Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, penulis telah menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
penulis susun berjudul “Asuransi Syariah (Takaful)”, makalah ini berisi pemaparan teori dan
contoh aplikasi asuransi syariah sebagai lembaga keuangan syariah. Makalah ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah membantu secara moral dan materi.
2. Bapak Benny Barnas, M.BA selaku dosen mata kuliah lembaga Keuangan Syariah.
3. Teman-teman 2 KS A yang turut memberikan semangat sehingga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini secara
langsung maupun tidak langsung, mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulis makalah ini, masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat
berguna bagi penulisan makalah selanjutnya, semoga makalah ini dapat berguna, khusunya bagi
penulis dan umumnya dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca.
Bandung, Januari 2010

Penulis

Daftar I

1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………………2

BAB I..........................................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................3
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................................................3
1.3 RUANG LINGKUP................................................................................................................................3
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
2.1 GAMBARAN UMUM...........................................................................................................................5
2.2 DASAR HUKUM..................................................................................................................................6
2.3 AKAD-AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH...........................................................................................7
2.4 SYARAT DAN KETENTUAN..................................................................................................................8
2.5 BATALNYA AKAD................................................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................9
3.1 STRUKTUR ORGANISASI ASURANSI SYARIAH.....................................................................................9
3.2 PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH...............................................................................................10
3.3 PRODUK ASURANSI SYARIAH...........................................................................................................14
3.4 PENGELOLAAN PREMI......................................................................................................................17
3.5 MEKANISME ASURANSI SYARIAH.....................................................................................................18
3.5 APLIKASI DI LEMBAGA TAKAFUL......................................................................................................19
BAB IV......................................................................................................................................................21
4.1 PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL.....................21
4.2 PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIONAL.................................................23
4.3 HAMBATAN DAN TANTANGAN PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH...........................................25
4.4 SOLUSI PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH.................................................................................26
BAB V.......................................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................29

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan syariah mulai banyak peminatnya. Lembaga itu antara lain,
bank syariah, reksa dana, BMT, Pegadaian Syariah dan yang sekarang sedang
berkembang selain lembaga yang disebutkan di atas adalah asuransi syariah yang
dikenal dengan takaful. Asuransi Syariah pertama adalah PT Syarikat Takaful
Indonesia sebagai perusahaan pada 24 Februari 1994 berawal dari prakarsa Tim
Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dimatangkan melalui
seminar nasional dan studi banding dengan Takaful Malaysia. Dimonitori oleh Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank
Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan, serta
para pengusaha muslim Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1994 berdirilah PT
Asuransi Takaful Keluarga, saat itu saham dimiliki oleh IDB, Takaful
Malaysia,Permodalan Nasional Madani dan Bank Muamalat. Maka, mulailah
perkembangan asuransi syariah (takaful) di Indonesia. Dalam kesempatan ini,
penulis akan membahas secara khusus tentang asuransi syariah.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
1. Memberikan informasi yang lengkap tentang asuransi syariah
2. Memahami mekanisme yang terjadi di asuransi syariah
3. Mengetahui perkembangan asuransi syariah saat ini
4. Memahami hambatan dalam perkembangan asuransi syariah
5. Memberikan saran strategi pengembangan asuransi syariah

1.3 RUANG LINGKUP


Sesuai dengan latar belakang, bahwa penulis akan membahas asuransi syariah
secara khusus sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang tengah
berkembang di Indonesia. Maka, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan,
diantaranya mekanisme asuransi syariah, struktur organisasi asuransi syariah, dan
perkembangan asuransi syariah di tingkat nasional dan internasional.

3
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan
makalah ini.
Bab 2 Asuransi syariah
Bab ini memaparkan, pengertian secara umum dan khusus, dasar hukum asuransi
syariah, akad-akad yang dilakukan di asuransi syariah, syarat dan ketentuannya
dan sebab-sebab batalnya akad.
Bab 3 Sistem Kelembagaan Asuransi syariah
Bab ini memaparkan tentang segala sesuatu kelembagaan asuransi syariah, dimulai
dari struktur organisasi, jenis dan mekanisme asuransi syariah, pembiayaan
asuransi syariah, pembinaan nasabah, aplikasi di lembaga asuransi syariah.
Bab 4 Perkembangan Asuransi syariah
Bab ini memberikan data-data tentang perkembangan asuransi syariah. Dalam bab
ini juga disebutkan hambatan dalam pengembangan asuransi syariah, disertai saran
untuk mengembangkan asuransi syariah agar dapat menyaingi asuransi
konvensional.

4
BAB II
ASURANSI SYARIAH

2.1 GAMBARAN UMUM


Asuransi adalah lembaga yang menawarkan proteksi terhadap harta benda dan
keselamatan seseorang. Dalam perkembangannya, asuransi memiliki system yang
bertentangan dengan ajaran islam, yaitu berdasarkan jual beli polis asuransi. Lagipula,
asuransi sendiri terkadang nampak membebani pesertanya dengan menetapkan, jika
peserta tidak dapat mlanjutkan pembayaran polis maka asuransi peserta akan hangus.
Untuk mengatasi masalah asuransi konvensional yang bertentangan dengan prinsip
syariah, maka berdirilah asuransi syariah (takaful) yang berdasarkan akad tabaru’
(sosial) dan afala yak fulu yaitu tolong menolong atar nasabah atau peserta asuransi.
Asuransi dalam bahasa Arab disebutkan At’Ta’min yang berasal dari kata amanah,
yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa
takut. Ada 2 pihak utama dalam asuransi syariah,yaitu pihak yang menjadi
penanggung asuransi disebut mu’amin dan pihak yang menjadi tertanggung disebut
mu’amman lahu atau musta’min. Konsep asuransi Islam berasaskan konsep Takaful
yang merupakan perpaduan rasa tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta.
Takaful berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata ”kafala yakfulu” yang artinya
tolong menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Takaful yang
berarti saling menanggung/memikul resiko antar umat manusia merupakan dasar
pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Saling pikul resiko inidilakukan atas
dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara, setiap orang mengeluarkan
dana kebajikan (tabarru) yang ditujukan untuk menanggung resiko tersebut 1.

Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian
pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syariah (ta’min, takaful’ atau tadhamun)
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk set dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang
sesuai dengan syariah.

5
Asuransi Syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang dikenal dengan
istilah ta’awun, yaitu prinsip hidup yang saling melindungi dan saling tolong menolong
atas dasar ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota asuransi syariah dalam
menghadapi hal tak tentu yang merugikan.

2.2 DASAR HUKUM


Berdirinya asuransi syariah telah didukung oleh dasar hukum. Sumber dasar
hukumnya adalah Al-Qur’an, Al Hadits, Fatwa DSN MUI, dan Undang-undang. Dasar
hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-hadis, adalah:

”Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.
al-Hasyr [59]: 18).

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain
secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara
kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2).

“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari).

Fatwa DSN MUI NO 21/DSN-MUI/X/2001 tentang ketentuan umum asuransi syariah.

Fatwa DSN MUI NO 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Tabaru’ di asuransi syariah.

Bab III Pasal 3 UU No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Pengasuransian

6
2.3 AKAD-AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH
Sebagai lembaga keuangan syariah, keberadaan takaful tidak lepas dari adanya
akad antara pihak-pihak yang berakad. Asuransi syariah adalah lembaga yang
berladaskan asas tijarah tetapi mengutamakan akad tabaru’nya. Akad tijarahnya dapat
berupa akad mudharabah, wakalah al-ujrah, dan ijarah. Sehingga baik pihak asuransi
maupun pihak nasabah menerima feed back. Komposisi dana asuransi sendiri adalah
Dana operasional sebesar 30%, alokasi dana tabaru’ 5%, dan tabungan mudharabah
sebesar 65%.

Semula akad tabaru’ dalam takaful adalah akad kafalah yaitu pertanggungan atau
pemberian jaminan atas pelunasan hutang, tetapi hal ini menyebabkan banyak ketidak
jelasan (gharar) karena terjadi ketidak jelasan mana pihak yang bertindak sebagai
penanggung atau yang tertanggung. Maka, Fatwa MUI No 21/DSN-MUI/X/2001
menjelaskan bahwa akad tabaru dalam takaful adalah akad hibah atau pemberian.
Sehingga status dananya jelas, masing-masing nasabah memberikan dana hibahnya
untuk menolong sesamanya. Sehingga skema akad dalam takaful adalah sebagai
berikut:

NASABAH NASABAH NASABAH NASABAH

TAKAFUL

Dalam gambar tersebut, garis yang menghubungkan antar nasabah adalah garis yang
menggambarkan terjadinya akad hibah, sedangkan garis yang menghubungkan
nasabah dan takaful adalah akad tijarahnya, dapat berupa akad wakalah bi ujrah,
mudharabah, dan ijarah. Dengan begini status dana tabaru’nya menjadi jelas dan tidak
terjadi gharar.

7
2.4 SYARAT DAN KETENTUAN
Asuransi syariah yang menjalankan usahanya diharuskan melakukan ketentuan
yang telah ditetapkan, ketentuan tersebut adalah,

1. Kejelasan akad dalam praktik muamalahnya.


2. Usahanya tidak mengandung gharar, maisir dan riba.
3. Pemisahan antara rekening tijarah dan tabaru’, hal ini dilakukan agar jelas dana
mana yang statusnya komersial dan dana mana yang statusnya tolong-
menolong.
4. Tidak diperkenankan dana hangus, jika nasabah tidak mampu membayar premi
lagi atau mengundurkan diri, maka dana nasabah dikembalikkan, tetapi hanya
dana yang statusnya tijarah, bukan dana tabaru’nya.

Sedangkan nasabah asuransi harus memenuhi syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh asuransi sendiri. Seperti usia, dan hal lainnya.

2.5 BATALNYA AKAD


Akad dalam asuransi syariah dapat berakhir disebabkan oleh beberapa hal.

1. Keanggotaan telah berakhir,


2. Nasabah mengundurkan diri dari asuransi syariah,
3. Nasabah mengajukan klaim yang telah disepakati.
4. Nasabah tidak mampu membayar premi asuransi.

Keempat hal tersebut dapat terjadi dalam asuransi syariah, jika hal tersebut terjadi
maka akad tijarahnya telah berakhir. Hanya tiajarahnya saja yang dapat
dikembalikkan, karena dana hibahnya dianggap derma atau dana sosial yang tidak
akan dikembalikkan lagi oleh pihak asuransi.

8
BAB III
KELEMBAGAAN ASURANSI SYARIAH

3.1 STRUKTUR ORGANISASI ASURANSI SYARIAH


Hal yang membedakkan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional, selain
tidak adanya riba di asuransi syariah, juga adanya DPS dalam asuransi syariah. Dalam
struktur organisasinya DPS berperan mengawasi kinerja asuransi syariah agar tidak
melakukan hal yang bertentangan dengan fatwa MUI. Selain ada DPS, ada dewan
komisaris dan dewan direksi.

Dewan Komisaris DPS

Direksi

Tugas DPS dalam asuransi syariah adalah sesuai dengan (Keputusan Dewan
Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001). Yaitu,

a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang


berada di bawah pengawasannya.
b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah
yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalamsatu tahun
anggaran.
d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan-pembahasan DSN
Dalam asuransi syariah DPS setara dengan Dewan Komisaris, perbedaannya,
dewan komisaris akan mengawasi kinerja asuransi syariah, sedangkan dewan
syariah akan mengawasi system dan mekanisme yang diharuskan tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah dan bertentangan dengan Fatwa MUI.

9
3.2 PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH
Kehidupan seorang Muslim tidak bisa dilepaskan dari prinsip prinsip yang
ditetapkan oleh Allah Swt.Termasuk didalamnya kegiatan bermuamalat,salah
satunya berasuransi.Mengingat Pentingnya Asuransi sebagai salah satu Elemen
Perekonomian terutama dalam Keluarga,dalam hal menghadapi suatu Musibah
yang tak terduga,serta masih minimnya pengetahuan banyak Umat Muslim di
Indonesia,maka saya akan menuliskan beberapa hal tentang prinsip berasuransi
dalam Islam.Tulisan ini diambil dari ustadz Rikza Maulan Lc., M.Ag,dengan
beberapa editing yang Insya Allah tidak mengurangi maksud yang sama.

1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah. Setiap muslim,
dalam menjalankan kegiatan kehidupannya selalu berpedoman kepada Allah
Swt sehingga setiap pijakan dan dasarnya adalah wujud dari penghambaan
kepada Sang Khalik. Allah SWT berfirman (QS. Ad-Dzariyat/51:56)
Dan (tidaklah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Dengan Berprinsip kepada Ketauhidan Allah Swt, seorang
muslim dalam menjalankan aktivitas ekonominya merupakan suatu bentuk
ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT.

2. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua adalah keadilan. Keadilan harus terpenuhi antara pihak-pihak
yang terkait dengan akad asuransi, khususnya dalam menempatkan hak dan
kewajiban antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah.
Nasabah harus menyadari kewajibannya untuk selalu membayar premi
(kontribusi) dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi syariah dan
memiliki hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi Musibah
yang mengakibatkan kerugian. Sementara Perusahaan asuransi syariah
berfungsi sebagai lembaga pengelola dana berkewajiban membayar klaim (dana
santunan) kepada nasabah. Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai

10
dengan akad yang telah disepakati sejak awal.
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/5:8)

3. Tolong Menolong
Prinsip ketiga dalam asuransi syariah adalah harus didasari dengan semangat
tolong menolong (ta'awun) antara sesama nasabah. Seorang peserta sejak awal
sudah harus “dikondisikan" mempunyai niat daan motivasi untuk saling
membantu dan meringankan beban peserta lainnya yang mendapatkan musibah.
Allah SWT berfirman :
Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan
janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (QS.
Al-Maidah : 2)

4. Kerjasama
Prinsip Keempat adalah kerjasama. Kerjasama dalam asuransi syariah dapat
berwujud dalam bentuk akad (kontrak) yang dijadikan acuan antara kedua belah
pihak yang terlibat, yaitu antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah.
Demikian juga antara nasabah dengan nasabah lainnya, atau antara ketiganya
secara bersamaan. Kerjasama yang baik antara nasabah dengan perusahaan
asuransi syariah, atau antara sesama nasabah akan menciptakan suasana yang
baik dalam menolong antar sesama peserta, tidak terkecuali kepada pihak lain
yang membutuhkan “bantuan", seperti kaum dhu'afa melalui micro insurance,
dsb.

11
5. Amanah

Prinsip Kelima dalam asuransi syariah adalah amanah. Baik perusahaan


asuransi syriah maupun nasabah dituntut untuk selalu amanah. Seperti
perusahaan harus benar-benar menjelaskan produknya secara detail dan
gamblang, sehingga tidak terjadi kekecewaan nasabah di kemudian hari.
Demikian juga sebaliknya nasabah juga perlu amanah dalam memberikan
informasi terkait tentang diri atau kerugian yang dialaminya.
Rasulullah SAW bersabda :
Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, kelak dikumpulkan bersama para nabi,
shiddiqin dan syuhada'. (HR. Turmudzi)

6. Kerelaan (Ridha)
Prinsip keenam asuransi syariah adalah kerelaan. Kerelaan inilah yang pada
akhirnya membuahkan konsep ta'awun (saling tolong menolong) antara sesama
nasabah. Dimana nasabah saling mengikhlaskan sebagian dananya untuk
didermakan kepada nasabah lainnya yang tertimpa musibah.

7.Larangan Riba
Prinsip ketujuh dalam asuransi syariah adalah menghindari riba. riba
merupakan bentuk transaksi yang sangat bathil, dan memiliki dosa paling besar.
Asuransi syariah harus terhidar dari unsur riba, dalam sistem operasionalnya.
Baik operasional internal dalam pengelolaan dana, maupun eksternal, seperti
investasi, dsb.
Secara bahasa, Riba adalah tambahan. Sedangkan dari segi istilah, riba adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
Rasulullah SAW bersabda
Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, pemberi riba, penulisnya,
saksinya. Dan beliau bersabda, mereka semua adalah sama." (HR. Muslim)

12
8 Larangan Maisir
Prinsip ke delapan adalah menghindari adanya unsur maisir (judi) dalam
operasionalnya. Unsur judi diantara bentuknya adalah seperti adanya salah satu
pihak yang untung tetapi ada pula pihak lain yang rugi.Diantara bentuk perjudian
dalam asuransi adalah nasabah berkewajiban membayar premi, sedangkan
perusahaan berkewajiban membayar klaim (bila terjadi kerugian). Jika tidak
terjadi musibah, maka seolah premi hilang dan secara otomatis akan menjadi
milik perusahaan asuransi. sedangkan jika terjadi musibah, perusahaan
berkewajiban membayar klaim yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan
dengan premi yang dibayar nasabah. Meskipun tidak murni seperti judi, namun
transaksi semacam ini dalam kacamata fiqh Islam sudah masuk dalam kategori
maisir, atau paling tidak mengandung unsur maisir ( perjudian )

9. Larangan Gharar dan ketidak pastian


Prinsip kesembilan adalah menghindarkan diri dari gharar (ketidakpastian).
Secara umum gharar adalah sesuatu yang mungkin ada atau mungkin tidak ada,
atau sesuatu yang tidak diketahui hasilnya. Dalam asuransi gharar dapat terjadi
pada ketidak jelasan ada atau tidaknya “klaim/ pertanggungan” atau manfaat
yang akan diperoleh nasabah dari perusahaan asuransi. Karena keberadaan
klaim/ pertanggungan tersebut terkait dengan ada tidaknya resiko. Jika resiko
terjadi, klaim didapatkan, dan jika resiko tidak terjadi maka klaim tidak akan
didapatkan. Hal ini seperti pada jual beli hewan dalam kandungan sebelum
induknya mengandung. Meskipun si induk memiliki kemungkinan mengandung.
Demikian juga dari ketidak jelasan "seberapa lama" pembayaran premi. Bisa jadi
satu tahun, dua tahun, atau tujuh belas tahun.

10.Larangan Risywah ( Suap )


Selain harus menghindari maghrib (masir, gharar dan riba) asuransi syariah
juga wajib menjauhkan aspek risywah dalam operasionalnya, baik yang bersifat
internal maupun eksternal.

13
Risywah dapat terjadi diantaranya seperti dalam klaim, baik antara nasabah
dengan "oknum" asuransi syariah, atau juga dengan pihak ketiga rumah sakit,
bengkel, dsb. Risywah juga dapat terjadi dalam "mencari" objek pemasaran,
seperti ke perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah dsb. Dan hal ini harus
dihindarkan dalam segala opersional asuransi syariah. Kendatipun sangat berat
untuk dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim bisnis yang cukup buruk.
Namun dengan keyakinan dan niatan yang baik, Insya Allah akan bisa
dilaksanakan.

3.3 PRODUK ASURANSI SYARIAH


Produk asuransi syariah senantiasa berkembang sesuai dengan permintaan
masyarakat yang menjadi nasabah asuransi. Produk-produk takaful dikembangkan agar
minat nasabah memiliki polis asuransi semakin besar. Produk-produk Takaful Indonesia
antara lain, asuransi takaful umum, takaful keluarga, dan takaful co-brading.

1. Asuransi Takaful Umum


a. Takaful Baituna
Adalah asuransi yang melindungi rumah dari bencana-bencana seperti
kebakaran, sekaligus paket perlindungan untuk seluruh keluarga. Objek
asuransi ini adalah rumah (apartemen), ruko, dan rumah tinggak kantor.
b. Takaful Surgaina
Adalah asuransi yang melindungi aset finansial dan santunan akibat
kecelakaan, meninggal dunia, cacat dan biaya pemakaman. Peserta takaful
surgaina adalah, WNI, usia 17-60 tahun sebagai pemegang polis dan 0-16
tahun dapat pula diasuransikan. Ruang lingkup jaminan adalah, meninggal
karena kecelakaan, Santunan cacat seumur hidup, Bantuan uang duka, dan
santunan biaya rawat inap maksimal 90 hari rawat inap.
c. Takaful Abror
Adalah asuransi yang menggantikan kerugian dari kerusakkan kendaraan
bermotor akibat kecelakaan, dan pencurian. Kendaraan yang dapat
diasuransikan untuk asuransi ini adalah kendaraan pribadi atau dinas,

14
kendaraan tersebut berjenis sedan, jip, station wagon dan minibus, kemudian
umur kendaraan haruslah 0-7 tahun.
d. Takaful Rekayasa
Adalah asuransi yang menggantikan kerugian karena kerusakkan dan
kehilangan dari mesin-mesin seperti mesin produksi, atau alat-alat berat
kontraktor.
e. Takaful Aneka
Adalah asuransi yang menggantikan kerugian atas berbagai macam resiko,
yaitu resiko kecelakaan, kehilangan uang dalam brankas, kehilangan atau
kerusakkan alat-alat elektronik kantor, kehilangan alat-alat berat dan lain-lain.
f. Takaful Kebakaran
Menggantikan kerugian harta dan benda atas terjadinya kecelakaan
kebakaran.
g. Takaful Pengankutan Rangka Kapal
Adalah asuransi yang menggantikan kerugian pada saat barang sedang
dalam masa pengankutan.
h. Takaful Surety Bond
Adalah asuransi yang menggantikan kerugian investor atas kegagalan proyek
kontraktor.
2. Asuransi Takaful Keluarga
a. Takafullink
Tedapat dua jenis yaitu takaful dana istiqomah dan takaful dana mizan.
Takaful dana istiqomah menawarkan cara investasi yang minim resiko dan
pendapatan yang tetap. Sedangkan takafulink dana mizan, menawarkan cara
investasi yang agak beresiko dan pendapatannya tetap serta dana juga
ditanamkan dalam saham.
b. Takaful Dana Investasi
Adalah asuransi bagi perorangan dalam pengumpulan ongkos naik haji.
c. Takaful Kecelakaan Diri
Adalah asuransi dalam penanggungan karena meninggal dunia dan
kecelakaan sehingga ada biaya pengobatan.

15
d. Takaful Fulnadi
Asuransi yang akan menyediakan dana pendidikan bagi putra dan putri
hingga jenjang sarjana.
e. Takafulink Alia
Asuransi yang menawarkan cara berinvestasi dengan prinsip syariah. Agar
membedakkannya dengan reksadana, takafullink alia menawarkan tambahan
perlindungan keselamatan bagi keluarga.
f. Takaful Ukhuwah
Asuransi yang menawarkan perlindungan keselamatan dan santunan
meninggal dunia dengan premi yang kecil tapi dapat menolong sesama,
menguatkan ukhuwah.
g. Takaful Al-Khairat
Asuransi yang akan memberikan warisan atau santunan bagi keturunan atau
ahli waris dari peserta.
h. Takaful Kecelakaan Diri
Asuransi yang memberikan perlindungan bagi kumpulan (kolektif) untuk
kumpulan karyawan kantor, apabila ketika meninggal dunia dan kecelakaan
karyawan mendapatkan santunan.
i. Takaful Kecelakaan Siswa
Asuransi yang ditawarkan kepada lembaga pendidikan yang memberikan
asuransi kepada siswa atau mahasiswanya. Apabila siswanya mengalami
kecelakaan atau meninggal dunia saat akan melakukan kegiatan pendidikan,
maka takaful akan memberikan santunan atau biaya perawatan.

j. Takaful Perjalanan dan Wisata


Asuransi yang ditawarkan biro perjalanan atau travel untuk melindungi
pelanggan mereka dari kecelakaan atau meninggal dunia saat menggunakan
fasilitas mereka.
k. Takaful Pembiayaan
Asuransi yang ditawarkan apabila pemegang polis meninggal dunia, maka
asuransi akan menjamin bahwa utang-utang pemegang polis bisa dilunasi.

16
l. Takaful Medicare
Memberikan manfaat layanan kesehatan untuk perawatan di rumah sakit
karena penyakit atau kecelakaan.
m. Takaful Family Care
Memberikan manfaat kesehatan kumpulan sebuah keluarga.
3. Takaful Co Brading
a. Takaful Safari
Adalah asuransi yang menawarkan perlindungan ketika pemegang polis
sedang dalam perjalanan, baik perjalanan kolektif atau perjalanan pribadi.
b. Takaful Fullprotek
Adalah asuransi yang memberikan kartu takaful yang dapat digunakan
sebagai kartu debit, kartu ATM atau kartu asuransi.

3.4 PENGELOLAAN PREMI


Setiap premi yang dibayarkan oleh nasabah kemudian dialokasikan ke dalam,

a. rekening tabungan, yaitu rekening yang dialokasikan untuk investasi


mudharabah. Tabungan investasi mudharabah ini umumnya menghasilkan
keuntungan, sehingga dapat memberikan bagi hasil peserta.
b. Rekening Tabaru’, yaitu rekening yang berfungsi sebagai derma peserta untuk
menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kecelakaan. Dana tabarru’
inilah yang dinamakan klaim atas kerugian yang dialami peserta.
Masing-masing rekening ini lalu dikolektifkan ke dalam pos keuangan tersendiri,
sehingga tidak terjadi pencampuran. Dengan ini maka, dana investasi akan
masuk ke dalam proyek-proyek usaha komersil. Sehingga 70% dikembalikan ke
nasabah sedangkan 30% untuk perusahaan asuransi.Dana tabarru’ sendiri akan
diterima peserta sebagai klaim atas kerugian yang dialami. Sedangkan dana
tabarru’nya tidak dikembalikkan sampai ketentuan yang telah disepakati, seperti
pertanggungan untu keluarga yang ditinggal meninggal dunia, atau jika rumah
nasabah kebakaran.

17
3.5 MEKANISME ASURANSI SYARIAH
Dalam mekanismenya, takaful berbeda dengan asuransi konvensional. Dalam
praktinya, dalam takaful setiap nasabah menanggung satu sama lain, maka di sinilah
praktik tabarru’ takaful itu terlihat. Karena masing-masing nasabah mengeluarkan dana
hibah untuk nasabah lain. Takaful sendiri yang menghimpun dana tersebut, kemudian
menyalurkannya. Sebagian digunakan untuk operasional takaful, sebagian diajukan
untuk investasi dan sebagian lain adalah dana hibah nasabah.

Sehingga akad yang terjadi antara takaful dan nasabah (kumpulan orang) adalah akad
tijarah (komersil) tapi sebagian lagi adalah tabarru’. Akad tijarahnya dapat berupa
wakalah bil ujrah, mudharabah, atau ijarah. Sehingga takaful sendiri tidak
diperkenankan menggunakan dana hibahnya. Takafulnya hanya mendapatkan ujrah
(upah) yang sebelumnya telah disepakati dengan nasabah (pada umumnya 30% dari
polis asuransi). Nasabah

Nasabah Nasabah

Takaful

Nasabah Nasabah

18
Dan bagan di bawah ini adalah akad antara nasabah dengan takaful, yaitu akad
wakalah bil ujrah, mudharabah dan ijarah.

NASABAH Wakalah bil ujrah, mudharabah


TAKAFUL
dan ijarah

Selain berinteraksi dengan nasabah, takaful juga berinteraksi dengan bank syariah,
terjadi mudharabah yang pararel dalam asuransi syariah. Yaitu, nasabah sebagai
shahib al maal, dan asuransi sebagai mudharibnya, kemudian dana yang dipegang oleh
asuransi kemudian diberikan kepada bank sebagai mudharib untuk digunakan usaha.
Kemudian hasilnya akan dibagikan dengan asas profit-loss sharing. Jadi semua akad
yang terjadi di takaful jelas statusnya dan telah diketahui kemana dana tersebut
mengalir. Berbeda dengan asuransi konvensional yang memanfaatkan bunga bank
dalam praktiknya. Takaful lebih aman dan terlindung dari magrib (maisir, gharar dan
riba).
Bank Syariah, Reksa
TAKAFUL Wakalah bil ujrah, mudharabah dan ijarah
Dana

Bagan yang menggambarkan hubungan dan akad-akad antara bank syariah atau
reksa dana. Karena takaful sendiri dapat menyalurkan pembiayaan mudharabah ini ke
lembaga bank syariah dan reksa dana.

3.5 APLIKASI DI LEMBAGA TAKAFUL


Misalnya ada seorang nasabah yang mengikuti paket asuransi kecelakaan dengan
keterangan sebagai berikut:

1. Data
Nama : Fulan
Umur : 30 tahun
Masa perjanjian : 20 tahun
Premi tahunan : Rp 1.000.000

19
Tabarru’ : 5% dari premi
Mudharabah : Peserta 70% dan perusahaan 30%

2. Perkembangan dana

Jumlah
Jumlah dana Jumlah Presentase
tabungan Dana Klaim
Thn yang Tabarru' yang Bagi hasil Nilai tunai nilai tunai
yang Kematian meninggal
terkumpul terkumpul dengan premi
terkumpul

1 2 3 4 5 6 7 8 9
    5%x2       4+5 6+7 7/2x 100%
1 1000000 50000 650000 30000 19000000 680000 19680000 68,0%
2 2000000 100000 1300000 70000 18000000 1370000 19370000 68,5%
3 3000000 150000 1950000 150000 17000000 2100000 19100000 70,0%
4 4000000 200000 2600000 450000 16000000 3050000 19050000 76,3%
5 5000000 250000 3250000 1300000 15000000 4550000 19550000 91,0%
10 10000000 500000 6500000 3250000 10000000 9750000 19750000 97,5%
15 15000000 750000 9750000 12000000 5000000 21750000 26750000 145,0%
20 20000000 1000000 13000000 14000000 0 27000000 27000000 135,0%

20
BAB IV
PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH

4.1 PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH DI TINGKAT NASIONAL DAN


INTERNASIONAL
Asuransi syariah pertama di Indonesia berdiri pada tahun 1994, hal ini dilakukan
sebagai solusi agar praktik asuransi dilakukan dengan prinsip syariah dan jauh dari
konsep magrib (maisir, gharar dan riba). Kemudian, sebagai pelopornya berdirilah PT
Asuransi Takaful Keluarga yang sekarang dikenal dengan Takaful Indonesia. Setelah
Takaful pertama berdiri, mulailah bermunculan takaful-takaful lain, seperti Takaful
Mubarak. Takaful Indonesia sendiri telah banyak membuka cabang di berbagai kota di
Indonesia. Pada tahun 2008, mengalami perkembangan yang signifikan. Di akhir tahun
2008, aset asuransi syariah mencapai Rp 1,1 triliun , meningkat 2 kali lipat
dibandingkan tahun 2007 yang besarnya hanya Rp 511 miliar. Kemudian, AASI
(Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) menargetkan bahwa aset asuransi meningkat
sampai dengan 2% yaitu Rp 2 triliun pada akhir 2009. Sedangkan di Arab Saudi
pertumbuhan asetnya mencapai 20%-25% per tahun.

Berikut ini akan disajikan grafik pertumbuhan premi asuransi dari tahun 2005-2006.

Pertumbuhan Aset
2000 1800

1500 1400

1000 917.8
619.6
500

0
2005 2006 2007 2008

Aset (Miliar)

Sumber AASI

Dalam pertumbuhan kelembagaannya. Asuransi syariah tumbuh sebesar 80%


semenjak tahun 2005. Sedangkan asuransi konvensional hanya tumbuh hingga 20%

21
saja. Hal ini dipicu dari minat masyarakat yang menginginkan perubahan dalam sistem
financial mereka yang semula berorientasi konvensional menjadi syariah.

Tahun Reindo Syariah Asuransi Takaful Asuransi Takaful Keluarga


umum
2006 30,5 miliar 103 miliar 23 miliar
2007 33 miliar 105 miliar 33 miliar
2008 38 miliar 160 miliar 74 miliar
Sumber www.lampungpost .com

Grafik

Pertumbuhan Premi Takaful


180
160
160
140
120 105
103
100
premi (miliar) 80 74
60
33 33 38
40 30.5
23
20
0
2006 2007 2008
Tahun Operasional

Reindo Takaful Umum Takaful Keluarga

Dilihat dari grafik pertumbuhan tersebut, asuransi takaful umum lebih pesat
perkembangannya karena produknya dianggap sesuai dengan permintaan nasabah.
Sedangkan Reindo adalah asuransi tempat reasuransi. Dilihat dari perkembangannya,
setiap tahun mengalami peningkatan.

4.2 PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIONAL


No Titik Perbedaan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional

22
1 Konsep Sekumpulan orang yang Perjanjian 2 pihak atau lebih,
saling membantu, dengan mana pihak
mananggung dan saling penanggung mengikatkan diri
bekerja sama dengan cara kepada tertanggung, dengan
tabarru’. menerima premi asuransi
untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung

2 Sejarah Dari Aqilah, kebiasaan suku


Arab jauh sebelum Islam Dari Masyarakat Babylonia
datang, kemudian 4000 s/d 3000 BC, yang
disyahkan oleh Rasulullah dikenal dengan Codec
menjadi hukum islam yang Hammurabi
tertuang dalam konstitusi Tahun 1668 M di Coffe House
Piagam Madinah London berdirilah Lloyd
sebagai cikal bakalnya.

3 Source Bersumber dari wahyu Ilahi. Bersumber dari pikiran


AlQuran, Sunnah, Ijma’, manusia dan kebudayaan.
Fatwa Sahabat, Qiyas, Berdasarkan hukum positif,
Istihsan, Mashalih mursalah hukum alami, dan contoh
sebelumnya

4 Pengawasan Adanya DPS yang berfungsi Tidak ada DPS yang


mengawasi pelaksanaan mengawasi praktek
operasional perusahaan operasionalnya, sehingga
agar terbebas dari praktek2 banyak yang bertentangan
muamalah yang dengan syara’
bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah

5 Akad

23
1. Aqad tabarru’ dan 1. Perjanjian jual beli
Aqad tijarah 2. Adanya unsur Maysir,
2. Bersih dari adanya Gharar, dan Riba yang
praktek Maysir, diharamkan dalam
Gharar, dan Riba muamalah

6 Jaminan/ Risk Sharing Of Risk, di mana Transfer Of Risk, di mana


terjadi proses saling terjadi transfer resiko dari
menanggung antara satu tertanggung kepada
peserta dengan peserta tertanggung
lainnya (ta’awun)

7 Premi Iuran atau kontribusi terdiri Unsur premi terdiri dari: tabel
dari unsur tabarru’ dan mortalita, interest, cost of
tabungan yang tidak insurance
mengandung unsur riba.
Tabarru juga dihitung dari
tabel mortalita, tapi tanpa
perhitungan bunga teknik

8 Profit Profit dari Surplus U/W, Profit dari Surplus U/W,


komisi reas, & hasil komisi reas, & hasil investasi
investasi dilakukan profit adalah sepenuhnya milik
sharing dengan peserta perusahaan.

9 Visi dan Misi Misi yang diemban dalam Secara garis besar Visi & Misi
asuransi syari’ah adalah utamanya adalah misi
misi aqidah, misi ibadah, ekonomi dan sosial.
misi ekonomi, dan misi
pemberdayaan ummat
(sosial).

24
4.3 HAMBATAN DAN TANTANGAN PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH

Dalam keberadaan asuransi syariah sampai sekarang, terdapat hambatan dan


tantangan. Berdasar riset yang dilakukan perusahaan riset global Synovate di Jakarta,
Bandung, Surabaya dan Medan, awal 2009 lalu ditemukan bahwa sebanyak 25 persen
nasabah tak mengetahui tentang mekanisme atau produk asuransi syariah. Sementara
13 persen karena tak memiliki uang, kondisi keuangan ketat (12 persen), tidak tertarik
(7 persen), kurang memiliki daya beli dan tak mengetahui tentang asuransi (12 persen),
serta beragam faktor lainnya seperti merasa tak memerlukannya, dan sedikitnya
pengetahuan tentang asuransi jiwa syariah dan konvensional.

Untuk itu, yang harus dilakukan asuransi syariah agar dapat menuju  next level adalah
dengan menyakinkan masyarakat sistem syariah ini bisa menjadi solusi bagi publik,”
kata Shaifie. Karena itu, berbagai tantangan pun harus dilalui untuk dapat terus
mendorong asuransi syariah menuju tahap selanjutnya. Seperti mengubah paradigma (
mindset ) konvensional yang ada di para  shareholder , investor, regulator, dan
manajemen perusahaan asuransi. Sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat
secara simultan menjadi kunci dalam mengembangkan asuransi syariah. Bersama
dengan Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia dan Bank Indonesia, AASI
melakukan sosialisasi untuk menawarkan pada masyarakat bahwa terdapat alternatif
pengelolaan risiko untuk asuransi.
Untuk dapat lebih memperluas pasar asuransi syariah dan memperkenalkannya hingga
ke pelosok tanah air diperlukan pula sosialisasi kepada media lokal setempat yang
berada di penjuru Indonesia. Sehingga informasi pun dapat menyebar dan tak hanya
berkisar di kota-kota besar saja. Karena itulah untuk mendukung perluasan sosialiasi
mengenai asuransi syariah, Shaifie pun mengusulkan agar pemimpin asuransi yang
memiliki unit syariah berbicara dengan media lokal tentang asuransi syariah saat
meninjau cabang.

Karena sebagian besar asuransi syariah di Indonesia berbentuk unit syariah dan
berada di ibu kota, sementara hanya tiga asuransi syariah murni dan membuka cabang
di banyak wilayah, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Takaful Umum, dan

25
Asuransi Syariah Mubarakah. Jalinan aliansi strategis dengan lembaga keuangan
setempat pun dapat dilakukan guna mempercepat pertumbuhan dan pengenalan
industri asuransi syariah di Indonesia.

4.4 SOLUSI PERKEMBANGAN ASURANSI SYARIAH


Karena asuransi syariah adalah solusi untuk terlepas dari praktik maisir, gharar dan
riba, maka perlu ada solusi dari segala hambatan dan tantangannya. Solusinya antara
lain.

1. Untuk terus mendorong pertumbuhan industri asuransi syariah yang kompetitif


tentunya perlu pula didukung oleh SDM berkualitas yang benar-benar
memahami asuransi syariah. SDM menjadi kunci bagi industri asuransi untuk
berkembang pesat
2. Selain itu, diperlukan sertifikasi agen asuransi. Jadi, hanya agen asuransi yang
telah disertifikasilah yang diperbolehkan membuka praktik asuransi syariah
3. Perlu adanya sosialisasi kepada stakeholder dan shareholder untuk
membedakan asuransi syariah dan asuransi konvensional.
4. Pengadaan informasi melalui media internet, media cetak dan media elektronik.
5. Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar asuransi syariah
6. Memenuhi keperluan nasabah akan asuransi, sehingga produk-produk yang
dibuat mampu memenuhi keinginan nasabah, sehingga nasabah semakin
tertarik kepada takaful.
7. Perlu adanya mikro insurance yang diperuntukkan untuk pedagang kecil. Hal ini
perlu dilakukan karena banyak pedagang kecil dan masyarakat kecil yang masih
berpikiran bahwa asuransi hanya cocok untuk masyarakat menengah ke atas.
8. Diperlukan strategi pemasaran yang baik dalam perkembangannya. Mampu
membidik pangsa pasar asuransi syariah.
9. Dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah dan akademisi untuk
mendukung keberadaan asuransi syariah dan menciptakan SDM yang
berkualitas dalam mengelola asuransi syariah.
Jika diperlihatkan dalam matriks SWOT, hal tersebut digambarkan sebagai
berikut:

26
Strength Weakness
1. Adanya kerjasama saling 1. Jangkauan yang masih
menguntungkan dalam terbatas
usaha asuransi syariah 2. Minat masyarakat
2. Premi yang relatif lebih ekonomi lemah terhadap
ringan dibandingkan asuransi sangat kurang
konvesional 3. Kurangnya SDM yang
3. Kejelasan status dana mampu menjalani sistem
4. Meringankan pihak nasabah syariah secara baik
5. Kepercayaan dan 4. Konflik kerjasama yang
transparansi antar lembaga menghambat kinerja
6. Dasar hukum yang jelas asuransi
dari Fatwa dan UU
Opportunities Treath
1. Daerah pedesaan yang 1. Adanya pesaing (asuransi
kurang menerima fasilitas konvensional) yang
asuransi mengembangkan
2. Mampu mengembangkan produknya sama dengan
usahanya dengan cepat produk takaful
3. Bekerjasama dengan 2. Masyarakat masih belum
lembaga perbankan syariah memahami tentang takaful
3. Belum ada UU khusus
tentang asuransi syariah

BAB V
PENUTUP

Dari makalah yang telah disusun, maka dapat disimpulkan bahwa asuransi
syariah (takaful) adalah lembaga keuangan syariah yang bergerak dalam bidang sosial
dan komersial. Hal itu dapat dipastikan dari jenis akad yang dilakukan oleh pihak-

27
pihaknya, yaitu akad tabarru’ dan tijarah. Dalam perkembangannya saat ini, takaful
mengalami perkembangan aset yang pesat dibandingkan asuransi konvensional. Hal itu
disebabkan karena takaful adalah isu baru yang menarik masyarakat untuk berasuransi
dalam lembaga yang terhitung baru.

Perkembangan lembaga takaful di Indonesia masih 2% per tahun, hal ini


disebabkan oleh kendala yang dapat datang dari berbagai bidang. Yaitu sosialisasi
yang kurang kepada masyarakat, kurangnya sumber daya, kendala yang selalu terjadi
dari perkembangan industri syariah adalah SDM yang kurang cakap dalam mengelola
industri syariah sehingga pikiran konvensional masih banyak terjadi. Sebagai solusinya,
adalah pemerintah dan lembaga pendidikan, baiknya menyedikan pendidikan untuk
keahlian dalam mengelola lembaga keuangan syariah, sehingga SDM pun akan
berkualitas, selain itu sosialisasi di berbagai media pun harus dilakukan untuk menarik
minat masyarakat.

Pertumbuhan industri mikro pun memacu perbaikan produk dari asuransi, jika
asuransi konvesional terkesan mewah dan hanya diikuti oleh masyarakat tingkat
menengah ke atas, maka takaful diharapkan dapat mencapai seluruh lapisan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis.Sejarah Asuransi di Indonesia. Prudent.we.id. [20 Januari 2010]

28
Tim Penulis. Produk Takaful.http://www.takaful.com. [20 Januari 2010]

Critical Success Factors (CSF) dalam analisis SWOT Produk Takaful Mikro Sakinah.
http:// ekonomi-syariah.com. [20 JAnuari 2010]

Aryanti, Diah. Asuransi Syariah. http:// www. scribd.com [20 Januari 2010]

Datul Rohman, Farid.Analisis SWOT. http:// www. fariddatulrohman.blogspot.com. [20


Januari 2010]

Tim Penulis.Asuransi Takaful Indonesia. http:// www. takafulindonesia.blogspot.com.


[20 Januari 2010]

Yazan, Syaiful. Embuskan Manajemen Modern di Takaful.http://www. swaonline.com.


[20 Januari 2010]

Laba Takaful Kuartal I 1,4 M. Republika Online. http:// www. pasarmuslim.com. [20
Januari 2010]

Admin. Indonesia, Kiblat Syariah Dunia. http:// www. takaful Indonesia.com. [20 Januari
2010]

Daniri. Industri Asuransi Syariah Masih Penuh Tantangan. http:// www.


harianrepublika.com. [20 Januari 2010]

Karim,Yusuf. Menanti Gebrakan Asuransi Syariah. http:// www. inilah.com. [20 Januari
2010]

Tanamal, Kokoh. Strategi Asuransi Takaful dalam menyambut Lebaran. http:// www.
vibiznews.com [20 Januari 2010]

29

Anda mungkin juga menyukai