamatan
Randublatung-wawancara dilakukan saat peneliti memberikan surat
pemberitahuan pra survey)
“...dulu waktu saya tugas mengajar di Blora tahun 1969-an, karena saya itu
pembina pramuka maka saya dan anak-anak sering ke daerah yang masih
kental masyarakat Saminnya, ya memang banyak anak-anak yang
takut.sayapun agak takut” (Ibu ely, warga Cepu yang pernah bertugas di
Randublatung dan bertemu peneliti di Stasiun Kereta Poncol Semarang)
“Sudah tidak adalah itu yang namanya masyarakat Samin, paling-paling itu
ada peninggalan tanah dari Samin Surosentiko di Ploso Wetan. Kalau perilaku
itu sudah sama semua, normallah” (Bpk. Hartono, Plt. Kepala Desa Kediren)
dinyatakan secara resmi oleh Pemerintah Kabupaten Blora bahwa masyarakat atau
orang samin sudah tidak ada lagi43. Kedua, dalam buku Menuju dalam Perjalanan:
Harian Cabang Angkatan ’45 Kabupaten Blora dituliskan dengan jelas pada
Dari kalimat tersebut nampak dengan jelas upaya menjadikan eksistensi pendiri
nyata atau empiris (lihat foto dalam lampiran, berupa foto tokoh-takoh Samin
Jawa Tengah dilaksanakan oleh H.Ismail (Mantan Gubernur Jateng), telah ikut
proyek penulisan buku Sejarah Hari Jadi Blora (1987) yang berusaha melakukan
penyatuan simbol, tanaman khas, dan sebagainya termasuk menelusuri hari jadi
Blora. Hari jadi Blora ditetapkan 11 Desember 1749, yaitu bertepatan dengan
kondisi ini eksistensi perlawanan politik Samin dan pengikutnya tidak mendapat
tempat yang layak. Padahal kebijakan ini mengandung ironi, karena bagaimana
bisa kabupaten yang merupakan bagian dari sebuah negara berdaulat (Indonesia)
lebih dulu lahir daripada induknya. Blora dianggap ada sebagai sebuah daerah
Klopo Duwur Bapak Suradi yang mengatakan bahwa pada saat Blora di bawah
Bupati Soemarno, semua kegiatan tradisi Samin dilarang. Bupati Blora pada tahun
1989 seperti dikemukakan Amrih Widodo adalah Soemarno SH. Perhatikan daftar
bupati Blora dan tahun menjabatnya berikut ini:
Nama Bupati Tahun Menjabat
1. Tumenggung Wilatikta 1749 – 1762
2. Djajeng Tirtana 1762 – 1782
3. RT. Tirtakoesoema 1782 – 1812
4. RT. Prawirajoeda 1812 – 1823
5. RT. Tirtanegara 1823 – 1842
6. RT. A Tjakranegara I 1842 – 1843
7. RT. Tirtanegara 1843 – 1847
8. RT. Natawidjaya 1847 – 1857
9. RT. A Tjakranegara II 1857 – 1886
10. RT. A Tjakranegara III 1886 – 1912
11. Said Abdoel kadir Djaelani 1912 – 1926
12. Tjakraningrat 1926 – 1938
13. Moerdjana Djajadigda 1938 – 1942
14. Soediana 1942 – 1945
15. Mr. Iskandar 1945 – 1948
16. R. Wibisono 1948 – 1949
17. R. Siswadi Djojosoerono 1949 – 1952
18. R. Soediono 1952 - 1957
19. R. Soenartio 1957 – 1960
20. R. Soekirno Sastrodimedjo 1960 – 1967
21. Srinardi 1967 – 1973
22. Soepadhi Joedodarmo 1973 – 1979
23. H. Soemarno, SH 1979 – 1989
24. H. Soekardi Hardjopawiro, MBA 1989 – 2000
25. Ir. H. Basuki Widodo 2000 – sekarang
Sumber : Blora Dalam Angka Tahun 2003
Samin dari identitas kultural mereka. Upaya ini tentu saja sangat berhubungan
dengan adanya pelabelan negatif tehadap masyarakat Samin, yang dianggap tidak
waras, tidak rasional, suka berdebat dan berbagai pelabelan negatif lainnya.
Menururt Amrih Widodo hal ini juga tekait dengan penulisan sejarah Samin yang
penelitian karena perintah dari pejabat kolonial Belanda seperti, J.E Jesper
(asisten residen Tuban) atas perintah Gubernur Jenderal atau Petrus Blumberger
Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe
budaya politik pengikut Saminisme, untuk itu terlebih dahulu akan dideskripsikan
pengetahuan tentang sistem politik dan kepercayaan pada sistem politik, peranan
dan segala kewajibannya, serta input dan outputnya. Kedua, orientasi afektif, yaitu
yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan
mengenai sistem politik. Pada tahap awal ditanyakan mengenai dasar negara,
partai komunis Indonesia (PKI), karena kalau salah bisa dikira anggota PKI dan
bisa masuk penjara, begitu kilah mereka. Namun setelah terus menerus melakukan
tersebut.
namun tidak bisa menjelaskan sila-sila dalam pancasila. Berikut beberapa petikan
"..ojo takon-takon kuwi mas, aku wong tani yo ora paham, sing penting yo
pancasila, mbiyen pamong ngomong koyo kuwi. Nduk teve-teve yo okeh
soalan pancasila" (Dasuki, 62 tahun. Petani di Klopo Duwur)
(..jangan tanya-tanya itu mas, aku orang tani ya tidak mengerti, yang penting
ya pancasila, dulu pamong bicaranya begitu. Di televisi juga banyak dibahas
tentang pancasila)
keingintahuan untuk mengetahui isi pancasila juga tidak ada dalam keinginan Pak
"lha wong tani ora mesti ngerti koyo kuwi, urusane pamong desa. Sing
penting ora ngelek-ngeleke pancasila. Wong ndeso ki sing penting uripe
tenang iso nggolek mangan"
(Lha petani tidak harus mengerti kayak begitu, urusannya pamong desa.
Yang penting tidak menjelek-jelekan pancasila. Orang desa yang penting
hidupnya tenang bisa mencari makan)
Jawaban serupa juga muncul saat ditanya mengenai undang-undang dasar 1945,
"ngerti opo ora ngerti urusan-urusan politik kuwe yo ora ono gunane nggoh
kaum tani, soale sing uri-uri nasib petani yo ora ono. Biasane malah sing
disalahke yo petani"
(Mengerti atau tidak urusan-urusan politik itu ya tidak ada gunanya untuk
petani, soalnya yang memperhatikan nasib petani ya tidak ada. Biasanya
yang sering disalahkan ya petani)
dari pendapat tersebut terlihat ada kesan ketidakpedulian terhadap sistem politik.
Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Rasiyo, petani di Ploso Wetan berusia
74 tahun :
"aku ngertine Bung Karno, lha pancasila iku pikirane Sukarno, sing ngerti
sak jero-jerone yo Sukarno, petani-petani nduk Ploso mung-mungan ngerti
urusan tentang pancasula opo maneh sak isi-isine"
(Aku mengerti Bung Karno, nah pancasila itu pikirannya Sukarno, yang
mengerti isinya ya Sukarno, petani di desa Ploso ya ndak mungkin mengerti
tentang pancasila apalagi dengan isinya)
berikut;
Pak Suyoko, yang merupakan keturunan pengikut saminisme yang saat ini
pengikut saminisme yang telah mengalami pendidikan formal dengan yang relatif
dengan jelas, mengenai perubahan presiden juga tidak terlalu mengerti hanya
memiliki informasi yang relatif terbatas. Tetapi ada beberapa pengetahuan yang
kepemimpinan nasional:
(aku masih teringat zaman Sukarno itu, ada pemberitaan Sukarno pergi ke
Cepu, nah masyarakat yo pada senang. Itu aku masih muda, selanjutnya
masa Suharto, petani dibagikan pupuk dengan pakaian, selanjutnya di
televisi dikhabarkan korupsi, diganti dengan yang lain, yang lain itu paling
ya saya ketahui Megawati)
Secara umum pemberitaan media menjadi salah satu sumber utama
kepemimpinan nasional. Berikut ini kutipan wawancara dengan Pak Siwan, petani
"Mas jare tiang sepuh, Bung Karno iku ora salin sandhangan Bung Karno
tekan sak iki yo ijek urip, sing ngawasi bangsa iki yo Bung karno" (Siwan,
72 tahun, Klopo Duwur)
(Mas kata orang tua Sukarno itu belum mati, tetapi masih hidup dan
sekarang yang mengawasi negara ini)
Kuncung. 47
"Sukarno iku ora salin sandhangan, nanging isih nglayang terus momong
wong-wong Jowo. Sukarno ora iso salin sandhangan nganti jebote jaman"
(Sukarno itu tidak mati, tetapi masih mengambang dan terus menjaga orang-
orang Jawa. Sukarno tidak bisa mati sampai berakhirnya zaman)
pengikut Saminisme menganggap bahwa sampai saat ini Sukarno memiliki peran
dalam bangsa Indonesia, sebagai orang yang menjaganya. Hal yang menyiratkan
Randim beliau berpesan agar bila penulis bertemu dengan Sukarno agar
Indonesia juga terbilang rendah, hal ini tercermin dari beberapa pernyataan
berikut ini:
"Indonesia opo yo mas..? (bingung)…aku ora ngerti, sing jelas Aceh yo Aceh,
Jowo yo Jowo, mbiyen neng tanah Jowo ono Majapahit lha kuwi cikal bakale
sak iki. Wilayah Indonesia yo ora ngerti mas" (Simun, 78 tahun, Ploso Wetan)
123
(Indonesia apa ya mas ? -bingung- aku tidak mengerti, yang jelas Aceh ya
Aceh, Jawa ya Jawa, dulu di tanah jawa ada Majapahit lha itu cikal bakalnya
saat ini. Wilayah Indonesi ya tidak mengerti)
Pandangan lainnya :
"Kulo mboten ngertos asline Indonesia niku pundi-pundi mawon, lha sak
ngertose kulo Indonesia nggih mriki, Jakarta, Semarang, yo kuto-kuto niku
mas" (Siwan, 72 tahun, Klopo Duwur)
"Indonesia itu terdiri dari banyak daerah kalau tidak salah sekarang ada 27
provinsi, ada yang di Sumatera, Kalimantan, juga Jawa bahkan sampai ke
ujung-ujung ada Irian"
yang dimiliki informan, sehingga informasi mengenai wilayah NKRI tidak terlalu
diketahui dengan baik. Bahkan ketika masalah kewilayahan ini ditanyakan pada
"Indonesia ya ada 27 propinsi tapi mungkin sudah ada yang baru-baru saya
tidak terlalu mengikuti yang jelas dari Sabang sampai Merauke"(Supatno,
kami tuwo Ploso Wetan)
"Pemilu yo coblosan, milih partai-partai nek arep pemilu ono kampanye cah-
cah nom, sing sepuh paling-paling yo melu coblosan. Sak iki pemilu yo milih
presidene" (Joyo Rukiyat, buruh tani, 71 tahun. Ploso Wetan)
baginya yang berusia sepuh yang penting ikut coblosan. Pendapat lainnya dari
Bapak Suyoko,
"Pemilu untuk memilih anggota DPR, yang memilih kita semua" (Kawit, 42
tahun tinggal di Ploso Wetan)
"wah urusan manfaate pemilu yo ora ngerti mas, wis nyoblos yo wis"
(Joko Rukiyat)
(Wah urusan manfaat pemilu ya saya tidak tahu, setelah nyoblos ya sudah)
125
"Manfaat langsung nganggeh petani kalian tiang alit niku nggih kadosipun
mboten enten" (Kawit, Ploso Wetan)
(Manfaat langsung untuk petani dan orang kecil itu ya sepertinya tidak ada)
Semua informan yang menjawab pertanyaan ini tidak ada yang menjawab manfaat
pengikut Saminisme tentang sistem politik dan instrumen dasarnya, maka akan
input politik ini dengan jawaban sederhana "tidak tahu”, semuanya diserahkan ke
pihak yang berhak (pamong). Namun ada tiga informan yang melihat bahwa
menyampaikan aspirasi adalah sesuatu yang jauh dari mereka, karena mereka
"sing bagian usul-usul kuwi wis ono sing ngurusi, malah biasane ono neng
teve, kaum tani yo ora mungkin ngomong urusan-urusan penting kuwi mas,
mboten ngertos, mangke malah keleru" (Rasiyo, 74 tahun. Tinggal di Ploso
kediren)
(Yang bagian usul-usul itu sudah ada yang mengurus, malah biasanya ada di
televisi. Petani ya tidak mungkin membicarakan urusan-urusan penting
tersebut mas. Tidak mengertilah, malah ntar salah)
Namun, dua orang informan, Supatno dan Suyoko dapat menjelaskan bahwa
menyampaikan aspirasi bisa dilakukan oleh siapa saja, tidaklah harus seorang
126
sistem politik selanjutnya deskripsi mengenai aspek afeksi (rasa) terhadap sistem
politik. Perasaan informan terhadap sistem politik tidak diambil hanya dari
wawancara yang resmi (formal) tetapi bisa juga dari komentar-komentar ringan
informan saat berbincang hal-hal yang juga ringan. Dalam aspek ini biasanya
pertanyaan yang diberikan tidak spesifik menuju pada subyek tertentu, pertanyaan
bersifat sangat umum seperti misalnya "pripun pak keadaan negarane sak niki ?".
Informan biasanya menjawab dengan panjang lebar, hingga kadang hal-hal yang
Bagi Pak Dasuki kehidupan sebagai petani rasanya berat, tapi karena inilah
kehendak Tuhan, ya tetap harus dijalankan dengan tekun dan ikhlas. Meskipun
pemerintah tidaklah pernah tahu kesusahannya. Pada masa Suharto Dasuki merasa
ya semua sama saja, tidak banyak berubah. Kehidupannya sebagai petani tidaklah
banyak berubah dari waktu ke waktu, berikut petikan wawancara dengan Dasuki:
"ora mungkin penggede nduk teve-teve ngerti wong tani, mbiyen jamane
Suharto podo wae, ora ono bedane. Tapi sak iki kabean larang, panen
jagung wae seringe rugi, tapi arep piye, wis keadaane koyo iki, yo dilakoni."
(Dipikir-pikir ya mas, hidup disini enak, mau buat sambal, cabai bisa minta,
mau masak jagung bisa minta. Kalau urusandengan orang luar jadi susah.
Tidak tahu seperti apa ini negaranya. Katanya listrik mau naik, minyak juga
iya. Hidup yang awalnya enak sekarang jadi susah)
bahwa semakin lama semakin susah untuk mensekolahkan cucunya, kalau tidak
sekolah akan semakin susah, sekolah juga susah begitulah kira-kira keluhan
Dasuki. Berbeda dengan Dasuki, Mbah Hadi yang telah berusia 78 tahun
cenderung diam dan berkata mboten ngertos jika ditanya mengenai perasaannya.
Tapi sebuah petang Mbah Hadi pernah bercerita tentang tetangganya yang
kehilangan uang di Semarang saat sedang ke Semarang. Ia merasa saat ini sudah
tidak aman, ia berkata kalau dulu yang mengambil uang itu orang lain (Belanda)
petikannya
"…mbiyen sing njupuk etung-etungan kuwi, bangsa liyo, sak iki sedulure
dewe sing njupuk etungan-etungan"
(..Dulu yang mengambil uang itu bangsa lain, sekarang saudaranya sendiri
yang mengambil -mencuri- uang)
Sedangkan bagi Kastamin menilai bahwa hidup memang tidak perlu tergantung
pada siapa yang berkuasa (negara), karena tiap orang punya urusannya, jadi
tidak perlu pusing-pusing memikirkan keadaan negara karena sudah ada yang
128
memikirkan. Kemudian, kesusahan hidup yang kadang mereka hadapi bagi Iskuat
salah satu penyebabnya karena pemerintah yang tidak peduli pada nasib mereka.
sosial ekonomi mereka dipengaruhi oleh kinerja pemerintah, hal ini nampak dari
mengalami banyak kesulitan karena saat pemilihan SBY bertepatan dengan tompo
suron yaitu pada Senin kliwon. Hingga dalam mitologi Jawa apa-apa yang dimulai
pada hari tompo suron akan berdampak banyak musibah yang datang. Disamping
“jamane wis apik, pemerintahne juga apik. Presidene yo apik. Tur uripe wong
alit tetap koyo ngene wae mas. Pemerintahne apik, masyarakate mestine iso
apik uripe” (Rasiyo, Ploso Wetan 74 tahun)
129
(Zaman sudah baik, pemerintahnya juga baik. Presiden ya baik. Tetapi hidup
orang kecil tetap saja begini saja. Pemerintah baik seharusnya masyarakat bisa
baik kehidupannya)
“..rekoso mung kudu dilakoni mas, tiyang tani yo isone koyo ngene iki, njaluk
tulung pemerintah yo piye carane, ora ngerti..sing penting rekoso-rekoso
waton ora nyolong” (Kawit 42 tahun tinggal di Ploso Wetan)
(Susah, tetapi tetap harus dijalani, petani ya bisanya seperti ini, minta tolong
pemerintah ya gimana saranya, tidak paham. Yang penting susah-susah asal
tidak mencuri)
“..sak iki opo sih mas sing ora angel, serba susah. Pemerintahne yo aku ora
ngerti kepiye-kepiye, sandangan larang, beras melu larang, kabean larang”
(Suwarni, 40 tahun)
(Sekarang apa toh mas yang tidak susah, serba susah. Pemerintahnya ya aku
tidak tahu bagaimana-bagaimana, pakaian mahal, beras ikut mahal, semua
mahal)
hampir serupa, pada umumnya informan merasa sangat prihatin atas keadaan
negara saat ini. Kebutuhan ekonomi yang kian meningkat tidak diikuti dengan
bantuan dari negara yang berarti. Hingga mereka merasa keadaan saat ini tidak
“Suharto digenti, karepe nasib rakyat luwih apik, lha tapi koyo ngene iki
mas...?” (Sukardji, 49 tahun. Ploso Wetan)
(Suharto diganti, harapannya nasib rakyat lebih baik, tetapi malah seperti ini
mas ?)
“Ngapunten nggih mas, masalah Suharto kulo nggih mboten ngertos, namung
pas niku nggih isih kepenak, mboten onten sing aneh-aneh” (Siwan, 72 tahun.
Tinggal di Ploso Wetan)
(Maaf ya mas, masalah Suharto ya tidak mengerti, tetapi saat itu ya masih
enak, tidak ada yang aneh-aneh)
puas dengan kondisi pemerintahan saat ini dan merasa bahwa keadaan di masa
pemerintahan Suharto lebih baik, karena beban hidup mereka tidak seberat sat ini.
bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintahan SBY (saat pengumpulan data
lapangan tahap ke dua pada bulan September belum ada keputusan resmi kenaikan
BBM). Secara umum semua informan menolak rencana kenaikan BBM, namun
ada yang merasa pasrah dengan keadaan tersebut, lalu ada sebagian lain yang
ingin agar kenaikan dibatalkan. Berikut petikan wawancara dengan dua orang
“minyak regone mundak, alamat tambah susah uripe. Ceto-ceto wis susah,
malah ditambani meneh. Aku yo ora setuju rencana kuwi. Tapi nek umpamane
tetep diundake yo arep piye meneh, mestine ditompo, meski jane ora lilo”
(Pasno. 39 tahun, Ploso Wetan)
131
baik dari sisi pengetahuan terhadap komponen dasar sistem politik, pemahaman
Samin berikut ini deskripsi mengenai perilaku memilih mereka dalam pemilihan
umum legislatif, pemilihan presiden dan juga pemilihan kepala daerah secara
langsung.
berlangsung normal. Tidak ada hal-hal yang bersifat gangguan berarti dalam
masalah logistik pemilu yang terlambat. Berikut data mengenai tingkat partisipasi
dalam pemilihan presiden dan wakil presiden putaran pertama di Desa Klopo
Duwur.
Tabel 14. Partisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil tahun 2004 di Desa Klopo
Duwur
132
Data yang tersedia mengenai tingkat partisipasi untuk Klopo Duwur hanya
legislatif tidak tersedia. Pada pemilihan presiden putaran pertama ada 696 pemilih
yang tidak menggunakan hak pilih ditambah dengan angka 39 pengguna yang
menggunakan hak pilih tetapi surat suara dinyatakan tidak sah. Total jumlah
pemilih yang tidak menggunakan hak pilih baik karena memang tidak hadir ke
lokasi pemungutan suara maupun yang hadir tetapi hak suaranya dinyatakan tidak
sah karena surat suara tidak sah berjumlah 735 pemilih yang berarti sekitar 21,8
%. Untuk melihat tingkat partisipasi di tingkat Dusun Klopo Duwur, berikut ini
Tabel 15. Partisipasi dalam Pemilu Presiden 2004 di Dusun Klopo Duwur
Data Pemilih Laki-laki Perempuan Jumlah
Berdasarkan data pemilih di tps 1,2 dan 3 di Dusun Klopo Duwur
133
Data di atas menunjukkan bahwa dalam pemilihan presiden dan wakil presiden di
Dusun Klopo Duwur yang terdapat tiga TPS tingkat partisipasi di bawah 50%.
Tabel 16. Hasil Pemilihan Umum Legislatif di Desa Klopo Duwur Tahun 2004
Nama Partai Jumlah Suara Peringkat
1. PNI Marhaenisme 74 6
2. Partai Buruh Sosial Demokrat 9 15
6. Partai PDK 2 20
7. Partai PIB 105 5
8. PNBK 13 14
9. Parta Demokrat 30 10
10. Partai Keadilan dan Persatuan 3 19
11. Partai Penegak Demokrasi Ind 19 12
12. Partai PNUI 5 17
13. Partai Amanat Nasional 52 8
14. PKPB 73 7
15. PKB 387 3
16. PKS 17 13
17. Partai Bintang Reformasi 31 9
18. PDIP 515 2
19. Partai Damai Sejahtera 22 11
20. Partai Golkar 216 4
21. Partai Patriot Pancasila 4 18
22. Partai Syarikat Indonesia 5 17
23. Partai Persatuan Daerah 0 22
24. Partai Pelopor 1 21
Sumber : Data PPS Desa Klopo Duwur tahun 2004
Pada pemilihan umum legislatif partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi
pengumpul suara terbanyak disusul oleh PDIP diikuti oleh Partai Kebangkitan dan
134
Tabel 17. Hasil Pengumpulan Suara Pemilihan Presiden Putaran Pertama Desa
Klopo Duwur
No Nama Pasangan Capres-Wapres Jumlah Suara Peringkat
1 H. Wiranto, SH dan 474
Ir. H. Salahuudin Wahid (17,9%) 3
Muzadi unggul di atas SBY dan Yusuf Kalla. Keunggulan PPP dalam pemilihan
legislatif tidak diikuti dengan keunggulan calon presiden dari PPP, Hamzah hanya
berada di atas pasangan Amien Rais, padahal dalam pemilihan legislatif PPP
hasil perolehan suara dalam pilpres putaran pertama di dusun Klopo Duwur yang
terdiri dari empat tempat pemungutan suara (TPS), yaitu TPS 1,2 dan 3 Berikut
Jumlah 367
(100%)
Sumber : Model D1-PWP milik PPS Desa Klopo Duwur
normal. Tidak ada hal-hal yang bersifat gangguan pelaksanaan pemilu terjadi di
Tabel 19. Partisipasi dalam Pemilu Legislatif tahun 2004 di Desa Kediren
Data Pemilih Laki-laki Perempuan Jumlah
Data yang tersedia mengenai tingkat partisipasi untuk Kediren hanya data
tidak tersedia. Pada pemilihan presiden putaran pertama ada 654 pemilih yang
menggunakan hak pilih tetapi surat suara dinyatakan tidak sah. Total jumlah
pemilih yang tidak menggunakan hak pilih baik karena memang tidak hadir ke
lokasi pemungutan suara maupun yang hadir tetapi hak suaranya dinyatakan tidak
sah karena surat suara tidak sah berjumlah 771 pemilih yang berarti sekitar 18,5
pemilihan kepala daerah pada tanggal 27 Juni 2005. Berikut data tingkat
langsung;
daerah secara langsung pada putaran pertama ada 3750 pemilih namun yang tidak
menggunakan hak pilih tapi dinyatakan tidak sah sebanyak 117 hingga total yang
tidak atau gagal menggunakan hak pilih sebanyak 1074 pemilih atau sekitar 28,6
persen (lebih dari satu perempat dari pemilih). Penelitian juga berhasil menelusuri
data tingkat partisipasi hingga ke tingkat dusun. Berikut data tingkat partisipasi
Tabel 21. Partisipasi dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Ploso Wetan
Data Pemilih Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah pemilih terdaftar yang 288 296 584
menggunakan hal pilih (65,9%) (63,6%) (64,7%)
Dari data di tingkat dusun Ploso jumlah pemilih terdaftar sebanyak 902 pemilih
dan yang tidak menggunakan hak pilih sebanyak 318 pemilih atau sekitar 35.3 %.
Tabel 22. Hasil Pemilihan Umum Legislatif di Desa Kediren Tahun 2004
Nama Partai Jumlah Suara Peringkat
1. PNI Marhaenisme 68 8
2. Partai Buruh Sosial Demokrat 5 20
6. Partai PDK 7 19
Berdasar akumulusi jumlah pemilih di empat TPS 8,9,10 dan 11
138
7. Partai PIB 9 18
8. PNBK 263 4
9. Parta Demokrat 144 6
10. Partai Keadilan dan Persatuan 390 3
11. Partai Penegak Demokrasi Ind 52 10
12. Partai PNUI 9 18
13. Partai Amanat Nasional 49 11
14. PKPB 34 12
15. PKB 152 5
16. PKS 72 7
17. Partai Bintang Reformasi 6 20
18. PDIP 939 1
19. Partai Damai Sejahtera 3 23
20. Partai Golkar 487 2
21. Partai Patriot Pancasila 16 15
22. Partai Syarikat Indonesia 4 22
23. Partai Persatuan Daerah 13 16
24. Partai Pelopor 18 14
Sumber : Data PPS Desa Kediren tahun 2004
Pada pemilihan umum legislatif partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
menjadi pengumpul suara terbanyak disusul oleh partai Golkar diikuti oleh Partai
Tabel 23. Hasil Pengumpulan Suara Pemilihan Presiden Putaran Pertama Desa
Kediren
No Nama Pasangan Capres-Wapres Jumlah Suara Peringkat
1 H. Wiranto, SH dan 490
Ir. H. Salahuudin Wahid (16,2%) 3
Pada pemilihan putaran pertama ini pasangan SBY dan Kalla unggul di
atas Megawati, padahal dalam pemilihan legislatif PDIP unggul jauh di atas
partai-partai lain. Pada pemilu legislatif PDIP sebagai partai pengusung pasangan
Megawati dan Hasyim Muzadi meraih 939 suara pada pemilu presiden, Megawati
meraih 1007 suara yang berarti naik 68 suara, sedangkan Demokrat dan PBB yang
merupakan pengusung SBY dan Kalla pada pemilu legislatif meraih 144 dan 21
suara yang berarti berjumlah 165 suara, kemudian pada pemilihan presiden, SBY-
hasil perolehan suara dalam pilpres putaran pertama di dusun Ploso Kediren yang
terdiri dari empat tempat pemungutan suara (TPS), yaitu TPS 8,9,10 dan 11.
*
Berdasarkan akumulasi suara dari tps 8,9,10 dan 11 yang berlokasi di Ploso Wetan
140
Bila kita amati tidak ada perubahan berarti dari perolehan suara bila
dibandingkan dengan suara para capres dan wapres di tingkat desa, namun yang
menarik adalah pergeseran urutan ketiga dari pasangan Wiranto dan Salahudin
Wahid kepada pasangan Amien Rais dan Siswono, di tingkat desa Wiranto berada
di urutan ketiga namun di Ploso Wetan justru pasangan Amien Rais yang berada
di urutan ketiga. Untuk urutan pertama tetap diduduki oleh pasangan SBY.
Untuk data mengenai pemilihan anggota legislatif tidak terdapat data yang
memadai untuk tingkat Dusun Ploso Wetan, namun berdasarkan informasi dari
informan di empat TPS di Ploso Wetan, urutan pertama diduduki oleh PDIP,
“ikut pemilu itu adalah melaksanakan anjuran-anjuran dari pemerintah walau saya
tidak yakin pemilu bermanfaat” (Suyoko, Klopo Duwur)
“Aku melu pemilu mung sekedar nggoh rame-rame, ora ono pikiran liane”
(Saya ikut pemilu untuk meramaikan saja, tidak ada pikiran lainnya)
“Jare wong utamane pak Carik ngomong wajib melu coblosan, masalah pilihane
opo kuwi bebas ora masalah”
(Kata orang terutama pak Carik ngomong wajib ikut pemilu, masalah pilihannya
apa itu bebas, tidak masalah)
Beberapa informan juga mengemukakan hal-hal yang menjadi alasan atau faktor
“Sing penting gambar karo warnane apik yo sing tak pilih mawon”
Berikut ini pendapat yang mencerminkan pengaruh dari nilai-nilai lama yang
“Mbiyen Mbah Engkrek berjuange karo Bung Karno, dadine sing aku ngroso
sepaham iku karo partaine anake Bung Karno, soale jelas asal turune”
(Dulu Mbah enkrek berjuang bersama Sukarno, jadinya yang saya merasa
sepaham itu dengan partai anaknya Bung karno, soalnya jelas asal keturunannya)
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui tipe budaya politik dan perilaku
politik pengikut Saminisme. Sebagai dasar untuk mengetahui tipe budaya politik,
142
maka menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba (1990 : 19-20) perlu
melacak empat hal pertama, pengetahuan individu terhadap sistem politik, baik
negara bersangkutan.
atas, hingga pada akhirnya dapat menentukan tipe budaya politik pengikut
Saminisme di kedua dusun lokasi penelitian berdasar tiga tipe budaya politik yang
dibuat oleh Verba dan Almond. Berikut ini data keadaan pengikut saminisme
143
saminisme) terkait dengan empat hal yang perlu dilacak berdasar pendapat
sistem politik, dapatlah kita ketahui beberapa hal ; Pertama, informan penelitian
dasar tersebut, hal ini diketahui dari pendapat-pendapat informan ketika ditanya
tersebut dapat dikatakan sangat terbatas atau sangat tidak lengkap. Deskripsi
informan bersifat sangat spekulatif (menduga-duga) dan tidak akurat. Mari kita
"..ojo takon-takon kuwi mas, aku wong tani yo ora paham, sing penting yo
pancasila, mbiyen pamong ngomong koyo kuwi. Nduk teve-teve yo okeh soalan
pancasila" (Dasuki, 62 tahun. Petani di Klopo Duwur)
"aku ngertine Bung Karno, lha pancasila iku pikirane Sukarno, sing ngerti sak
jero-jerone yo Sukarno, petani-petani nduk Ploso mung-mungan ngerti urusan
tentang pancasila opo maneh sak isi-isine"
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui, informan mengenal pancasila tetapi tidak
spekulatif. Namun bila kita merujuk pada pendapat Ngasirun, ia bisa mengetahui
lengkap, karena informasi awal mengenai pancasila terpenuhi, hal ini dapatlah
"Indonesia opo yo mas..? (bingung)…aku ora ngerti, sing jelas Aceh yo Aceh,
Jowo yo Jowo, mbiyen neng tanah Jowo ono Majapahit lha kuwi cikal bakale
sak iki. Wilayah Indonesia yo ora ngerti mas" (Simun, 78 tahun, Ploso Wetan)
"Kulo mboten ngertos asline Indonesia niku pundi-pundi mawon, lha sak
ngertose kulo Indonesia nggih mriki, Jakarta, Semarang, yo kota-kota niku
mas" (Siwan, 72 tahun, Klopo Duwur)
"Indonesia itu terdiri dari banyak daerah kalau tidak salah sekarang ada 27
provinsi, ada yang di Sumatera, Kalimantan, juga Jawa bahkan sampai ke
ujung-ujung ada Irian"(Sumarni, Klopo Duwur)
"Indonesia ya ada 27 propinsi tapi mungkin sudah ada yang baru-baru saya
tidak terlalu mengikuti yang jelas dari Sabang sampai Merauke"(Supatno, kami
tuwo Ploso Wetan)
baru dengan pengetahuan yang bersifat ajaran lama (mitos). Hal ini kita ketahui
Selanjutnya pada infomasi yang diberikan informan ketiga dan keempat (Sumarni
dan Supatno yang merupakan kami tuwo) bersifat out of date (informasi lama)
politik dalam penelitian ini ditelusuri informasi yang dimiliki oleh informan
kepada sistem politik. Berikut hasil informasi yang diperoleh dari informan;
"Pemilu yo coblosan, milih partai-partai nek arep pemilu ono kampanye cah-
cah nom, sing sepuh paling-paling yo melu coblosan. Sak iki pemilu yo milih
presidene" (Joyo Rukiyat, buruh tani, 71 tahun. Ploso Wetan)
"Pemilu untuk memilih anggota DPR, yang memilih kita semua" (Kawit, 42
tahun tinggal di Ploso Wetan)
"wah urusan manfaate pemilu yo ora ngerti mas, wis nyoblos yo wis"
(Joko Rukiyat)
"Manfaat langsung nganggeh petani kaliah tiang alit niku nggih kadosipun
mboten enten" (Kawit, Ploso Wetan)
"lha nggih manfaate niku mung sebatas seneng ono keramean" (Laminah, 54
tahun, Ploso Wetan)
perhatian. Pemilihan umum dilihat sebagai sebuah seremoni politik negara. Satu
hal penting yang dapat ditangkap bahwa pemilihan umum cenderung bukanlah
sesuatu yang penting untuk mereka karena bagi informan pemilu apapun hasilnya
usul kepada sistem politik, sebagian informan menjnawab dengan tidak tahu,
“sing bagian usul-usul kuwi wis ono sing ngurusi, malah biasane ono neng
teve, lha kaum tani yo ora mungkin ngomong urusan-urusan penting kuwi
mas, mboten ngertos, mangke malah keleru" (Rasiyo, 74 tahun. Tinggal di
Ploso kediren)
Meski demikian, bagi Supatno dan Suyoko, dua informan yang memiliki latar
usul, yaitu melalui dewan perwakilan rakyat secara langsung maupun melalui
surat.
cenderung acuh tehadap keadaan karena sebagai orang kecil mereka merasa tidak
Untuk menelusuri hal tersebut, dalam penelitian ini informan dimintai pendapat
mengenai rencana kenaikan harga bahan bakar minyak. Secara umum infoman
menolak kebijakan tersebut, karena informan merasa keadaan hidup yang sudah
berat karena desakan ekonomi akan semakin berat karena kenaikan BBM akan
kebijakan tersebut ada dua pendapat utama; pendapat pertama menyatakan kalau
pada akhirnya betul-betul dinaikkan mau bagaimana lagi, semua harus diterima,
karena sebagai oran kecil tidak ada daya untuk menolak kebijakan tersebut.
Namun ada juga pendapat yang menginginkan adanya upaya untuk menolak
kebijakan tersebut, dengan cara apapun termasuk dengan aksi turun ke jalan,
“minyak regone mundak, alamat tambah susah uripe. Ceto-ceto wis susah,
malah ditambani meneh. Aku yo ora setuju rencana kuwi. Tapi nek umpamane
tetep diundake yo arep piye meneh, mestine ditompo, meski jane ora lilo”
(Pasno. 39 tahun, Ploso Wetan)
148
perasaannya sebagai bagian dari sistem politik juga ditelusuri dalam penelitian ini.
“jamane wis apik, pemerintahne juga apik. Presidene yo apik. Tur uripe wong
alit tetap koyo ngene wae mas. Pemerintahne apik, masyarakate mestine iso
apik uripe” (Rasiyo, Ploso Wetan 74 tahun)
“..rekoso mung kudu dilakoni mas, tiyang tani yo isone koyo ngene iki, njaluk
tulung pemerintah yo piye carane, ora ngerti..sing penting rekoso-rekoso
waton ora nyolong” (Kawit 42 tahun tinggal di Ploso Wetan)
“..sak iki opo sih mas sing ora angel, serba susah. Pemerintahne yo aku ora
ngerti kepiye-kepiye, sandangan larang, beras melu larang, kabean larang”
(Suwarni, 40 tahun)
Ada persamaan umum bahwa muncul perasaan negatif yang cukup kuat terhadap
keadaan sistem politik hari ini, terutama menyangkut penampilan, kinerja dan
Secara lebih ringkas, oreientasi informan akan dapat dilihat dari matrik
berikut ini;
149
Dari matrik dapat kita lihat secara umum para informan memiliki
informasi dasar tersebut jauh dari kelengkapan. Hingga pengetahuan ini hanya
informan tidak berada pada titik nol, bahkan bisa dibilang mencukupi.
151
sistem politik.
sistem politik. Pada tingkat perasaan informan kepada sistem politik yang ada saat
ini berkecendrungan berada pada posisi negatif. Hal ini terindikasi dari komentar-
komentar yang mempermasalahkan banyak hal dalam sistem politik saat ini. Ada
perasaan yang membuat mereka merasa terpisah jauh (terkucil) dari sistem politik
dan merasa frustrasi dengan keadaan yang dilahirkan dari sistem politik.
partisipasi politik dalam pemilu yang relatif tinggi ternyata tidak diikuti dengan
patisipasi untuk mempengaruhi sistem politik. Dapat pula ditelusuri bahwa pemilu
dipahami lebih sebagai kewajiban politik bukanhak politik, hingga yang tepenting
bagi mereka adalah ikut coblosan tidak terlalu peduli dengan dampak dan
konsekuasi dari pilihan mereka. Hal ini bisa kita tangkap dari penjelasan-
156
penjelasan informan. (lihat pada hasil penelitian bagian orientasi politik). Maka
kesadaran politik.
Bila kita kita perhatikan tingkat partisipasi di Ploso Wetan yang mencapai
umum, dan rata informan beranggapan bahwa pemilu tidaklah berarti secara
mereka dalam pemilu bukan dalam rangka memperbaiki keadaan tetapi lebih
karena keinginan memenuhi kewajiban sebagai warga negara. Apalagi hal ini juga
bisa dihubungkan dengan trauma masa lalu mereka yang terkena steriotipe PKI
ditentukan oleh Almond dan Verba. Kategori ini adalah kategori dasar tipe budaya
2. Orientasi politik afektif dan evaluatif cukup tinggi, karena informan bisa
poltik.
berkecendrungan berada pada tipe subyek karena ketegorisasi ini tidak bisa
berlaku mutlak. Ambil contoh dalam konteks budaya politik pengikut Saminisme
sesungguhnya tiga aspek politik masyarakat Samin berada pada posisi middle
tingkat partisipasi politik dalam pemilu yang tinggi, namun dalam kualitas
Menurut Almond dan Verba (1990 : 26-27) kebudayaan politik parokial, subyek
dan partisipan tidak hadir dalam bentuk yang sederhana atau murni, tetapi
158
merupakan sebuah bentuk kompleks. Terjadi interaksi antara ketiga budaya politik
tersebut. Maka ada tiga bentuk budaya politik baru yang merupakan campuran
antar tipe budaya politik murni, yaitu: Kebudayaan subyek parokial, kebudayaan
diberikan Almond dan Verba mengenai tiga tipe kebudayaan politik campuran
a. Kebudayaan subyek-parokial
kesukuan atau desa atau otoritas feodal dan mengembangkan kesetiaan terhadap
sistem politik yang lebih kompleks dengan struktur pemerintahan pusat yang
bersifat khusus. Kondisi ini biasanya runtutan sejarah peralihan dari model
b. Kebudayaan subyek-partisipan
peralihan dari budaya subyek meuju budaya partisipan berlangsung. Dalam proses
besar penduduk telah meperoleh orientasi-orientasi input yang bersifat khusus dan
demokratik. Kebuntuan budaya politik yang bisa terjadi dalam budaya subyek
kaum idealis dan keterasingan dari sistem politik, termasuk infrastruktur politik.
berlangsung dalam waktu lama, juga dapat mengubah karakter sub budaya
kondisi sistem politik dalam kebudayaan parokial partisipan ini dianalogikan oleh
Almond dan Verba seperti pemain sirkus yang berakrobat di atas seutas tali.
Kadang kala condong ke pemerintahan demokratis tapi kadang kala condong pada
pemerintahan yang otoriter. Bila kategorisasi ini yang digunakan maka pada
160
konteks saat ini masyarakat pengikut saminisme berada pada tipe pertama, yaitu
pula kita telusuri bahwa sebagian besar informan merasa lebih nyaman dan
mereka.
Kondisi ini agak berbeda dengan tipe budaya politik Indonesia secara umum
sebagai negara berkembang yang menurut Almond dan Verba berada pada tipe
parokial partisipan.
lebih jelas dari bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan, baik bentuk
partisipasi politik langsung dalam pemilihan umum atau bentuk partisipasi lainnya
yang bertujuan mempengaruhi sistem politik. Berdasar hal tersebut maka untuk
161
partisipasi politik pengikut saminisme dalam pemilu dan dalam bentuk lainnya.
dipengaruhi oleh dorongan dari luar diri. Hal ini terungkap dari pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan informan bahwa himbauan dari pamong desa dan
politik sebagai input bagi sistem politik tidak dilakukan oleh informan seperti
terungakap dari informan bahwa, pengajuan usul keapda sistem politik bukanlah
urusan mereka. Urusan tersebut sudah ada yang mengurusi, perhatikan pernyataan
berikut;
“sing bagian usul-usul kuwi wis ono sing ngurusi, malah biasane ono neng
teve, lha kaum tani yo ora mungkin ngomong urusan-urusan penting kuwi
mas, mboten ngertos, mangke malah keleru" (Rasiyo, 74 tahun. Tinggal di
Ploso kediren)
partisipan dalam sistem politik. Hal selanjutnya juga nampak dari ketidak aktifan
dua dusun tersebut hanya bapak Suyoko yang aktif di Persatuan Guru Republik
aktifitas politik. Aktivitas politik informan baru sebatas aktivitas dalam kegiatan
pelaku aktif dari upaya mendorongkan input politik disebabkan karena perasaan
terpisahkan (alienasi) dari sistem politik karena faktor latar belakang sosial
aktivitas politik mereka. Bagi mereka, latar belakang sosial ekonomi mereka tidak
Di antara delapan belas (18) informan penelitian hanya seorang saja yang
aktif dalam sebuah lembaga yang memungkinkan interaksi dengan sistem politik,
yaitu Bapak Suyoko yang aktif dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Sedangkan informan yang lain sama sekali tidak memiliki aktivitas di luar
partisipasi politik, berikut matrik mengenai alasan informan mengikuti pemilu dan
mereka termasuk dalam kelompok subyek politik pasif atau bila menggunakan
partisipasi politik yang dikerahkan (mobilizied participation). Hal ini terbukti dari
politik, bukan oleh kesadaran diri akan dampak yang ditimbulkan dari
Selanjutnya bila yang digunakan adalah kategorisasi yang dibuat oleh Milbrath
dan Goel yang membagi empat tipe perilaku politik berdasar partisipasi politik
dapat dikatakan pengikut saminisme di Klopo Duwur dan Ploso Wetan termasuk
dalam tipe Spektator karena memenuhi kriteria; paling tidak pernah ikut dalam
pemilihan umum.
manusia itu adalah keturunan Adam yang berarti bahwa semua saudara
terhadahulu.
langsung.
politik mereka:
Bila kita hubungkan dengan pendapat Ramlan Surbakti maka faktor lingkungan
sosial politik tak langsung dan struktur kepribadian menjadi faktor utama yang
BAB V
167
hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini. Tentu saja kesimpulan ini juga
dihubungkan dengan tujuan dari penelitian ini dilaksanakan. Hal-hal yang dapat
Almond dan Sidney Verba maka melihat fakta seputar orientasi politik
Duwur dan Ploso Kediren termasuk ke dalam tipe budaya politik subyek dan pada
dan bentuk-bentuk partisipasi lainnya cenderung pasif karena peran mereka dalam
mempengaruhi sistem politik atau paling tidak berinteraksi dengan sistem politik
dilakukan oleh Milbrath dan Goel perilaku politik masyarakat Samin masuk
dalam kategori spektator, yaitu kategori partisipasi yang sekedar ikut pemilu tanpa
sangat dipengaruhi oleh : pemahaman yang bersifat tradisi yang diperoleh dan
memunculkan perasaan terpisah dari sistem politik. Maka bila merujuk pada
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial politik tak langsung dan faktor struktur
kepribadian.
tidak ada, maka gerakan Saminisme mengalami kemandekan pada tahun 1930.
Meski demikian Saminisme sebagai sebuah ajaran tetap dianut oleh pengikut-
bukan sekedar ajaran spiritual yang bersifat transendental belaka, lebih dari itu
saminisme memiliki ajaran sosial yang mengatur pola perilaku individu dalam
bersemboyakan bahwa semua manusia itu keturunan Adam maka kita semua
seseorang berlaku beradab dan menghindari perbuatan dengki, iri, khianat dan
antara lain meyakini bahwa mereka adalah pewaris tanah Jawa yang sah dan tidak
boleh ada pihak luar yang merusak tatanan leluhur yang telah ada karena akan
Selanjutnya ajaran politik samin juga menyebutkan pemerintah atau negara yang
kuat harus ditopang oleh pemahaman dan penghormatan terhadap budaya asli
(leluhur).
dan primitif.
B. Implikasi Penelitian
dengan perilaku politik aktif berdasar kesadaran diri (self motion). Maka
170
kulturalnya.
Daftar Istilah
Ampuh :
Memiliki kesaktian atau kelebihan yang bersifat magis
Kami Tuwo atau pak wo:
Sejenis dengan kepala dusun, yang biasanya menjalankan fungsi pemerintahan
desa di tingkat pedukuhan atau dusun.
Salin sandhangan:
Meninggal dunia, berasal dari bahasa Jawa berganti pakaian. Dalam saminisme
diyakini bahwa manusia tidak pernah mati, yang mati hanya jasadnya tetapi hidup
tetap akan ada.
Sangar :
Menakutkan, biasanya sering ada sebutan tanah sangar, yang mengindikasikan
bahwa di tanah tertentu menakutkan dan biasanya terkait dengan keberadaan
mahluk halus tertentu
Ndanyang :
Pergi meninggalkan jasad, tetapi tetap bisa berkomunikasi dengan dunia melalui
orang-orang tertentu.
Kebayan :
Orang yang bertugas secara khusus untuk membantu kepala dusun dalam
melakukan tugasnya. Biasanya bayan punya tugas khusus menyampaikan
pengumuman ke masyarakat di dusunnya.
Ara-ara :
Tanah lapang, yang memiliki kesamaan dengan alun-alun tetapi dalam ukuran
yang lebih kecil
Mondokan :
Rumah atau tempat tinggal
Sandhangan :
Pakaian penutup tubuh
Adang akeh
Sebutan untuk acara resepsi pernikahan dalam masyarakat Samin
173
Magangan :
Masa mengabdi seorang calon menantu di rumah calon mertua dalam waktu
tertentu, biasanya antara 3 hingga 6 bulan
Nguri-uri :
Menjaga atau merawat
Sedhulur :
Saudara, biasanya panggilan untuk orang lain menggunakan lur atau sedhulur
yang mencerminkan pandangan hidup saminisme yang mengatakan bahwa setiap
manusia itu sama
Memedi :
Hantu atau mahluk halus lainnya
Gedang setangkep dan jampi suru :
Syarat dalam pernikahan masyarakat Samn, berupa pisang raja satu tangkep dan
perlengkapan berupa perhiasan dan sebagianya.
Ngarit :
Memotong rumput menggunakan arit (alat tradisional khusus untuk memotong
rumput)
1
CATATAN
Dalam hand out kuliah, Kumpulan teori-teori Politik, FISIP Unair tahun 1994
2
Tanah peninggalan Samin Surosentiko ini menurut data desa bersertefikat atas nama Kuncung
(mengarah pada Suro Kuncung salah satu tokoh Samin yang pindah dari Kediren ke Dusun Tanduran.
Setelah itu kepemilikan dalam sertefikat dipecah menjadi milik tiga orang, yaitu atas nama Kawit, Sawi dan
Sunandar (Keterangan Kami Tuwo Ploso Wetan beradasar data dusun)
Pada hari-hari tertentu, terutama pada Bulan Suro di lokasi tanah ini banyak didatangi oleh pengikut ajaran
Samin dari berbagai daerah, antara lain ; Pati, Bojonegero, Blora, Purwodadi, Jepara, Jakarta, Semarang dan
sebagianya. Biasanya mereka dating untuk melakukan ritual tertentu. Dalam keseharian masyarakat Ploso
Wetan tanah in dikenal dengan sebutan tanah sangar. Jika di tanah tersebut ditanami telo maka isinya hanya
satu, padahal normalnya satu batang telo bisa berisi 4-10 umbi.(Keterangan Mbah Hadi dan Supatno –kami
tuwo Ploso Kediren)
3
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mbah Randim, cucu dari Samin Surosentiko yang tinggal di
Tanduran dan berusia 109 tahun, juga hasil wawancara dengan Bapak Suradi anak Lurah Karyo (bertugas di
Klopo Duwur pada tahun 1948-1989)
4
Berdasarkan data dari Kabupaten Blora dalam Angka Tahun 2003 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Blora.
5
Sumber Kabupaten Banjarejo dalam angka tahun 2002 terbitan BPS Kab Blora
6
Sumber Kabupaten Banjarejo dalam angka tahun 2002 terbitan BPS Kab
Blora
7
Data dari papan struktur Desa Klopo Duwur
8
Sumber : Keterangan dari Pak Suradi yang merupakan sekretaris Desa Klopo
Duwur
9
Sumber : monogradi Desa Kediren Tahuun 2005
10
Keterangan dari Bapak Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kediren
11
Sumber : wawancara dengan Bapak Hudiyono, sekretaris camat Randublatung, yang pernah bertugas di
daerah masyarakat Samin, yaitu Kecamatan Menden selama 13 tahun
12
Wawancara dedngan Bapak Suradi, salah satu tokoh masyarakat samin di Klopo Duwur yang saat ini
menjadi carik di Desa Klopo Duwur
13
Wawancara dengan bapak Partono, pedagang sate di pertigaan Randublatung
14
Wawancara dengan ibu Ely, mantan Guru di SLPN Randublatung
15
Angka ini diperoleh dari berbagai sumber; Untuk Klopo Duwur data diperoleh dari hasil wawancara
dengan Bpk. Suradi (Sekdes Klopo Duwur) dan kami tuwo Klopo Duwur Kartono dan Bapak Suyoko,
keturunan panganut Saminisme yangs aat ini berprofesi sebagai guru SLTP. Sedangkan data untuk Ploso
Wetan diperoleh dari hasil wawancara dengan Mbah Hadi (sesepuh masyarakat penganut Saminsme di Ploso
Wetan) dan wawancara dengan kami tuwo Ploso Wetan, Bapak Supatno
16
Saat ini desanya bernama Kediren, lokasi rumah Samin Surosentiko dilahirkan ini berada di Dusun Ploso
Wetan Desa Kediren yang merupakan lokasi dalam penelitian ini.
17
Sumoroto adalah daerah kecil di daerah Kabupaten Tulungagung
18
Sumber : SSH halaman 14 dan wawancara dengan Mbah Randim dan Mbah Nyamu
19
Sumber SSH : 14
20
Sumbe SSH 14 dan SW halaman 9
21
SSH : 15 dan SW : 20
22
SSH : 15
23
SSH : 15
24
SSH : 16 dan SS: 21 dan wawancara dedngan Mbah Randim
25
SSH : 16
26
SSH : 16
27
SSH : 16. Pratikel Pasif adalah bentuk perlawanan ranpa kekerasan terutama dengan bentuk tidak
menghargai pamong pemerintahan Belanda di semua tingkatan, kemudian mencoba mengelabui Belanda
dengan menggunakan bahasa sangkak
28
SSH : 16
29
Merupakan petikan wawancara yang terdapat dalam tulisan Soewarso yang ditulis tahun 1977, namun
tidak ada data pasti mengenai tahun wawancara. Menurut data yang terkumpul lewat survey lapangan. Suro
Kuncung terakhir bermukim di Tanduran, Desa Mantren Kecamatan Kedung Tuban. Tahun kematian Suro
Kuncung menurut Suradi sekitar tahun 1980an
30
Penterjemahan ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan penuh dari bapak Lukito yang merupakan warga
Asli Pati yang pernah banyak bergaul dengan masyarakat Samin dan merupakan bapak kos peneliti di
Randublatung.
31
Di Ploso rumah mbahku (maksudnya Samin Surosentiko) di geledah oleh pasukan Belanda, semua di
bongkar, tapi masyarakat tidak takut, kita semua tetap saudara, tidak masalah walau pemerintah Belanda
tidak suka.
32
Arti lengkapnya dari Suripan Sudi Sutomo dalam buku Tradisi Dari Blora (1996:22)
33
“…Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah keindahan jagat raya.
Dalam hubungan ini manusia harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah.
Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan keceelakaan, sedih, dan gembira, sehat, sakit,
semuanya harus diterima tanpa keluhan. Sebab manusia adalah terikat pada perjanjiannya. Yang terpenting
adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi huukum Tuhan, yaitu memahami pada asal usulnya
masing-masing…”
34
Merupakan hasil wawancara Mbah Wirjorejo dengan Bapak Soewarno dan tercantum dalam tulisan
tangan beliau pada halaman 16
35
Dikutip dari tulisan Soerjanto Sastroatmodjo dalam buku Masyarakat Samin: siapakah mereka, 2003.
Narasi Yogyakarta, hlm. 36-37
36
Hal ini dikemukakan oleh Harry Benda dan Lance Castle: 1969 yang dikutip oleh Hamid Abdullah dalam
tulisannya berjudul Peranan Elit Pedeesaan Dalam Gerakan Sosial yang diterbitkan dalam kumpulan tulisan
Seminar Sejarah Nasional IV Sub Tema : Dinamika Perkembangan Politik Bangsa Indonesia diterbitkan
oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud RI tahun 1991.
37
Baca tulisan Hamid Abdullah (1991:589)
38
Salinan pidato Samin Surosentiko ini juga ditulis dalam sebuah layang kepek (secarik kertas pegangan)
seperti jimat dengan bahasa Jawa kuno.
39
Diterjamhkan oleh Soerjanto Sastroatmodjo (2003: 53-54)
40
Arsip dan dokumentasi ceramah Samin Surosentiko dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda semasa
Gubernuur Van des Plas, yang sampai saat ini bisa ditemui di arsip Gubernuran Jawa Timur .
41
Dalam tulisan tangan Soewarno halam 35
42
Dapat ditelusuri dari buku-buku yang diterbitkan oleh instansi atau lembaga yang ada di bawah
Pemerintah Kabupaten atau yang memiliki kepentingan mendorongkan pembangunan nasional.
43
Dapat ditelusuri melalui tulisan Amrih Widodo yang menulis artikel berjudul “Untuk Hidup Tradisi harus
Mati” dalam majalah Basis nomor 09-10 tahun ke 49 tahun 2000
44
Ditelususri dari pemberitaan Berita Nasional yang dikutip oleh Amrih Widodo dalam tulisannya di
majalah basis nomor 09-10 tahun 2000 halaman 20
45
Dua diantara tiga bukunya berjudul : De Communistce Beweging in Nederlandsch-Indie satu lagi berjudul
De Nationalistiche Beweging in Nededrlandsch-Indie
46
Baca Amrih Widodo
47
Baca Tulisan tangan Soewarso hlm.32