Anda di halaman 1dari 10

Karya Ilmiah Nasional

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPRESI PADA


PENDERITA OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT SARDJITO
YOGYAKARTA

Ganda Hidayat*, Deddy NW Achadiono*, Nyoman Kertia*, Ayu Paramaiswari*


Agus Siswanto**

*Sub-Bagian Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam


** Sub-Bagian Psikosomatik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta

Temu Ilmiah Reumatologi


Hotel Borobudur, 1 – 3 Mei 2009
Jakarta
Depression Influencing Factors of Osteoarthritis (OA) Patients
in Sardjito Hospital Yogyakarta

Ganda Hidayat*, Deddy Nur Wachid* Nyoman Kertia*, Ayu Paramaeswari*, Agus Siswanto**
*Rheumatology Division, Internal Medicine Department, **Neurology Department
Faculty of Medicine Gadjah Mada University/Sardjito Hospital
Yogyakarta

Abstract

BACKGROUND: OA Osteoarthritis (OA) is one of the diseases that affect musculoscletal


system and can cause depression to people whom suffers from that diseases. Some factors can
influence and correlate with that diseases. The purpose of this study was to identify factors that
can influence depression on OA patients.

MATERIAL AND METHODS: This study was a Cross-sectional study, which included 40
patients suffered from OA which defined by the presence of typical symptoms, physical
examination, laboratory, and imaging features (according to the 1988 criteria of ACR) who came
in Polyclinic of Rheumatologic of Sardjito Hospital (January 2009-March 2009). Correlation of
depression levels assessed by the Hamilton and Beck Depression Scale. Somers’d correlation
test was used to analyse factors that influenced depression scale (sex, age, weight, pain level,
duration of diseases, occupation, education level, number of children).

RESULTS: according to Hamilton depression scale we found moderate correlation with


occupation (r=0.507), weak correlation between depression with sex(r=0.200), age (r=0.259),
illness duration (r=0.208); and very weak correlation with body mass index (r=0.080), NPS score
(r=0.125), number of child (r=0.053) and level of education (r=0.163). According to Beck scale
we found weak correlation with age (r=0.340) and occupation (r=0.205); very weak correlation
with NPS score (r=0.015), illness duration (r=0.015), body mass index (r=0.118), sex (r=0.008)),
number of child (0.153) and level of education (0.138).

CONCLUSIONS: From this study we can conclude that many patient with OA experience
depression. There are many factors influenced.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPRESI PADA PENDERITA
OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT SARDJITO YOGYAKARTA

Ganda Hidayat*, Deddy Nur Wachid* Nyoman Kertia*, Ayu Paramaiswari*, Agus Siswanto**
*Rheumatology Division, **Psychosomatic Division, Internal Medicine Department
Faculty of Medicine Gadjah Mada University/Sardjito Hospital
Yogyakarta

Pendahuluan
Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi
pada populasi lanjut usia yang berakibat langsung terhadap kualitas hidup pasien tersebut. 1
Gejala utama yang paling sering adalah nyeri kronis dan keterbatasan gerak, dan adapun arthritis
merupakan sumber penyebab nyeri kronis terbanyak pada pasien lanjut usia. 2 Depresi juga
memiliki prevalensi yang tinggi pada pasien lanjut usia dikarenakan terlibatnya banyak penyakit
kronis yang menyertai.3 Depresi dapat timbul pada OA diakibatkan salah satunya karena nyeri
dan keterbatasan gerak yang timbul. Berkenaan dengan nyeri beberapa laporan melaporkan
bahwa individu yang depresi dapat mengeluhkan nyeri sebagai keluhan utama, dan pada sisi
yang lain hampir sebagian besar pasien yang menderita nyeri kronis akan merasakan depresi.4
Depresi pada pasien OA dapat diasumsikan berkontribusi secara substansial dan begitu
juga sebaliknya. Depresi mengarah ke penurunan aktivitas fisik dan fungsional yang terkait
dengan peningkatan prevalensi depresi itu sendiri. Hal ini dapat diperberat oleh berbagai faktor
yang lain, selain aspek polifarmasi dan kondisi medik umum, faktor psikososial dan
sosiodemografik disebutkan sering berkorelasi pada depresi yang sudah ada oleh akibat penyakit
dasarnya.5 Sehingga pengendalian faktor faktor tersebut menjadi sangat penting, walaupun
banyak penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh depresi pada OA dengan faktor
sosiodemografi, durasi sakit, komorbiditas, tingkat keterbatasan fisik serta dukungan sosial, tetap
saja belum dapat ditentukan mana yang paling berpengaruh dari beberapa faktor tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor faktor yang berkorelasi terhadap
gejal depresi pada pasien OA di Poliklinik Rematologi dan Poliklinik Geriatri RSUP. Dr. Sardjito
Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian potong lintang (cross-sectional study). Penelitian
ini mengikutkan 40 pasien rawat jalan dengan diagnosis OA (21 pasien OA tanpa komorbiditas
dan 19 pasien OA dengan komorbiditas yang memeriksakan diri di Poliklinik Rematologi dan
Poliklinik Geriatri RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta selama Maret 2009. Penderita OA yang ikut
dalam penelitian ini diberi penjelasan tentang penelitian ini, dan diminta persetujuannya.
Penderita dengan OA dinilai terhadap usia, jenis kelamin, lama sakit, indeks massa tubuh (IMT),
skor NPS (numeric pain scale), dan adanya komorbiditas. Terhadap komorbiditas, kondisi
komorbiditas berikut dinilai: hipertensi (TDS ≥ 140 mmHg dan/atau TDD ≥ 90 mmHg),
diabetes mellitus, penyakit jantung kronik, penyakit jantung koroner, dislipidemia, dispepsia atau
ulkus gaster, asma/penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), gagal ginjal, kanker (riwayat), dan
stroke (riwayat). Pada seluruh penderita dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis klinis OA berdasarkan gejala-gejala, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan
gambaran radiologi (berdasarkan kriteria American College of Rheumatology 1981). Kriteria OA
lutut antara lain nyeri lutut, bukti radiologik adanya osteofit, dan minimal 1 dari 3 kriteria
berikut: usia > 50 tahun, kaku sendi < 30 menit, atau adanya krepitasi; memiliki sensitifitas 91%
dan spesifisitas 86%. Kriteria OA sendi tangan antara lain nyeri tangan atau kaku, dan 3 dari 4
kriteria berikut: pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu (DIP II
dan III kiri dan kanan, CMC I kiri dan kanan), pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi
DIP, pembengkakan pada < 3 sendi MCP, dan deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan
tertentu; memiliki sensitifitas 94% dan spesifisitas 87%. Kriteria OA sendi pinggul antara lain
nyeri pinggul, dan minimal 2 dari 3 kriteria berikut: KED < 20 mm/jam, bukti radiologik adanya
osteofit pada femur atau asetabulum, dan atau bukti radiologik adanya penyempitan celah sendi
(superior, aksial, dan/atau medial); memiliki sensitifitas 89% dan spesifisitas 91%.6

Diagnosis depresi dinilai berdasarkan kriteria DSM-IV (Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders–Fourth Edition) dan ICD-10 (International Classification of
Diseases). Ada 9 kriteria sindroma depresi yaitu: 1. Perasaan depresi, 2. Hilangnya minat atau
rasa senang, hampir setiap hari, 3. Berat badan menurun atau bertambah yang bermakna, 4.
Insomnia atau hipersomnia, hampir setiap hari, 5. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir
setiap hari, 6. Kelelahan (rasa lelah atau hilangnya energi, hampir setiap hari, 7. Rasa bersalah
atau tidak berharga, hampir setiap hari, 8. Sulit berkonsentrasi, 9. Pikiran berulang tentang
kematian atau gagasan bunuh diri. Depresi mayor bila terdapat minimal 5 dari 9 kriteria
sindroma depresi DSM-IV dimana perasaan yang sedih dan kehilangan minat/kegembiraan
merupakan gejala yang paling sering terjadi, hampir setiap hari, yang terjadi minimal selama 2
minggu terakhir, sedangkan depresi minor bila terdapat 2-4 kriteria sindroma depresi DSM-IV
dimana perasaan yang sedih atau kehilangan minat/kegembiraan merupakan gejala yang paling
sering terjadi, hampir setiap hari, minimal selama 2 minggu terakhir. Menurut ICD-10 gejala-
gejala depresi terdiri dari dari : gejala utama, yakni ; perasaan depresif, hilangnya minat dan
semangat, mudah lelah dan tenaga hilang. Sedangkan untuk gejala lain adalah ; konsentrasi
menurun, harga diri menurun, perasaan bersalah, pesimis terhadap masa depan, gagasan
membahayakan diri, gangguan tidur, gangguan nafsu makan dan menurunnya libido.
Berdasarkan gejala diatas pasien yang didiagnosis depresi dapat digolongkan dalam depresi
ringan bila dijumpai 2 gejala utama dan 2 gejala lain dengan fungsi keseharian baik, depresi
sedang bila dijumpai 2 gejala utama dan 3-4 gejala lain dengan fungsi keseharian terganggu dan
depresi berat bila dijumpai 3 gejala utama dan ≥4 gejala lain dengan fungsi keseharian sangat
terganggu.7
Pada penelitian ini digunakan skala depresi dari Hamilton (Hamilton Depression Rating
Scale [HDRS]) yang merupakan sebuah kuosioner dengan 21 pertanyaan pilihan berganda yang
digunakan klinisi untuk menilai derajat depresi pada penderita yang telah didiagnosa depresi.
Kuosioner ini merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk menilai derajat depresi
pada penelitian-penelitian kedokteran. Pada skala depresi dari Hamilton, nilai 10-13, 14-17, dan
≥ 18 dikategorikan depresi ringan, sedang, dan berat, secara berturut-turut. Sedangkan untuk
Skala depresi dari Beck (Beck Depression Inventory [BDI]) merupakan sebuah kuosioner dengan
21 pertanyaan pilihan berganda yang diisi oleh pasien yang digunakan klinisi untuk menilai
derajat depresi pada penderita yang telah didiagnosa depresi. Kuosioner ini juga merupakan
salah satu yang banyak digunakan untuk menilai derajat depresi pada penelitian-penelitian
kedokteran. Pada skala depresi dari Beck, nilai 17-20 dinilai sebagai garis batas depresi klinis,
21-30 sebagai depresi sedang, 31-40 sebagai depresi parah dan ≥ 41 dinilai sebagai depresi
ekstrim.8

Analisis statistik
Uji Statistik Somers’d digunakan untuk menganalisis korelasi antar variabel status
depresi menurut Hamilton Depression Rating Scale dan Beck Depression Inventory dengan
variabel bebas (jenis kelamin, usia, IMT, durasi, skor NPS, status pekerjaan, jumlah anak, status
pendidikan).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan skala depresi Hamilton kami menemukan korelasi sedang antara depresi
dengan pekerjaan (r=0.507), Korelasi lemah antara depresi dengan jenis kelamin (r=0.200), umur
(r=0.259), durasi sakit (r=0.208); dan korelasi sangat lemah antara depresi dengan indeks massa
tubuh (r=0.080), NPS (r=0.125), jumlah anak (r=0.053) dan tingkat pendidikan (r=0.163).
Berdasarkan skala depresi Beck kami menemukan korelasi lemah antara depresi umur (r=0.340)
dan pekerjaan (r=0.205); korelasi yang sangat lemah antara depresi dengan NPS (r=0.015),
durasi sakit (r=0.015), indeks massa tubuh (r=0.118), jenis kelamin (r=0.008)), jumlah anak
(r=0.153). dan pendidikan (r=0.138) (Tabel 1 dan 2)

Tabel 1. Karakteristik subyek yang berhubungan dengan skala depresi Hamilton


Depresi Tidak Depresi R
(n=15) (n=25)
Jenis kelamin : L 9 10
0,200
P 16 15
Usia : < 50 tahun 2 2
antara 50 – 60 tahun 9 10 0,259
> 60 tahun 4 13
IMT : Underweight 1 1
Normal 4 7
0,080
Overweight 6 14
Obesitas 4 3
Durasi : < 3 bulan 3 3
antara 3 – 12 bulan 6 7 0,208
> 12 bulan 6 15
Skor NPS : ringan 1 2
Sedang 12 16 0,125
Berat 2 7
Pekerjaaan : Pegawai 8 4
Pensiun 6 11
0,507
IRT 1 9
Lain-lain 0 1
Jumlah Anak : < 4 7 13
0,053
>4 8 12
Pendidikan : SD 1 6
SMP 2 3
0,163
SMA 8 10
PT 4 6
Tipe OA : OA tanpa 6 14
Komorbiditas
0,093
OA dengan 9 11
Komorbiditas

IMT: indeks massa tubuh; NPS: numeric pain scale; L: laki-laki; P: perempuan

Tabel 2. Karakteristik subyek yang berhubungan dengan skala depresi Beck


Depresi Tidak Depresi R
(n=17) (n=23)
Jenis kelamin : L 8 11
0,008
P 9 12
Usia : < 50 tahun 4 0
antara 50 – 60 tahun 8 11 0,340
> 60 tahun 5 12
IMT : Underweight 1 1
Normal 3 8
0,118
Overweight 10 10
Obesitas 3 4
Durasi : < 3 bulan 3 3
antara 3 – 12 bulan 5 8 0,015
> 12 bulan 9 12
Skor NPS : ringan 3 3 0,015
sedang 5 8
berat 9 12
Pekerjaaan : Pegawai 8 4
Pensiun 4 13
0,205
IRT 5 5
Lain - lain 0 1
Jumlah Anak : < 4 7 13
0,153
>4 10 10
Pendidikan : SD 2 5
SMP 2 3
0,138
SMA 12 6
PT 1 9
Tipe OA : OA tanpa 8 13
komorbiditas
0,095
OA dengan 9 10
komorbiditas

PEMBAHASAN
Pengaruh depresi pada pasien yang menderita OA telah banyak didokumentasikan dalam
berbagai aspek, pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pada pasien OA telah dinyatakan
9
sebagai prediktor negatif pada hasil pembedahan. Serta pada intervensi yang bertujuan untuk
mengatasi keterbatasan gerak.10 Pada pasien OA di populasi umum depresi dapat menyebabkan
meningkatnya penggunaan pelayanan kesehatan, akan tetapi sering para tenaga pelayanan
kesehatan melupakan atau tidak menyadari kontribusi depresi pada pasien OA terhadap persepsi
rasa nyeri, kemampuan fungsional dan kualitas hidup secara keseluruhan.11
Pengaruh depresi terhadap OA dan begitu juga sebaliknya bersifat multifaktorial dan
seharusnya diidentifikasi sehingga dapat dikendalikan dari berbagai lini bila memungkinkan
yang pada akhirnya akan memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup pasien OA.
Keterbatasan penelitian kami adalah jumlah sampel penelitian yang kecil, tidak
mengidentifikasi faktor-faktor risiko lain yang dapat berkorelasi terhadap depresi seperti aspek
sosiodemografik (jumlah penghasilan, dukungan sosial/keluarga, lingkungan pekerjaan} dan
aspek polifarmasi (obat obatan yang dikonsumsi) serta juga tidak mengukur disabilitas
(keterbatasan aktifitas fisik) dan kualitas hidup penderita OA.

KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan faktor yang berkorelasi terhadap depresi pada OA bersifat
multifaktorial. Pekerjaan berkorelasi sedang terhadap kejadian depresi pada pasien OA, umur
berkorelasi lemah sedangkan faktor indeks massa tubuh, numeric pain scale, jumlah anak,
tingkat pendidikan, jenis kelamin dan durasi sakit berkorelasi sangat lemah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Woolf, A.D., Pfleger, B. 2003. Burden of major musculoskeletal conditions [review]. Bull
World Health Organ. 81:646–56.
2. Ferrell, B.A., Ferrell B.R., Osterweil, D. 1990. Pain in the nursing home. J Am Geriatr
Soc. 38:409–14
3. Alexopoulos, G.S. 2005. Depression in the elderly [review]. Lancet. 365:1961–70
4. Arnow, B.A., Hunkeler, E.M., Blasey, C.M., Lee, J., Constantino, M.J., Fireman B., et al.
2006. Comorbid depression, chronic pain, and disability in primary care. Psychosom
Med. 68:262–8.
5. Bookwala, J., Harralson, T.L., Parmelee, P.A. 2003. Effects of pain on functioning and
well-being in older adults with osteoarthritis of the knee. Psychol Aging. 18:844–50.
6. Kalunian, K.C., Brion, P.H., Concoff, A.L., Wollaston, S.J. 2004. Clinical Manifestation
of Osteoarthritis. UpToDate. 14.1
7. Czeresna, H., Probosuseno., Nina,K.S. 2006. Depresi pada pasien usia lanjut dalam: A.W.
Sudoyo., B. Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid III, edisi IV, hal. 1379-1382. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
8. Bagby, R.M., Ryder, A.G., Schuller, D.R., Marshall, M.B. 2004. "The Hamilton
Depression Rating Scale: has the gold standard become a lead weight?". American
Journal of Psychiatry 161 (12): 2163–77
9. Stanos, S.P., et al. 2003. Predicting total knee replacement pain: a prospective,
observational study. Clin Orthop Relat Res. 416:27–36
10. Minor, M.A. 2004. Impact of exercise on osteoarthritis outcomes [review]. J Rheumatol
Suppl. 70:81–6
11. Lin, E.H., Katon, W., von, Korff, M., Tang, L., Williams, J.W, Jr., Kroenke, K., et al.
2003. Effect of improving depression care on pain and functional outcomes among older
adults with arthritis: a randomized controlled trial [letter]. JAMA 290:2428–9

Anda mungkin juga menyukai