Anda di halaman 1dari 3

BAHAYA MENGHUKUM SESEORANG MUSLIM SEBAGAI MURTAD

PERMASALAHAN PENTING YANG WAJIB DIPERHATIKAN

Di sini ada sejumlah permasalahan yang ingin saya kemukakan, yaitu: Pertama: bahwa
menghukumi seorang Muslim sebagai murtad dari agamanya' adalah sesuatu perkara
yang sangat berbahaya yang akan berakibat hilangnya seluruh wala' dan keterikatan dia
dengan keluarga dan masyarakat. Bahkan sampai harus dipisahkan antara dia dengan
isteri dan anaknya' karena tidak halal bagi seorang Muslimah berada di bawah kekuasaan
orang kafir. Demikian juga terhadap anak-anaknya, ia tidak bisa dipercaya lagi untuk
mendidik anak-anak, apalagi/terutama dari segi sanksi materi yang telah disepakati
oleh,fuqaha' secara keseluruhan.
Oleh karena itu wajib bagi kita untuk berhati-hati dengan sepenuh hati-hati ketika
menghukumi kufurnya seorang Muslim yang keislamannya masih ada. Karena ia benar-
benar Muslim dengan keyakinannya, maka tidak bisa keyakinan itu dihilangkan dengan
keraguan.
Termasuk di antara permasalahan yang sangat berbahaya adalah mengkufurkan orang
yang tidak kafir, dan Sunnah telah memperingatkan hal itu dengan keras.
Saya telah menulis tentang masalah tersebut dalam suatu risalah (buku) dengan tema
"Zhahiratul Ghuluwwifit Takdir," dengan tujuan untuk memberantas gelombang yang
merusak yang menyebar dengan leluasa dalam hal mengkufurkan orang, dan ini selalu
ada yang memeluknya.
Kedua: Sesungguhnya orang-orang yang berhak memberikan fatwa tentang kemurtadan
seorang Muslim adalah mereka yang mendalam ilmunya dari orang-orang yang ahli.
Yaitu yang dapat membedakan antara yang qath 'i dan yang zhanni, antara yang muhkam
dan mutasyabih, antara yang menerima ta'wil dan yang tidak menerima ta'wil. Maka
mereka tidak mengkafirkan kecuali sesuatu yang tidak ada alternatif lainnya seperti
pengingkaran sesuatu yang pasti dari agama atau penghinaan terhadap aqidah atau
syari'ah, seperti juga mencaci Allah SWT, Rasul, dan kitabNya secara terang-terangan
dan lain-lain.

Contoh dari pada itu adalah apa yang difatwakan oleh para ulama tentang Salman Rusydi,
demikian juga Rasyad Khalifah yang mengingkari Sunnah, kemudian mengingkari dua
ayat dari akhir surat At-Taubah, kemudian mengakhiri kekufurannya dengan
pengakuannya sebagai Rasul Allah, dengan mengatakan bahwa Muhammad SAW adalah
penutup para Nabi, bukan penutup para Rasul. Fatwa ini dikeluarkan oleh Majlis
Mujtama' Fiqhi Rabithah 'Alam Islami.

Masalah ini tidak boleh diserahkan kepada orang-orang yang tergesa-gesa atau kepada
orang-orang yang berlebihan atau orang-orang yang sedikit ilmunya karena mereka akan
mengatakan atas nama Allah apa-apa yang mereka tidak mengetahuinya.

Ketiga: Sesungguhnya yang berhak memberikan fatwa adalah waliyul amri syar'i yang
telah ditetapkan dan tidak menghukumi kecuali kepada hukum Allah SWT dan tidak
dikembalikan kecuali pada ayat-ayat muhkamat yang jelas dari kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya. Keduanya (Kitab Allah dan Sunnah Rasul) itulah yang menjadi rujukan
apabila ada perselisihan antar manusia, Allah SWT berfirman:
"Maka jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, mata kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rusul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian." (An-Nisaa': 59)
Pada dasarnya qadhi dalam Islam itu harus dari ahli ijtihad, dan apabila tidak memenuhi
syarat, maka ia minta tolong kepada ahli ijtihad, sehingga kebenaran itu menjadi jelas.
Tidak memutuskan perkara dengan kebodohan dan hawa nafsu' karena jika demikian
maka ia termasuk qadhi-qadhi neraka.
Keempat: Jumhur ulama mengatakan wajibnya menyuruh taubat kepada orang yang
murtad sebelum dilaksanakannya hukuman, bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan dalam kitabnya "Ash Sharimm Al Maslul 'Alaa Syaatimir Rasul" Qan ini
merupakan ijma' para sahabat dan sebagian fuqaha'--ada yang membatasi tiga hari, ada
yang kurang dan ada yang lebih dari tiga hari' dan juga yang mengatakan disuruh
bertaubat selamanya."
Sebagian ulama mengecualikan orang yang zindiq, karena ia menampakkan sesuatu yang
berlainan dengan batinnya, maka tidak ada taubat baginya. Demikian juga orang yang
mencaci/melecehkan Rasulullah SAW karena kemuliaan Rasulullah SAW dan
kehormatannya, maka tidak diterima taubatnya. Ibnu Taimiyah mengarang kitabnya
dalam masalah tersebut.
Yang dimaksud dengan hukum tersebut adalah memberikan kesempatan kepadanya agar
melihat kembali dirinya, dengan harapan agar syubhat itu bisa hilang dan hujjah semakin
kuat, jika ia ingin mencari kebenaran dengan ikhlas, meskipun ia juga memiliki hawa
nafsu atau berbuat sesuatu atas perhitungan orang lain, Allah akan menolongnya.
Ada sementara kalangan orangyang mengatakan bahwa yang berhak menerima taubat itu
Allah, bukan manusia. Tetapi itu hukum di akhirat, adapun hukum di dunia maka kita
menerima taubat yang nampak dan kita menerima Islam yang zhahir. Dan kita memang
tidak ingin melubangi hati manusia, karena kita telah diperintahkan untuk menghukumi
dengan zhahirnya, sedangkan Allah yang mengurus yang tidak nampak. Tersebut dalam
hadits shahih bahwa barangsiapa yang mengatakan "Laa ilaahaillallaah" maka ia
terpelihara darah dan hartanya. Adapun hisabnya ada pada Allah SWT sesuai dengan apa
yang ia yakini.

Di sinilah kita katakan bahwa sesungguhnya menghukumi kepada seseorang dengan


murtad, kemudian menetapkan bahwa ia berhak dihukum serta menentukan hukuman
mati dan tidak ada lainnya dan melaksanakan hukum itu tanpa kehati-hatian, maka yang
demikian ini membawa bahaya besar terhadap darah, harta dan kehormatan bagi manusia.
Karena ini berarti memberikan kepada orang biasa yang tidak ahli di bidang fatwa tidak
pula memiliki hikmah ahlil qadha', dan tidak memiliki tanggung jawab ahli tanfidz tiga
kekuasaan di tangannya, memberi fatwa (dengan menuduh), memvonis hukumannya dan
melaksanakannya sekaligus.

-------------

Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah


(Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
Cetakan Pertama Januari 1997
Citra Islami Press
Jl. Kol. Sutarto 88 (lama)
Telp.(0271) 632990 Solo 57126

http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Masyarakat/Perhatikan.html

Anda mungkin juga menyukai