Dengan demikian, kinerja produksi dan penjualan industri baja di dalam negeri merosot
drastis sepanjang 2009. Sehingga tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang (utilisasi) tercatat hanya
35%-40% dari kondisi normal yang berkisar 60%.Sementara itu, dari sisi konsumsi juga cenderung
stagnan dibandingkan dengan penyerapan pasar pada 2008 yang mencapai 10 juta ton. Penurunan
produksi pemanfaatan bahan baku berupa bijih besi dan produk baja setengah jadi (semi finished)
yang sebagian besar dipasok dari impor itu merosot tajam. Kemerosotan kinerja sepanjang 2009
tersebut disebabkan imbas resesi keuangan dunia yang menekan harga baja hingga lebih dari 50%.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Februari 2010 menunjukkan nilai
impor produk besi dan baja (kelompok pos tarif No. 72) sepanjang 2009 merosot 47,37% dari
US$8,282 miliar menjadi hanya US$4,357 miliar.Pada sisi lain, impor barang dari besi dan baja (HS
No. 73) pada 2009 juga merosot 16,55% dibandingkan dengan 2008 dari US$3,335 miliar menjadi
US$2,783 miliar. Sehingga berdsarkan data itu, Sehingga berdasarkan data Kementerian
Perindustrian (Kemenperin), sepanjang 2009 pertumbuhan industri logam dasar besi dan baja
merosot ke titik terendah sepanjang 5 tahun terakhir menjadi -7,19% dibandingkan dengan 2008
yang masih tumbuh sebesar 1,3%.
Kondisi harga baja dunia baru pulih mengalami peningkatan yang cukup signifikan di
penghujung tahun 2009, dimana pada Desember 2009 harga HRC dunia menyentuh US$ 585 per
ton dan Februari 2010 meningkat menjadi US$ 620 per ton. Diperkirakan pada tahun ini harga
HRC dunia bisa menembus titik tertinggi US$800 per ton, di didorong oleh kenaikan harga bijih
besi (iron ore) dan pemulihan ekonomi global sejak November 2009.
China sebagai produsen baja terbesar di dunia memiliki pasokan baja yang sangat
melimpah dalam menghadapi kenaikan permintaan tahun ini.Di tengah resesi global, China justru
memacu produksi baja secara besar-besaran hingga melonjak 13,5% menjadi 567,8 juta ton. Karena
itu, kalangan pengusaha mengkhawatirkan dampak implementasi liberalisasi pasar ASEAN-
China Free Trade Agreement (ACFTA) yang dapat memacu impor baja secara besar-besaran dari
China. Bahkan, Kementrian Perindustrian sempat memprediksikan implementasi ACFTA dapat
menyebabkan impor baja asal China pada 2010 meroket 170,76% dibandingkan dengan realisasi
impornya pada 2009 dari 554.000 ton menjadi 1,5 juta ton.
Implementasi ACFTA akan menyebabkan nilai komponen bea masuk produk baja China
dihapuskan, padahal China masih memberikan fasilitas export VAT rebate (subsidi pajak) 9%-13%
di sektor baja. Keadaan itu menyebabkan harga baja China semakin kompetitif dibandingkan
dengan produk baja lokal. Akibatnya harga baja dunia bisa mereka kendalikan, sedangkan
produsen di dalam negeri sulit menyaingi China karena dihadapkan pada kenaikan biaya
produksi, bahan baku, transportasi, begitu juga belanja pemerintah yang menyerap produk baja
lokal masih rendah.
Dalam menghadapi pasar bebas ACFTA ini, pemerintah berencana memundurkan jadwal
pelaksanaannya, khusus untuk produk baja yang semula tahun ini menjadi pada 2018. Begitu juga
upaya Kemenperin untuk memperketat produk impor baja asal China dengan menerapkan SNI
wajib untuk sejumlah produk yang belum ber-SNI, seperti CRC (cold rolled coil). Kemudian
Permendag No.21/ M-DAG/PER/6/2009, tentang importasi produk baja dan besi wajib
diverifikasi lebih dahulu di pelabuhan asal muat, terhitung mulai 25 Juli 2009.
Di sisi lain, untuk meningkatkan daya saing, PT Krakatau Steel di antaranya akan
mempercepat pembangunan pabrik baja hulu PT Meratus Jaya tahun ini di Kalimantan Selatan
senilai US$ 250 juta. Meratus merupakan usaha patungan (joint venture) PT Krakatau Steel dan PT
Aneka Tambang Tbk. Berikutnya, bekerjasama dengan BUMN Korea Selatan, Pohang Iron and
Steel Company (Posco), Agustus 2010 ini PT KS akan memulai pembangunan tahap I pabrik plate
mill dengan kapasitas produksi 3 juta ton di Cilegon Banten. Rencana ini merupakan bagian dari
rencana pembangunan pabrik baja terpadu berbasis baja canai panas (hot rolled coils/HRC), slab
(bahan baku pelat dan HRC) dan pelat baja berkapasitas total 6 juta ton senilai investasi US$6
miliar. Bahkan untuk menargetkan perolehan dana Rp 1 – 2 trilun, PT KS akan segera melakukan
penawaran umum (initial public offering/IPO) pada Oktober 2010 di Bursa Efek Jakarta.
Karena itu, sangat menariknya kondisi dinamika industri baja belakangan ini, PT Media
Data Riset sebagai salah satu perusahaan jasa penyedia data dan informasi, telah menyusun
kajian “Kondisi Industri Baja di Indonesia dalam Menghadapi Pasar Bebas AC-FTA”. Dalam
studi ini, dibahas kondisi terkini industri baja hulu (bahan-baku dan baja dasar), baja kasar (slab
dan bilet), baja antara HRC/CRC serta berbagai produk hilirnya. Kajian ini meliputi kapasitas
produksi, perkembangan produksi, proyek baru & perluasan, konsumsi, proyeksi konsumsi,
perkembangan harga dan prospeknya.
Dengan kelengkapan studi ini, menjadikan laporan yang tersaji sangat bermanfaat bagi
para pelaku di sektor industri baja, calon investor, lembaga pembiayaan, maupun industri terkait
lainnya. Buku studi ini kami susun dalam dua jilid, yaitu jilid pertama mengenai industri baja
hulu dan setengah jadi, selanjutnya jilid kedua tetang industri baja hilir. Buku studi ini kami
tawarkan seharga Rp 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah) per copy (dua jilid) untuk versi
bahasa Indonesia, atau US$ 900 (Sembilan ratus US Dollar) per copy (dua jilid) dalam versi bahasa
Inggris. Peminat dapat langsung menghubungi PT Media Data Riset, Jakarta, melalui telepon
(021) 809 6071, 809 3140 atau melalui faksimile (021) 809 6071 atau e-mail info@mediadata.co.id,.
Formulir Pemesanan terlampir. Pemesanan untuk luar negeri atau luar Jakarta akan ditambah
biaya pengiriman.
Demikian penawaran ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih.
Studi Tentang:
KONDISI INDUSTRI BAJA INDONESIA
HADAPI PASAR BEBAS AC-FTA, 2010
Juni, 2010
Silahkan Pilih ( √ ) untuk pesanan :
Alamat
Telepon Fax :
Tanda Tangan
Tanggal
Harga :
Edisi Bhs. Indonesia - Rp 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah)
Edisi Bhs.Inggris - US$ 900 (Sembilan ratus US Dollar)
Catatan: Harga belum termasuk pajak (10% PPn)
Di luar Jakarta dan luar negeri; ditambah biaya pengiriman (Jasa Kurir)
Pembayaran, Silahkan beri tanda ( √ )
Cash
Cheque