BU NOVIE NOORDIANA
PERSEDIAAN (INVENTORIES)
Istilah persediaan (inventories) digunakan untuk mengartikan (1) barang dagang yang
disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan, dan (2) bahan yang terdapat
dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.
Barang dagang, yang secara terus-menerus dibeli dan dijual, merupakan salah satu
unsur yang paling aktif dalam operasi usaha untuk perusahaan dagang besar (grosir)
atau perusahaan eceran. Penjualan barang dagang merupakan sumber pendapatan
utama bagi perusahaan seperti itu. Pada saat menetapkan laba bersih, harga pokok
barang yang dijual merupakan pengurangan terbesar dari penjualan tersebut.
Pentingnya persediaan
1
Penentuan Persediaan memegang peranan penting dalam menandingkan
menandingkan harga pokok yang digunakan dengan pendapatan untuk periode
bersangkutan. Kesalahan dalam penentuan jumlah persediaan pada akhir periode akan
mengakibatkan kesalahan penetapan yang sama pada laba kotor dan laba bersih.
Jumlah yang dilaporkan baik untuk aktiva maupun modal pemilik dalam neraca juga
akan salah dengan jumlah yang sama. Selain itu, karena persediaan pada akhir suatu
periode menjadi persediaan awal untuk periode berikutnya, kesalahn persediaan pada
akhir periode itu akan mengakibatkan laba bersih periode berikut akan salah
ditetapkan. Oleh karenanya, pengaruh atas laba bersih akibat persediaan yang salah
ditetapkan tidak terbatas pada periode kesalahan itu dan pada periode berikutnya.
Pada akhir periode berikut itu, dengan asumsi tidak ada kesalahan tambahan, aktiva
dan modal pemilik keduanya akan dinyatakan dengan benar.
System Persediaan
ada dua system utama persediaan yaitu periodic dan perpetual. Dalam system
periodic, hanya pendapatan dari penjualan yang dicatat pada saat penjualan
dilakukan. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai akhir periode ituuntuk mencatat
harga pokok penjualan. Dalam system persediaan perpetual, penjualan dan harga
pokok penjualan dicatat pada setiap kali penjualan dilakukan. Dengan cara ini catatan
akuntansi terus menerus mengungkapkan jumlah persediaan yang masih ada. Dalam
system persediaan perpetual diselanggarakan buku tambahan dengan perkiraan
terpisah untuk setiap jenis persediaan.
Semua barang dagang yang dimiliki perusahaan pada tanggal persediaan, dan hanya
barang dagang semacam itu, harus dimasukkan dalam persediaan. Langkah pertama
2
dalam “stock opname” adalah penghitungan persediaan yang masih ada. Pada jumlah
tersebut ditambahkan barang dagang yang masih dalam perjalanan yang dimiliki.
Oleh karena itu, biasanya perlu diperiksa faktur pembelian dan penjualan pada
beberapa hari terakhir periode akuntansi dan beberapa hari pertama periode
berikutnya guna menetukan siapa yang yang memiliki hak hokum atas barang yang
masih dalam perjalanan pada tanggal persediaan.
Harga pokok persediaan barang dagang terdiri dari harga pembelian dan semua
pengeluaran yang terjadi dalam memperoleh barag dagang itu, termasuk transportasi,
bea cukai, dan asuransi terhadap kerugian dalam perjalanan.
Dalam menetukan harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan pada akhir
periode, adalah lazim untuk menggunakan asumsi seperti arus harga pokok barang
dagang yang melewati perusahaan. Tiga asumsi yang paling umum dalam penentuan
harga pokok penjualan adalah sebagai berikut: masuk pertama, keluar pertama
(FIFO), masuk akhir, keluar pertama (LIFO) dan harga pokok rata-rata. Metode FIFO
untuk penetapan harga pokok persediaan didasarkan pada asumsi bahwa harga pokok
harus dibebankan pada pendapatan sesuai dengan urutan terjadinya hal itu. Metode
LIFO didasarkan pada asumsi bahwa harga pokok yang paling akhir terjadi harus
dibebankan terhadap pendapatan. Metode harga pokok rata-rata, yang sering kali
disebut metode rata-rata terimbang, didasarkan pada asumsi bahwa harga pokok
harus dibebankan terhadap pendapatan menurut harga per unit rata-rata tertimbang
dari barang yang terjual.
3
Jika harga pokok unit-unit dan harga penjualan tetap stabil, ketiga metode penetapan
harga pokok persediaan akan memberikan hasil yang sama. Akan tetapi dalam
periode harga yang meningkat, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan jumlah
laba kotor yang lebih tinggi daripada kedua metode lainnya. Dalam periode harga-
harga yang menurun, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan jumlah laba
kotor yang lebih tinggi dbandingkan kedua metode lainnya. Metode penetapan harga
pokok persediaan rata-rata sering kali dipandang sebagai kompromi antara metode
FIFO dan LIFO.
jika harga pasar suatu jenis persediaan lebih rendah dari harga pokoknya, metode
yang terendah diantara harga pokok atau harga pasar digunakan untuk menilai
persediaan. Harga pasar, seperti yang digunakan dala frasa yang terendah antara
harga pokok atau harga pasar, ditafsirkan sebagai harga untuk mengganti persediaan
tersebut pada tanggal persediaan. Adalah mungkin untuk mengganti persediaan
tersebut pada tanggal persediaan. Adalah mungkin untuk menerapkan dasar yang
terendah antara harga pokok atau harga pasar pada setiap jenis persediaan, pada
golongan atau kategori utama, atau pada persediaan secara keseluruhan.
Barang dagang yang dapat dijual hanya pada harga di bawah harga pokok harus
dinilai pada nilai bersih yang dapat dieralisasikan, yakni estimasi harga jual dikurangi
semua biaya disposisi langsung.
Persediaan barang dagang biasanya disajikan dalam bagian aktiva lancer di neraca
langsung setelah piutang usaha, metode penetuan harga pokok persediaan (FIFO,
LIFO, rata-rata) dan metode penilaian persediaan (harga pokok, atau mana yang
terendah antara harga pokok atau harga pasar) keduanya harus ditunjukkan.
5
Mengestimasi Harga Pokok Persediaan
Apabila tidak praktis atau tidak mungkin mengadakan perhitungan fisik persediaan
atau menyelenggarakan catatan persediaan perpetual, dua metode yang umum
digunakan untuk mengestimasai persediaan dapat digunakan: (1) metode eceran, dan
(2) metode laba kotor. Estimasi persediaan dengan metode eceran didasarkan pada
hubungan antara harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan harga eceran
barang yang sama. Persediaan pada harga eceran ditentukan dengan mengurangkan
penjualan periode itu dari harga eceran barang tersedia untuk dijual selama periode
itu. Persediaan pada harga eceran kemudian dikonversikan ke harga pokok
berdasarkan rasio harga pokok terhadap harga penjualan (eceran) bagi harga tersedia
untuk dijual.