BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2
Apabila akselerasi program kerja jangka panjang Polri (Grand Strategi Polri
2005-2025) kurang berhasil, maka perwujudan keamanan dalam negeri yang
menjadi tugas dan tanggungjawab Polri akan semakin jauh dari harapan dan dapat
berimplikasi pada supremasi hukum. Olah karena itu, merupakan tugas yang sangat
berat sekaligus tantangan bagi Polri untuk menjawab keraguan publik tersebut di
atas.
2. Permasalahan
3. Persoalan
4. Ruang Lingkup
5. Sistematika Penulisan
Bab VII : Penutup, yaitu bagian penutup dari penulisan NKP yang berisi
ringkasan dari penulisan naskah yang dituangkan ke dalam Sub-Bab
kesimpulan, dan Rekomendasi sebagai usulan dan masukan dari
penulis bagi kemajuan penegakan hukum di Indonesia.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
6. Teori Hukum
Teori umum tentang hukum yang dikembangkan oleh Hans Kelsen meliputi
dua aspek penting, yaitu aspek statis (nomostatic) sebagai perbuatan yang diatur
oleh hukum dan aspek dinamis (nomodinamic) sebagai hukum yang mengatur
perbuatan tertentu. Menurut Freidmann, dasar esensi dari pemikiran Kelsen tersebut
adalah :
a. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi
kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan.
b. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku,
bukan mengenai hukum yang seharusnya.
c. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif bukan alam.
d. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak hubungannya dengan
daya kerja norma-norma hukum.
e. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi
dengan cara khusus.
7. Scenario Learning
4
5
BAB III
5
6
Penegakan hukum yang selama ini telah dilaksanakan Polri secara maksimal
telah memunculkan dua sisi yang berbeda. Pada satu sisi seluruh insan Polri pantas
berbangga hati bahwa Polri telah berhasil menunjukan prestasi kerja pada dunia
internasional, khususnya terkait dengan penanganan jaringan terorisme di
Indonesia, dimana kejahatan terorisme merupakan tindakan yang harus diperangi
oleh negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Namun di sisi lain Polri juga
harus mengakui dan menyadari akan adanya kekurangan dan kelemahan yang ada
pada saat ini, dimana hal ini tergambar dari adanya opini negatif dari sebagian
masyarakat (melalui informasi media massa), karena adanya beberapa pelanggaran
hukum yang justru melibatkan pimpinan dan anggota Polri sendiri, oleh karena itu
pembangunan kepercayaan yang diusung Polri selama 5 tahun dianggap kurang
memberikan hasil sempurna, dan dengan kondisi tersebut Polri sebagai aparat
penegak hukum dinilai belum mampu menunjukan sifat dan sikap profesionalnya.
Sementara itu aspek penegakan hukum yang selama ini diemban Polri baru
sebatas pelaksanaan tugas, namun belum mampu mengakomodir kepentingan
masyarakat di bidang penegakan hukum dengan dalih kepentingan politik penguasa
untuk menjaga eksistensi pemerintahannya. Proses penanganan kasus-kasus
menonjol yang menjadi pusat atensi masyarakat cenderung kurang ditangani secara
profesional dimana kasus-kasus mafia peradilan, mafia pajak, mafia peradilan dan
lain-lain terkesan tidak menemukan titik temu, seperti kasus Bank century,
penggelapan pajak, adanya makelar kasus di tubuh Polri dan sebagainya.
BAB IV
b. Kelemahan
1) Lemahnya kompetensi aparat penegak hukum (Polri) dalam
menangani kasus-kasus yang menjadi atensi publik.
2) Masih adanya aparat penegak hukum yang terlibat pelanggaran
hukum dan penyalahgunaan wewenang.
3) Masih adanya perilaku diskriminatif dalam menegakan hukum.
b. Kendala
1) Lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum
khususnya kepada Polri.
8
BAB V
Selain hal di atas, dalam sistem kekuasaan politik dijelaskan bahwa, syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam mendukung tegaknya negara hukum adalah:
b. Adanya pembagian kekuasaan yang seimbang atau check and balances yang
jelas dan tegas.
c. Adanya peran aktif masyarakat atau warga negara sebagai kontrol sosial untuk
turut serta mengawasi jalannya pemerintahan.
9
e. Adanya lembaga peradilan yang bebas dari intervensi manapun dan mandiri.
Sesuai dengan kebijakan Kapolri, bahwa seluruh anggota Polri dari mulai
tingkat pimpinan hingga bawahan yang mengawaki Polri harus mampu menangani
setiap kasus yang menjadi perhatian publik, karena hal ini akan menjadi core
business bagi superioritas organisasi Polri di masyarakat maupun terhadap
peningkatan dukungan pemerintah.
10
BAB VI
FC :
Supremasi Hukum di Indonesia
Peraturan Per-UU Th 2025
Budaya Hukum Masy
2) Komitmen Pemerintah/DPR
e. Matriks Skenario
Aparat
Gakkum
(+)
KUADRAN KUADRAN
III I
(-)
Aparat
Gakkum
b) Indikator Negatif
13
2) Komitmen pemerintah/DPR
a) Indikator Positif
(1) Adanya political will pemerintah untuk mewujudkan
supremasi hukum di Indonesia.
b) Indikator Negatif
g. Symbol (Frase)
Aparat
Gakkum
(+) KUADRAN
KUADRAN
III I
Mobil Terjebak Mobil Melaju
Kemacetan Lancer
Komitmen (-) (+) Komitmen
pemerintah/ pemerintah/
KUADRAN KUADRAN
DPR DPR
IV II
Mobil mengalami Mobil Mogok
Kecelakaan Lalu Lintas
(-)
14
Aparat
Gakkum
BAB VII
PENUTUP
17. Kesimpulan
18. Rekomendasi
Lembang, 21 M e i 2009
Penulis,
18
DAFTAR PUSTAKA
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Grand Strategi Polri Menuju
Tahun 2025, Bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Juni 2005
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang No. 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2002