Tatacara Penanganan Pelaporan atau Pengaduan atas Konten Ilegal – Draft 23 Juni 2010
PERATURAN
MENTERI
KOMUNIKASI
DAN
INFORMATIKA
NOMOR:
/PER/M/KOMINFO/2/2010
TENTANG
Menimbang
:
a.
bahwa
konten
memiliki
peranan,
pengaruh,
dan
dampak
yang
signifikan
dalam
penyelenggaraan
sistem
elektronik,
baik
terhadap
penyelenggara
sistem
elektronik
itu
sendiri
maupun
terhadap
masyarakat
pada
umumnya
dan
khususnya
anggota
masyarakat
yang
merasa
dirugikan
oleh
pembuatan,
pengumuman,
dan/atau
penyebarluasan
suatu
konten
yang
bersifat
melawan
hukum
(ilegal);
b.
bahwa
untuk
membina
industri
penyelenggaraan
sistem
elektronik
agar
senantiasa
mampu
menghadapi
berbagai
tantangan
dan
persoalan
yang
terjadi
baik
di
tingkat
dalam
negeri
maupun
internasional.
Pemerintah
perlu
memberikan
pedoman
kepada
penyelanggara
sistem
elektronik
mengenai
prosedur
penanganan
pelaporan
atau
pengaduan
konten
yang
ilegal;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
huruf
a
dan
b
perlu
membentuk
Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
tentang
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal;
Mengingat
:
1.
Undang-‐undang
Nomor
8
tahun
1992
tentang
Perfilman
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1992
Nomor
32.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3473)
2.
Undang-‐undang
Nomor
36
Tahun
1999
tentang
Telekomunikasi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1999
Nomor
154.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3881)
3.
Undang-‐undang
Nomor
40
Tahun
1999
tentang
Pers
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1999
Nomor
166.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3887)
4.
Undang-‐undang
Nomor
32
Tahun
2002
tentang
Penyiaran
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2002
Nomor
139.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4252)
5.
Undang-‐undang
Nomor
11
Tahun
2008
tentang
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2008
Nomor
58.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4843)
6.
Undang-‐undang
Nomor
44
Tahun
2008
tentang
Pornografi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2008
Nomor
181.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4928)
7.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
52
Tahun
2000
tentang
Penyelenggaraan
Telekomunikasi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2000
Nomor
107.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3980)
8.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
7
Tahun
2009
tentang
Jenis
dan
Tarif
atas
Jenis
Penerimaan
Bukan
Pajak
yang
Berlaku
pada
Departemen
Komunikasi
dan
Informatika
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2009
Nomor
20.
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4974)
9.
Keputusan
Menteri
Perhubungan
Nomor
KM.20
Tahun
2001
sebagaimana
telah
diubah,
terakhir
dengan
Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Nomor:
30/PER/M.KOMINFO/10/2008
tentang
Penyelenggaraan
Jaringan
Telekomunikasi
Halaman
1
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
10.
Keputusan
Menteri
Perhubungan
Nomor
KM.21
Tahun
2001
sebagaimana
telah
diubah,
terakhir
dengan
Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Nomor:
31/PER/M.KOMINFO/10/2008
tentang
Penyelenggaraan
Jasa
Telekomunikasi
MEMUTUSKAN:
BAB
I
KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
1. Konten
adalah
substansi
atau
muatan
Informasi
Elektronik
dan/atau
Dokumen
Elektronik
yang
mencakup
seluruh
suara,
tulisan,
gambar
baik
diam
maupun
bergerak
atau
bentuk
audio
visual
lainnya,
sajian-‐sajian
dalam
bentuk
program,
atau
gabungan
sebagiannya
dan/atau
keseluruhannya.
2. Internet adalah Sistem Elektronik global yang berbasiskan komputer dan protokol komunikasi TCP/IP.
3. Konten
Internet
adalah
Konten
yang
dimuat,
didistribusikan,
ditransmisikan,
dibuat
dapat
diakses
dan/atau
disimpan
melalui
internet.
4. Konten Ilegal adalah konten internet yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-‐undangan.
5. Sistem
Elektronik
adalah
serangkaian
perangkat
dan
prosedur
elektronik
yang
berfungsi
mempersiapkan,
mengumpulkan
mengolaj,
menganalisis,
menyimpan,
menampilkan,
mengumumkan,
mengirimkan,
dan/atau
menyebarkan
Informasi
Elektronik.
6. Penyelenggara
Sistem
Elektronik
adalah
setiap
Orang
atau
Badan
Usaha
yang
menyelenggarakan
Sistem
Elektronik.
7. Pengguna
Sistem
Elektronik,
yang
selanjutnya
disebut
sebagai
Pengguna,
adalah
orang
yang
memuat,
mengubah,
mengakses,
menyimpan,
mendistribusikan,
mentransmisikan,
dan/atau
membuat
dapat
diaksesnya
Konten.
8. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan.
9. Penyaringan
adalah
tindakan
untuk
menemukan
dan
menutup
akses
(blocking)
dimuat,
ditransmisikan,
diumumkan,
dan
disimpannya
suatu
Konten
Ilegal
dalam
Sistem
Elektronik
yang
diselenggarakan
oleh
Penyelenggara.
10. Laporan
adalah
pemberitahuan
yang
disampaikan
oleh
seseorang
karena
hak
dan
kewajiban
berdasarkan
peraturan
perundang-‐undangan
tentang
adanya
Konten
Ilegal.
11. Pengaduan
adalah
pemberitahuan
disertai
permintaan
oleh
pihak
yang
berkepentingan
tentang
adanya
konten
ilegal
yang
menyangkut
pihak
tersebut
secara
pribadi.
12. Menteri adalah Menteri yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang komunikasi dan informatika.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang Konten.
Pasal 2
1. Maksud
dari
pembentukan
Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
ini
adalah
untuk
melindungi
kepentingan
umum
dari
segala
jenis
gangguan
sebagai
jenis
gangguan
sebagai
akibat
penyalahgunaan
Informasi
Elektronik,
Dokumen
Elektronik
dan
Transaksi
Elektronik
yang
mengganggu
ketertiban
umum.
Halaman
2
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
2. Tujuan
dari
pembentukan
Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
ini
adalah
untuk
memberikan
pedoman
kepada
Penyelenggara
untuk
bertindak
secara
patut,
teliti,
dan
hati-‐hati
dalam
menyelenggarakan
kegiatan
usahanya
yang
terkait
dengan
Konten.
BAB
II
PERAN
PENYELENGGARA
Pasal 3
Terhadap
seluruh
Konten
dalam
layanannya
yang
dimuat,
ditransmisikan,
diumumkan,
dan/atau
disimpan
oleh
Pengguna,
Penyelenggara
wajib:
b. melakukan Penyaringan;
e. menindaklanjuti hasil analisis atas Laporan atau Pengaduan dari suatu Konten.
Pasal 4
1. Aturan
penggunaan
layanan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3
huruf
a
sekurang-‐kurangnya
memuat
ketentuan
mengenai:
a. larangan
bagi
pengguna
untuk
memuat
Konten
yang
menurut
Peraturan
Menteri
ini
merupakan
Konten
yang
dilarang.
b. keharusan
bagi
Pengguna
untuk
memberikan
informasi
yang
benar
dan
akurat
mengenai
identitas
dan
kontaknya
saat
mendaftar;
c. keharusan bagi Pengguna untuk tunduk pada hukum negara Republik Indonesia;
d. keharusan
bagi
Pengguna
untuk
menyetujui
bahwa
jika
Pengguna
melanggar
kewajibannya,
maka
Penyelenggara
dapat
menutup
akses
(blocking)
Akses
dan/atau
menghapus
Konten
Multimedia
yang
dimaksud;
e. keharusan bagi Pengguna untuk menyetujui ketentuan privasi yang paling sedikit mengenai:
1. kesediaan
Pengguna
untuk
mengizinkan
Penyelenggara
menyimpan
data
pribadi
dan
data
penggunaan
layanan;
dan/atau
2. Penyelenggara
dilarang
membuat
aturan
penggunaan
layanan
yang
menyatakan
bahwa
Penyelenggara
tidak
bertanggungjawab
atas
penyelenggaraan
jasanya
yang
digunakan
untuk
memuat,
mendistribusikan,
mentransmisikan,
membuat
dapat
diaksesnya,
dan/atau
menyimpan
Konten.
Pasal 5
1. Penyaringan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3
huruf
b
dilakukan
dengan
itikad
baik
dalam
mengoperasikan
Sistem
Elektronik
yang
memiliki
fungsi
utama
sebagai
sarana
Penyaringan
menurut
upaya
terbaik
Penyelenggara
sesuai
dengan
kapasitas
Teknologi
Informasi,
kapasitas
finansial,
dan
otoritas
yang
dimilikinya.
2. Penyelenggara
wajib
memastikan
bahwa
Sistem
Elektronik
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
andal
dan
aman
serta
bertanggung
jawab
sebagaimana
diatur
dalam
perundang-‐undangan.
Halaman
3
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
Pasal
6
1. Penyediaan
layanan
Pelaporan
atau
Pengaduan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3
huruf
c
dilakukan
dengan
menggunakan
sarana
yang
mudah
diaplikasikan
oleh
Pengguna
dalam
memberikan
atau
menerima
Laporan
atau
Pengaduan
mengenai
keberadaan
Konten
yang
dilarang.
2. Sarana Pelaporan atau Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. surat elektronik
b. sarana telekomunikasi;
3. Penyelenggara
wajib
memastikan
bahwa
sarana
Pelaporan
atau
Pengaduan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
andal
dan
aman
serta
bertanggung
jawab
sebagaimana
diatur
dalam
peraturan
perundang-‐undangan.
Pasal 7
1. Penyelenggara wajib memeriksa laporan atau pengaduan dengan melakukan analisis Konten.
3. Yang
wajib
diperiksa
oleh
penyelenggara
adalah
Laporan
atau
Pengaduan
yang
menyertakan
identitas
yang
benar
dan
dapat
dibuktikan
oleh
pelapor
atau
pengadu.
4. Pada
saat
proses
analisis
Laporan
atau
Pengaduan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
Penyelenggara
wajib
menandai
Konten
tersebut,
sehingga
Pengguna
mengetahui
bahwa
Konten
tersebut
sedang
dilaporkan/diadukan.
5. Penyelenggara
wajib
memberitahu
adanya
laporan
atau
aduan
terhadap
Konten
yang
dimuatnya
kepada
pemuat
konten
dan
memberi
kesempatan
atau
menyediakan
sistem
kepada
pemuat
konten
untuk
memberikan
penjelasan/sanggahan
(counter
notice)
terhadap
konten
yang
sedang
dilaporkan/diadukan
dengan
mencantumkan
jangka
waktu
paling
lama
5
(lima)
harikerja
setelah
dimulainya
pemeriksaan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2).
6. Hasil
analisis
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(7)
akan
mengklasifikasikan
Konten
dalam
3
(tiga)
kategori
sebagai
berikut:
Pasal 8
1. Terhadap
Konten
yang
dikategorikan
sebagai
Konten
ilegal
maka
Penyelenggara
wajib
menutup
akses
(blocking)
Konten
tersebut
dari
layanannya.
2. Terhadap
Konten
yang
dikategorikan
sebagai
konten
legal,
maka
Penyelenggara
wajib
mencabut
(remove)
penandaan
Konten
dari
layanannya
(sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
7
butir
4).
Halaman
4
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
3. Dalam
hal
Penyelenggara
menyimpulkan
suatu
Konten
dalam
kategori
Konten
yang
belum
jelas
maka
Penyelenggara
wajib
meneruskan
laporan
atau
aduan
beserta
hasil
analisis
berikut
alasannya
kepada
Tim
Pertimbangan.
Pasal 9
1. Penutupan
akses
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8
ayat
(1)
dilakukan
dalam
jangka
waktu
paling
lama
3x24
jam
(tiga
kali
dua
puluh
empat)
jam
setelah
kesimpulan.
2. Pencabutan
penandaan
Konten
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8
ayat
(2)
dilakukan
dalam
jangka
waktu
paling
lama
3x24
jam
(tiga
kali
dua
puluh
empat)
jam
setelah
kesimpulan.
3. Penerusan
laporan
atau
aduan
beserta
hasil
analisis
berikut
alasannya
kepada
Tim
Pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8
ayat
(3)
dilakukan
dalam
jangka
waktu
paling
lama
3x24
jam
(tiga
kali
dua
puluh
empat)
jam
setelah
kesimpulan.
Pasal 10
1. Penyelenggara
dalam
meminta
Pemuat
untuk
menghapus
dari
Sistem
Elektronik
Penyelenggara,
Konten
yang
telah
disimpulkan
oleh
Penyelenggara
sebagai
Konten
Ilegal.
2. Penyelenggara
dapat
menghapus
Konten
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
apabila
ada
putusan
pengadilan
yang
telah
berkekuatan
tetap.
3. Penindaklanjutan
hasil
analisis
atas
Laporan
atau
Pengaduan
dari
suatu
Konten
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3
dilakukan
dalam
jangka
waktu
paling
lama
3
x
24
(tiga
kali
dua
puluh
empat)
jam
sejak
Laporan
atau
pengaduan
diterima.
Pasal 11
Penyelenggara
wajib
memberikan
data
Laporan
atau
Pengaduan
serta
Konten
yang
dilaporkan
atau
diadukan
kepada
aparat
penegak
hukum
jika
diperlukan
dalam
proses
penegakan
hukum.
Pasal 12
Penyelenggara
wajib
memuat
ketentuan
Peraturan
Menteri
ini
sebagai
kesatuan
yang
tidak
terpisahkan
dari
layanannya
dan
memastikan
setiap
pengguna
mengakses,
membaca,
mengetahui
dan/atau
dapat
mengaksesnya.
Pasal 13
Apabila
Penyelenggara
telah
melakukan
kewajiban
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3
sampai
dengan
Pasal
12,
maka
Penyelenggara
telah
dianggap
beritikad
baik,
patut,
dan
hati-‐hati
serta
memenuhi
asas
tata
kelola
yang
baik
dalam
penyelenggaraan
sistem
elektronik
bertindak
secara
patut,
dan
telah
menyelenggarakan
Jasa
Sistem
Elektronik
secara
bertanggungjawab.
BAB
IV
PERAN
PEMERINTAH
DAN
MASYARAKAT
Pasal 14
1. Masyarakat
dapat
mengadukan
kepada
Direktur
Jenderal
terhadap
Penyelenggara
yang
tidak
melakukan
pemeriksaan
Laporan
atau
Pengaduan
Konten
ilegal
sesuai
ketentuan
dalam
Pasal
7.
2. Direktur
Jenderal
berwenang
meminta
penjelasan
kepada
Penyelenggara
yang
diadukan
oleh
masyarakat
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1).
3. Dalam
hal
Direktur
Jenderal
menemukan
pelanggaran
yang
dilakukan
oleh
Penyelenggara
maka
Direktur
Jenderal
berwenang
memberikan
peringatan
kepada
Penyelenggara
tersebut
untuk
melakukan
pemeriksaan,
mengklarifikasi
kepada
pembuat
konten,
melakukan
analisis
dan
menghasilkan
putusan
hasil
analisis
dalam
jangka
waktu
paling
lama
5
(lima)
hari
kerja.
Halaman
5
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
4. Dalam
hal
Penyelenggara
tidak
mengindahkan
peringatan
yang
disampaikan
oleh
Direktur
Jenderal
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(3)
maka
Penyelenggara
tersebut
dianggap
telah
bertindak
tidak
patut
dan
tidak
beritikad
baik.
Pasal 15
1. Tim
Pertimbangan
wajib
melakukan
pemeriksaan
terhadap
Konten
yang
diteruskan
oleh
Penyelenggara
sebagaimana
dimaksud
pada
Pasal
8
ayat
(3).
2. Tim Pertimbangan wajib mengeluarkan putusan hasil analisis paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.
Pasal 16
1. Tim
Pertimbangan
ditetapkan
dengan
keputusan
Menteri
dengan
jumlah
anggota
paling
banyak
15
(lima
belas)
orang
dan
masa
kerja
1
(satu)
tahun.
2. Tim Pertimbangan dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh masing-‐masing anggota Tim Pertimbangan.
3. Pengajuan
anggota
Tim
Pertimbangan
dilakukan
oleh
Direktur
Jenderal
dengan
mempertimbangkan
faktor
kompetensi,
integritas,
dan
independensi.
4. Komposisi
Tim
Pertimbangan
terdiri
atas
40%
(empat
puluh
persen)
dari
unsur
Pemerintah
dan
60%
(enam
puluh
persen)
dari
unsur
masyarakat
yang
berkualifikasi
sebagai
ahli
atau
profesional.
5. Tim
Pertimbangan
dibantu
oleh
sekretariat
yang
susunannya
ditetapkan
lebih
lanjut
dalam
Keputusan
Direktur
Jenderal.
6. Menteri
menetapkan
Tim
Pertimbangan
paling
lambat
1
(satu)
tahun
sejak
dikeluarkannya
Peraturan
Menteri
ini.
Pasal 17
1. Pemeriksaan
terhadap
satu
atau
serangkaian
Konten
yang
diteruskan
oleh
Penyelenggara
dilakukan
oleh
5
(lima)
orang
anggota
Tim
Pertimbangan,
yang
untuk
selanjutnya
disebut
Kelompok
Kerja
yang
keanggotaannya
terdiri
dari:
2. Susunan anggota dan ketua Kelompok Kerja ditetapkan oleh Ketua Tim Pertimbangan.
Pasal 18
Pemeriksaan
terhadap
Konten
yang
diteruskan
oleh
Penyelenggara
dilakukan
oleh
Kelompok
Kerja
dengan
tahapan
sebagai
berikut:
a. pendistribusian Konten yang akan diperiksa kepada seluruh anggota Kelompok Kerja;
b. masing-‐masing
anggota
Kelompok
Kerja
memberikan
pendapatnya
secara
tertulis
berdasarkan
hasil
analisis
dari
segi
kepakaran,
pengalaman,
dan
kebijaksanaannya;
Pasal 19
Rekomendasi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
18
huruf
e
diteruskan
kepada
Ketua
Tim
Pertimbangan
untuk
disampaikan
kepada
Penyelenggara.
Halaman
6
dari
7
RPM
Tatacara
Penanganan
Pelaporan
atau
Pengaduan
atas
Konten
Ilegal
–
Draft
23
Juni
2010
Pasal
20
Hasil rekomendasi Kelompok Kerja diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori sebagai berikut:
b. Konten legal.
Pasal 21
1. Dalam
hal
Penyelenggara
telah
menerima
rekomendasi
mengenai
Konten
yang
diteruskan
kepada
Tim
Pertimbangan
maka
berlaku
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8
ayat
(1)
dan
ayat
(2).
2. Apabila
Penyelenggara
telah
melakukan
kewajiban
berdasarkan
ketentuan
dalam
Peraturan
Menteri
ini,
maka
Penyelenggara
telah
dianggap
beritikad
baik,
patut
dan
hati-‐hati
serta
memenuhi
asas
tata
kelola
yang
baik
dalam
penyelenggaraan
sistem
elektronik
bertindak
secara
patut
dan
telah
menyelenggarakan
sistem
elektronik
secara
bertanggung
jawab.
BAB
IV
KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 22
Selama
Tim
Pertimbangan
belum
terbentuk,
maka
penerusan
Konten
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
8
ayat
(3)
dapat
ditujukan
kepada
Direktur
Jenderal.
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkan.
TIFATUL SEMBIRING
Halaman 7 dari 7